Transcript for:
Filosofi Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara

Ibu bapak sekalian, hari ini kita akan melihat bagaimana konsep dari Bapak Pendidikan Indonesia, Bapak Kihajar Dewantara, mengatakan tiga kalimat. Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madio Mangun Karso, dan Tut Uri Handayani. Maka saya ingin mengkaitkan tiga kalimat Ki Hajar Dewantara ini dalam suatu konsep kepemimpinan.

Saya setuju dengan pendapat para ahli bahwa kepemimpinan atau leadership adalah bagaimana kita mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu. Maka kuncinya adalah bagaimana seorang pemimpin bisa diterima atau secara tidak langsung bisa menggerakkan orang lain. Maka kepemimpinan yang saya sebut dari kalimat Ki Hajar Dewantara adalah menarik untuk kita kaji. Mari kita lihat yang pertama. Ing Ngarso Sung Tulodo Pemimpin jika berada di depan, maka ia harus menjadi teladan.

Saya ingin bertanya, kapan seorang pemimpin harus tampil di depan? Apakah saat segala sesuatu dalam keadaan yang stabil, tenang, dan damai? Atau justru pada situasi yang tidak menentu, pada situasi yang sedang... Maka banyak orang akan setuju dan mengatakan bahwa pemimpin harus tampil ketika situasi sedang genting, situasi sedang perang, situasi sedang kritis. Pemimpin tampil untuk menjadi teladan.

Pemimpin tampil untuk mengambil ahli ketika banyak Perencanaan dalam aspek manajemen mandek tidak berjalan bagaimana mestinya. Banyak rencana-rencana gagal. Maka di saat itu seorang pemimpin harus tampil, mengambil alih, dan mendobrak segala kesulitan-kesulitan yang ada di lapangan, yang dihadapi oleh anggota tim. Maka ketika pemimpin ini berhasil mengatasi persoalan satu per satu, masalah dapat diselesaikan satu per satu.

Maka pemimpin kemudian mulai melakukan kalimat yang kedua dari Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Madio Mangung Karso. Secara bebas bisa kita artikan seorang pemimpin berada di tengah-tengah untuk membangun karsa, membangun semangat. Ing Madio, di tengah, bangun karso, membangun semangat atau motivasi. Maka pemimpin yang tadi di depan saat genting telah menyelesaikan masalah satu persatu. Rencana yang tadinya tidak berjalan baik, satu persatu mulai mengalir seperti yang diinginkan.

Maka saat itulah pemimpin mundur. berada di tengah-tengah dan mendelegasikan tugas tadi yang dipegang secara langsung oleh sang pemimpin, mulai didelegasikan kepada anak buah untuk kemudian dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dalam fungsi manajerial. Maka pemimpin ada di mana? Pemimpin berada di tengah. Di dalam kelompok memberikan kenyamanan, memberikan kepastian, memberikan perlindungan, memberikan suasana yang kondusif bagi anggota tim sehingga mereka merasa nyaman, aman, terlindungi untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Pemimpin perlu mengatakan, silakan lanjutkan, saya akan berada di sini. Bersama Anda semua untuk kita sama-sama melaksanakan tugas dengan baik. Jika ada persoalan, datang kepada saya. Kita diskusi, kita selesaikan, kita cari solusinya bersama-sama. Itulah esensi Ing Madio Bangun Karso.

Pemimpin mendelegasikan, pemimpin bersama dengan anggota timnya, pemimpin memberikan semangat, dan anak buah dengan tentram, dengan nyaman, dengan situasi yang kondusif, melaksanakan tugasnya dengan baik. Pemimpin memperhatikan dan memotivasi. Maka kita beralih ke kalimat yang ketiga dari Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri Handayani.

Apa esensinya Tut Wuri Handayani? Secara bebas mungkin kita kenal dengan pengertian di belakang memberikan support atau dorongan. Maka saya ingin menjelaskannya dengan satu.

Ilustrasi seorang atlet. Atlet yang mundur beberapa langkah di dalam pertandingan, artinya mundur beberapa langkah, mengambil ancang-ancang untuk melompat lebih tinggi, untuk lari lebih cepat, untuk mendapatkan satu prestasi yang lebih unggul. Jadi kata Tut Uri Handayani, terjadi jika Situasi mulai terkendali. Situasi mulai begitu rupa sehingga banyak pencapaian, banyak pujian, banyak achievement telah didapat dari unit kerja ini. Maka seorang pemimpin mundur dari Ingma Dio Mangunkarso menjadi Tut Wuri Handain.

Ketika penghargaan datang. Ketika pujian datang, ketika sorot kamera, ketika banyak wartawan meliput bagaimana suksesnya unit kerja ini, maka sang pemimpin mengatakan, tidak ini semua adalah hasil karya teman-teman, tim saya. Saya hanya memberikan support saja dari belakang.

Esensinya adalah saya mundur beberapa langkah, mempersiapkan diri sebagai satu ancang-ancang untuk tugas yang lebih tinggi, untuk tanggung jawab yang lebih besar, untuk satu assignment, untuk satu penugasan yang lebih tinggi dalam karir maupun dalam kontribusi saya bagi organisasi dan masyarakat luas. Tutguri Andayani artinya adalah saya sudah berhasil dalam level ini, saya mempersiapkan diri untuk level selanjutnya. Bapak-Ibu sekalian, Ing Ngarso Sungtulodo, pemimpin mengambil tanggung jawab ketika banyak hal tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dia harus mendobrak, dia harus mengatasi segala persoalan. Ketika sudah berhasil diatasi, Ing Madio Mangunkarsu mendelegasikan kepada rekan kerja sambil memberikan semangat dan motivasi.

Ketika sudah sukses berhasil, Tut Wuri Handayani. Ini semua adalah karya tim saya mempersiapkan diri untuk tugas selanjutnya. Semoga konsep dari Ki Hajar Dewantara yang sungguh filosofis ini dapat memberikan inspirasi bagi kita untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Sampai jumpa di lain kesempatan.

Terima kasih.