Transcript for:
Pentingnya Lifelong Learning di Era Digital

Sebenarnya 5 orang 4 perempuan, jadi ini tuh sehari-hari tuh mainnya pep. Ini panen banget main ini. Lihat muka kita lagi badan tuh. Lucu banget lah ini. Itu salah satu skill ya menurutku yang sangat kita butuhkan sekarang di era yang cepet banget berubah.

Dan kalau lo gak mau ngaca ngeliat bahwa lo tuh sebetulnya jauh banget dari yang diperlukan. Ya lo gak akan ada motivasi untuk bisa meningkatkan kemampuan. Ngaca gitu. Tapi kan kita sering banget selfie mbak. Itu gak ngefek ya?

Selfie-nya pake filter. Semakin tua, semakin peduli kesehatan. Semakin tua, peduli dengan akses terhadap sarana-prasarana.

Karena mobilitas, at the end kita tuh akan dipambang. Artinya adalah belajar itu tidak perlu kita keluar atau kemana yang mungkin teman-teman teman-teman kita yang punya keterbatasan mobilitas karena tiga persen dari peserta pekerja itu penyandang disabilitas termasuk tunadarsa Nah jadi kalian pun juga bisa belajar dari rumah dari tempat yang privat ya tidak perlu kemudian pergi kemana-mana as long as tadi ada koneksi digital dan dengan alat digital yang bisa kita gunakan Halo teman-teman Narasi, balik lagi bersama saya Marissa Anita di Enaknya Diobrolin. Dan hari ini saya senang banget karena disini sudah ada dua perempuan hebat yaitu Najwa Shihab.

Hai Mbak. Hai Mbak Nana. Apa kabar? Baik, terima kasih.

Ya siapa tidak kenal dengan Najwa Shihab, dia adalah seorang jurnalis dan juga founder dari Narasi. Dan juga disini ada Mbak Deni Puspa Purbasari yang merupakan Direktur... Eksekutif PMO Prakerja Terima kasih banyak Mbak Denny hari ini Terima kasih kembali dan salam kenal Salam kenal juga Mbak Denny Hari ini Saya ingin ngobrolin tentang Lifelong learning atau Belajar sepanjang hayat dan kenapa Ini merupakan hal yang sangat penting Terutama di era digital Kemajuan digital terus maju tapi Mungkin kadang-kadang ada generasi-generasi Yang merasa tertinggal sehingga Tidak bisa keep up Tapi ini bukan diskusi biasa karena saya akan ajak main disini ada paper doll aku teringat masa lalu Mbak Dini dulu main ini gak? baru tau saya baru googling paper doll adalah Mbak Dini dulu belajar, sampai sekarang belajar-belajar terus kalau dulu aku banyak mainnya mainnya saya main kelereng jadi main gunduk sama kakak saya bukan, kelereng Itu sebelum depan rumah di aspal. Terus yang kedua main layangan.

Terus ya gerobak sodor. Soalnya kakaknya Mbak Dini cowok? Laki, iya. Satu tahun di atas saya. Jadi kayaknya seru kan permainannya.

Tapi lu gak main karet? Ada, ada main karet. Cuman memang dari dulu mainan kayak pasaran, boneka itu saya kurang suka. Aku gak tau ada yang salah sama aku sih kayaknya. Kalau aku banyakkan perempuan kan.

Sebenarnya 5 orang 4 perempuan. Jadi ini tuh sehari-hari tuh mainnya paper doll. Ini panen banget main ini. Lihat muka kita lagi badan tuh.

Lucu banget loh ini. Badan boleh ya, kasih lihat ya. Deng-deng. Iya, langsing.

Ini yang penting nih, langsing. Vision masa depan. Iya, vision masa depan. Dan di sini juga ada beberapa barang-barang gitu ya.

Tapi sebelum kita main nanti, melengkapi paper doll ini, saya mau bicara tentang lifelong learning. Dan betapa pentingnya kita terus belajar di era digital. Disrupsi digital itu definisi.

misalnya pasti berbeda-beda bagi setiap orang. Nah, kalau misalnya dari Mbak Deni, ketika mendengar disrupsi digital dan impact-nya kehidupan Mbak Deni sendiri dan sekitar itu seperti apa? Disrupsi digital itu adalah, menurut saya sih, ini tentang akses ya. Bahwa kita ini sekarang punya sebuah alat atau media di mana kemudian kita bisa bekerja, mengakses informasi, berinteraksi itu dengan lebih cepat.

lebih mudah. Nah, tetapi ketika itu begitu mudah, kemudian adalah bagaimana kita kemudian memilih dan menyerapnya. Nah, ini bisa overwhelming sebenarnya. Sangat. Betul.

Jadi, tetapi opportunity yang ada adalah tadi. Karena banyak, dan kalau kita mampu untuk memilih tadi, itu adalah kesempatan untuk belajar tentang banyak hal. Itu ada di sana. Jadi, bisa dikatakan ini seamless dan kemudian hampir costless. Ya, tentu.

Tentu saja kita berharap di teman-teman yang ada dari daerah-daerah yang mungkin masih remote, itu infrastruktur digitalnya kemudian semakin meningkat. Beberapa restoran misalnya saja juga ada wifi gratis yang bisa diakses. terpemerintah misalnya saja, sehingga dengan misalnya gadget yang sederhana mereka kemudian tetap bisa belajar dan mengakses informasi.

Nah itu dia, kalau Mbak Nana ngeliatnya gimana Mbak? Iya karena memang dunia kan berubah terutama karena apa yang sehari-hari kita minimal secara sederhana kita pengen. pegang di tangan kita gitu ya setiap hari setiap hari dunia berbagai industri dimanapun itu berubah karena itu cara kita hidup pun berubah karena itu cara kita cari pesen makan cara kita belanja cara kita sekolah cara kita kerja cara kita cari jodoh eh Dari ujung ke ujung hidup kita berubah.

Dengan teknologi gitu. Iya betul. Nah salah satu alasan waktu itu mendirikan narasi juga karena cara orang mengkonsumsi informasi juga berubah. Iya. Karenanya ya dunianya berubah, kalau kitanya nggak berubah kita akan ditinggalkan.

Yes. If we finish changing, we finish. Yes.

Jadi ada pilihan untuk kita nggak berubah dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi gitu. Karena kalau nggak jadi nggak relevan dan jadi sia-sia hidup kita. Betul.

Jadi sekarang kita perlukan adalah gimana caranya nih dengan dunia yang berubah sedemikian pesan. pesat dengan alat teknologi yang semakin pintar, kita hanya juga bisa mengikuti. Bukannya kita justru malah tertinggal dan tersiasiakan. Itu sih, Mar, sebetulnya.

Iya, Mbak Nana. Dan orang kalau misalnya bicara mengenai belajar gitu ya, pasti mikirnya, oh ya harus belajar di sekolah atau harus kursus di sebuah ruangan atau sebuah institusi. Padahal sebetulnya dengan digitalisasi ini, ini menjadi kesempatan luar biasa bagi kita semua untuk belajar kapan saja dan dimana saja. Kalau bicara lifelong learning, belajar sepanjang hayat. Gayanya Mbak Denny belajar sepanjang ayat itu seperti apa?

Mungkin bisa dilengkapi di sini, jadi kita udah mulai main ya. Di sini ada, Mbak Denny tentunya, ada buku, ada jam, ada laptop, handphone, kamera, tas, earphone, kaca dan sebagainya. Silahkan Mbak Denny. Belajar sepanjang ayat di hari digital itu menurut saya ini, yang pertama itu ponsel. Oke, kenapa?

Oh. Karena pertama adalah hindi tentu saja bisa dibawa dimanapun dan kemudian di tempat yang paling privat juga kita masih bisa baca-baca. Tapi jangan lama-lama ya, banyak antrian di luar.

Oh maksudnya di kamar kecil gitu, oke. Jadi ini bisa membuat kita tahu banyak hal, kita bisa lebih produktif. Nah, cuma tadi kalau kita bicara lifelong learning, the most important menurut saya itu adalah kita mesti punya mindset bahwa kita...

kita ingin terus tumbuh. Tumbuh untuk bermanfaat. Terus kita juga kemudian ingin bisa survive.

Saya pikir ini kan natural ya, manusia itu. Jadi pada saat katakanlah situasinya lagi turun, kita masih tetap relevan. Ketika situasinya kondusif, kita bisa tumbuh.

Karena kita hidup kan bukan untuk diri kita sendiri, tetapi untuk kemanfaatan buat yang lain, buat keluarga kita, buat saudara-saudara kita, buat masyarakat, dan seterusnya. Dan untuk... untuk bisa kemudian melakukan itu, we have to learn.

Terus. Dan itu learn itu tidak harus dari suatu yang sangat sophisticated. Tetapi dengan, pertama adalah mindful.

Sebenarnya ini juga tantangan sih Mbak Nana. Begitu kita itu ada HP, kita itu nggak mindful dengan being kita. Karena kita kemudian stuck dengan di sini. Kasu nyatan itu kadang ada di depan mata. Interaksi yang langsung, reaksi langsung dari Mbak Nana itu bisa saya lihat lebih jelas, lebih direct.

Dibandingkan motif. Interaktif daripada emoticon atau kemudian virtual. Ketika virtual kita bisa nahan atau apa. Dan mungkin short.

Tapi begitu-begini berbeda. Jadi saya tahu setiap orang punya dosis yang tepat. When kita bisa katakanlah belajar di sini. Tetapi tidak melupakan bahwa belajar itu juga dari sekeliling kita. Tentu.

Setuju. Tapi di saat yang sama, alat ini ya. Ini adalah teknologi yang luar biasa. Yang muncul di tahun 2007. ketika Steve Jobs memunculkan alat ini. Tapi ini seperti pisau bermata dua, Mbak Denny dan Mbak Nana.

Karena banyak banget informasinya, sampai bingung. Ini kalau misalnya aku mau belajar dengan informasi yang sudah begini banyak, otakku mumet. Mbak Denny ada tips nggak?

Bagaimana bisa membuat alat ini menjadi alat belajar yang efektif? Apa ya? Kalau Mbak Denny dalam keseharian, nanti... menurut saya bukan tentang lengah waktu yang dihabiskan disini tetapi ketika kita siap, ketika saya merasa saya siap dan saya memang butuh tahu tentang sesuatu saya cari dan saya komit, jadi ada intensi dulu ya? ya, jadi temukan itu tadi intensionnya kemudian udah komit aja sebentar aja setelah itu kemudian udah kadang, tapi ini lewat kuping kanan, kuping kanan kiri, kuping kanan atau mental lagi gak mampir kan kalau ke kanan kiri masih lewat kepala pasti lumayan mbak ada yang nempel aja tapi kalau ini ke kanan lagi ya itu kan gak ada yang nempel jadi powerful sekali tinggal kemudian jangan kayak ngabisin waktu waktu yang gak berguna tuh mbak.

Tahu-tahu kita 30 menit, cuman gini-gini doang. Terlalu banyak notifikasi sehingga kita gampang sekali terdistraksi. Betul. Mbak Nana mati notifikasi ya di handphone? Aku mati notifikasi.

Karena kalau enggak gak bisa dikiduk. sedikit kling-kling, segala macam dari mulai pesanan udah nyampe dari mulai segala macam tapi udah gak mungkin tuh notifikasi dinyalain gak bisa konsentrasi distraction selalu banannya gimana? coba satu barang untuk lifelong learning ini bukan karena aku dulu duta baca ya cuma karena aku percaya pada kekuatan buku dan aku merasa ini bisa menyeimbangkan yes, ini definitely sesuatu yang kita gak bisa lepas sekarang, sesuatu yang memang kita harus punya selalu dan memang ada salah satu selalu dan sumber informasi seperti tadi ketambah Dini semuanya ada di sini tapi aku merasa baca buku itu itu bisa menyeimbangkan kemampuan yang yang bisa kita miliki untuk menafigasi berbagai informasi yang ada di sini aku merasa membaca itu membuat kita menjadi orang yang lebih sabar kita tuh nggak akan mengambil kesimpulan sampai halaman terakhir di bab terakhir Iya kita akan tunggu dan kita nggak akan cepet ngejas tuh Wah ini tokohnya jahat eh Karena tiba-tiba plot twist. Tokohnya jadi pahlawan gitu. Atau tiba-tiba, jadi aku merasa kita diajarkan untuk tidak menjadi orang yang mudah menghakimi orang lain.

Apalagi kalau bacaannya salah satunya fiksi. Fiksi itu kan melatih empati ya. Dan di era di mana gawai membuat kita attention span-nya jadi sangat pendek.

Membuat kita bahkan kehilangan empati. Karena kehilangan perhatian. Cepat marah.

Ada beberapa media. media sosial yang memang kayaknya kalau kita ada di situ bawaannya ngamuk-ngamuk mulu ya betul nah jadi menyeimbangkannya adalah dengan membaca buku membuat kita menjadi lebih tenang ya akan buru-buru itu ngambil kesimpulan membuat kita jadi punya keluasan hati memperlebar imajinasi so I really believe in the power of books and I know this is orang bilang ngapain baca buku tapi saya tetap merasa ini tuh justru menjadi sangat dipentukan sekarang karena skill yang kita bisa kembangkan membaca buku membaca buku itu bisa menyeimbangkan skill yang mungkin enggak terlalu kita asah ketika kita menggunakan teknologi itu simar dan juga kedalaman ya Mbak buku kalau misalnya kita terbiasa membaca buku itu kan karena memang lama kita harus telaten harus sabar gitu itu juga informasinya cantolnya lebih lama loh kita membaca dibandingkan kalau ini kan metode membaca di screen itu kan digital lebih scanning ya kalau ini tuh lebih linear gitu tapi dan lagi memang harus diseimbangkan sekarang ya mungkin hanya satu sisi atau gak mungkin hanya ini let's combine them both itu adalah salah satu cara untuk kita terus belajar di luar ruang kelas satu lagi Mbak Nana kalau misalnya tantangan manusia zaman sekarang terutama di era digital itu adalah gini orang-orang yang baca buku itu makin sedikit mereka kayak tidak seakan seakan tidak punya kemampuan untuk membaca Mbak Nana punya tips gak untuk ayo kita balik lagi nih baca ini Ya nggak apa-apa, ponsel menjadi sumber informasi. Tapi ayo. Dan bacanya juga bisa di ponsel. Aku sekarang banyak e-books tuh aku baca juga di e-books.

Itu juga maksudnya memudahkan untuk kita meng-highlight, untuk kita kemudian melanjutkan ditandain dan sebagainya. Jadi alternatif membaca buku digital itu juga sesuatu yang harus serius dilatih dan dilakukan. Kalau aku tipsnya seperti tadi kata Mbak Dini, Memang harus mindsetnya harus jelas dulu nih Oke Tapi kemudian juga harus dimasukkan dalam jadwal sehari-hari Mar Serius Mbak? Harus Jadi kalau misalnya aku lihat tanggalanmu per hari itu ada baca buku disitu?

Jadi gini, dicicil Jadi target Jadi misalnya sehari minimal harus baca 30 halaman Atau sehari timenya harus 30 menit Oke Ada yang bilang, aduh gak sanggup baca 30 menit 5 menit udah ngantuk Gitu kan Kalau gitu dicicil 5 menit pagi, 5 menit siang, 5 menit sore, 5 menit malam Gitu itu dapat 20 menit gitu. Jadi harus dipaksakan, harus dilakukan, itu harus menjadi kebiasaan. Memaksa diri untuk membaca berapa halaman di pagi, siang, sore, malam, dan akhirnya terkumpul. Dan setiap bulan targetnya harus naik. Dengan cara itu kita jadi terbiasa.

Memasukkan itu dalam jadwal keseharian. Iya, betul sekali. Coba satu barang lagi Mbak Denny. Lifelong learning, belajar terus. Belajar di ruang kelas, belajar sepanjang hayat.

Sepatu aja. Oh, menarik. Sepatu bisa. bisa jadi alat belajar? Karena ini harus mengingatkan kita sepatu ini mengejar apapun yang kita rasa itu adalah harus dikejar.

Ketertinggalan kita, kudet, misalnya saja. Saya tidak mengerti ini. Bahkan kadang ada kata seperti ini paper doll.

Saya yakin tidak ada sesuatu yang sia-sia. Soal positif negatif tentu saja tinggal penyikapan. Tetapi kalau kita tidak tahu bagaimana Bagaimana kita akan menyikapi.

Jadi saya pikir sepatu ini jawabannya untuk mengejar terus. Tentu saja kita bisa kemudian, kita mungkin ada gamang ya. Terutama kalau sudah usia kolonial-kolonial nggak jelas kayak saya ini ya.

Bisa mengejar nggak sih? Oh ampun, karena di PMO ini saya orang nomor dua tertua. 50 persen anak STEM, 70 persen anak milenial dan Gen Z. Jadi, waduh setahun pertama di PMO.

Prakerja itu, ampun dah itu siksaan terberat, learning curve-nya itu sangat steep buat saya. Untuk semua hal, tidak hanya subject matter-nya, tetapi how to adjust dan berlari bersama dengan tim saya yang cara kerjanya jauh lebih cepat, jauh lebih agile, jauh lebih blunt. Intinya adalah kita harus ngerti why alasan orang itu untuk merespon sesuatu dan bagaimana kemudian kita merespon dengan proper juga, appropriate juga. Nah, jadi...

Sepatu ini adalah refleksi bahwa kita ngejar terus deh apa yang kita itu nggak ngerti. Sepatu untuk berlari. Bicara berlari, ngejo sihab.

Iya, karena saya nggak lari maraton. Saya juga belum kok. Aku lari untuk semuanya bisa makan.

Karena menikmati makan. Iya, karena menikmati makan jadi lari. Coba bareng kedua.

Mungkin kaca ya. Oh, menarik. Kenapa, Mbak?

Untuk refleksi, aku merasa kemampuan kita untuk refleksi itu salah satu kemampuan yang underrated. Dan salah satu hal yang jarang mau kita lakukan karena berat kan berkaca, melihat langsung apa adanya. Ya kan, kadang-kadang takut. Karena kalau kita berkaca, kita harus jujur menilai.

Aduh, gue tuh nggak bisa ini. Gue orangnya kayak gini. Eh, gue ada manisnya sih kekuatan gue di sini. Gue... harus melakukan ini tapi tapi seringkali tuh orang butuh kuat untuk bisa berkaca dan kemudian mau melakukan sesuatu untuk memperbaiki apa yang kekurangannya dia gitu kemampuan untuk bisa juga refleksi melihat ke belakang apa sih kesalahan gue yang dulu kemudian merencanakan hal-hal yang harus gue lakukan untuk mengulangi kesalahan itu itu kemampuan yang super penting kemampuan reflektif itu salah satu skill yang menurutku yang sangat kita butuhkan sekarang di era yang cepet banget berubah dan kalau lu nggak mau ngaca ngeliat bahwa lu tuh sebetulnya jauh banget dari yang diperlukan, ya lu gak akan ada motivasi untuk bisa meningkatkan kemampuan naca gitu tapi kan kita sering banget selfie mbak itu gak ngefek ya?

selfie nya pake filter kita sekarang selfie ditambahin filter supaya bukannya jadi tirus, supaya hidungnya lebih mancung, matanya kehilang hilangin lingkar hitam jadi kita jarang banget melihat refleksi asli kita ketika kita posting di medsos gak ngenalin tuh gue ya udah gak kembali ada kebanyakan filter, kebanyakan yang kita tutup-tutupi jadi justru di hari-hari ini dimana ada begitu banyak hal yang yang sebetulnya justru kita perlu jujur sama diri sendiri, gue gak bisa ini, gue gak bisa ini gue harus melakukan ini Laca, laca gitu Tapi terkait dengan tadi refleksi diri Kalau memang itu membutuhkan skill dan kontemplasi kejujuran yang mungkin kita saking sibuknya itu gak sempat Iya reflect dan be honest dan itu kan butuh kita still tadi loh still diem mikirin kadang saking sibuknya nggak sempet mikir kalau saya ada satu yaitu teman-teman kita saya punya teman-teman teman-teman deket yang sejak kuliah yang itu bener-bener deh kita bisa ngomong apa adanya kepada merekalah saya seringkali minta dinilai Wow kalian melihat saya berubah karena apa teman-teman ini adalah teman-teman yang membuat kita selalu bisa otentik menjadi diri kita sampai jabatan kita apapun itu membuat kita somehow kayak kehilangan diri tanpa kita menyadari ya Nah jadi teman-teman itulah yang tahu siapa kita dulunya aslinya dulu waktu kuliah kayak apa waktu kamu belum ada jabatan ya, Den? pas bien kamu mutang karwaku tinggal KTP itu yang membuat kita kemudian tolong dong, karena kadang ngaca sendiri itu susah banget paling enak diilai orang enak banget kita memang meminta teman kita untuk katakanlah memberikan masukan makita ini kan kita artinya I am ready to be and Evaluasi untuk menjadi... Ya, kayak gitu. Karena...

Karena berat loh orang minta... Saya lihat, karena kadang ada... Evaluasi yang tidak diundang.

Oh, iya-iya. Unsolicited comment. Nah, apalagi itu terkait dengan personal atau beda generasi, beda rank. Itu kadangkala tidak berakhir baik.

That's why ketika kita punya lingkungan yang aman, itu yang kita rasa kita bisa be ourselves, nggak perlu pakai tameng apapun, wah enak sekali itu. Sayangnya teman-teman... teman saya ini sudah banyak yang senior pejabat apa sih punya minta ampun gitu udah tersebar di mana gitu cuman empat orang tidak lebih gitu Iya dimana itu kadang kita meet dan kemudian disitulah kita talk serius liya vulnerability receh sampai yang serius terbang sampai yang receh lagi Oh iya dan guyonan yang gak mutu itu ya kembali lah itu gue nggak mau tapi menghibur kita butuh juga itu udah nih tadi Mbak ini juga sempet ngangkat mengenai generation gap ya atau apa ada kesenjangan atau ada gap antar generasi.

Gap yang Mbak Deni rasakan terutama terkait dengan lifelong learning ini seperti apa? Terkait generation gap ya? Tadi tentang begitu orang tidak mengenal gadget dengan dunia digital, itu sudah satu tahap yang akan men-trigger gap yang lebih jauh lagi. Itu menurut saya.

Coba contoh konkretnya yang seperti apa? Misalnya saja... Saya ada gadget Mbak Nana gak ada Karena Mbak Nana mungkin ada di pulau yang agak jauh Saya kemudian mengakses informasi Dengan apapun yang beredar Wah dari sana sini Dan yang saya akses kualiti semua Kemudian opportunity pekerjaan Kolaborasi dan segala macam disini Mbak Nana gak mengenali ini Jadi sangat terbatas Meskipun mungkin potensinya Mbak Nana Sama dengan saya seandainya itu ada So ini Kemudian Mbak Nana growthnya begini begini pelan tapi grupnya saya begini jadi samanya sama naik tapi ini gapnya jauh Nah kalau diangkat dalam hal generasi itu juga begitu anak muda Wah itu informasinya luar biasa tapi sekali lagi ini kan harus diimbangin cara parentingnya yang pas itu seperti apa cara berinteraksi karena kita itu human being ini bisa membuat kita disconnect loh karena itu loneliness dan segala macam kompetisi sosial atau apa apa di perkenalkan yang banding-banding ke nah segala macam itu ini bisa poisonous mode saya desuai ini saya nggak ngerti Mbak Bagaimana kita kemudian antar generasi bukan blemish each other tetapi siapa atau zamanku lebih baik dari atau generasiku lebih baik daripada yang lain bukan begitu karena saya yakin bahwa ya kata orang bijak bilang generasi yang cuman tahu tentang generasi orang yang hanya tahu tentang generasinya itu remit child dia harus kemudian melihat apa yang ada di sejarah dulu, tapi juga kemudian generasi-generasi yang selanjutnya.

Jadi, I think, apa namanya, tapi sekali lagi, tua itu tidak berarti tidak bisa belajar. Bisa kok, tapi kemudian memang yang muda memang harus dampingin. Pertama yang paling muda dan paling relevan.

Karena kalau kemudian yang sepuh diajarin sesuatu yang tidak relevan, ya kenapa gitu. Misalnya aja, semakin tua semakin peduli kesehatan. Semakin tua peduli dengan akses.

terhadap sarana proses karena mobilitas at the end kita akan defable dan sarana-perasaran dan segala macam itu kan kita jadi concern jadi maka dari itu menurut saya adalah apa yang relevan buat masing-masing generasi itulah yang kemudian kita sajikan sehingga kemudian mereka merasa connect kemudian mereka akan menggunakan bukan situ terjadi itu akan kemudian ke lain-lainnya kok Mbak Nenang mau menambahkan? Mungkin itu ya kan generasi sekarang itu kan terpapar dengan tsunami informasi sangat jadi justru generasi sekarang kemampuan untuk bisa memilih dan memilah informasi yang sedemikian banyak itu menjadi krusial buat mereka kalau dulu generasi sebelumnya terbatas gitu, cara komunikasinya juga terbatas gitu, telpon kalau yang punya telpon, mirimnya pakai fax atau telegram gitu kalau sekarang tuh dengan kecepatan itu pada saat itu juga bisa mem-forward informasi gitu lewat aplikasi pesan gitu ya maka Makanya kalau kita lihat sekarang justru yang rentan menyebarkan hoax atau virus dusta, itu justru generasi yang tidak terbiasa dengan kecepatan. Kalau untuk generasi sekarang yang digital native, kecepatan itu normalitas, bukan kemewahan.

Jadi buat mereka seharusnya bisa jadi jauh lebih hati-hati menyikapi informasi yang beredar. Dan seharusnya buat mereka, aku selalu bilang untuk anak-anak muda di grup WhatsApp keluarga, harus lo yang jadi tanggap. Harus ngasih tahu admin.

harus menjadi admin sekaligus juga untuk mengontrol, oh itu hoax, karena infonya dari sini, oh itu ini, walaupun gak enak tuh sama om sama tante, yang kolonial atau yang baby boomers yang jauh lebih rentan terhadap itu, anak muda nih yang seharusnya bisa jadi penjaga itu misalnya, itu generation gap yang seharusnya bisa saling mengisi itu. Iya, bisa kita mulai tutup. Bisa mulai ditutup, tapi ya itu lagi-lagi karena anak muda nih terbiasa dengan informasi, jadi mereka ngeliat-ngeliat dikit, ah itu udah biasa, ah itu gampang, ah itu gampang. Jadi terkesan tuh menggambangkan karena I've seen it all gitu.

Informasinya tuh semua. Jadi ngerasa tau semua. Ngerasa tau semua ya. Ngerasa tau semua.

Karena ya memang mungkin aja mereka terpapar dengan banyak informasi. Iya betul. Dan kan orang ada kecenderungan ngeliat satu atau dua detik headline merasa udah bisa baca semua. Iya. Ada tuh hasil penelitian itu tuh.

Wow. Jadi sifat know it all karena memang udah terpapar. Itu tuh identik dengan anak-anak yang lebih muda atau gen Z. Karena lagi-lagi aku baca tuh hasil penelitian McKenzie Mbak Denny. Salah satu atribusi yang paling dimiliki.

sedikit tapi juga underrated apa coba humility jadi kalau kreativitas daya saik itu generasi Z tuh generasi milenial kenceng tapi sebetulnya yang dibutuhkan juga hari-hari ini tuh humility kemampuan untuk mau menerima feedback kemampuan untuk mau belajar lagi di tengah situasi yang sedemikian cepat berubah dan di tengah perusahaan yang generasi generation gap nya bosnya umur segini manajernya umur segini dia umur segini kalau dia ngapain punya humility untuk mau belajar dengan yang lebih tua, yang punya pengalaman dan sebagainya, akan susah dia bisa survive di dunia kerja. Berarti kira-kira kalau misalnya dari alat-alat ini ya, bagaimana kita menutup gap ini sehingga komunikasi atau pembelajaran dua arah ya, antara generasi boomers dan X dan juga generasi millennial dan Z, itu tuh... Kita saling belajar yuk satu sama lain Kita coba turunkan yuk ego kita masing-masing gitu Coba mungkin dari Mbak Denny dulu Ini Pas Kenapa Mbak?

Semuanya bisa dimasukkan Hahaha Informasi, pengetahuan, apapun itu bisa dimasukkan di situ. Jadi, ya karena mungkin setiap harinya kayaknya ini plus laptop, tapi ini buat saya adalah tas itu. Hey, kita bisa ambil apapun nih dari dunia digital itu, termasuk tadi generasi baby boomers maupun generasi X. Apapun yang relevan sama kita.

Dan kemudian... Kita mulai aja deh, mulai dulu. Dan kemudian berkembang terus. Nah soal tadi memfilter dari segala macam, plus tadi humility ya mbak ya. Itu benar.

Karena tadi sangat cepat, pendek juga. terus habis itu nggak langsung. Sehingga dalam tanda kutip kayak punishment itu juga nggak langsung. Paling juga kata-kata pendek atau kemudian hanya emoji dan segala macam.

Jadi, empatinya itu manusia ini kan kompleks ya. Emosinya itu kompleks. Jadi, saya pikir untuk adik-adik, saya yakin bahwa mereka hebat banget kok Mbak. Sudah saya ketahui dari PMO Prakerja itu, adik-adik itu luar biasa dalam hal kreativiti.

Dan... kecepatan dan segala macam tapi memang ada soft skill gitu Yang saya pikir antar generasi ini kan harus kolaborasi Supaya kemudian kita bareng-bareng itu naik gitu Karena gak bisa kemudian satu generasi itu kemudian jalan sendiri Bahkan lo yang generasi sebelumnya gak juga menyiapkan atau kasih punggung atau bahu buat generasi lainnya, bangsa ini kan dari generasi ke generasi. Tapi satu hal bahwa kita harus belajar dari kesalahan kita. Dan kemudian kita share tentang apa yang positif yang bisa kita lakukan ke depan bersama-sama. Oke, Marana?

Kalau dalam bentuk alat ya? Iya. Apa ya dalam bentuk alat ya? Mungkin kamera kali ya. Mengcapture situasi, merekam, kemudian melihat ulang, menyimpan.

Kan memori ada di sini nih. Jadi belajar dari pengalaman generasi yang terdahulu. Ya kan, belajar dari memori.

Hashtagnya melawan lupa Itu juga perlu tuh Jadi maksudnya Ngeliat ke depan tapi juga tanpa melupakan Apa yang udah didapatkan sebelumnya Dan itu ini kan untuk mengambil Ikan memori itu Nah disini Saya punya beberapa gambar background ya Mbak Najwa dan juga Mbak Denny Karena kita bertiga percaya Dan saya yakin banyak sekali orang di luar sana Yang percaya bahwa belajar itu kita gak perlu selalu Mikirnya oh berarti aku harus ke sekolah Aku harus sekolah lagi, ya gak apa-apa juga kalau misalnya mau Tapi kita bisa belajar dimana saja Tidak perlu ke tempat kursus So, kalau misalnya dari beberapa background ini Kira-kira Mbak Denny atau Mbak Najwa pilih yang mana? Bisa belajar dimana? Biasanya Ini kamar siapa cakup banget Kamar gue gak serapiin disini Yang penting ada kasurnya Jadi disini ada kamar, ada taman, ada kucing-kucingnya, ada sekolah Kemudian ada ruang, oh ini kayaknya co-working space ya?

Atau mungkin perpustakaan, atau kafe gitu ya? Ini bisa semua, tahu, ya kan? Nggak boleh ya kalau misalnya dipilih semua ya? Bisa semua. Coba yang paling, kayaknya dapet nih feelingnya.

Mungkin tergantung mau belajar apa kali ya, Loren? Ya, dari alam kita bisa belajar. Dan tadi kalau saya pikir, kadangkala ketika sibuk banget, kita butuh... Oase dimana kita just untuk berhenti aja berhenti dengan diri kita karena capek banget bener-bener di sana tuh kecepatannya tuh Waduh gila banget Nah jadi ini kayak tempat oase untuk mencari katakanlah break itu dan kemudian with the nature. Tapi yang ini kenapa saya pilih?

Pertama adalah saya suka tidur. Bagus, karena kalau misalnya tidur berarti otaknya istirahat besoknya bisa produktif. Enggak tahu apa, pokoknya senang tidur. Jadi saya senang tidur apalagi weekend. Waduh, itu saya senang tidur balas dendam.

Nah kemudian yang kedua adalah di tempat tidur ini kan sebenarnya refleksi bahwa ini ruang yang... ruang yang privat, ruang yang mungkin buat kita itu spending like the least productive activity itu disini, tapi actually ini bisa productive. Nah, dan jadi tentang private-nya itu dan kalau anak kos misalnya aja ya kamar itu ya udah cuman ada kasur kan.

Iya betul. Yang terjadi adalah kompor kecil. Betul dan ini ruang yang privat, kita bisa belajar dalam kondisi apapun selama itu. Nah tadi ada alat dan kita ada niat tadi.

Terus kemudian yang penting juga adalah Artinya adalah belajar itu tidak perlu kita keluar atau kemana yang mungkin teman-teman kita yang punya keterbatasan mobilitas Karena 3% dari peserta prakerja itu penyandang disabilitas termasuk tunadaksa Nah jadi kalian pun juga bisa belajar dari rumah, dari tempat yang privat Tidak perlu kemudian pergi kemana-mana As long as tadi ada koneksi digital dan alat digital yang bisa kita gunakan Selain ada alat digital kan berarti materinya juga harus ada kan jadi kadang-kadang orang bilang ah ini nih, Mbak Najwa, Mbak Deni Mbak Marisa udah ngomongin belajar-belajar bisa dimana aja, tapi akses saya carinya tuh dimana kalau saya mau kursus ini tuh carinya dimana jadi memang kalau sumber-sumber belajar secara online itu ada, yang free banyak cuman kan mungkin terserah tidak terstruktur jadi bingung darinya Mbak Deni iya, pertama adalah bingung credibility juga itu kemudian kedua kadang diselipin iklan, kadang ganggu dan membuat kita kehilangan mood. Distrak. Kemudian tadi tidak terstruktur, terserak, dan harus memilih situs mana, katakanlah, atau sumber belajar mana itu yang kredibel.

Karena itu di program Ketua Prakerja menyediakan akses untuk belajar ini. Nah, sumber belajarnya itu karena kita sudah mengkorasi program pelatihannya, jumlahnya itu 1.200 sekarang ini. Tapi secara kumulatif sejak tahun 2020 itu 5.300. Kok bisa macam-macam sih program pelatihannya? Karena yang dilayanin 17,5 juta.

Sampai hari ini. Besok-besok kan growing terus. Nah teman-teman, ini juga berasal dari seluruh Indonesia.

Kita tidak bisa kemudian punya satu template yaitu, oke deh, ini cara belajarnya adalah orang muda Jawa. Yang itu mungkin ada di puncak piramida. Butuhnya adalah artificial intelligence. Khususnya adalah programmer-nya.

Bukan user atau aplikasi yang di-engineered atau di apa namanya, di- digerakkan oleh AI. Itu kan gak semuanya seperti itu. Jadi keindonesiaan itu harus ada juga dalam perspektif prakerja inklusif buat semua, termasuk buat teman-teman penyandang disabilitas. Itu bisa diakses di website mana ya? www.prakerjago.id Nah, jadi teman-teman bisa membuat akun dan kemudian join badge ketika badge-nya itu dibuka, ikutin aja Instagram kita di prakerja.go.id Bayar atau?

Oh, ada ya. dikasih beasiswa sama pemerintah, 3,5 juta rupiah. Teman-teman bisa memilih di antara pelatihan apa saja, kursus apa saja, silahkan ambil. Dan teman-teman ada nanti pre-test, post-test, tentu saja ada unjuk keterampilan, ada sertifikat.

Kalau yang mau menggunakan untuk apply for job, silahkan. Kalau itu kemudian mau wira usaha, ya berarti nggak perlu sertifikatnya dibawa untuk apply kemana-mana. But still, skillnya ada di sana.

Dan itu modulnya banyak. Kita nanti akan tahun depan mengaktifkan. kembali yaitu pelatihan self-paced learning dengan berbasis video.

Tapi satu video itu cuma 10 menit dan ini 9 jam belajar. Bisa dibayangkan 9 jam x 60 menit dibagi 10 itu berapa video, berapa video. Jadi terstruktur sekali dan tidak bisa dilembur hari Sabtu seharian deh.

Gak mungkin karena kita kemudian tahu bahwa kekuatan orang belajar itu optimalnya berapa sehingga modelnya adalah tripping. Belajar itu kan ada apa ya, apa ya menginternalisasi memahami itu butuh waktu bukan sekedar zut gitu semuanya kemudian videonya dilembur itu nanti kayak saya itu tadi yang kuping kanan ke kanan lagi gitu nggak ada yang lewat di event di tengah kepala tapi betul sih saya juga merupakan salah satu yang pernah melakukan itu Mbak Najwa Mbak Deni jadi saya masuk ke satu website karena saya mau belajar tentang psikologi kemudian ya udah sign up belajar ada video-video itu kemudian ada beberapa apa exercise atau latihan-latihan bahkan di akhir itu harus menulis sebuah esai untuk mengetahui bahwa kita sudah paham apa yang kita pelajari kalau banana, ruang apa? dan biasanya cara belajar banana seperti apa?

yang jelas ini pasti tempat yang paling nyaman ya oh sama, ternyata supaya beda mungkin kayaknya yang ini deh apakah di co-working space atau di cafe karena sekarang kan terutama kalau anak-anak gen Z dan milenial itu kan mereka senang di situasi yang jadi walaupun senang situasi ini dimana mereka bisa nongkrong gitu. Nah gimana caranya nongkrongnya bukan cuma nonton apa namanya film atau cuma main game gitu ya. Tapi nontonnya ya itu sambil belajar lagi.

Dapat akses yang sekarang banyak terbuka baik secara gratis bahkan beasiswa gitu ya. Salah satunya lewat prakerja gitu. Jadi nongkrong di co-working atau nongkrong di cafe dan ini ya nonton video kemudian habis itu ikut modulnya dan dapet ilmu gitu. sesederhana itu asal punya niat dan asal self-discipline. Karena kalau ini kan belajar sendiri nih.

Belajar sendiri ya berarti harus kita yang ngatur. Harus kita yang mau milih, harus kita yang punya komitmen. Itu tantangan loh, Mbak. Tantangan.

Zaman sekarang banyak sekali ya anak-anak muda itu yang niatnya ada. Pengen banget belajar nih, aku pengen qualified di bidang ini. Tapi selalu ada aja, aduh gak ada waktunya, atau waktunya terbuang untuk MSOS. Berarti itu mereka belum menganggap.

penting. Karena aku percaya kalau kamu menganggap sesuatu yang dikerjakan itu penting, kamu akan menghabiskan waktu, perhatian, tenaga untuk melakukan itu kok. Misalnya nih, menurut kamu penting nggak FOMO?

Kamu akan menghabiskan waktu banyak untuk scrolling netzlos untuk tahu apa yang lagi terjadi. Menurut kamu tampil cakep penting. Kamu akan menghabiskan waktu untuk belajar dandan, tutorial dandan, ngelihat video gimana cara make up. Menurut kamu penting untuk tahu apa info terbaru soal BTS. yang lagi wamil.

Habiskan waktu untuk baca soal itu. Obses bahkan. Jadi kalau menurut kamu itu penting, dengan sendirinya kamu akan meluangkan waktu, tenaga, ikut pelatihan, self-discipline, ngerjain sesuatu.

If you think that's important. Jadi sekarang gini aja, masa depan itu penting gak? Dapat pekerjaan bagus penting gak? Bisa survive penting gak?

Bisa beli rumah penting gak? Bisa membahagiakan orang tua penting gak? Bisa punya keluarga dan sebagainya Penting gak? Kalau itu penting otomatis kamu akan meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk belajar lagi.

Sesederhana itu. Benar, benar banget. Ya karena tadi kan, kalau kemudian, tadi setiap hari itu sebenarnya kita niat dulu deh.

Kita tuh pengen apa sih, mau belajar apa, dan komit 5 menit aja deh. Kalau itu kita konsentrasi banget, itu informasinya dapet kok. Ilmunya kemudian kita dapetin kok.

Jadi belajar itu bukan kemudian yang harus, hu hu, buku setumpuk atau apa. apa itu enggak itu seru banget kok modul-modul di prakerja itu seru-seru maksudnya kan praktek coba aja dulu ya dan coba sih aku akan pakai tiga setengah juta beasiswa pemerintah iya sih karena karena yaitu prakerja ini mungkin ya teman-teman mungkin ada yang khawatir atau apa itu kan prakerja jadi sebelum kerja jadi itu buat yang anggur dong atau untuk fresh grade enggak buat karyawan existing pegawai entrepreneur UKM bisa jadi enggak orang yang mau absurda bisa Iya korban PHK enggak itu betul terkait dengan ini itu ke nih salah satu konsultan itu nyebut Mbak Nana bahwa Indonesia itu butuh mengabsor 50% dari angka tenaga kerjanya 50% Iya kalau sekarang ini tenaga kerja kita 140 juta yang berjalan ke 70 juta karena apa dalam durasi setelah kita itu lulus S1 kita tuh kerja kerja itu kan bisa panjang banget kita kalau kemudian dengan ilmu saat kita kuliah dulu ya kita obsolete kita menjadi sama luar dan kemudian kita gampang di displace Oh ya terjadi tidak ada mau saya jangan ngeluh tapi usaha sumber belajar itu ada jadi enggak ada esky sekarang ini sebenarnya Nah jadi ketika kemudian kita belajar disitulah kita sempat mempertahankan tadi relevansi supaya kita tetap kemudian kemudian atau bisa grow bertahan bisa grow ketika kondisi ekonomi juga turun kita bisa bertahan kondisi ekonomi seperti sekarang ya kita bisa kemudian tumbuh sebenarnya kan kayak begitu jadi prakerja itu 18 tahun sampai 64 tahun Mbak kenapa 64 tahun karena lifelong learning itu sampai akhir hayat dari buaya sampai akhir hayat cuman kan memang secara perpres kita 18-64 jadi ini bukan pertarungan generasi kadang saya sedih juga yang muda kadang itu tetangga saya tuh tua gini kok dapat yang tua juga berhak untuk belajar cuman memang di prakerja itu 70% kita kan pakai kasih bobot gede untuk anak muda karena genzi milenial jalannya masih panjang jadi kalau dalam kacamata kita berinvestasi kepada anak muda ini jalannya masih panjang nah tapi still di prakerja itu yang di atas usia 55 tahun itu partisipannya 2% dari 17,5 juta itu gede loh nah artinya adalah kita tetap memberikan kesempatan buat bapak ibu yang pensiun atau apa belajar supaya tetap produktif, punya usaha, ngatur keuangan dan seterusnya sehingga kemudian tidak membebani generasi selanjutnya kan kita udah disindir-sindir terus tuh generasi sandwich gitu karena yang sepoh-sepoh tidak bisa mandiri gitu kan kita pingin anak-anak kita kemudian bisa mendanai cucu-cucu kita ya gitu ya supaya kemudian jauh lebih hebat iya betul, kalau misalnya bicara mengenai pembelajaran sepanjang hayat itu ya sebetulnya salah satu hal yang kita dapatkan adalah kebahagiaan dan kepuasan hidup, karena ketika kita belajar, otak kita terus berkembang, there is progress dan itu adalah salah satu kunci kebahagiaan manusia ketika kita merasa kita progress gitu, oke Mbak Denny dan Mbak Nana last words maybe, untuk take away dari teman-teman kita, silahkan dari Mbak Nana dulu oh iya Iya sih, apa namanya belajar seumur hidup, jangan melihat hanya di sekolah, jangan menutup diri, belajar pada kegiatan-kegiatan yang dulu dianggap, oh belajar tuh seperti ini, kita bisa belajar sehari-hari. Saya belajar setiap hari dari perbincangan yang saya lakukan bertemu dengan beragam orang, belajar dari membaca buku, belajar dari melihat tayangan, dengerin podcast, diskusi, gitu. Dan kalau ditinggalkan akan tersiasiakan, apa gunanya? Karena kan manusia itu baru bisa bermanfaat.

buat orang banyak itu kan ketika dia produktif, ketika dia melakukan sesuatu jadi kalau mau hidup kita bermanfaat kita harus terus mau belajar oke, Mbak Deni? tadi, bahwa Dunia digital itu menyediakan banyak informasi. Ketika itu banyak informasi, kita bukan hanya sekedar belajar atau mengetahui. Tahu, tahu itu mungkin adalah level 101. Tapi yang penting adalah bagaimana kita kemudian bisa mengambil benang merah, mengambil sintetik.

mengkoneksikan satu fakta dengan fakta yang lain sehingga muncul sebuah konklusi atau wisdom yang baru dan untuk itu teman-teman sekalian itu butuh sabar, mindful kemudian dunia itu bisa begitu kompetitif disini kita di gadget itu bisa melihat banyak hal kompetisi kesedihan, keberhasilan yang itu diperoleh dengan kerja keras sampai membuat kita bisa kemudian menjadi orang yang tidak kind jadi saya ingin kita be kind dan zaman semakin unpredictable be strong Jadi saran saya adalah Keep learning dan selalu punya harapan Terinspirasi Saya baru belajar dari perempuan ini juga Terima kasih banyak Mbak Denny Sudah berbagi mengenai lifelong learning Atau belajar sepanjang hayat Semoga diskusi kita Sambil main-main kita di hari ini Bisa menginspirasi teman-teman sekalian Untuk terus belajar Karena benar-benar teman-teman tidak rugi belajar Dan belajar itu bisa dimana saja, kapan saja Kita sudah ada aksesnya udah ada gadgetnya, kemudian juga ada program dari prakerja juga gunakan opportunity atau kesempatan itu nah sekian program dari Narasi Ayat Tionang yang diobrolin sampai jumpa di kesempatan berikutnya