Transcript for:
Pentingnya ChatGPT dalam Kehidupan Modern

ChatGPT, kecerdasan buatan besutan OpenAI, perusahaan milik Elon Musk dan Sam Altman, menggoyang dunia. Ia telah memiliki 1 juta pengguna hanya dalam 1 minggu sejak diluncurkan. Kehadiran ChatGPT akan mendisrupsi segalanya. Ia seperti bom atom perangkat lunak yang akan meluluh lantakan dunia yang kita kenal sekarang. Apa aja sih yang ChatGPT bisa lakukan?

Bagaimana cara kerjanya? Bagaimana Google dan Microsoft merespon kehadiran ChatGPT? Apa peluang dan ancaman yang ia bawa untuk umat manusia? Temukan jawabannya di video singkat ini. Kita mulai dari membahas apa itu chat GPT, kemudian mengkaji mengapa chat GPT bikin heboh kaum profesional dan akademik.

Lalu kita menukik untuk melihat chat GPT dari kacamata Google dan Microsoft. Setelah itu kita ulas bagaimana nasib pekerjaan kita dengan hadirnya chat GPT. Terakhir kita kupas batasan dan masa depan chat GPT.

ChatGPT adalah kecerdasan buatan atau AI yang merupakan varian dari Generative Pre-Training Transformers. ChatGPT dikembangkan oleh OpenAI, sebuah laboratorium riset kecerdasan buatan yang didirikan oleh Elon Musk, Sam Altman, Greg Brockman, dan lainnya pada Desember 2015. Mereka membangun OpenAI untuk mempromosikan dan mengembangkan AI yang ramah dan bisa memberi banyak manfaat bagi kehidupan umat manusia. Selain chat GPT, OpenAI juga membuat whisper yang dapat membuat sistem pengenalan suara otomatis. Juga DALI yang dapat menghasilkan gambar dan karya seni berbasis AI.

GPT adalah model bahasa berbasis neural network. Dia menggunakan unsupervised learning untuk menghasilkan teks bahasa yang alami. Model ini dilatih dengan memanfaatkan dataset sebesar lebih dari 40GB dari teks internet.

Kemampuannya terus dikembangkan supaya bisa menjalankan berbagai macam tugas manusia. Model ini kemudian diperbaiki menjadi GPT-2 dan disempurnakan menjadi chat GPT. Kini chat GPT dapat berinteraksi dengan manusia melalui persakapan. Canggih ya? Karena berkat chat GPT, kita jadi bisa diskusi sama mesin.

Emang secanggih apa sih GPT itu? Apa yang bisa dia lakukan? Ternyata memang banyak kebisaannya. Dia bisa menjawab pertanyaan apa saja. Melakukan pemrograman dasar, membuat analisis keuangan, menulis puisi, menciptakan lagu.

menulis artikel dan esai. Dia juga bisa meniru, menjelaskan, bahkan mengingat apa yang sudah dikatakan. Kalau ditanya, dia bisa menguraikan ide-ide dan menantang premis yang salah.

Juga menolak permintaan yang tidak pantas. Bahkan kalau dia membuat kesalahan, dia minta maaf. Lebih dari itu semua, dia juga bisa meringkas artikel ilmiah, menjalankan fungsi customer service berbasis chat, membuat prediksi, dan menerjemahkan bahasa. Dan kalau Anda lagi bete, coba aja deh pakai chat GPT.

Dia bisa menghibur Anda karena dia bisa membuat lelucon. Semua kebisaan itu adalah hasil dari dataset masif yang terus-menerus dipelajarinya. Ada banyak alasan kenapa chat GPT bisa bikin heboh. Karena dia bisa mengerjakan sesuatu yang biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya.

Dia juga menguasai berbagai jenis kemampuan. Bisa jadi tidak ada satu manusia pun yang menguasai kemampuan sebanyak yang bisa dilakukan oleh chat GPT. Belum lagi kecepatannya dalam menyelesaikan pekerjaan. Kalau manusia butuh hitungan jam untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, chat GPT bisa menyelesaikan pekerjaan itu hanya dalam hitungan detik.

Saya pernah bertanya langsung seperti ini ke chat GPT. Apa saja pekerjaan manusia yang bisa kamu gantikan di masa depan? Jawabannya, Saya ringkas gini ya, saya bisa melakukan pekerjaan customer service dan support, content creation, language translation, dan data entry.

Nah untuk kemampuan mendata entry itu, chat GPT bisa dilatih mengekstrak data dari teks yang tidak terstruktur, lalu memasukkannya ke dalam format terstruktur, sehingga bisa digunakan untuk mengotomatisasi tugas entry data. Nah itu pekerjaan yang nggak mudah untuk manusia. Kalaupun dikerjakan, biasanya kita butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Sebetulnya lebih banyak lagi sih pekerjaan yang bisa dilakukan oleh chat GPT. Misalnya dia bisa membantu programmer menulis baris-baris kode dalam membuat sebuah aplikasi.

Juga membantu menganalisa data keuangan dan memberikan rekomendasi. Jadi sepertinya chat GPT itu lagi merendah aja sih kayaknya ya. Nah dia melanjutkan jawabannya. Saya tidak mampu melakukan tugas-tugas tersebut dengan sempurna.

Saya bukan pengganti kecerdasan manusia, tetapi lebih sebagai alat yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam tugas-tugas tertentu. Mungkin chat GPT itu lagi berempati kali ya dengan kita ya. Dia nggak ingin kita khawatir. Teknologi ini juga dapat menciptakan peluang kerja baru di bidang seperti anotasi data, pelatihan model, pemantauan, dan pemeliharaan.

Begitu lanjut si chat. GBT. Luar biasa ya.

Walaupun sebetulnya wajar aja sih kalau kita tetap khawatir ya. Ucapan dari Yuval Noah Harari, sejarawan dan penulis buku Homo Deus, bisa mewakili kekhawatiran kita itu. Dia bilang begini, kita tengah menghadapi situasi unik dalam sejarah umat manusia. Untuk pertama kalinya, kita tidak memahami bagaimana gambaran pasar kerja pada 20 hingga 30 tahun mendatang.

Jadi, chat GPT tetap dinilai berpotensi mendisrupsi dunia kerja, termasuk mendisrupsi pekerjaan di sektor knowledge economy. Sebelumnya, AI level dasar dan robot sudah mengusur para pekerja kerah biru, dan sekarang chat GPT diprediksi akan mendisrupsi sektor pekerja kerah putih. Dia bisa mendisrupsi para copywriter, content writer, programmer pemula, dan knowledge worker lainnya. Chat GPT juga membuat para guru dan dosen cemas. Karena para muridnya atau mahasiswanya bisa aja memakai chat GPT untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Bayangkan aja ya, chat GPT bisa bikin esay. Mengerjakan tugas desain, fisika, kimia, musik, dan semuanya. Seorang pengamat pernah mencoba membuat esay menggunakan chat GPT.

Esay itu terus dicek menggunakan aplikasi pemeriksa plagiarisme. Hasilnya gimana? Nggak ada indikasi esay itu produk plagiat. Esay itu dinilai orisinal dan unik. Maka berbagai universitas wajar kalau jadi heboh.

Di George Washington University, sekarang ini banyak profesor menghilangkan PR. Ujian open book juga dihapus karena rentan dikerjakan mahasiswa dengan menggunakan chat GPT. Sekarang mereka lebih banyak memberi tugas di kelas, membuat makalah tulisan tangan, kerja kelopok, dan ujian lisan. Selain itu, sekitar 6.000 dosen dari Harvard University, Yale University, University of Rhode Island, sudah mengajukan GPT-0. Itu adalah program yang bisa mendeteksi dengan cepat teks yang dihasilkan oleh AI.

Salah satu aplikasi deteksi plagiarisme namanya Turnitin, fiturnya akan diperkaya supaya bisa mengidentifikasi penggunaan AI. Seru ya, AI diciptakan untuk mendeteksi kehadiran AI lainnya. Pertumbuhan lain juga berpeluang terjadi antara chat GPT dengan Google. Peluang itu bisa dilihat dari pertanyaan banyak pihak.

Apakah chat GPT akan menjadi penantang Google? Pengembang chat GPT ternyata rendah hati. Mereka mengatakan, ya nggak mungkin lah chat GPT atau yang lainnya bisa menggantikan Google. Mereka menganggap pemakai Google itu udah sangat banyak. Google juga sudah menguasai sekitar 90% bisnis mesin pencari.

Selain itu, Google memiliki basis data luas dari situs web yang diindeks dengan berbagai fitur dan alat. Google juga mampu melakukan pencarian berupa teks, gambar, peta, dan lain sebagainya. Mereka yakin bahwa chat GPT lebih banyak membantunya daripada menggantikan Google.

Meskipun begitu, banyak kalangan tetap saja melihat chat GPT sebagai penantang, ancaman, dan bahkan bisa jadi akhir dari Google. Ketika dibandingkan, Google kan hanya bisa memberikan kita daftar jawaban berbasis teks atau gambar. Google tidak menyuguhkan jawaban yang terpilih buat kita. Sedangkan jawaban yang diberikan chat GPT sudah berbentuk kesimpulan.

yang menjawab secara langsung pertanyaan kita. Kesimpulan itu dibuat setelah dia mengolah set data masif di internet yang berkaitan dengan arah pertanyaan kita. Kelebihan lainnya, ChatGPT memberi kesempatan kita untuk berdialog atau bertanya lebih mendalam kepadanya. Sebenarnya Google sudah punya chatbot AI yang serupa, yang namanya adalah Lambda, singkatan dari Language Model for Dialog Applications.

Nah, tentang Lambda ini saya sudah buat videonya ya di bulan Juni tahun 2022 lalu. Chatbot... Chatbot... itu belum meluncur ke publik. Tapi sudah sempat jadi kontroversi pada Juni tahun lalu.

Gara-garanya adalah seorang mantan ilmuwan Google namanya Blake Lemoine. Sesumbar bahwa Lambda bisa berpikir dan memiliki perasaan seperti manusia. Terlepas dari kontroversi itu, Lambda bisa dibilang sebagai senjata Google untuk menghadapi chat GPT. Tapi Google juga harus berhitung dengan benar.

Sebab bisa jadi nantinya Lambda justru akan memakan bisnis search miliknya. Terlepas dari apapun keputusan Google, mereka akan tetap direpotkan oleh chat GPT ketika kemampuan chat GPT terus meningkat. Jadi, disrupsi yang dihadirkan chat GPT akan terus terjadi, termasuk terhadap perusahaan teknologi yang sudah matang. Kejadian seperti itu kan pernah dialami Instagram, yang mereka sempat menguasai platform foto dan video.

Tetapi sekarang, TikTok sudah mulai menggerogoti kekuasaannya. Berbeda dengan Google, kehadiran dan prestasi chat GPT justru disambut gembira oleh Microsoft. Nggak heran sih ya, kan soalnya Microsoft salah satu pemilik chat GPT.

Pada tahun 2019, Microsoft dan OpenAI telah bermitra. Microsoft memberikan pendanaan 1 miliar USD. Mereka juga sudah membentuk kemitraan jangka panjang untuk mengembangkan teknologi superkomputer kecerdasan buatan. Nah awal Januari 2023 ini, Microsoft berencana menambah investasinya di OpenAI senilai 10 miliar USD. Itu membuat Microsoft nantinya akan menguasai 49% saham OpenAI.

Dan valuasi OpenAI akan mencapai 29 miliar USD atau setara 451 triliun rupiah. Laporan lain disampaikan Semaphore yang mengungkapkan bahwa Microsoft akan mendapatkan 75% dari keuntungan OpenAI sampai Microsoft mendapatkan kembali investasi awalnya. Kita jadi ingin tahu lebih dalam ya, kenapa sih Microsoft begitu antusias berinvestasi di OpenAI? Nah, CEO Microsoft Z Tiana Della menjawab dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal. Menurutnya, perkembangan chat GPT versi 3.0 ke 3.5 itu lompatan eksponensial, bukan linear.

Jadi aplikasi chat GPT berpotensi akan semakin luar biasa kemampuannya. Chat GPT akan banyak membantu Microsoft menyuguhkan perangkat lunak yang bisa meningkatkan produktivitas kerja para penggunanya secara eksponensial. Nah, sebagai pemilik dari OpenAI, Microsoft tentu saja berencana mengadopsi chat GPT ke dalam semua produk mereka.

Sayangnya, Nadella belum mengumumkan produk mana saja yang akan ditanamkan chat GPT. Namun yang udah pasti, Microsoft akan memanfaatkan chat GPT dalam Bing, aplikasi mesin pencari milik Microsoft yang menantang dominasi Google. Mereka juga berencana mengintegrasikan DALI 2, perangkat lunak penghasil gambar, ke dalam Bing.

Kabarnya, sebelum akhir Maret 2023 ini, Microsoft akan munculkan fitur baru yang menggunakan chat GPT. Rencana-rencana Microsoft itu membuat Matt Murray, editor-in-chief Wall Street Journal bertanya ke Satya Nadella. Apakah chat GPT atau AI sejenis akan menggantikan manusia dalam beragam pekerjaan? Dijawab oleh Nadella, jelas akan ada pekerjaan-pekerjaan yang akan tergantikan oleh AI. Sepanjang sejarah manusia, kehadiran teknologi apapun itu selalu memberikan implikasi tersebut.

Namun semestinya sekarang ini kita sudah lebih baik dan lebih siap mengantisipasinya. Karena informasi dan ilmu sudah lebih mudah diakses. Menurut Nadella, saat ini manusia memerlukan AI supaya bisa bekerja lebih produktif dan bisa menyelesaikan problematika kita secara eksponensial.

Masalah-masalah besar dunia seperti lingkungan hidup misalnya perlu 250 tahun untuk menemukan solusinya. Tapi dengan AI mungkin kita bisa mempersingkat penelitiannya menjadi 25 tahun saja. Menariknya lagi, Nadella menjelaskan bahwa dengan chat GPT, para pekerja bisa mengejarkan tugas yang berhubungan dengan teknologi walaupun mereka tidak memiliki keterampilan IT. Pekerja yang bekerja secara manual bisa naik kelas menjadi knowledge worker. Seorang frontline workers misalnya, bisa berpartisipasi dalam transformasi digital di perusahaannya dengan menggunakan AI untuk mendesain proses kerja yang lebih baik.

Dengan begitu kan terbuka peluang karir yang lebih luas, lebih tinggi bagi si frontline worker tadi kan. Oleh karena itu, lihatlah chat GPT sebagai tools untuk membantu kita berkarya lebih produktif. Pandanglah chat GPT seperti kalkulator yang membuat berhitung jadi lebih mudah, atau seperti aplikasi pengecekan ejaan pada word processor yang memudahkan kita dalam menulis artikel.

Maka dengan memanfaatkan chat GPT sebagai tools, kita bisa memanfaatkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menyelesaikan pekerjaan yang lebih penting dan lebih krusial. Biarlah AI yang melakukan pekerjaan teknis dan berulang. Pada akhirnya, penggunaan AI akan mengotomasi semua pekerjaan teknis, bahkan sebagian pekerjaan kreatif.

Maka fokuslah pada pekerjaan yang strategis, pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh robot. Itulah sebabnya ke depan nanti keterampilan soft skill jadi lebih diperlukan. Misalnya kayak kreativitas, inovasi, problem solving, komunikasi, dan hubungan interpersonal.

Sebab sampai saat ini hanya itulah skills yang belum direbut oleh AI. Meski dianggap canggih, chat GPT masih memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, chat GPT didasarkan pada model bahasa pemrograman.

Itu membutuhkan pelatihan supaya bisa berfungsi dengan baik. Padahal pelatihan teknologi AI itu mahal. OpenAI hanya melatih model sekali dengan tentu saja semua kesalahan yang masih dimiliki oleh model tersebut. Kedua, chat GPT beroperasi dengan input data tahun 2021. Jadi dia nggak tahu apa yang terjadi setelah tahun 2021. Dia nggak tahu kalau Argentina adalah pemenang piala dunia tahun 2022. Ketiga, Chad GPT tidak mampu memahami makna teks seperti manusia.

Dia tidak mampu memahami sarkasme atau ironi, karena dia hanya model statistik yang bekerja berdasarkan pola data yang diterimanya. Keempat, jawaban Chad GPT masih bisa salah. Validitas dan relabilitas jawabannya belum sepenuhnya akurat. Dia juga belum mampu berpikir kritis.

Dia hanya mampu memaparkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan dari sampel teks di internet dan menuliskannya kembali. Nah, dengan keterbatasan itu, bagaimana sih masa depan chat GPT? Chat GPT dan model bahasa lainnya akan terus berkembang, udah pasti.

Aspek yang mungkin akan dikembangkan banyak. Misalnya seperti membuat model lebih efisien dan cepat. sehingga bisa lebih mudah digunakan dalam berbagai macam aplikasi. Juga aspek yang membuat model jadi lebih powerful, tidak rentan terhadap kesalahan bias dan keterbatasan lainnya.

Aspek penting lainnya adalah meningkatkan kemampuannya untuk memahami dan merespon masukan yang tidak sesuai. Memahami kasus-kasus langka dan menghasilkan teks dengan konteks, dengan emosi dan niat. Penelitian terus dilakukan untuk mengintegrasikan common sense atau pemikiran akal sehat dan pengetahuan eksternal.

Juga memahami sarkasma dan ironi supaya chat GPT lebih mirip manusia. Teman-teman semuanya suka nggak suka, siap nggak siap, AI atau kecerdasan buatan seperti chat GPT ini akan jadi bagian dari keseharian kita. Maka pilihannya ada pada kita.

Apakah kita akan membiarkan diri kita jadi obsolit karena pekerjaan kita sudah diambil oleh AI? Atau kita justru belajar untuk memanfaatkan AI untuk membuat diri kita jadi lebih produktif? Saat ini kita berada di sebuah pivotal moment. Bagaimana kita bekerja, berkarya, dan belajar tidak akan sama seperti dulu lagi.

Terimalah kenyataan itu. Dan mulailah melatih diri Anda untuk menjadi bagian dari masa depan. Intro