Transcript for:
Penerapan BLU dan BLUD untuk Pendidikan

Nah disinilah mulai muncul masalah. Masalahnya apa? Kita banyak janji. Banyak harus mesejahterakan pendidikan.

Ada janji juga 20 persen. Itu kan dibuat macam-macam. Yang infrastruktur harus dibangun. Ekonomi harus bergerakan gitu ya. Nah disitulah kita mencoba kan gitu.

Ini ada bentuk BLU atau BLUD. Ya. Pertanyaannya apakah dengan adanya BUD ini dibentuk, bisa enggak pemerintah daerah itu sedikit mengurangi stress-nya? Halo, semangat pagi. Bertemu lagi di IAI Ikatan Akuntan Indonesia Podcast.

Bertemu lagi dengan saya, Ratna Sari Susanti, Pengurus Kompartemen Akuntan Sektor Publik Ikatan Akuntan Indonesia. Di sini saya akan bersama dengan Bapak, siapa ya Pak? Bapak kita yaitu Bapak Dr. Agus Sunaria Sulaiman, SST AK MSI, CPMA, CGAE, CGAACA.

Pak Agus Sunaria Suleman adalah dosen pada Politeknik Keuangan Negara STAN dan pada saat ini beliau juga sebagai pengurus KASPI-AI periode 2019-2023 selaku Koordinator Sub-Bidang Pengembangan Standar Kompetensi. Serta pendidikan dan perguruan tinggi. Wah, beliau kelahiran...

Pengurus naur, Pak. Oh, 2023 sampai 2027, sahabat podcast. Oke, beliau kelahiran Garut. Februari ya, Pak ya?

12 Februari. Maka panggilan beliau kita kenal dengan Pak Asgar. Jadi asli Garut. Oh, Sunaria ya. Habisnya Pak Asgar itu Agus Sunaria.

Garut Mantap mantap Yang namanya Agus tapi lahir Februari Aneh kan Harusnya memang Agustus Maaf sahabat podcast Kita lanjut ya Agus Apa kabarnya Pak Agus Sunaria Pak Asgar Saya manggilnya Pak Asgar aja ya Biar lebih Lebih ini lah Enak gitu ya Kan ini ngomong-ngomong tadi ya Sahabat podcast Kaitannya dengan sektor publik Ini yang ada di pemerintahan saat ini lagi berkembang tentang penerapan BLU atau BLUD. Penerapan Badan Layanan Umum atau Penerapan Badan Layanan Umum Daerah. Nah ini kalau Badan Layanan Umum itu untuk apa ya Pak?

Di pemerintah pusat ya? Iya. Kalau BLUD? BLUD, Pak Ede aja. Pak Ede aja ya?

Oke, bahasan kita ini adalah tentang temanya Budgetary Stress Pemda. Wow, apa ya? Kaitannya apakah solusi dalam hal keuangan dan kualitas layanan apakah bisa dioptimalisasikan dengan ada beberapa satker dengan menerapkan PPK BLUD? Oke.

Boleh dijelaskan Bapak kenapa hal ini sangat penting di pemerintahan? Begini ya, kalau kita lihat pengolahan keuangan, beberapa edisi terakhir ini pemerintah daerah itu kan dananya banyak juga dan ada transfer. Memang ada daerah-daerah yang PAD-nya cukup bagus, tapi tidak sedikit juga ya, yang agak berat. Nah, di sini kenapa saya nyebutnya budgetary stress? Nah, budgetary stress itu...

Ketika kita bicara penganggaran, yang namanya penganggaran itu mengalokasikan beberapa pos ya. Belanja ini, belanja ini, belanja ini. Tetapi ada kita berhadapan dengan belanja yang sifatnya wajib.

Betul. Yang sifatnya harus dilakukan sesuai kewenangannya. Nah itu kan kayak kita itu kalau alokasikan belanja, sini sudah kekunci, sana sudah kekunci harus. Nah itu kan jadi agak susah mengalokasikan yang lain-lain sesuai dengan keinginan. Disitulah kadang-kadang kita nyebutnya stres dalam mengalokasikan, stres dalam bicara budget.

Kan gitu kan? Karena tuntutannya apa? Ketika kita yang tersisa, spesifikalnya tersisa, gak begitu leluasa untuk dialokasikan.

Nah disinilah mulai muncul masalah. Masalahnya apa? Kita banyak janji, banyak harus mesejahterakan pendidikan, ada janji juga 20 persen.

Nah itu kan dibuat. Macem-macem ya, infrastruktur harus dibangun, ekonomi harus bergerakan gitu ya. Nah disitulah.

Kita mencoba, ini ada bentuk BLU atau BLUD. Nah pertanyaannya apakah dengan adanya BLUD ini dibentuk, bisa enggak pemerintah daerah itu sedikit mengurangi stress-nya? Kenapa? Karena BLUD itu nanti meng-treat revenue yang merupakan pendapatan asli daerah.

Tapi dengan adanya BLUD ini juga tetap sih. Pelayanan tidak boleh dilupakan. Pada saat pembukaan BLUD itu Pak, ini kan unit sudah ada nih BLUD. Bukankah itu juga dapat alokasi anggaran dari pemerintah? Betul.

Jadi gini, ketika kita bicara dapat alokasi anggaran. Tetapi ketika alokasi anggaran ini diberikan, dengan dimatchkan dengan pendapatan, ini yang paling penting kan. Kita tahu bahwa banyak unit-unit di pemerintah atau saatkan pemerintah lebih berperan sebagai cost center. Ini gantus ini.

Enak kan cost center daripada revenue? Gak banyak kekiraan. Nah, dekatannya BLUD itu kan mix. Selain dia melaksanakan pengeluaran, tetapi dia juga memikirkan revenue-nya.

Nah, di sini kan jadi kalau saya nyebutnya. Ada yang mikirin juga membantu, ya kan? Memikirkan untuk mengenerate revenue, ya kan?

Minimalnya kalau ada prasodera DAU, DAK, sudah jelas peruntukannya untuk apa saja. Nah, ini kan agak lebih apa? Bebas gitu ya. Dengan BUD-nya itu kan lebih bebas untuk meng-create revenue, plus pengeluarannya dihubungkan dengan revenue juga. Oke.

Terima kasih, Pak. Nah. Kalau untuk menciptakan revenue, kita pahami saat ini di daerah itu yang sudah menerapkan BLUD itu kan di bidang kesehatan. Ada beberapa daerah, ada mungkin bidang transportasi, ada juga yang bidang pendidikan. Di mana masing-masing bidang ini kan pelayanannya kepada jurusannya pasti ujungnya pasti ke publik.

Nah berarti kan apa ya nih publik juga ditekan lagi dengan tarif nih Pak. Nah ini bagaimana? Karena revenue tadi Pak. Jadi gimana monenya?

Revenue tapi kita tidak boleh Mengesampingkan pelayanan Yang memang harus nomor satu karena kita Tadi di awal kata Bapak tadi bahwa Yang namanya BLUD ini kan tetap Pada prosesnya pelayanan Berarti kan service oriented nih Pak Nah tapi juga harus ditekan sama revenue Mohon penjelasan nih Pak Sebenarnya begini, kalau kita berpikir Apa namanya Revenue kaitan dengan belanja Ya kan, pengeluaran Kan ketika kita memberikan sebuah pelayanan, yang kadang-kadang kita memberikan pelayanan itu gak harus, selalu kan BLUD itu gak mencari untung. Nah itu kan gak mencari untung. Tapi bagaimana meningkatkan revenue-nya juga.

Nah pengertian di sini, karena memberikan pelayanan, revenue yang di-create-nya juga harus beberapa aspek harus diperhatikan. Yang tadi. Kemampuan masyarakatnya kayak gimana, itu menjadi satu yang menjadi perhatikan. Kesinambungan operasionalnya nanti juga gimana, itu jadi perhatian juga kan gitu. Jadi nggak serta-merta ya klik revenue, bebasan nggak juga.

Disinilah kan peran pemerintah, pemerintah daerah misalkan dengan BLUD, tetap harus menjaga nih kan, layanan itu tetap jalan, revenue ada, tapi bukan segalanya. Jadi memasukkan repayu sama belanja ini yang penting. Karena apa?

Dengan statusnya BLUD ini sebenarnya pemerintah daerah gitu kan, nggak serta-merta dia hilang perannya. Karena ada layanan yang memang menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan kepada masyarakat. Jadi nggak langsung dikasih apa namanya, masyarakat dikasih beban. Untuk bayar dengan layanan itu.

Karena apa? Ya ada tetap kewajiban-kewajiban pemerintah yang tetap mau gak mau harus memberikan layanan kepada masyarakat. Nah ini tetap kewajiban pemerintahnya.

Terus gimana? Barangkali ada masyarakat punya kemampuan lebih dan ingin memberikan apa namanya? Memberikan sumbansi juga bahasanya dan layanannya dengan tidak mengurangi layanan kepada masyarakat luas. Masyarakat yang luas dia mendapat layanan yang misalnya sesuai dengan repetasinya. Ya jadi kan kita kan punya standar, tapi kan bagi masyarakat yang lain ada juga yang.

Standarnya ada yang lebih pengennya tinggi. Itulah kita BUD tuh hadir ke arah sana kan. Menurut saya keadilannya masih tetap juga kan. Kita tidak mengabaikan masyarakat yang harus tetap kita layani, tetapi.

Memberikan juga harapan atau kepuasan kepada yang memiliki ekspektasi lebih. Ekspektasi lebih, kita harus penuhi juga. Tapi bagaimana caranya?

Tapi sesuai ya Pak? Sesuai. Oke.

Itu salah satunya. Makanya kan sebenarnya tarif layanannya. Itu kan BELUDE itu sebenarnya ya. BELU atau BELUDE boleh kan menarikkan lebih besar daripada kosnya. Oke.

Boleh sama, boleh turun. Turun. Iya kan?

Ratanya tinggal cara mengaturnya. Kayak memasarkan sesuatu lah ya kan? Mengemasnya kan? Layannya sama sih. Jadi produknya sih sebenarnya sama gitu.

Tapi kemasannya ini ada yang berbeda. Ada yang tinggi, bahkan ekspektasinya yang tinggi, monggo. Kita persilahkan.

Tapi juga pelayanan pasti ada yang lebih juga ya Pak ya? Ada yang dilebihkan gitu. Tapi yang pasti ada minimal yang dimana masyarakat juga tidak dikurangi.

Pelayanannya, begitu ya Pak ya? Seperti itu ya. Balik lagi nih Pak, kalau pelayanannya, nah kaitannya kan, berarti untuk kualitas pelayanan itu yang tadi harus dihadirkan oleh pemerintah, kan harus pastinya dipenuhikan oleh anggaran tadi.

Anggaran bagaimana nih Pak, cara untuk meningkatkan kualitas layanan publik di tengah keterbatasan anggaran di Pemda-Pemda? Ya ini matanya, belud itu. Menurut pendapat saya, itu memberikan solusi. Kita punya constraint anggaran. Tuntutan publik terhadap layanan pemerintah juga sekarang meningkat juga.

Jadi ini para pelaku kayak rumah sakit lah contohnya. Tuntutan macam-macam, segala macam. Kita harus memberikan layanan yang bagus. Tetapi kita tahu loh kalau modelnya apa nih?

Pengolahan keuangan di pemerintah daerah. Kalau saya nyebutnya agak rumit dan agak kaku lah. Makanya lebih fleksibel Pak kalau pemerintah daerah.

Enggak juga sih. Aturannya bikin SPG aja, kue tansi, harus ada ini, harus ada itu. Iya memang ada beberapa.

Ada 19 jenis saya hitung itu. Udah mulai tanggal sampai tanda tangan kan gitu. Betul, ada rinciannya harus diisi semua.

Iya kan. Nah yang kayak-kayak gitu itu dengan aneh-aneh belude bisa di... Apa?

Lebih di... Ringkas. Ya, seperti itu.

Terus juga apa? Cara layanan kesana kemari. Banyak kan?

Ya. Akun ini, akunnya macam-macam. Nah, dengan BUD itu bisa lebih mudah.

Kenapa? Itu hasil untuk menjadi BUD kan? Ada persyaratannya.

Harus membuat tata kelolaannya itu menjadi lebih... Baik dalam memberikan layanan. Bukankah itu menjadi sebuah persaratannya?

Iya, betul. Ada persaratannya bahwa BUD ketika mau dibentuk, harus mengekualifikasi tata kelolanya. Gimana yang tadinya rumit jadi lebih simpel. Dan tetap harus puntabilitasnya terjaga.

Ini nilai plusnya kalau ditanya. Konsepnya gimana? Ya namanya berbagi kan gitu ya. Nggak bisa sih sementara pemerintah daerah, oh udah selalu gitu jadikan BLUD semua.

Nggak bisa gitu juga kan. Tetap ada kewajiban-kewajiban tertentu. Nah bagian-bagian yang misalnya berhadapan langsung dengan masyarakat gitu kan, yang bisa tadi masyarakat bisa memilih sesuai kan gitu kan.

Nah itulah yang mungkin bisa jadi BLUD kan mengurangi itu. Betul, betul, betul. Mengurangi.

Harusnya kita mengalokasikan belanja dengan yang constraint terbatas itu harusnya 100. Gimana gitu kan? Murni dari alokasi misalnya atau dari PAD yang lain-lain di alokasikan ke sana harus 100. Dengan jadi BLUD. Mungkin alokasi tetap belanja ini 100 kan?

Belanja ya. Alokasinya. Alokasian dari APBD-nya itu bisa berkurang. Nah ini yang maksud bisa mengatasi sedikit constraint keterbatasan.

sehingga anggarannya bisa diperuntukkan untuk yang lain nah kalau tadi konselinya sudah, nah strategi merancangnya pak gimana nih? biar keuangan itu ada sustainablenya jadi ada kelanjutan dan efisiensi pak kan bukannya belut itu harus ekonomis, efisien, efektif, akuntabel ya jadi gini ya sebenarnya di konsep belanja itu kan Ada adaptable, jadi mudah beradaptasi terhadap perubahan atau apa ya, terhadap perubahan-perubahan. Di beberapa kini selayanan, kita harus bergerak lebih cepat gitu kan, bergerak lebih cepat. Coba kalau bukan BUD, ya agak susah tuh, ya nunggu.

Ya pejabat pengadaannya segala macam, wah banyak. Tapi dengan BUD gitu kan, yang seperti itu bisa agak lebih di... Percepat gitu ya.

Kemudian, apa lagi ya? Kemudian ketika bicara tadi, ekonomis, efesiensi. Kan gitu kan, efesiensi itu menjadi bagian yang harus digawali oleh para pengolah PLUD.

Ya, karena apa? Jadi kalau dulu semangatnya itu call center, banyak, udah belanja aja. Nah kan gitu kan?

Enak aja ya kalau melangkain. Pokoknya ada apa yang dianggarkan, itu yang harus direalisasi. Tapi ini harus mikir ya Pak. Ini harus mikir.

Iya kan? Kenapa harus mikir? Karena kalau si BUD-nya itu efisien, nah di balik itu bisa mensejahterakan. Nah para pegawai yang tinggal apa? Nanti kita bisa alokasikan buat remun.

Iya kan? Jadi gak serta-merta. Iya kan?

Wah yang penting belude, remunnya naik. Belum tentu juga. Remun itu bisa dipayarkan apabila.

Para pelakunya mengerti nih gimana harus mengefesiansikan di belanja tanpa mengurangi pelayanan, hak pelayanan pada publik. Kalau kita sarikan di pemerintahan gitu ya, pernah nggak suka mikir kalau belanja-belanja? Standar biayanya 100. Yaudah 100 saja.

100 saja dibelanjakan. Padahal seudah kita bisa mencari ya 80. Iya di bawah. Dengan kualitas tidak berbeda. Tidak berkurang.

Dengan yang 100 dia berkurang ya. Bisa nyari. Tapi kadang-kadang banyak.

Tidak jadi belu deh. Fleksibilitasnya itu dimain. Di situ lah. Ada makanya bisa adaptable. Gerakannya bisa lebih cepat.

Itu yang membantu ya, membantu BUD tadi mengurangi stresnya dalam nolabacet. Mungkin stres saya agak berkurang dikit ini. Agak berkurang dikit. Gimana? Tapi yang paling penting apa lagi?

Sebab AI-nya juga mungkin ada yang stres sudah berkurang dikit. Tapi saya tambahin stres dikit lagi nanti ya Pak ya. Apa Pak Agus kira-kira tadi apa?

Enggak, enggak. Yang ininya makanya waktu bicara penganggarannya, nah itu salah satu yang menjadi kunci keberhasilan BUD menurut saya nih. Memang waktu mengalokasikan anggaran.

Ini juga ya kalau yang saya tahu ketika orang-orang ngusin anggaran nih Ada standar biayanya ini kan di aplikasi Udah berapa nih konsumsi Jakarta? 5-7 misalnya kan Udah tulis 5-7 segala macam kan Mau apapun acaranya standarnya 5-7 Nah kan Nah kalau ini kan nggak kalau kita bicara WLU yang ngelola keuangannya Kita itu mau kegiatannya apa? Mau didesain dulu, dulu kita punya tarif pelayanannya berapa, ya kan? Tarif pelayanan itu harus dimatch-kan dengan belanjanya, pengeluarannya. Nanti kita tahu di analisa ini, nanti pengeluaran kita lebih tinggi enggak dari tarif pelayanannya?

Atau bisa neken lebih rendah, ya kan? Kesuksesannya di sana, jadi kadang-kadang kita berpikir ya dalam pengelolaan keuangannya, dan ini juga mungkin saya juga. Waktu ngelola BLU ya, selalu memikirkan seperti itu.

Setiap pengeluaran yang kita buat, selalu mencari alternatif pertanyaannya itu. Apakah layanan itu berkurang ketika saya tidak membayar lebih rendah dari yang seharusnya? Iya kan? Standarnya yang sering, standarnya 100 saya bayar, coba cari yang 80. Apakah kualitasnya berkurang? Kualitasnya beda atau enggak?

Ketika sama, why not? Why not? Kenapa?

Yang sisanya 20 ini bisa dipakai untuk yang lainnya. Ya itulah keunggulan BUD itu ya. Kenapa?

Belancanya tadi lebih bisa fleksibel. Yang dikunci kan kadang-kadang output. Ya kan outputnya sekarang dikunci. Di sini ya kan untuk meningkatkan layanan, ya kan bisa jadi lebih kan gitu kan. Nggak masalah kalau misalnya itu.

Outputnya 100 tapi nanti direalisasi jadi 120. Dengan biaya yang sama kan gitu. Oke oke oke, nah ini berarti butuh para pengelola keuangan yang ada di BLUD ini harus benar-benar menyikapi ya Pak ya, dalam hal proses penganggarannya ya, untuk memberikan pelayanan kepada publik ini tadi kan ya Pak ya. Tapi dibutuhkan juga sih ini, pimpinannya ya. Agak memahami juga ya. Agak memahami.

Memahami punya agak sedikit jiwa entrepreneur. Entrepreneur, betul-betul. Nah ini Pak kalau kaitannya dengan PP nih Pak.

Sekarang kan PP12 nih tentang pengelolaan keuangan dan permendagri ini. Pola daripada penganggaran itu hampir sama Pak dengan OPD. Nah ini bagaimana Pak menyikapkan?

Memang kalau kita lihat hampir sama ya. Jadi. Kalau bahasa tertulisnya, kalau saya nyebutnya, kita di Intansi Pemerintah. Terus BNUD juga Intansi Pemerintah.

Kita ikut, ya ikut aja. Gak masalah. Tetapi yang dibutuhkan itu adalah ketika kita bicara bagaimana angka itu dibentuk. Berarti itu yang tidak terlepas daripada Resra dan RBI yang mau diusulkan?

Jadi kan di situ. Jadi makanya ketika kita bicara ngelola keuangan di sini ya, kita harus tahu dalemannya. Ini yang banyak orang yang gak tau. Dalamannya misalnya ini, contohnya saya contohkan ini.

Rumah sakit ya. Ketika untuk bersalin misalnya, kita punya biaya paket 20 juta. 20 juta terdiri dari apa saja. Berapa surplusnya dan segala macam. Biasanya misalnya jasa dokter, jasa perawat.

Biasa ini kan dihitung, detilkan kayak gitu. Apa seperti itunya kan yang muncul. Nah seperti itu kan. Itu di luar kapitasi Pak misalnya. Iya di luar kapitasi.

Tapi kita harus ngerti dulu komponen. Komponen unsur ya. Komponen biaya. Atau unit cost ya yang kita bilang gitu. Ya supaya kita tahu kan itu.

Begitu nanti jadi remun. Nah bahasanya kan. Iya. Ini untuk dokternya ada remun segala macam. Kan gak terlepas dari komponen biaya itu tadi.

Iya betul. Iya kan. Berapa ditarik. Nah ini kadang-kadang yang suka jadi.

Jadi apa. Jadi banyak salah tafsir juga ya, apa namanya, kok jadi PLUD kita jadi kehilangan penghasilan yang biasanya langsung atau apa misalnya kan, ya nggak juga gitu. Yang tadinya ini kan smart PLUD itu, yang tadinya mungkin hanya dinikmati segelintir orang menjadi satu. Seluruhnya, sebagian. Kebagian.

Dari mana? Dari kalkulasi. Biaya yang tadi efisiensi.

Tadi efisiensi dimana? Hitung dimana kan itu. Makanya remunerasi juga kan bicaranya people, ya performance kan itu kan, position kan itu. Nah itu kan diperhatikan. Jadi jangan sampai juga tidak berbagi ya model-modelnya.

Itu menyelesaikan masalah juga kan itu. Kenapa? Kalau ada remun ada kayak gitu.

Yang tadinya semuanya belanja pegawai, kan menjadi belanja barang. Itu tekanan terhadap belanja pegawainya. Agak kecil. Itu yang disebut dengan tadi.

Mengatasi stress terhadap anggaran yang tadinya harusnya jadi belanja kegedean, tapi barangnya jadi kurang. Tapi ini bisa dialokasikan. Betul. Bagaimana sahabat podcast IAI? Sudah jelas belum?

Kalau belum jelas, satu lagi pertanyaan dari saya. Yang terakhir ini mungkin ya Pak Asgar, izin. Rekomendasinya apa nih Pak yang terbaik untuk Pemda dalam hal mengintegrasikan BLUD sebagai solusi untuk tantangan keuangan dan kualitas layanan?

Nah ini ya memang bicara BLUD terus ini ada Pemda buat alokasi anggaran dan bagaimana nanti... Implementasi anggarannya, karena sama-sama ya, sama-sama Satker pemerintah nih di daerah segala macam. Pertama memang harus dikasih agak sedikit keluasaan. Jadi banyak saya mengamati itu, PUD itu seakan-akan kan dia fleksibel, tetapi ekornya dipegang. Ekornya dipegang sama pusat.

Jadi agak bergeraknya jadi agak susah. Padahal dia itu bisa istilahnya mencerit revenue, mengepesensikan. Karena dikasih keleluasaan dalam bergerak. Walaupun terbatas ya.

Tapi batasan ini jangan terlalu susah banget ya. Itu yang pertama. Yang kedua, memahami dan menempatkan orang-orang yang memang paham.

Artinya. Memahami ya BLUD. Jadi kalau syukur-syukur kalau ada orangnya.

Kalau belum ada gimana? Ya itulah tantangannya. Kita harus mendidik mereka supaya paham bagaimana ngelola BLUD itu. Jadi BLUD itu kan penuh dari apa namanya?

Keuangan, layanan harus menjadi satu kesatuan. Supaya, itu tadi kuncinya, mengurangi beban APBD, gitu kan. Tetapi layanan tetap bagus.

Kalau bisa lebih-lebih ya. Nah, terus? Terus, nah yang ketiganya ini, bicara waktu nyusun anggaran itu sendiri. Jadi, di anggarannya kan Belude nyusun RPA.

Ya, betul. RPA-nya ini. Bahasanya sekarang RKA ya Pak ya?

Bahasanya aja dulu wajah di RKA Ya sebenarnya bisa aja Dari RKA Konversi ke RPA Ya atau apapun juga Tapi yang harus dipahami Bagaimana cost yang dipenuhi Dalam tiap aktivitas Untuk mengevaluasinya Jadi di luar kebiasaan Kebiasaan tuh gini Kalau satir biasa tanya Berapa sih realisasinya? Kan gitu kan? Nah kalau kita udah jadi LBD, gak hanya bicara realisasi lah, walaupun di saat kan biasa ada LU kan di terapun personal segala macam, tapi lihat lah rasio keberhasilan pelayanan misalnya dengan biaya yang dikeluarkan. Belanja pegawainya, belanja pegawai yang tadi bukan dari belanja pegawai 51 ya, tetapi belanja barang 52 kan diakumulasikan juga terhadap tingkat kepuasan pelayanan.

Itu bagus atau enggak, itu harus diukur juga. Jadi si pemerintah ini berbiar kolaborasi melihat kinerja dari BUD. Baik output maupun proses.

Jadi enggak hanya melulu di output. Outputnya jadi keuangan jelas misalnya indikatornya apa? Degunitas, bagus. PSTN.

Dari mana? Oh dari segian belanja kan gitu ya. Contohnya pengadaan.

Pengadaan dari 100 juta. Bisa jadi 80 juta, kan 80 persen efisiensi. Efisien banget itu. Tapi kan lihat outputnya, lihat kekualitas prosesnya.

Kualitasnya bagaimana. Itu harus dilihat juga sisi prosesnya kalau saya nyebutnya itu kan, sisi prosesnya. Jadi harus dipetakan di dalam kinerjanya ya.

Jadi kinerja kewarna dan kinerja layanannya. Ini yang harus oleh pemerintah supaya inland ya, jadi waktu nyusun anggaran dengan janjinya. Kinerjaannya itu, itu harus match.

Di sisi lain, supaya sukses juga ya tadi mengatasi constraint ini, kalau saya menyebutnya yang keempat, di penentuan tarif, penentuan standar biaya, segala macam, berikan sedikit fleksibilitas. Fleksibilitasnya gimana? Kadang-kadang kita ngisun tarif banyak.

Tarik tunggal. Tarik tunggal. Nah itu agak sulit.

Agak susah karena perilaku. Perilaku. Pasar juga kan mempengaruhi ya Pak ya.

Lokasi segala macam. Iya betul. Berikan agak sedikit keleluasaan dengan pemberian kewenangan. Misalnya kepada pimpinan BUD.

Ya kan? Dalam rang tarif kalau saya nyebutnya kan. Kalau saya bilangnya rentang tarif. Interval tarif.

Interval tarif. Itu mungkin yang lebih... Jadi ada tarif bawah atau dasar, tarif tengah, tarif atas.

Jadi kalau misalnya pengen pelayanan yang bagus, jadi pakai bintang misalnya pakai menggunakan hotel bintang 5, bisa. Tapi pakai bintang hotel 3 juga bisa gitu. Tapi pelayanan kotaknya nanti harusnya.

Nah itu yang harus ditentukan oleh pemerintah. Standarnya. Standarnya apa?

SPM ya Pak, itu standar pelayanan minimal ya. Standar pelayanan minimalnya. Ketika ini dibentuk terus ada komponen biaya penduduknya sama.

Nah ada aksesorisnya, itu yang membedakan Gitu kan Terus apa lagi nih, ya kan Selain tadi kinerja Keuangan, kinerja layanan Tadi ya, tetap ini harus dilihat Kepuasan Apa namanya Dari masyarakat pengguna Ini untuk indikator Indikatornya, ya kan Makanya dibuatkan apa Apa namanya Iku ya, indikator kerja utama. Iku, indikator kerja utama. Kontrak. Kontrak.

Kontrak. Dengan target-targetnya. Jadi targetnya juga harus diberikan yang rasional dan menantang. Wah. Yang ini dia.

Yang rasional oke pak. Menantang ini yang kadang-kadang aku mikir dulu nih kayaknya. Nah ini yang memang harus.

para sahabat podcast IAI itu juga apalagi pengelola BLUD ya. Ini tadi nih yang menantang ini nih pengennya produk kita mau dijual bagaimana, pelayanan kita mau bagaimana. Ini yang harus kita masukkan ke dalam iku yang tadi. Kebanyakan gini ceritanya ya.

Kalau saya dikasih targetnya 100. Sebenarnya saya suka mikir, sebenarnya saya bisa 110 kan gitu. Nah, ditahan nih yang 10 nih. Ditahan Kak Nat. Untuk kecenderungan ini. Karena apa?

Di intasi pemerintah, kalau di target, cenderungnya apa? Dari tahun ke tahun harus naik. Naik.

Iya kan? Padahal kalau sebutnya itu. Layanan itu tergantung juga pada kapasitas.

Tergantung juga pada SDM. Ketika komponen-komponennya tidak berubah, ini terus naik, itu pemerintah tidak juga. Masih cerdas-cerdasnya di situ ya? Cerdas-cerdasnya di situ. Dan terakhirnya tadi tidak hanya output tapi prosesnya juga diperhatikan ya.

Inovasinya segala macam. Jadi PLUD dikasih kebenaran untuk memberikan layanan yang lebih bagus, dia harus melakukan beberapa provokasi, inovasi ya. Di aplikasi, di mana supaya bagus.

Dan terakhir, laporan keuangannya. Bacanya, jangan hanya baca, tetapi didalamin. Kan gitu ya. Jadi, udah nih, udah selesai.

Di audit misalnya oleh kantor akuntan publik, WTP. WTP itu kan istilahnya pada... Outputnya, hasilnya, ya kan?

Nah, tapi lihat juga ya prosesnya seperti apa. Nah, disitulah harus apa? Membentuk SPI-nya yang bisa membantu. Oh, handal yang membantu untuk terus meningkatkan proses. Karena ada kewenangan yang istilahnya BUD yang diserahkan ke BLUD, kan gitu kan?

Disitulah. Kewenangannya yang diserahkan. Ada kewenangan harus ada yang mengawasi.

Mengawasi. Jadi disitu ya mungkin ada 5 poin tuh yang harus SPI nanti belum kita senggol perannya Dewan Pengawas juga Wah itu juga banyak juga Banyak ya nanti kita mungkin lain waktu kali ya Pak Asgar ya Bagaimana sahabat podcast kita bisa sambung lagi Kalau ada yang masih ada mengganjal atau penasaran Boleh sahabat podcast memberikan saran dan masukan kepada kami Ikatan Akuntan Indonesia Nanti di kemudian waktu kita akan bahas lagi bersama lebih dalam ya Pak ya. Karena BLU atau BLUD ini Masya Allah besar sekali. Dan pelayanan publik semua pemerintah itu juga memberikan pelayanan publik. Tapi ingat ya tadi ada yang dasar, ada yang memang kebutuhan pokok memang wajib dipenuhi oleh pemerintah.

Tapi ada yang bisa dibantu dengan mekanisme BLU atau BLUD. Terima kasih Pak Asgar telah mampir ke podcast kami. Jangan bosen-bosen ya Pak. Meladi undang. Ya Pak yang detil-detil tadi.

Detil-detil lagi ya. PPA-nya, tarifnya. Itu bisa panjang juga nih Pak.

Gimana menurut Anda terutama berhubungan dengan cara costing-nya. Kalau saya nyebutnya costing-nya di pemerintahan. Karena kan biasa kita membuat belanja-belanja. Belanja-belanja. Mem-tick down ke dalam komponen biaya.

Komponennya yang mana yang dibutuh. Betul-betul dan benar dan nanti dikaitkan juga pada saat belanjanya dikaitkan dengan PBBJ. Kalau BLU, BLUD itu... Ada aturan main sendiri perpres Untuk pengadaan barang dan jasa Dikaitkan lagi, banyak banget Banyak deh ada TKDN Thank you very much Sampai ketemu lagi Terima kasih para sahabat Podcast IAI Sampai bertemu lagi Saya Ratna Sadi Susanti mengucapkan mohon maaf Lain batin, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh