Bolak-balik ke halim, bahwa.. Terus yang bantuin aku mas teman-teman relawan juga dari Junior Doctor Indonesia sama mas Dayat. Dia yang berangkat ke Papua.
Nur ini 5,6 ton. Beneran 5,6 ton. Itu semua isi APD.
Nah kalau haters yang satu, bagiku kalau di Twitter haters yang satu itu normal. Tapi pas zaman itu, banyak banget yang anggapnya kayak.. wah kalau panco semua dibahas, tetep nge, tetep nge jadi ada yang merenungi, merenungi masih jaman pinky boy itu ya iya parah itu, asiknya asiknya ini politik itu dalam artian general general, bukan politik kita tidak membahas berpartai isu-isu tertentu oh iya maksudnya punya influence iya, bagaimana kita berpengaruh terhadap langsung 100 ppm mengejar, mengejar punya opini Hari kemarin, mari kemama tari Hari kemarin, mari kemama tari Hari kemarin, mari kemama tari Kenapa kecewa sama kau lo?
Kenapa kecewa sama saya? Ah, ah, ah, ah Kenapa? Se-dance-u bagus, di jambore Apa lagi? Kau dance-u bagus memang Cuma kau lupa beberapa gerakan Ya, gerakan-gerakan yang susah Bukan susah, itu karena kau mau mabuk oleh fitnah ya, mabuk dimana? mabuk perjalanan tuh?
tidak ada, itu kan ke lokal tidak, saya datang dari siang, tidak mabuk, anda sore suruh kita latihan dance, tidak ada mabuk-mabuk tapi kemarin seru sekali jam bura ya? seru-seru, tapi kurang personil tuh, abdul tuh, tapi alhamdulillah dia sepupu anak, dia punya anak sudah lahir, anak perempuan saya yang kasih nama Saya kasih nama itu? Tidak mungkin Tanya dia Tanya Abdul Arshad Makanya di grup saya bilang Saya akan kasih tau ke semua orang Saya yang kasih nama anak ini Beli yang terserah Sekiranya itu bercanda Saya yang kasih nama Dia cuma tambah Arshad di belakang Depan sama belakang Depan Iya ah dia percaya tuh bro saya dikasih nama orang banyak tiga, tiga orang saya kasih nama kok sekarang boleh apa kamu ada kedua orang yang saya kasih nama ya satu kata boleh saja tiga bulan pas dia mau urus akte nik akte kelahiran dia ganti tidak mungkin dia suka seumumkan ke keluarga apa baru masa sementara tuh tidak bisa itu nama bagus sih bagus bagus sekali nama itu sebagus apapun sesuatu ketika itu keluar dari mulutnya kau maka harus dipertimbangkan Bro, tapi lihat artinya. Jangan lihat artinya. Artinya memang bagus.
Sempurna kan punakan, mau kasih nama bagus-bagus. Kau memang tahu cara kasih nama orang? Tahu. Apa yang inginkan.
Apa yang inginkan? Kau imajinasikan atau apa? Kau pikirkan atau apa?
Kau cari bagaimana caranya kau rangkai? Waktu itu Maroko masuk Piala Dunia. Sampai semifinal, sepupuna kan satu lahir.
Kau kasih nama dia Maroko? Saya kasih nama dia Roko. Hah? DROKO Hihihi Dia pura ntok mau Mau Astaga Masuk Masuk Sebegum Waalaikumsalam Ya ampun dokter Tifta Mari duduk Maaf ya Sobat amir ya Duduk ya Terbaik, terbaik. Sobat Jawa nih.
Kenapa? Kenapa dok? Kenapa seng-seng gini pak?
Gak suka tentang kesederhanaan kami orang timur? Gak suka? Gak suka ya?
Suka. menghina rumah-rumah kami gitu begini ya mas, kamu memang tertinggal ya tapi tapi kami memang lumayan tapi lumayan ada semen dikit bukan tapi di depan di depan tadi vibe nya kayak diseturan ini tadi ya ini memang karena kru-kru juga memang orang-orang sana ini APMD ini unprog ini unprog ini istet tenas ini istet tenas kita kumpul alun-alun di kampus-kampus ini itu yang sana yang duduk audio itu ini taman siswa gaya aja mereka taro kalau lu ini taman siswa gak mau komentaran aneh gak mau komentaran aneh masih di Jogja gak, gak apa-apa gak berani? keluarkan yang waktu itu offer gak ada-gada ya gak ada kamu menggiri opini rahasia kamu ya bukan rahasia kok bisa ambil kesimpulan itu rahasia?
gak ada gak ada gak ada gak ada loh Bang para poman, kelihatan saya, parah kok kenapa tidak ungkapkan Waduh, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan, jangan Itu kan saya cuma menonton yang di Babar Sar itu cuma nonton, ada tawuran aja. Kau kan tadi konteksnya tanya itu. Tapi itu sebenarnya bukan tawuran sebenarnya itu.
Apa itu ya? Lebih kepada uji nyali aja, iseng-isen. Itu serba dari kita. kita enam-enam umur enam tahun begitu kan kayak tokoh-tokoh bisa masalah dari umur-umur kita bisa bisa begitu orang-orang kenapa kita melihat perbedaan budaya gitu kita masih kecil-kecil kumpul-kumpul batu-batu buat apa-apa kumpul-kumpul batu ada orang lewat eh seru banget juga kumpul itu permainan yang mungkin aja aja saya mau undang-undang episode 1 Oh takut-takut kalau main ke tempatmu takut aku, sampai sekarang apa yang ditakutkan mas Tirta? bahasanya dangerous disini bahasanya?
iya wah katanya kemarin aja kamu keceplosan ngomong kabupaten jadi negara ayo hah? kamu keceplosan ngomong kabupaten jadi negara jadi permasalahan itu iya permasalahan apa? orang juga tau keceplosan di depan ada bendera tadi Itu kan ini, darah-darah yang lebih gini. Mas, mas, mas. Kalau masalah bendera jangan ungkap di publik dong.
Hahaha. Bawang, kita bilang, kita bilang. Bawang, kita bilang. Orang datang ini, pak.
Bendera ini kan gak muncul. Benda Rekons Productions. Bendera kan gak muncul di sini.
Iya, iya. Jangan sampai kita datang di perisap nih. Apa deh? Kabupaten jadi negara. Karena itu saya bilang fakfa, saya bilang ke Bapak Jenderal Negara, ke Ceprosat.
Itu kan cita-cita. Bukan! Itu dari masalah.
Bukan! Kenapa nggak boleh dong kalau kau punya cita-cita? Kau boleh bercita-cita apa saja, Mat?
meskipun kau orang tim, kau harus semangat dan punya cita-cita tidak usah saya lempar ini ya, hari kritik ya tidak ada cita-cita itu wah dik ada notif apa tuh? dia itu pakai... lumayan aja, dedekan beneran ini beneran dedekan ini iya lah lah turut-turut biasa kalau duduk pakai alat sadap bukan alat sadap ya Allah ini intel bapak ini bukan, bukan ini tadi detak jantung agak naik tadi, ada notif detak jantung saya curiga ini laporan sudah masuk satu ke sana ini beneran pak, beneran Tapi ini beneran keks production Orang itu Ini udah kesebar juga yang itu Tapi siapa yang bikin ada bintangnya soalnya Iya ada bintang sama ada cek wafaranya Mana bintang? Iya itu ada bintang sama cek wafaranya Mana bintang?
Itu muka saya Diedit kayak cek gue farah waktu ini Foto waktu di maling ini Topinya juga topi waktu di maling Itu bukan bintang itu logo keks production Oh Soalnya gue bikin mirip-mirip kubah tadi. Iya men, kemarin. Iya men. Jamboree bawa bendera kubah. Saya lari.
Saya lari. Saya lari kemarin dari kedua. Iya men bawa bendera kubah. Beneran.
tapi tepuk tangan dulu untuk tapi ini banget kita tekan kasih tamu makanan apa ya? hah? yang sukuan lah, masuk cuma nasbak nih waktu bukan apa-apa ini semua makanan kita dicuri nih curi siapa?
ah, tidak tahu, itu ada maling di sebelah ini eh? maling kalau tahu bukan di sebelah ini, kita bukan tahu itu merampas namanya itu pokoknya dia masuk dari sebelah ada maling kemarin itu tapi masalahnya dia tidak maling yang lain-lain, dia cuma maling yang makanan kelaperan mungkin ya, makanya kita kita ikhlas aja sih tapi tidak sih, karena disini yang mewah cuma makan anda mah mau curi jagung musuk itu itu jagung kering ya? makanya anda mau curi apa workman ini?
semua yang ada ini kan kelihatan elektroniknya banyak, rusak semua ini mas hilang kan sekarang rusak rusak rusak makanya yang mahal cuma makanan dan lampu ini makanya kami juga nih lagi berhemat sekali nih eh tapi coba kau lihat dulu di online siapa tau ada makanan-makanan apakah yang tidak terlalu mahal peseninlah aku lah, kopi hangat lah Oke Hucen ini soal di luar Sabar ya Tamu dimana-mana tuh dikasih makan Saya cek dulu Ditawarin dulu Haus gak mas? Mau minum? Mau gak cowok? Saya cari dulu ya Kok kenapa? Bisa nih kita beli makanan Untung saya sudah langganan ini Grab Unlimited Jadi ini bisa gratis ongkir Tiap pesan Grab di ribuan resto favorit bisa digabung pula sama promo yang lain jadi tidak perlu pusing abang mau mikir mau beli jamuan apa buat tamu ini ini abang grab unlimited grab unlimited apa itu abang sudah abang Ini tuh promonya tuh tidak santai sekali, tidak santai banget.
Ada itu yang tadi saya sebut bisa dapat gratis ongkir tiap pesan GrabFood kan? Nah, sudah begitu ada juga diskon sampai dengan 10 ribu tiap jalan naik GrabBike dan juga GrabCar. Abang juga ini bisa dapat gratis 8 minggu kalau jadi pengguna baru.
Hemat sekali kan? Hemat, hemat sekali itu. Wih, luar biasa ini. Eh, kok serius ini, Mat? Kok serius?
Serius, serius, Mat. Serius? Serius, serius. Serius Nah makanya nih Saya mau kasih tau juga Buat teman-teman yang ingin berlangganan Grab Unlimited Caranya gampang banget Kalian cukup buka aplikasi Grab kalian Kemudian klik Grab Unlimited Setelah itu Klik lagi dapatkan gratis selama 8 minggu Nah abis itu Kalian tinggal pilih metode pembayaran untuk berlangganan Selesai. Gampang kan?
Gampang. Kupesan sekarang. Saya pesan.
Saya pesan yang terbaik. Saya pesan. Sabar, dokter.
Tenang, Mas Tirta. Kita sekarang bisa pesan makanan minuman. Ya, ya. Wih!
Sampai saatnya deh Ini lagi Lagi Sudah? Seret Tauge goreng dua? Bukan Apa tadi? Kopi anget hitam Pakai kuda gak apa-apa aman Kopi hitam ya? Iya kopi hitam Kopinya aja Hitamnya ambil dari kami aja Tuh gak naik lagi kalau dipalin jatuhnya sambil tunggu-tunggu pesanan yang ada saja dulu ada air putih ini kita masukin begini ya ya Allah ini ada satu mbak kayak di Cukcari kau ini gue bilang tidak ada apa-apa berkulit kopi sendiri dari dua hari lalu Bang Oh tadi kan harus kopi temen disini dua hari lalu bukan tuh itu sendiri boleh-boleh sampai itu kenapa sangat vokal sekali di Twitter hai hai kok pertanyaannya langsung tuh the point gitu bang?
ya daripada kita putar-putar kan kita panggil tau saya tuh penasaran satu hal itu kayak wah dr. Tirta ini nandan dari dulu ya? iya bener bener karena twitter atau x2 tempat aku bisa jadi misu misu bukan menjadi diri sendiri aja bisa interaktif sama orang tanpa harus tahu muka itu sosmed yang paling utama dokter tita apa-apa urutan dari duitnya Pak dari interaksinya dari dua-duanya kesenangan kita dari kesenangan ya kalau passion tetap yang pertama kali itu Twitter karena bisa interaksi sama orang kita nggak tahu tuh siapa akun mana nggak peduli juga temuan ini aja ya dan malah Twitter tuh nggak bisa dikonversi jadi uang mungkin kita jual satu tweet 20 juta itu mustahil sulit banget bisa kok bisa tapi tunggu-tunggu momen-momen tertentu apa contohnya bisa ya Oh dia pernah kemarin yang Pilpres kemarin? Saya pernah. Pilpres kemarin?
Saya pernah nolak. Aku nggak pernah ditawarin gitu. Tolak! Beneran nggak pernah.
Iya, iya. Dia ambil. Saya tolak. Nggak pernah aku. Tapi kalau endorse kayak ke bola, kayak contoh bola itu, kayak contoh ada..
Video. Kayak gitu-gitu, pernah tawarin. Tapi endingnya pun, goal-nya pasti di match-ups lain. Aku biasa arahin ke Instagram sama TikTok. Jadi kalau buat opini..
ini tuh paling enak Twitter kalau buat nyari duit itu Instagram YouTube sama Tik Tok paling enak itu aktif-aktif jualan sepatu aku bisa lagi oke kalau terlalu gampang jualan jualan sepatu enak kalau untuk bazingan itu sebelum era-era video, yang YouTube, TikTok, Instagram, Twitter itu kan era-era 2013, 2014, 2015 itu kan berharga satu tweet itu. Gara-gara kan aku main Twitter dari 2010. itu pas jawabannya pocong binagri itu ya Radit sama Alit sama Radit sama masalah itu kan dulu disebutnya itu seletuit dan itu bayar itu juga masuk Oh ya itu berbayar sempat berbayar saya dulu tuh sempat menerima job kayak misalnya apa ada yang mau promo biskuit ada yang mau promo soalnya kalau terlalu masa-masa paling ramainya di tahun-tahun itu itu karena saat itu kan gak ada rekap like nya berapa, gak kaya instagram, inside keluar berapa, jadi ya cuma buat opini doang dan paling interaktif tuh Karena nggak bisa, apa namanya, bisa adu opini aja. Ya masih RT kan? Masih RT. Terus pakenya twitdek.
Oh iya. Pake twitdek. Enaknya itu karena kita bisa interaksi sama orang dan akhirnya kenal orang baru. Ada beberapa panen.
aku kenal dari Twitter kayak ada Farhan, Evanir, ya kan terus ada beberapa pelatih kebugaran itu aku kenal dari Twitter semua saya masih ingat bapak ini 2013 teribut Indonesia Timur itu bagian mana Twitter tuh rame itu 2 hari atau 3 hari Nah itu menariknya Twitter menurutku, karena disitu kita bisa selalu dapat insight. Selalu disitu masuk ke Indonesia Timur dapat insight. Kita bisa dapat insight baru dan ngasih insight kepada orang-orang. Dan yang ngebuat aku berubah dari ngegas alay yang warnanya pink gitu rambutnya, itu anak-anak Twitter.
Kenapa? Jadi gini, kalau misalkan kita tuh di Instagram atau di TikTok, orang tuh kan buat konten ya yang komen rata-rata adalah dominasi adalah orang yang respect sama konten kita. Entah kita konten kita bener apa enggak.
Jadi kita bias dong bahwa, wah kita bagus nih kontennya. Di Twitter itu orang no filter. Nah kalau hatersnya satu, bagi gue kalau di Twitter haters satu itu normal.
Tapi pas jaman itu, banyak banget yang anggapnya kayak, wah kau pansos, semua dibahas, tetehboh, tetehboh, ngek. Jadi orang-orang merenungi. Masih jaman pink.
ya parah itu anjing alay itu aku juga bingung apa bisa gitu ya pas kita alay itu anak kita gak akan sadar kita alay sadar itu karena disadarin orang lain justru twitter yang menyadarkan itu twitter karena mulai banyak yang awalnya kalo cuma replay mention kan gak apa-apa kan ada yang sampe DM ngasih saran bla bla bla Terus habis itu, aktivitas gue sejarah jauh tuh yang Jogja-Jakarta, yang gue ceritain dulu di podcast Lawasmu. Terus balik ya udah, mulai berubah. Terus ternyata orang lebih suka, oh ternyata orang suka segmentasiku hanya bahas bola, kesehatan, sama bisnis. Yang santai-santai kan?
Yang menjangkau semua lah istilahnya. Gak bisa dibilang santai, tetep serius tapi hanya 3 topik itu. Aku gak bisa bahas di luar topik lain karena di luar Tupoksi atau di luar.. kemampuannya.
Lo bahas sepatu? Sepatu, karena aku jualan sepatu 15 tahun. Iya, makanya bisa bahas sepatu juga.
Bisa bahas sepatu. Tapi masuknya di bisnis. Bisnis, iya.
Tapi karena menurutku memang sosmed ini punya ciri khasnya masing-masing. Betul, setuju aku. Kayak misalnya Instagram itu kecenderungannya apa yang bisa kita lakukan di sini. TikTok kecenderungannya apa.
Twitter kecenderungannya apa. Jadi justru kita itu, saya itu sempat kayak, kan sudah punya kebiasaan berbagi insight di Twitter kan. Nah, kadang-kadang, ah coba berbagi insight di TikTok.
Nggak. Tidak jalan. Tidak peduli orang.
Tidak peduli. TikTok sudah jadi sarang apa? Tidak tahu.
Pokoknya yang pernah ada satu topik kesehatan, temanya sama. Temanya itu mengenai masuk angin. Definisi masuk angin. Kalau di Twitter, kita jelasin. Itu ada yang tanya, sumbermu dari mana?
Berani itu tanya. Ilmiah. Oke, terangkan jurnalnya.
Di TikTok, itu tidak perlu kasih sumber. Yang penting, inti video kita akan ditonton itu di 10 detik pertama. Beneran, 10 detik pertama videomu nggak dianggap menarik, kamu kan di skip. Itu yang terjadi. Dan aku punya risetnya di TikTokku, rata-rata orang mantengin TikTokku itu adalah 80% netizen follower TikTok itu hanya tahan 4 detik di videoku.
Jadi selama 4 detik videoku nggak menarik, itu pasti di skip. Nah, kalau di Instagram, itu sarana harus cari validasi sebenarnya. Marketing, branding, serius. Validasi.
Jadi kayak before after foto, olahraga. Karena dia visual. Visual. Jadi nggak bisa disalahin memang Instagram itu bukan sarana buat flexing.
Maksudnya validasi masing-masing. Kecuali dia private account. Nah makanya aku tiga hal ini yang paling personal bagiku kalau passion itu di Twitter. Itu sarana satu-satunya yang...
Mungkin centang birunya sampai aku bayar biar nama Tirta Cipeng ini nggak bisa dipakai orang lagi. Yaudah biar aku aja gitu. Dan aku disana sulit menjual itunya, sulit banget.
Biasanya kalau ada jualan, aku convert dulu ke situ. Terus aku juga bisa mendata customer yang komplain. Gitu... Karena?
Ini nih, customer Susan Care itu kan kita kan, aku kan jasa Susan Care, terus aku juga ngurusi klinik kesehatan. Ada berapa otel sekarang mbak? 60-an, 60. Saya juga sempat buka Susan Care itu.
Di mana? Timur Jaya. Di mana?
dikosan dulu ya? dikosan dulu. Tapi itu lumayan awal-awal lumayan.
Gak bisa ngurusnya ya? Gak bisa ngurusnya. Karena waktu itu kan geban teman aja dia bikin usaha cuci sepatu terus kayak dia punya kemampuan gitu bikin yaudah coba aja kita di sosmed lumayan-lumayan waktu itu langganannya berapa banyak 60 outlet tersebar di berapa kota 20-an saya nuntut tuh gara-gara itu covid oh gara-gara itu ya gara-gara covid awal-awal covid itu kan orang kerja apa segala macam kan susah kayaknya ngurusin sepatu yang pasarnya kami ya pasarnya kami gitu jadi rame-rame aja itu ada aja itu tiap bulan maksudnya masuknya gitu Pas Covid, kayak orang gak ke kantor dan sebagainya itu Nah, pas Covid itu uniknya kenapa aku Kenapa itu? Kenapa survive?
Karena tokoku yang di Jakarta tuh close semua Makanya kok war-war Tokoku yang di Jakarta close Tapi justru tokoku yang di luar Jawa tuh buka-buka aja Yang... Tapi Jakarta close kan waktu itu ya? Close semua Gak ada orang yang cuci sepatu kan?
Tutup 4 malah Jadi dari 12 yang di Jakarta Remuk down 4 Anjur Tapi begitu kita tuh misalkan ke daerah Jawa Tengah Daerah Jawa Timur Atau bahkan saat itu ke daerah Maka, saat toko ku buka-buka saja. Maka dari situ aku ngeritik terus, bahwa memang saat itu ketat, saat itu kenapa kuar-kuar? Karena aku merasa yang ketat itu hanya di Jakarta doang. Karena kalau kita keluar Jawa, saat itu toko bisa buka.
Baik-baik saja. Baik-baik saja. Itu yang kalau flashback ya. Kalau aku flashback.
Jadi, saat itu kan nggak mungkin kita... Saat itu kan aku pernah buat, aku ngomong, Covid masih ada di Jakarta doang sih? Harusnya kita cuma punya 2 pilihan, mau PSBB-nya seluruh Indonesia, Atau PSBB-nya nggak usah ada sama sekali, karena nggak mungkin PSBB ketat di Jakarta doang.
Kau keluar pada waktu itu, tokoku tuh yang di luar itu nggak ada kebijakan pembatasan yang ada gitu, beda banget. Begitu masuk Jakarta, dicek surat apalah. Nah itu down tuh. Nah ternyata gara-gara apaan?
kan punya teknologi baru kayak delivery. Aku saat itu nggak ada delivery. Dan pembayaran cash semua.
Nah, gara-gara pandemi, kita terpaksa ngikutin di Jakarta. Di Jakarta sekarang cashless semua gara-gara itu. Habit. Terus punya 2 opsi, bisa ke toko atau delivery. Terus, nah, tugasnya Twitter itu adalah Ternyata banyak orang komplain itu kalau customer itu di Twitter.
Dan komplainnya itu komplain natural kan? Natural. Komplain natural.
Jadi akhirnya kan sebagai seorang CEO, bagiku CEO atau owner itu adalah bukan pajangan ya. CEO beneran kalau aku pebisnis nih. Iya, yang turun kerja langsung. Itu adalah yang jadi CS. Either kamu jadi CS atau kamu yang memang bisa nyuci sepatu.
Oh, itu yang saya tidak mampu itu. Saya tidak jadi CS, saya tidak jadi CS, saya tidak jadi CS sendiri. Jadi aku mengamati, CEO itu bukan micromanage, tapi kita memantau jalannya karena aku sukanya di CS, karena aku yang lain dari awal.
Kalau sampai customer itu rela menghabiskan waktunya untuk mecos, berarti ada yang salah sama tokoku. Jadi aku lebih jadi SPV CS saat itu. Nah itu CEO beneran, aku mikir ya. Jadi aku menggunakan Twitter itu, wah ini ada yang komplain. 4 kali aku mendeteksi komplain dan memang parah.
4 kali doang. 4 kali doang itu udah parah banget loh. 4 kali itu gede banget loh. Tapi sebenarnya, eh, Sust and Care itu juga ini kan, cukup beresiko kan menurutku. Cukup.
Karena orang nggak nyuci sepatu sembarangan loh kalau di itu. Aku tuh kadang-kadang temanku ngambil gitu kayak, wah deg-degan saya tuh kayak, wah ini sepatu yang apa nih? Makanya dari situ kita baru tahu 4 komplainnya terlalu besar. Jadi, hal situ aku menganggap kayak kita tuh bisa ngomong mewakili brandku tuh kayak apa. Kecuali kita cuma dipajang doang nih, gak peduli customer mau komplain.
Tapi dengan Twitter itu kita tau masukkan. Paling sering tuh gini, banyak yang komplain Susan Care di area satu kota nih, satu cabang, itu cuci nya lebih dari 7 hari. Itu aku tau dari Twitter.
Yaudah berlangsung terus padahal aku udah ngerasain SOP tapi faktanya customer tentu komplain ya robak total. Tapi dok, apa jiwa bisnis anda ini dari mana sih sebenarnya? Dari zaman kuliah? Dari zaman kuliah.
Bapak ibuku tuh karyawan bank, perbankan biasa. Oke. Oh berarti warisan geneti.
Karena, karena ini anakku. Perpandangan gak ada yang takang dari keluarga ku Emang ini tekun maksudnya Bener-bener ya kayak tadi Turun langsung Saya tuh merasa ya mas, saya tidak ada jawab bisnis Saya tidak ada jawab bisnis Serius, saya tidak ada pak Saya tuh merasa-merasa kayak saya gak ada jawab bisnis Sampah Tuhan Jual film? Jual film pak Produser, produser Produser saya angkat tangan bos.
Tidak mampu saya jadi produser. Makanya kenapa kita bertiga gabung dengan Padang Prastegu untuk bikin titik kumpul kan, Rony. Karena satu orang di luar.
Kami dulu bikin bertiga sendiri, memadiri. Saya, Abdul Rarsa, sama dia. Sama teman-teman timur yang lain. Kita bikin tim.
Bikin Milan Nation Pictures. Tidak sampai satu tahun? Tidak sampai satu tahun.
Enam bulan, enam bulan kayaknya. Cuma dua belas konten lah. Enggak buat? Bukan enggak buat. Kita tidak ada jiwa marketing.
Masih belajar. Jadi kalian jiwa kreatifnya tapi ada kan? Iya. Tapi jiwa manajemennya yang gak ada kan?
Betul. Itu cari orang yang bisa manage. Memang, memang.
Kita mau bikin warung. Ya, saya sama Abdur itu dari awal kayak, kalian rapat sih, kita ikut. Pokoknya kalian putuskan.
Di film juga saya merasakan seperti itu. Saya tuh kalau main oke. Kalau nulis mungkin masih mau lah. Tapi kalau sudah sampai di jajaran produser, kemarin saya nemenin ke Ernest ini kan, untuk film Kakak Bos. Terus ngurus segala macamnya gitu.
Bukan saya yang ngurus, dia yang ngurus tapi dia bawa saya supaya saya bisa ngeliat tuh. Pusing? Pusing saya.
Pusing saya bilang kayak, dan itu dia saya itu hanya ikut di grupnya Kakak Bos. Ini Ko Ernest satu, dalam satu momen, dia urus empat film sekalian. Itu kayak gila, saya tidak mampu sih.
Itu manajemen. Nah aku ada, memang talent manajemennya mungkin dari bapak ibu. Kan bapak bapak kan perbankan, jadi ngajari keuangan udah dari SD. Aku diajak ke kantor bapak.
Prevalence ku disitu, karena aku ngomong, nggak dari nol. Prevalence ku itu belajar manajemen dari bapak. Kita kayaknya kurang disitu deh.
Kita disana kan sudah uang pergi sekolah ini. Terus aku dagang itu. Aku mau cari sendiri terserah kau atau apa. Betul.
Dan aku kenapa kok turun langsung? Karena dari 2009 karir gue bukan dari cuci sepatu Ngisi waktu luangku itu main kaskus FUFU FAFA? FUFU FAFA itu 2014 Oh itu akun apa?
Bukan aku, bukan itu. Akun itu namanya Sekuan. S-C-H-W-A-N-N Cendol saya 3 saat itu.
Saya pengumpul cendol dari 2000 Jadi kalau di Kaskus ada cendol ada bata Kalau bagus kalau dikasih cendol. Tapi ada kolektor bata juga Kolektor bata memang merah-merah gitu Nah komennya itu adalah kamu harus ngebuat trade gitu biar jadi trading topic Terima kasih eh trading thread, TT gitu atau kita komen-komen yang bukan spam, bukan pertama, kedua gitu bukan nanti semakin banyak komennya nanti channel nya tambah banyak kecuali kita dikasih yang sudah kaskus geek dan ngangkawang gitu nah saat itu karena sering ngumpul di forum ketemulah sama temen komunitas musik, suka bling bling 182 yoi bling where itu, ternyata bling itu personelnya masing-masing punya barang, markopus itu punya artikus Si Travis punya FSAS, si Tom Dylong dia punya Macbeth, koleksi lagu, ketemu... Sepatu Macbeth, yang sendalnya saya beli Rp40.000, Rp40.000 di Ombi. yang OOP kak yang OOP dan dia kasih bangga sama orang disana terus dia jual?
terus dia jual lagi saya bilang bro ori beli bu Jogja murah sekali mereka percaya dong memang Jogja tempat barang-barang yang murah sekali tapi pasti ori dong dia beli lagi berapa ya? 200 200 ribu kau sebenernya jual bisnis kau? berarti bisa dong itu lebih keiba saya rasa dia itu lebih pengen sepatu ini tapi menurut saya itu antara dua antara juga bisa juga tipe-tipe kok aja udah saya itu tiga tahun masih percaya itu sendal ori ya saya juga tidak tahu kalau itu ini saya tidak bisa benarkan tapi kalau sudah kasih ke orang berikut ini puri-puri Iya dong?
Iya. Iya saya kasih tau. Berarti kau tutup tokonya menipu?
Oh, oh iya. Aku bilangin ownernya. Tadi bapak.
Enggak ya, apa namanya respect. Nah saat itu akhirnya dikaskus, kenal banyak orang, jualan di FJP. Cepet banget skip-skipnya ya, sobat tidak dibahas. Bapak ini jago.
Jago, foto. Biar gak, biar gak. Kau gak kemana-mana.
Tapi semenjak jadi tim penanganan COVID. Hei, hei, hei. Jangan bahas-bahas tim penanganan COVID itu.
Kenapa? Ah, saya agak. Wah, malah saya gara-gara itu. Kenapa?
Saya dulu telepon-teleponan sama Mas Tirta loh. Gara-gara itu miskom. Iya, gara-gara kena kan dia di.
Miskom, saya kena saya lagi itu. Terus hari aku yang ini, yang. Yang melurusin.
Yang melurusin. Orang saya pertama. Itu COVID jalan 3 hari saya sama istrinya. Saya itu pergi ke situ. Kok dipanggil ya?
Bukan dipanggil, datang. Jadi saya kontak, Mak. teman saya kontak teman ini mau mau jadi ini lockdown kan waktu itu iya jadi ini gini-gini ya udah apa yang kita bisa bantu nih karena aku pikir waktu itu wah ini pasti repot nih kesana lah jaman-jaman nuker kita masih semangat lah untuk melakukan sesuatu gitu kesana udah diterima terus ngobrol-ngobrol disuruh hubungi ini ini ini kesana kita ya Repot. Terus nggak jelas gitu kayak, aduh nggak jelas gimana sih siapa yang PIC-nya ini, tanggung jawabnya apa gitu. Iya betul.
Terus akhirnya balik. Habis itu minggu depan kontak-kontakan lagi tuh. Saya lanjutkanlah ke stand up Indo kan. Betul. Eh bro kita bantuin yuk sosialisasinya untuk Covid gini-gini segala macam.
Betul. Sudah. Saya sudah sosialisasikan ke Ajis, Ajis sudah oke. Lempar kesana lagi kan, ya kita tinggal tunggu dong, kan gak mungkin kita yang...
Terus gak dikabarin kan? Terus gak dikabarin berbulan-bulan, iya kan? Terus aku yang clearin itu sampe...
Tiba-tiba dateng ke mas Tirta, wah itu gak jelas tuh mereka recruiting tuh gini lah, kok bisa gue yang gak jelas? orang gue itu bukan lagi dipanggil, gue itu sambut bol maksudnya tuh, aku itu sudah sambut bol udah gata. ya itulah aku bilang kan, memang basicnya disana komunikasinya buruk kacau komunikasinya jangan ngarepin komunikasi buruk aja apalagi ada duit, wah nombok semua itu.
Cinggung, nombok oke. Kalau diinget-inget udah, udah di kelasin dah. Cukup.
Wah nombok pak, nombok APD yang jelas. APD? Iya buat temen-temenku kan.
Nah aku tuh nyumbang, tapi prestasi masih gue inget. Itu dari Kitabisa sampai ada kemarin ketemu lari-lari, ada tuh ketemu orang Halim Perdana Kusuma, masih ngomong. Namanya Halim Perdana Kusuma?
Bukan, kerja di sana. Orang-orang di bandara? Iya, dari AU. Dia bilang... Dokter, saya masih ingat loh dokter tercatat sebagai orang sipil yang ngirim bantuan ke Papua itu 6 ton Oh saya ingat HPD, 6 ton Waktu itu mau ngancar apa?
Udah gak peduli aku tuh Masih hobi Semua HPD itu pokoknya harus dicari dan itu aku kejeman manusia ini harus orang tau ya Bayangkan udah orang butuh, temenku butuh HPD, speknya kan banyak Udah tau kan ini buat donasi ya, kita udah bilang buat timur kan, buat timur atau buat utara Pokoknya luar Jawa yang susah lah karena HPD naik 3 kali pak Artinya? Gak ada urusan. Gak ada urusan mereka. Ya kalau dokter mau harganya 2 juta. Anjing, api di Spoonporn 2 juta.
Itu saat itu tuh. Aku masih inget banget masker 3M nih. Alah masker 3M zaman sekarang gak ada harganya kan. 3M yang kayak gini. 450 bro satu biji.
Itu masih aku inget itu. Itu aku ngomong sama kita bisa. Bro, parah bro harganya segini gimana. Yaudah dok namanya orang butuh. Dan itu 400 dibuang gitu aja.
Terus habis itu kan. Ya itu lah aku mikirnya, ya tau lah ada demand market dimana demand saat itu naik, cuman saat itu memang gak peduli orang itu Mau tuh buat donasi mau apa, harga APD, nah disitu aku mikir wah anjing emang Tabiat manusia Nah saat itu belum belajar mengenai public speaking kan, emosi ini udah hampir asing ke instagram live, keluar-keluar Karena frustasi yang APD itu, itu beneran, terus dibilang, kau dapet uang anjing, toko ku cukup 8 bang remuk pertama kali itu semua area Jakarta yang paling parah tokoh-tokoh yang ditebet apa sih itu jadi satu komplek itu ada aku, ada mischief terus ada distro noin, ada distro-distro kan Ditutup. Kita udah bilang, kita gak ngelayan customer, kita diriput ditutup. Terus kita makan dari mana? Nah itu yang bikin repot, gak ada solusi apapun saat itu.
Tapi lah itu dinamika ya. Maksudnya memang momen-momen pada saat itu, memubah banyak hal gitu. Hotel apa? Media.
Itu kan markasnya temen-temen. Dan itu memang betul. Saat itu tuh orang kan taunya kenapa kuar-kuar, karena manajemen stress ku buruk. Angle manajemennya buruk. Jadi sudah kena stress, terus toko tutup, APD mahal banget.
Frustrasi sama orang, terus habis itu kencang banget sih, lampi asin. Itu belum warna raga. Belum warna raga. Warna rambut. Warna rambut.
Jadi leganya keluar-keluar. Begitu keluar-keluar, kak update, tinggal tidur kan. Tinggal tidur. Balik pancing 17M views.
Wah kayak host tuh. Panggil di sana sini, wah ini baru bersuara. Tolong, udah bingung.
Posisi bingung nih. Wah ini mau dilanjut viral. atau mau aku silent aja, kecanduan viral terus ngomong aneh-aneh terus di twitter jadi masalah iya di twitter jadi masalah, di twitter jadi masalah karena awalnya bumerang bumerang dong, wah anjir kios bumerang karena mulai membahas semua hal cuma satu hal yang aku inget tuh aku inget banget aku ngirip tuh sampe pokoknya 4 mobil bok ke bolak balik ke halim bahwa terus yang bantuin aku mas temen-temen relawan juga dari Junior Doctor Indonesia sama mas Dayat dia yang berangkat ke Papua, nurunin 5,6 ton, beran 5,6 ton, itu semua isi APD. Nah, terus ada beli APD lagi kan? Nah, ya itu, pas sudah tahu, waduh tertiru-tertiru itu.
Orang itu ngasih ikat aku, harganya nggak masuk akal. Yang mempercayai sendiri itu apa ya? Ya itu, karena APD Spoonbond itu buat relawan yang nggak menyegang pasien, yang buat cuma apa namanya, bawa alat.
Ya, dari gua, dari. Karena itu yang paling murah. Masker logistik yang harus ngurus logistik. Iya itu yang paling murah. Jadi kalau di Wismatlin itu mereka selalu kan minta tiap hari.
Tapi kan relawan dibagi tiga. Ketemu pasien yang memiliki alat atau yang memang paling aman. Yang cuma memiliki makanan. Nah yang paling aman itu dapat spoon bowl.
Saat itu udah benar-benar gak ada. Semua udah mikirnya uang itu. Kita chaos ya. Chaos itu.
Itu sesuatu yang gak akan aku lupain. Orang udah akan peduli. Tapi mudah-mudahan gak balik lagi sih. Jangan-jangan. Kalau mangkipok ini tidak sinfeksius Covid itu.
Tapi kurasa itu juga memang cobaan pertamanya negaranya kita kan. melawan hal seperti itu pertama kali negara kita kita sebagai sebuah negara itu melawan sebuah pandemi kayaknya deh pertama kali secara serius kita kan pandemi pertama itu tahun 1920-an woi woi, kok buat masalah ya? di gedung polisi kan? bukan bendera tadi?
ini pesanan bapak loh ini, astagfirullah kok punya kaget? biasa aja, tidak usah kaget lihat Grab Unlimited masuk Ini pesanan. Oh betul.
Oh ya benar, kupikir. Pesanan atas nama Muhammad Al Qadir. Betul!
Ya, terima kasih pesanannya ya. Iya. Iya. Masnya kalau mau pesan lagi nanti bisa masih dapat gratis ongkir lagi. Wah!
Wah! Wah! Wah!
Kurirnya juga sampean! Wah! Wah! Kok enak kan?
Wah! Wah! Wah! Wah! Wah!
Udah usah kaget. Kaget, kaget, kaget. Grab, grab unlimited. Pesan makanan lah. Tamu nih lah.
Ini sudah ada nih. Oh ya sudah bang, nanti kita pikir sedikit lagi kalau mau pesan. Nanti kalau mau pesan kita langsung panggil ya. Grab unlimited ya? Iya.
saya mau pesan kopi terimakasih makasih ya pak ya ya wah luar biasa sekali maaf tadi saya salah pesan saya pesannya kopi dingin kopi tuhu iya anda kan pesannya anget kan kopi anget kopi anget saya pesan kopi dingin takutlah dari para pembahasan kita pasti akan panas akan panas sangat mengenal mas Tirta betul-betul kita akan masuk ke resafel kabinet pertempuran antara ini dan kementerian tidak tadi lagi Anyway, saya lagi boleh tanya ya? Boleh. Tadi kan kita sudah bahas bagaimana Mas Tirta concern dengan masalah kemanusiaan.
Iya. Karena menurutku, ya masuk akal lah namanya dokter pasti. Iya.
Jiwa kemanusiaan apalagi ini berkaitan sama pandemi kan? Iya. Berkaitan sama... kesehatan. Tapi soal politik, Mas Tirta itu menurut saya di sosial media itu cukup berpolitik.
Karena begini, menurutku dokter asli politik. Partner saya nih! Bukan! Kadang-kadang sekarang ya, orang kalau misalnya aku diundang kesini nggak ada briefing politik loh. Emang kita nggak pernah briefing orang?
Bapak ini pro-WA kan? Bapak ini pro-WA kan? Bapak ini pro-WA kan?
Dostru aku tuh tertariknya disitu mas. Karena aku ini basicnya juga sarjana teknik kan? Katakanlah konteksnya itu insinyur.
Duh mati lah ini. Ini politik itu dalam artian... General.
Kita tidak membahas kasus isu-isu tertentu. Kita tidak membahas kasus isu-isu tertentu. Maksudnya punya influence.
Iya, bagaimana kita berpengaruh terhadap......kasus 100 BPM. untuk mengajar, punya opini, orang lain sepahnya jangan opini itu, membentuk opini, itu kan politik begini, kenapa saya bilang saya senang mas Tirta sebagai seorang yang basicnya dokter justru berpolitik karena banyak banget hal-hal besar dalam suatu bangsa itu dimulai oleh seorang dokter dokter sutomo, budi utomo, momen kita kebangkitan sebagai sebuah bangsa 2008, 2008, 2008, itu dokter, kloprostovia Iya, pelopornya Estopia. Terus Sun Yat Sen yang bisa menghilangkan sebuah dinasti di sebuah negara yang selama berpuluh-puluh tahun. Seorang dokter juga.
Iya dong, dinasti Chang, dinasti Qin, dinasti Ming, itu kan selama bertahun-tahun tinggal berganti. Dia akhirnya bisa membuat negara Cina yang ada sekarang. Siapa lagi dokter?
Dokter, siapa lagi? Che Guevara. Che Guevara dokter juga.
Sekalian aja. Awalnya kan seorang dokter, dia merawat orang di Argentina. Kemudian dia melihat kayak, kalau merawat-merawat satu dua orang aja, bagaimana nih? Dia harus menghentikan penindasannya dong. Iya dong.
Apa itu? Apa mentalisasi dokter itu? Kamu memiliki dokter cirta. Weh! Weh nggak gitu weh!
Kayaknya di masa sekarang ya. Nggak, jadi... Kita kan punya platform.
Ini ngomongnya harus hati-hati nih. Enggak, karena terakhir kali aku ngomong kayak gini, itu digoreng habis sampai... Jadi gini, aku dulu... Tapi orang gini bangsa, giliran Rikin datang, dia bilang, kita gak usah masuk politik ya.
Tapi kita masuk politik. Karena Rikin komik apa segala macam sudah banyak. Ini doang...
seorang dokter itu jarang, saya itu agak tidak suka ya sekarang dokter itu harus melayani, harus berbakti pada masyarakat jangan dokter itu juga di masa lalu itu dokter itu yang menggerakkan kita menjadi sebuah bangsa jadi awal mulanya gini, kita main aman nih ngomongnya, aman banget ya, aman banget ya, gak apa-apa ya, main pizza jadi aku melihatnya tuh kayak gini, menteri itu kan sekarang perbankan, Pak Budi Gunadi itu kan orang bank meledjadial ya, meledjadial, terus banyak temen-temenku dokter itu Pada komplain, kenapa kok menterinya perbankan? Sebelumnya Pak Terawan, terus ada Bunila Muluk, dan kakaknya. Terus kalau kita lihat, DPR itu kan Komisi Mewakili Kesehatan adalah Komisi 9. Dan kita tahu nakes itu ada banyak.
Omon-omonnya banyak nih. Jadi dari situ kita mikir, banyak teman-teman gue tuh sering komplain. Jadi orang pinter itu kalau ketemu, itu egonya nggak bisa ngalah. Maunya ngomong, tapi nggak mau denger.
Itu udah jelas. Jadi orang pinter kalau dikumpulin satu forum, 10 orang, itu rata-rata akan sulit nurunin ego dan dia hanya mau pendakatnya didengar. Nah masalahnya di dalam...
Kalau dokter atau tenaga kesehatan lain, seperti perawat, ilmu kesehatan masyarakat, ingin pendapatnya diwakili, berarti harus ada orang yang mewakili. Faktanya mereka sibuk berpraktek dan masing-masing. Jadi akhirnya ada ketakutan kalau ngomong hal itu berpengaruh pada karirnya.
Jadi mereka mulai tidak ngomong. Dan akhirnya ketika ada kebijakan yang tidak sesuai dengan mewakili kepentingan nakes yang semua ini, mereka baru keluar, baru bereaksi. Nah pada dasarnya adalah dan image dari masyarakat.
Masyarakat itu menganggap dokter itu hanya mengurus pasien. Padahal fungsi dokter itu lebih banyak dari itu. Dokter yang mengurus pasien itu adalah fungsi terakhir dari dokter, yaitu mencegah yang sakit jadi tambah buruk. Tapi fungsi utama dokter yang pertama adalah mencegah yang sehat jadi sakit.
Sosialisasi, komunikasi. Dan sosialisasi komunikasi itu bisa jalan kalau kebijakannya sudah benar. Nah akhirnya, dan akhirnya kita punya platform ya. Aku ngomong aja soal hal itu.
Awalnya aku ngomongnya vokal. Ngomongnya sangat vokal. Tapi kenapa?
Karena aku gak kuat dengan tekanan pressure dari beberapa akun anonim. Oh anonim. Akun anonim itu kan kita gak tau kalau di Medsos itu kan semua orang punya hak ngomong.
Berapapun akunnya. Apalagi jaman sebelum Elon Musk. Jadi, banjir notif is.. Kalau pendapat kita disetujui gak apa-apa. Tapi banjir notif dan isinya pendapatnya rata-rata kontra.
Itu akhirnya aku mulai memilih belajar cara ngomong gimana diksinya itu bisa diterima atau kritik. Ya, tapi kamu bisa gak tau. Gak bisa ngatur orang, itu aku. Dan ternyata kenapa aku berbual, karena itu hakku untuk ngomong.
Terus orang bilang, kamu rata-rata aku yang gak suka tuh gini. Itu kenapa alasan aku ngomong ya? Karena bagiku dokter juga berperan dalam mencegah yang sehat jadi sakit dengan cara kalau kita ikut kongrestasi politik atau kita ngomong soal kebijakan. Government. Nah, kejawab jawabannya.
Salam, man ya. Gak bagus ya? Bagus, oh.
Jawabannya bagus banget. Tapi itu aku setuju banget. Jawabannya bagus banget. Nah, tapi yang kedua, aku gak sukanya adalah reaksi dari publiknya. Apanya?
Reaksi dari publik. Nah, inilah. Tapi kita gak bisa membantah karena itu salah satu... itu negatif dampaknya dari Twitter. Media sosial ya?
Twitter kalau aku bilang. Kalau Instagram sama TikTok, dia cuma bisa komen. Kalau Twitter itu sama argumennya, karena bisa reply dan repost. Kalau Instagram itu hanya bisa di komen, kalau TikTok stitch. Jadi kita bisa ngirim opini sesuai mau kita.
Nah masalahnya di Twitter itu komennya ada dua yang sering aku baca. Kau dokter fokus aja ngurus praktek, gak usah ngurus politik. Sama aja kayak aku gitu.
Sama kayak kau kan, kau melakukan jalan, gak usah ngurus politik. Nah, tapi mereka tuh lupa bahwa salah satu komponen, ini aku belajar ya, salah satu komponen dari seorang dokter tuh kita berperan dalam kebijakan. Dan kedua, komponen kedua, kamu bisa kritik doang.
Gak bisa kasih solusi. Nah memang betul tugas kita tuh ngkritik. Kau dipilih jadi pejabat, legislatif dan eksekutif tuh kau yang mikir solusinya.
Tugas kita tuh mikir, tugas kita ngkritik. Kenapa? Karena kau merasa bayar. Ya memang, karena kan dibayar dari penghasilan negara. Ada penghasilan PNBP, karena belajar kan.
Pajak, non-pajak, dan cuketan yang bengek itu loh. Nah kita tuh, dengan kita tuh... Nasionalisme kita itu terbukti dengan cara kita peduli sama kalian Maka kita ngasih kritik Nah terus marah Jangan kasih kritik, kasih solusi Nah dari situ Sekolah lagi sekolah laki di TB, dengan tujuan aku bisa membantu omongan itu kasih, jangan bisa kasih kritik, kasih solusi, sekolah lagi ambil?
sekolah laki ambil manajerial kubales, kubutin, kumlot, 396, 391 MMR? enggak, bukan MMR, beler-beler MBA oh diri se-amnistrasi beda manajerial dengan tujuan, aku lebih memahami segi manajerial dan bisa jadi Bisa kelopi antara fungsional sama.. Jadi bukan hanya kritik.
Mau lo kasih solusi, tak buatin kritik, tak buatin solusi. Ngomong aja dia. Yaudah kalau gitu kamu join dong di dalam.. Nah ini hampir saya mau tanyakan ini.
join lah dalam partai atau apapun asalnya ini yang aku langsung ngomong apakah berkomentar soal politik harus join dari partai masalahnya secara sistem di indonesia tuh mengharuskan seperti itu jadi kalau di dalam dunia bisnis aku langsung ngomong ngomong ya, agak teknikal. Barrier entry menjadi politisi di Indonesia itu sangat tinggi. Jadi cara masuknya itu susah. Kayak contoh, kamu dagang Starling gampang. Itu namanya barrier entry-nya.
Barrier entry movie maker itu susah. Apakah semua orang bisa jadi coherence? Nggak mungkin. Barrier entry buat industri film itu sulit. Nah, sama kayak politisi, barrier entry-nya itu susah.
Kalaupun berhasil jadi politisi, kaderisasinya berhasil, dia harus kampenya. berarti sudah susah mahal, political cost berarti expensive, nah kalau aku bergabung dalam mereka maka dengan kekuatanku mau aku punya 60 tokoso shanker pun itu akan habis untuk membiayai kampanye aku makanya pasti aku akan kerjasama dong dengan orang-orang yang punya uang Kalau kita kerjasama dengan orang yang punya uang, kompromi terjadi di situ. Nah itu, itu yang terjadi. Makanya kalau aku nggak bisa menyalahkan pendapat orang itu, dulu aku satu pintu.
Jadi dengan Twitter, dulu aku satu pintu. Aku menganggap pendapatku paling benar. Tapi aku melihat pendapat orang lain, berarti political cost mahal. Nah, jadi satu-satunya cara kalau aku masuk jalur wartai, oke bisa.
Tapi aku akan sangat lama dan political cost-nya cukup tinggi di kampanye. Dan memang betul, kampanye Baliho itu mahal, Pak. Nah, akhirnya aku memilih jalur lewat praktisi. Soalnya kalau aku ngomong praktisi hanya di bidang dua, bidang ini, kesehatan dan industri kreatif, itu keahlian ku. Maka aku akhirnya yaudah ngomong praktisi berpendidikan di situ.
Tapi gini mas, sorry sebelumnya. Tapi kan biaya mahal dan lain sebagainya itu kan mungkin karena yang dibutuhkan sama politisi ketika dia mengeluarkan biaya yang sedemikian banyak itu kan untuk mendongkat popularitasnya dia. Betul, betul. Sebenarnya kan mas Tirta sudah punya cukup.
banyak track record. Dan ini kan dibuktikan juga sama Mas Komeng kan. Yang ibaratnya dia tidak punya baleho sama sekali dan tidak bahkan katanya tidak kampanye sama sekali, tapi tiba-tiba suaranya masuk banyak banget. Tapi dia DPD. Tapi dia DPD.
Nah, ini justru menjadi sebuah studi kasus yang menarik. Kok bisa? Karena beberapa orang mengatakan bahwa, yaudah nggak apa-apa, kita mulai dari DPD dulu aja. Karena pada akhirnya, solusi-solusi kita di daerah, bisa kita suarakan lewat situ.
Tapi DPD tidak punya fungsi legislatifnya tinggi, DPR. Dan... Nah itu maksudnya. Makanya dibilangnya mulai langkah awal. Nggak harus yang paling tinggi-tinggi.
Kalau mulai langkah awal lebih baiknya DPRD. Tapi justru yang terjadi lah orang-orang yang di partai yang kalah bersaing secara politik. Mereka malah keluar dari partai calon DPD. Tapi dari DPD keluar masuk partai jarang.
Ya betul. Contohnya solusinya jarang. Kalau menurutku ini tergantung goalsnya masing-masing.
Kalau goalsnya adalah memberikan solusi yang konkret di masyarakat. Menurutku setelah melihat apa yang terjadi kemarin, DPD masih masuk ke akal. Kalau solusinya adalah mencapai... tataran tingkatan karir politik yang bagaimana-bagaimana memang masuk partai dan memulai dari DPRD sampai tingkatan DPR dan seterusnya itu yang memang akan jadi jalur yang kita tempuh gitu iya itu satu-satunya cara tapi kalau Bapak, misalnya kayak begitu ya dari sisi kesehatan ya seandainya kalau solusinya itu adalah menciptakan satu kelompok yang sebagai percentuhan misal, Bapak ambil struktural masuk PNS ambil struktural dari kepala dinas makanya Rumah sakit itu Bapak jadikan percontohan.
Gak mungkin. Oh ini loh, ini fungsi yang terjadi. Itu, jadi ini realitanya.
Jadi kalau sepinter apapun kita, kita tidak akan bisa melawan ombak besar itu sendirian, Bung. Nah masalahnya kalau kita masuk ke dalam sebuah kantor yang ombaknya udah besar banget. Kita yang akan ikut sistem itu, mau se-vokal apapun kita, se-kritis apapun kita Emang ombak lo sebesar itu dan seburuk itu? Dan seburuk itu?
Pancing terus! Bukan! Bukan! Yang saya bingung adalah kenapa setiap kali kita duduk membicarakan hal-hal baik untuk masyarakat, kita itu selalu merasa ada setan besar yang akan menghalangi gitu.
Emang masa kita... Kalau ngomong tuh, gimana ya? Saya itu optimis banget soalnya mas. Mas, bentar bentar bentar.
Ini gini, gini. Ini cara jawabnya sulit tuh. Kemana gini, pribadi?
Semua orang nggak peduli sama apa. Itu dari saya. Bapak ini kan belum pasti tau dia mau tanya apa, saya kata.
Saya tuh mau tanya, ada slot di Liverpool? Gak gitu, kau tadi udah terpaksa Liverpool juga. Dar dar dar.
Karena menurutku mas, sambil sampein pikir jawabannya, menurutku dokter itu bisa memegang peranan penting untuk mengeluarkan hal begitu. Coba saya ambil contoh kasus ya. Pak, misalnya satu rumah sakit.
Tingkat kabupaten. Terus kemudian disana itu banyak indikasi. Indikasi ya. Indikasi bahwa ini malpraktek.
Karena apa yang dokter sampaikan atau diagnosisnya itu salah. Dengan tindakan kan. Nah kenapa dokter bisa salah diagnosis misalnya? Karena tidak ada alatnya. Jadi dokter itu semi-semi dukun lah.
Di sebuah rumah sakit itu malah semi dukun. Karena tidak ada alatnya. Analisa aja nih. Sementara dia butuh alat penunjang gitu kan. Nah kenapa alatnya tidak ada?
pengadaannya. Ya betul. Karena nggak ada. Ya nggak ada.
Nah kenapa pengadaannya nggak ada? Nggak menjadi prioritas sih kepala rumah sakitnya. Nah itu gimana? Kalau seandainya Bapak jadi kepala rumah sakit, artinya pengadaan prioritasnya jelas, pengadaannya jelas, dokter-dokternya hidup juga dengan jelas bahwa, oh ini tindakannya ini karena alat mengatakan ini.
Gimana? Ini udah ada jawabannya Uta. Jawaban pertanyaan kalian tuh selaras.
Nih, kamu bisa bangun rumah sendiri? Bisa. Kamu bisa desain sendiri dong. Kamu bayar arsitek sendiri.
Bisa kan? Bayar arsitek, desain, sewa teknis, kamu beli bangunan sendiri. Tapi, tahan-tahan.
Kalau realitinya, bangun rumah sendiri. Bangun rumah. Jadi, teknikal denotasinya itu beneran bukan konotasi.
Kamu mau bangun rumah, beli batu sendiri. Wow. Terus kamu akan masang fondasi, ngemen, sendiri bisa? Nggak bisa. Susah tutup kan kan?
Iya. Nah faktanya kalau ini di dunia kesehatan, yang vokal satu orang, yang lainnya nggak mau gerak, terus gimana? Nah iya. Nah, emang ID Serikat Pekerja? Bukan.
Bukan, ID itu organisasi. Organisasi profesi. Betul ya?
Apakah ID Serikat Pekerja yang kayak Serikat Buruh gitu? Bukan. Yaudah. Berarti kan, kalau pun ada dua dokter vokal, ada tiga dokter vokal yang peduli sama sistem, tapi kalau yang lain cari aman, sulit. Contoh, kita soal bullying PPDS.
Berarti, soal bullying PPDS. Harusnya semua mahasiswa spesialis PPDS itu dokter spesialis. Harusnya semua dokter spesialis tahu dong, karena nggak mungkin yang akan alami satu orang.
Benar. Benar. Tapi itu juga kan rahasia umum di lingkungan kita. Iya, tapi kenapa kok pada membantah?
kenapa yang ngomong cuma 4? kenapa aku bisa ngomong? karena aku kan dari situ karena mereka ini kan hasil didikanya secara nggak langsung kalau mereka mengaku itu ada, berarti mereka bentuk hasil dari atau mereka pun pernah melakukannya betul betul, itu itu, nah tapi kan katanya soal bullying ini.. ya soal itu ya, saya pernah lihat langsung ya mas saya orang luar ya, saya tidak komentar saya orang luar tapi saya pernah lihat langsung saya pernah lihat langsung saya pernah lihat langsung, saya lagi meeting sama dia saya pernah lihat langsung bagaimana So, ini sorry-sorry to say ya, maaf teman-teman.
Saya nggak sengaja. Di sini, kita ini beda banget, tapi cara treatmentnya kita di lapangan beda banget. Saya ini orang teknik ya, kita teknik itu ketika kita awal masuk, kita didrill sekeras mungkin, Mas.
Oke, didrill. Didrill sekeras mungkin, kita dihajar. belajar gitu untuk bagaimana cara kita turun lapangan salah push-up apa segala macam diomelin diteriakin ketika di satu tahun pertama tapi setelah itu amat tidak tahu anak teknik semuanya pasti sangat sangat sangat support satu sama lain Oke benar sangat support apalagi kalau kita masuk karena ahli yang tadi, kita itu dibantu secara teknis, pengetahuan dan sebagainya itu disiplinnya anak teknik saya kemarin lihat di kedokteran ini orang mau jadi ahli loh, mau jadi ahli ya ampun, pergi beli makan parkir mobil salah, kasih turun sampai jam 3 maaf-maafin ya kalau lihat langsung lihat langsung dari mata ke payasin jam 3 subuh, jam 3 subuh ada satu orang yang ahli harus pindah mobil, saya, mau kemana?
udah keringat mas, udah keringat, yang basah gitu eh sorry saya tidak bisa ngobrol sama kalian iya tidak apa-apa, saya harus pindahin mobil dulu segelam itu dia mau jadi ahli, kalau mau jadi ahli itu begitu kalau mau jadi ahli begitu, kalau mau jadi ahli... saya lihat langsung, saya kasih kunci eh itu aku lupa di atas, ambil dulu siap lari, sambil kita beli, dia makan dia gak sempat makan dia gak sempat makan itu teman gak sengaja, gak sengaja ketemu saya tidak sengaja gak sengaja ketemu di sebuah hotel, saya tuh excited sekali ini teman sekontrakan saya loh di Jogja kontra dia kan iya, teman sekontrakan saya dia aja aja saya Jadi kaget lah saya ketemu dia disitu Yang bisa ngubah itu Yang bisa ngubah itu kan harusnya berarti Masing-masing kepalanya kan Kalau kepala-kepalanya ini niat ngawasi dengan baik Budaya itu akan hilang kan UI hilang, tapi kan faktanya tidak semua kampus Sekompak UI kan UI itu yang paling vokal di Twitter. Aku tuh temen-temen dokter dari UI, itu paling vokal.
Aku hafal semua. Dan rata-rata mereka siarin di UI, nggak ada betul. Tapi nggak semua kampus kayak UI.
Nah, jadikan itu contoh. Contoh baru satu dari sekian banyak. Berarti bullying di pasien spesialis itu ada. Tau? Cuman yang kompak untuk menghilangkan itu, soal definisi bullyingnya itu beda.
Jadi akhirnya, dari situ kan kita harus tahu, dari satu urusan soal bullying dan itu aja kan, narasinya nggak kompak. Dokter itu nggak kompak. Belum kompak lah. Apalagi kalau kita mengkritisi mengenai berbagai macam kebijakan.
Yang lebih tinggi lah. Makanya aku tuh selalu ngomong kepada teman-teman masyarakat, dokter itu nggak ngurusin pasien, toh. Kan selalu komentar di TikTok itu.
Kalau di Twitter itu jarang ada yang tanya, Dr. Tita masih praktek? Nah ini beda karakternya. Di Twitter itu jarang pernah, jarang banget ada yang tanya, Dr. Tita masih praktek? Nggak ada.
Karena dia lebih peduli kepada ilmu dan programasinya. Tahu. Mereka itu pedulinya, oh emang ini dokter, dia ilmu dia kayak kritis.
Nah di TikTok, ini jujur di TikTok, komen di Instagram, masih ada yang tanya. Emang kamu masih praktek? Emang kamu masih praktek?
Kalau nggak praktek, bukan dokter dong. Nah. Weh, asbak asu itu salah. Saya kira kamu. Asbak asu berarti oke.
Ya ampun. Asbak asu. Kenapa?
Kenapa, Jeng? Kau bayangin, kau sudah lulus, sudah disumpah, itu DR. Nah, kalau praktek, tambah lagi namanya STR sama SIP. Praktek. Surat Tanda Registrasi sama SIP.
Saya makanya masih SKG, karena saya sumpah itu nggak boleh. Tapi dia tetap saja, sejarah kebenaran. Nggak boleh sumpah-sumpah sembarangan. Sama ser...
Makanya saya masih SKG. disuruh kamu sumpah dulu, eh tidak boleh pengen sumpah-sumpah tadi gak boleh sumpah muda tapi itu kan bukan sumpah sembarangan iya itu kan sumpah berarti sumpahnya sumpah sembarangan menurutmu tadi kamu bilang gak boleh sumpah sembarangan berarti sumpahnya itu sembarangan tidak, sudah saya belum koas jadi jadi sarsenya kodok nanggigian tetap aja nakes kan, nah jadi dari situ akhirnya tetap dokter nah karena semua orang terpaksa pacu pada semua dokter tuh hanya bisa praktek bahkan dari netizenya pun akhirnya dokter ya males untuk berpendapat ini yang menjadi dasar pertanyaannya saya tadi sebenarnya ini ini muaranya pertanyaannya saya itu karena Menurut saya, memang profil dokter itu dikerdilkan, menurut saya. Sebatas melayani pasien dan praktek-praktek kita, menurut saya itu dikerdilkan. Kritis nih.
Padahal bangsanya kita ini disadarkan oleh seorang dokter. Iya, 20 Mei 1908, Budi Otomo dan seterusnya. Tidak ada kesadaran itu, tidak ada politisi hari ini Iya dong Pak Tidak ada politisi hari ini Karena itu kesadaran berbangsa itu menjadi fondasi Semuanya dan itu Dipikirkan Adalah hikmatnya seorang dokter Kita itu harus jadi sebuah bangsa Ya makanya cara membangun kesadarannya kan adalah dengan subsidi fakultas kedokteran enggak, enggak, enggak itu bisa terjadi kalau kebijakannya sesuai nah kebijakan kebijakannya sesuai saya tanya mas di kedokteran itu, mahasiswa-mahasiswanya itu satu, berpolitik kah atau tidak dua, ada nggak sih kayak misalnya kami di kampus gitu kita boleh berafiliasi misalnya dengan himpunan mahasiswa ini, himpunan mahasiswa ini boleh, boleh ada dokter yang ikut kayak, ada, ada ini ada, ada banyak, misalnya ada aku dulu senat malah Aku senataku, aku tuh aktif, temenku BEM, BEM UNIF.
Berapa orang dari sekelas? Nah, itu yang ditanya. Adakah dokter yang seperti itu?
Ada, ada, tapi sedikit. Rata-rata mereka... Karena ter...
apa dengan jadwal ini? yang milik mau kemana lagi gitu mereka tuh hanya peduli akan demikual yang kayak gitu kan yang yang dianggapnya jasminya tuh kayak gitu jadi image dokter tuh adalah kutub buku belajar pulang dapat nilai bagus jadi dokter spesialis jadi kayak dicetak masalah gitu loh itu sudah bertahun-tahun sudah dicetak masalah ini boleh nggak sebut itu pengkerdilan menurutku ya setuju-setuju karena memang kecerdasannya dokter-dokter ini dari kelas ya saya satu kelas 144 orang ya 350 eh 114 orang 140 orang itu cuma 2 yang ikut organisasi luar, HMI, IMM. Sisanya mungkin sekitar 30-40 yang ikut organisasi intrah, yang Himakagi, Impul dan Mas Isu, Aka Dokteran Gigi, yang ya dokteran-dokter lah gitu.
Yaudah, sisanya tidak, tidak ada. Iya dan kalau pun kita di dalam blog itu, di dalam pendidikan kedokteran itu ada yang di bagian kayak ilmu kesehatan masyarakat. Itu sesuatu yang pasti dianggapnya membosankan bagi mahasiswa. Jadi memang dididik dari S1-nya aja itu jarang ada ilmu hal ini.
Bahwa bersuara itu kayak hal yang... Tabu. Apalagi mengkritik senior. Oh ini kan baru bullying. Ada lagi yang lebih kritis.
Dari pancing kan? Tapi main aman ini. Kalau bullying itu kan tahap spesialisnya.
Mengkritisi senior. Main aman tapi kasih tau dulu. Tapi kan klarifikasi ini benar. Bisa ditarik.
Mengkritisi senior, mengkritisi orang yang lulus duluan, padahal dia tidak lebih pintar dari kita, itu adalah hal yang cukup tabu kalau di dokter. Misal, kalau angkatan 96 misalnya. Bukan masuknya. Saya 95. Maaf, mas.
Oh, apa kelahiran 1995? Enggak lah. 2003. Dia kekatan 2003. Saya kekatan 2003. Anggap aja.
Berarti kan senior kan? Iya. Terus kalau tiba-tiba berpendapat salah, kita nggak bisa ngeritikal.
Sulit. Saya sabar, mas. Sulit. Ini baru soal bersuaranya loh. Bersuaranya loh.
Nah, contoh kalau nggak, kemarin kejadian bullying-nya kan di rumah sakit. Ini di Kemenkes ya. Rumah sakit vertikal. Coba aja, ada nggak satu pegawai Kemenkes yang ada yang ngomong?
Gak ada Sulit Makanya akhirnya Ada enaknya Oh enak ya Jadi kadang bergerak di luar sistem itu lebih fleksibel Jadi untuk menjadi politisi Kamu harus terjebak ke idealisasi partai Betul ya Kalau saya terhadap orang-orang yang begitu Kayak masum dong Saya cuma bilang Gak ada satu perubahan Setahu saya Itu terjadi justru dari dalam Dari luar Semua perubahan di dunia ini Terjadi dari dorongan dari luar Nah akhirnya memutuskan untuk Ternyata di luar sistem ini membuat aku tidak terikat dengan kerjaan itu. Dan akhirnya aku menjadi lumayan, tapi ngomongnya memang harus baik. Jadi belajar politiknya dari organisasi. Membangun kesadaran politik itu adalah dari teman-teman organisasi, senat, komunitas, di luar kedokteran itu sendiri.
Karena nggak bisa. Karena nggak bisa kalau kita ngomong dari sistem di dalam itu akan sangat-sangat sulit. Itu yang menjadi realitanya dan betul. Dan sampai kapanpun... Nanti akan sulit kita mencetak dokter yang ada di DPR Kan DPR tuh ada perwakilannya kalau komisi 9, 10 pemuda, pemuda dan waraga.
Kalau 1 kan pendidikan kalau nggak salah. Enggak, 1 warga pendidikan. 1 warga pendidikan, 10 yang pendidikan. 7. 7 ya, 9 ini yang menurutku sakral untuk kesehatan.
Nah akhirnya kita senang keluar-keluar di dalam doang. Tapi jarang kita mau ikut. Beneran gitu, untuk beneran. Oke, kalau mau silahkan berpolitik.
Ada beberapa, Dr. Bambang Asto, itu kalau nggak salah dari Watas, terus temanku Giovanni Van Empel, sekarang di kebijakan, dia kuliah di kebijakan kesehatan di AUSI. Nah itu contoh-contoh yang harus kita repeat, bahwa melayani pasien itu bukan berarti secara harafiah kita hanya menyembuhkan, tapi juga kita bisa dari kebijakan. Jadi memang dibutuhin. Cuman bedanya aku dulu sama yang sekarang, dulu-dulu tuh kenceng banget dan taunya aku paling benar.
Kalau sekarang lebih terarah. lebih tahu, lebih tahu kak, membuka dengan pertumbuhan manusia kan gak semua orang harus di respon itu loh di timetsos, jadi dulu tuh aku semua ya gak, itu akun Mamat Gansop kan gak usah di respon, udah emang anjing aja tapi aku ngiranya tuh kau, karena ngapain aku, ngapain saya bukan tahu, bukan itu ada bufafa, siapa tau kamu juga punya efek kekono, punya ngerosting orang saya aja baru tanya kaskus ganda tadi loh oh iya betul, saya tidak nyambung, saya tidak nyambung apa? apa bufafa, kenapa?
saya juga tidak tahu, bufafa tuh anakku dikabur dikaskus cek aja udah lama-lama sama ini dikaskus enggak enggak beda-beda itu beda forum-forum sepatu semua kenapa rame ah apa-apa banyak bersuara karena ini bagian dari penghormatannya kepada dokter ya kepada Masih gak apa-apa lagi nih? Enggak, enggak, enggak. Ini pribadi.
Pengakuan pribadinya saya bahwa betapa bagi saya tuh profil seorang dokter itu tidak sederhana gitu. Makanya saya sih mungkin di masa yang akan datang kita butuh lebih banyak dokter yang menyampaikan hal-hal baik gitu. Karena kita saja tuh kecil. Orang yang mau cita-cita jadi dokter ya, itu harus mengukur diri dulu, harus sadar diri.
Apakah saya sepintar itu untuk punya cita-cita jadi dokter? Iya kan? Saya tidak.
Kita tuh kalau misalnya di pelajaran kayak kurang. Bisa tuh kayaknya kita, kayaknya ditanya cita-cita. Mikir-mikir kita kalau mau menyebut dokter. Tapi untuk saya tidak sampai spesialis, ya ada bully pukul dalam rumah sakit. Oh sama, saya juga.
Bapak kan mau masuk, mau ambil yang.. Enggak, enggak, enggak. Gak jadi?
Gak jadi. Akhirnya masuk di Sports Science, jadi aku lebih seneng hitung-hitungan balik normal. Sports Science jadinya? Itu mungkin bedanya kedokteran dengan teknik ya. Teknik itu banyak sekali.
Baku pukul senior dan junior ya. Tapi kan setelah baku pukul, selesai. Tapi baku pukul, bukan dan pukul.
Baku pukul, artinya selesai. Palingan, copot jas, tiba-tiba baku-bapuk, selesai. Tidak ada ini, tidak ada apa namanya, tidak ada senioritas yang bagaimana.
Kita tetap, remote seniornya kita, tetapi juga pada satu sisi juga kita tahu bahwa kita harus selesai kaget tapi itu bener itu yang wajar bukan itu itu itu hal yang sangat teman-teman yang sedang berproses seperti itu semangat dan karena jam kerja di dokter dunia dokter pun tuh tinggi Pak 100 jam perminggu dan itu bukan hanya di Indonesia kan bingung kan Indonesia tuh Ketidak kekurangan dokter, betul secara harafi yang numbering ya Tapi mereka tuh ngumpul di Jawa doang Nah kenapa mereka ngumpul di Jawa? Karena bener kata Mamat Karena di rumah sakit daerah 3T terpensil dari soror terluar itu fasilitasi tidak berimbang Nah secara teoretis nih, secara teoretis Berarti dokter boleh dong musuh Harusnya APBN itu dianggarkan untuk dua kementerian Satu kependidikan, satu kesehatan Harusnya memang Iya, karena akan kelihatan mencetak SDM Tapi tau jawaban di Twitter pas aku ngomong itu apa? Aku ngomong itu Di bulan Oktober aku bilang Harusnya dari ketiga capres, salah satunya adalah mencetak human capital yang bagus.
Yaitu memprioritaskan kesehatan dan pendidikan. Jawabannya apa? Itu kelamaan mas.
Kelamaan mas. Kita mending fokuskan ke jangka pendek. Apa? Jangka pendek menurut mereka apa?
Ya bagi mereka jangka pendek itu infrastruktur. Itu jangka pendek. Itu yang akhirnya beda pendapat. Ya, kan bisa infrastrukturnya, tapi infrastruktur kesehatan. Ya, betul.
Itu infrastruktur kesehatan, tapi alokasi damanya jadi kementerian kesehatan. Ini uniknya Twitter tuh, pas ngomong itu. Pendidikan SDM itu bagi beberapa orang adalah jangka panjang yang bagi mereka tidak penting-penting amat.
Itu yang beneran netizen tahu. Mereka itu lebih senang hal gratis. Hal gratis. Aku nggak bohong. Pas aku sharing mengenai pendidikan, terus habis itu kesehatan, mereka itu pedulinya memang gratisan.
Memang faktanya kayak gitu. Iba. Kalaupun dapat alat untuk apa, CityScan? Alat iba. Baru cakap.
Dari puskesmas nih, dari puskesmas abang sampe merauke, kader posyandu itu kan hal yang paling bagus di Indonesia. Tapi insentifnya itu dikit. Kader posyandu itu insentifnya dikit. Padahal dia tuh yang paling penting untuk mengedukasi kesehatan ibu dan anak dan vaksinasi, imunisasi di anak kecil sampe tingkat RT dan RW.
Coba itu ditingkatkan insentifnya. Kelar gitu, semua kematian ibu dan anak bisa ditekan dengan baik. Dari RT masing-masing.
Ya, terus yang kedua, pendidikan. Guru Rorer, guru itu di Indonesia gajinya belum setara. Ya kan, belum setara.
Jadi akhirnya, kalau orang mau pinter, dia akan bekerja di swasta. Guru-guru yang pinter, yang akan mau digaji gede, akan bekerja di swasta. Nah, kalau yang nggak mampu, gitu. Bidik misi semua. Nah, ini yang jadi masalah kan.
Makanya kan, ketika usul bahwa anggaran pendidikan kesehatan harus gede, yang jadi berbenturan... Ini mau dipotong, Wala, dok. dipotong kemana? 20% tolong dilihat lagi terus pas cetak SDM ide mereka tambah gila lagi makan gratis? bukan, dokter asing dokter asing itu adalah solusi instan untuk menambah kekurangan SDM bener, secara harafiah dokter asing itu bener untuk menambah secara angka ya tapi, kan Anggaranya itu bisa digunakan untuk fasilitasnya dulu.
Dokter asing misalkan dari Rusia misalnya. Terus ke daerah yang alatnya nggak lengkap. Bingung lah baiknya.
Jadi dukun! Sumpah! Sumpah!
Kita pernah berdebat di rumah... kita pernah masalah ini waktu ada soal undang-undang kan nolong kesehatan yang baru ya kan kita beda pendapat tuh sebelah Yap memang susah ada pasal Misalnya begitu, orang di sana dokter jadi dukun. Kalau dia salah, siapa mau backup? Betul. Betul.
Betul. Ya, Pak. Itu benar banget.
Jadi, kalau fasilitasnya nggak merata, ya dia akan ke Jawa terus. Itu yang menurutku harus ditekankan. Jadi, yang harus diperbaiki itu adalah fasilitas dulu. Fasilitas pendidikan di... Tapi katanya rumah sakitnya harus kelas.
Oh, kayak misalnya kayak, kenapa nggak ada alat misalnya, misal, apa namanya ya? Untuk cek, apa lah, ginjal lah misalnya. Kenapa nggak ada alat itu? Oh ya, soalnya rumah sakitnya masih kelas 3. Enggak, enggak usah. Minimal itu puskesmasnya.
Puskesmas bagus itu, bagiku aku masih bilang. Sumpah, kalibrasi alat 5 tahun. Oh ya, benar. Puskesmas bagus itu pasir koja. Itu keren.
Jadi ada semua? Tiga lantai, bro. Dua lantai atau tiga lantai dapat AC dengan kawan. Tapi kan tidak semua puskesmas itu sebagus itu.
Dan katanya anggaran kesehatan itu juga terkait dengan anggaran daerah. Penyerapan anggar daerah, PAD. Nah, makanya kan dari sini kita harus tahu prioritasnya negara itu mau kemana.
Nah, kalau saya tuh kesimpulannya adalah mereka itu membeli satu alat dengan harga Rp. 1,5 miliar misalnya, itu tidak efektif untuk proyek-proyek dan CV-CV. Oh, bukan apa-apa.
ini berjaya pendek jadi 150 jutaan 10 proyek ini baru sepeda kohak balik lagi ke politika wilnya orang-orang makanya puncak dari semua obrolan adalah kebijakan yang bagus dan kebijakan yang bagus menurutku memang tidak mau harus kan jangan dicokokin betul, gak masalah dalam luar, tapi paling gak ketika menyusun atau memutuskan satu kebijakan, itu diobrolin dulu bukan ujuk-ujuk, saya adalah pemimpin, saya adalah kepala rumah sakit saya yang memutuskan pengadaan ini, bukan ditanya kepada kayak masyarakat, akademisi maksudnya tanya ke Ani dulu kita gimana nih, butuh apa nih ada gitu, seperti... pembuatan undang-undang, tanya dulu pendapat publik tanya dulu ini, makanya gue bilang kan puncaknya ini adalah kebijakan kebijakannya ini diurusi sama orang-orang yang mungkin tidak paham situasinya seperti apa makanya kita tunggu aja, Mas Tirta jadi pemimpin kami, kami siap mendukung dokter Tirta untuk menjadi gubernur eh gubernur apa? bukan wali kota Sleman weh bukan itu wali kota Solo gak wali kota mana pun wali kota Solo ya Allah wali kota Solo oh waktunya bapak orang mana? Karangajar Bupati Bupati, dia sendiri ya gubernur dimanapun, dimanapun mas Tirta, dokter Tirta mau disitu kita akan dukung dia sebagai pemimpin masa depan dengan semangat dokter sutomo dengarkan kami dokter kita akan menjadi penerus bangsa ini bangsa-bangsa terima kasih dokter menarik kita bercanda ini enggak bercanda ini enggak bercanda ini enggak bercanda ada di 20 kota sus-susanggar ini namanya juga nggak tahu bukan sus apa susus susus susenker diada di 60 kalau yang di depok bisa diusankan depok-depok caranya suatu poin S O S informasi-informasi kesehatan juga bisa follow tiktoknya dokter Tirta ya Tirta kalau di Bapak Sari-sari pindah kejadian itu untuk cuci sepatu kami tidak apa-apa kita Jangan lupa jangan cuci sepatu Jangan lupa like, comment dan subscribe Kans Productions ya Jangan lupa Balik lagi di Mari ke Mari Gampang banget