Namaku Iwan Syahnoor, umur 25 tahun. Setelah hampir 20 tahun, aku kembali ke tanah kelahiranku, Indonesia, untuk pertama kalinya. Hai saya kerja ya sawit lah Untuk pendapatan saya, sekian bulan saya gaji untuk anak bini. Selamat datang, inilah tempat tinggal saya.
Saya masa kecil, saya ikut sama saya punya bapak. Lepas itu saya selalu kena buli. Jadi saya lari lah. Jadi saya ikut kawan masuk Sabah.
Saya lari, saya nggak tahan kena bulit terus, kena pukul. Keluarga pun, biar saya tahu. Pengen sekali pulang ke kampung, tengok orang tua, macam mana. Dari kecil sampai besar sekarang ini, nggak pernah jumpa sama keluarga.
Sampai sekarang lah, nggak pernah jumpa semua, berita sama keluarga. Awalnya saya dan rekan saya, wartawan senior BBC, Rohmatin Bonasir, berencana meliput soal warga negara Indonesia yang tidak punya dokumen kewarga negaraan di Malaysia. Kenalan kami di Malaysia yang bernama Ibu Nur. merekomendasikan nama Iwan ini.
Di balik cerita soal WNI yang tidak punya dokumen, ternyata ada sisi lain yang menarik dari hidup Iwan. Singkat cerita, Iwan sudah tidak pernah bertemu keluarga kandungnya selama belasan tahun. Meski baik Iwan maupun keluarga besarnya sudah berusaha mencari satu sama lain.
Namun tidak ada hasilnya. Terima kasih. Setelah liputan selesai, tim BBC lalu diantar pulang oleh Iwan dan mandornya saat itu. Menggunakan semacam mobil bak terbuka.
Saya dan Iwan duduk berdua di bagian belakang mobil yang sudah ditutup terpal karena saat itu hujan begitu deras. Kamera pun saya titip di baroh matin yang duduk di depan, di bagian dalam mobil. Awalnya saya dan Iwan berbincang santai, sampai akhirnya saya bertanya lagi soal sosok ibunya. Lalu tiba-tiba... Iwan menangis karena saat itu saya tidak memegang kamera.
Saya langsung minta izin ke Iwan untuk merekam menggunakan kamera ponsel saya. Ya, rindu. Ya, rindu.
Sangat-sangat rindu lah. Pengen sekali dimanjain sama ibu. Kadang-kadang nangis sendiri.
Saya ingat ibu orang tua. Pengen banget dikatakan oleh ibu. Tunggu.
Sayang, Semua aku nggak ada, susah lah, mau cakap. Dan video Iwan menangis itu saya putuskan menjadi video pembuka di paket liputan WNI tanpa dokumen. Sangat rindu lah, pengen sekali ya dimanjain sama ibu.
Nah, berita soal Iwan di BBC News Indonesia pun terbit, baik di berita artikel, radio, video, di berbagai platform. seperti Facebook, Youtube, Twitter, juga Instagram. Tak sampai 24 jam kemudian, berita kami terbit, ada beberapa komentar warga net yang mengaku sebagai keluarga Iwan.
Beberapa di antaranya meyakinkan tim BBC News Indonesia dengan cara menyantumkan nomor telpon ibu dan kakak kandung Iwan. serta foto Iwan sewaktu kecil. Kemudian tim kami pun langsung melakukan identifikasi terhadap pengakuan-pengakuan itu dan setiap hari kami melakukan komunikasi dengan orang yang mengaku sebagai kakak kandung, kakak ipar, bapak sambung, hingga ibu kandung Iwan sendiri.
Dan bukti-bukti yang mereka ceritakan itu serta tangisan sang ibu setiap kali BBC menelpon Membuat kami yakin bahwa betul mereka adalah keluarga kandung yang selama ini dicari-cari oleh iwan. Tim BBC bergegas kembali menuju Sabah untuk mempertemukan Iwan dan ibu kandungnya untuk pertama kalinya setelah 15 tahun berpisah. Kita akan mau jemput ibunya Iwan dan keluarganya di terminal base pukul 7 pagi. Begitu sampai di hotel, buka pesan, beginilah bunyinya. Maaf ya bu, tidak jadi kami pergi.
Ini kan sudah planning, perencanaannya kan sudah matang. Tinggal eksekusi hari ini, tinggal nunggu Dwi Ki datang. Besok kita jemput orang mereka.
langsung itu ke rumahnya Mbak Nur untuk dipertemukan dengan Iwan Insya Allah akan di backup lagi ke sana Iya, iya benar Di follow up lagi sama Iwan juga di rumah itu ya Drama tersebut terjadi setelah saya dan Mbak Romatin baru Terus saja tiba di Malaysia. Kabar dari ibu kandung Iwan itu begitu mendadak. Dia ketakutan kalau tim BBC yang ingin mempertemukan dia dengan Iwan itu adalah penipu.
Ya, itu karena dia pernah ditipu sebelumnya. Pernah ada seseorang yang mengaku bertemu Iwan. Lalu orang tersebut meminta uang.
Dan ternyata bohong. Dia tidak pernah kenal dan tidak pernah tahu siapa Iwan. Perkenalkan nama saya. Saya Ibu Nur. orang paling terdekat dengan Iwan di sini nah kebetulan kita orang Sulawesi kan saya juga orang Sulawesi saya dari Bone kamu dari Bulukumba kan Kita tempuh berbagai cara untuk meyakinkan ibu kandung Iwan.
Kalau kita bukan penipu, selain Mbak Rohmatin dan Ibu Nur, kami juga meminta admin BBC Indonesia di Jakarta untuk mengirim pesan via Facebook ke ayah sambung Iwan, suaminya Ibu Hana yang sekarang. Sama sekali saya tidak akan, orang bilang saya tidak ambil untung dalam hal ini. Cuma saya mau tolong Iwan, gitu. Akhirnya, Kami berhasil meyakinkan Ibu Hana dan keluarga untuk melanjutkan rencana pertemuan.
Saya dan Mbak Romatin sedikit khawatir sebenarnya, kalau Ibu Hana akan kembali berubah pikiran. Jadi kami langsung memutuskan datang ke rumah Ibu Hana pada esok harinya, di sebuah pedalaman di Lahat Datu, Malaysia. Kecil, apa itu anakku ibu? Ibu, Ibu, Alhamdulillah Iwan ada, Iwan sehat, Ibu, Ibu Iwan ada, Ibu Iwan sehat, Alhamdulillah udah temu.
Ini Ibu Nur yang dari Sulawesi yang bantu kami bertemu dengan Iwan. Iya, Ibu, anakku itu, Ibu. Apa dia bilang, Ibu?
Dia bilang, Mamaku anak. iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya iya i Iya Bu. Kekannya awik. Bu, buanganlah.
Jangan, jangan. Jangan, jangan. Oh, anak aku kasih.
Kita kasih jumpa, sayang. Nanti, Bu. Terima kasih, Bu. Aku sama ini, bu. Kalau kita kasih berjumpa anakku, saya bersyukur betul di dunia sampai akhirat.
Kita doakan sejak dalam sembahyang supaya kita ketemu lagi balik. Tapi dalam hatiku, dia bilang belum mati. Pasal biasa juga dalam mimpi, biasa, macam ada bayi ini anakku, ikut-ikut. Begitu saja, Bu. Tapi kalau matinya, saya tidak harap, bilang matilah, tapi masyarakat kita ini.
Mungkin mati sudah atau tidak, ini kan hidup kan. Itu saja bu. Selama dia jalan itu bu, tidak pernah sampai sekarang sampai ketemu.
Gambar pun tidak, suara pun tidak, nomor telepon pun tidak ada. Yang pertama kali aku lihat Bu langsung di Youtube. Habis yang saudara siwanya di kampung awi kan, ya pos sama saya bilang coba kau tengok di Youtube, jumpa sudah ada.
Ya, carilah. Pasti bu, aku tanya mamanya, lepas dia dari kerja kan, aku bilang, betulkah ini kau punya anak, kita punya budak, dia bilang iya. Jadi aku kasih tau, kita hubungi BBC News Indonesia, pasal dia yang Youtube, masuk anukan kita di Youtube, dia bilang boleh.
Kita sekarang akan menuju ke kota yang paling dekat dengan tempat ini untuk kemudian melanjutkan perjalanan besok pagi menuju ke kota Kinabalu sebelum akhirnya kita lanjutkan lagi dengan jalan darat menuju tempat ini. Iwan dan kita akan berangkat sekarang ya kemungkinan kita bisa bertemu baru besok bisa dibayangkan nanti pertemuannya akan seperti apa kira-kira penuh Terharu dia, terharu nangis, nangis, ya itu nanti sekarang kita akan diantarkan oleh Bapak Mbak Nur menuju ke tempatnya Iwan di ladang di Pedalaman. Ada teman yang sudah dikontek tadi dan siap menjemput di jalan yang mau masuk camp.
Untuk Iwannya belum pasti apakah dia sudah pulang kerja atau belum. Tapi kita akan menuju juga ke sana. Nanti saya akan turun ke rumahnya Iwan memastikan bahwa Iwan sudah pulang atau belum. Kita bersama rombongan Bang Ical. Bapak Tiri Iwan yang dulu pernah ikut mengasuh Iwan ketika Iwan berusia 1-6 tahun sebelum Iwan diantarkan pulang ke kampung ke Sulawesi.
untuk melanjutkan pendidikan di kampung halaman sana. Terus kemudian ada sepupunya Bang Ical, Bang Habibie yang menemani Bu Hana dan Bang Ical. Kita berpukar mobil karena kendaraan yang masuk ke sana harus kendaraan khusus, jalannya sangat susah untuk dilalui dan untungnya sampai sekarang belum hujan, mudah-mudahan tidak hujan ya, medan masih jauh untuk ditempuh. ...dama Bika juga sama Avin, kan sama dia.
Karena Iwan belum pulang kerja dari perkebunan, maka kita akan menunggu di rumah Iwan sampai dia selesai bekerja. Ibu dan bapak serta saudaranya akan kita sembunyikan dulu di rumah Iwan. Lokasi pertemuan akhirnya ditentukan berada di rumah rekan kerjanya Iwan. Saat itu tim BBC mengaku kepada Iwan ingin mengulang wawancara. Sementara Bu Hana bersembunyi dulu di sebuah ruangan demi...
mengontrol dirinya saat pertama kali mendengar suara Iwan. Seandainya ibu Iwan mencari bagaimana rasanya? Kalau ibu mencari, ya syukurlah kalau dia mencari. Semoga cepat.
Tapi kira-kira Mengenali apa gak Misalnya Iwan ke bandar nih Ketemu seorang ibu Yang Iwan gak tau Kira-kira mukanya ingat apa tidak Kalau muka ibu Mana sama sekali gak ingat Tapi gak tau lah kalau ibu Kalau dia masih kenal muka aku Syukur lah Kalau bertemu misalnya Ketemu lagi bagaimana kira-kira Enggak tahu juga loh, cakap apa-apa gitu Kok sudah lama gak bertemu ibu tapi Iwan senyum terus itu gimana ini kuncinya? Yalah, biar di luar senyum tapi dalam hati sakit juga Sob, enggak mau jumpa sama keluarga Iwan, coba lihat ke belakang ke belakang Iwan ke belakang ke belakang ke belakang Iwan sini Hai monokul monokul Iwan kemama naik mama naik waw mawana berdoa walaikum salam sholat Iwan sampai berisik Oh iwan iwan masa kondekan sama mana Walaiku iwan iwan mana Walaiku iwan mana Walaiku kesini Walaiku iwan mana Ketika itu kisahnya diangkat keluar tiga mencari tahu mereka bagi mereka bagi kisah mereka bagi nomor teleponnya kepada kami kami menghubungi awik kakaknya Iwan kemudian awik bagi nomor teleponnya mama Kami jalan mamak, ketemu. Sekarang bawa ke sini, Iwan. Aku rasa memang tidak percayalah sama sekali kan bahwa ini betul-betul orang tua saya. Itulah aku tidak macam peluk pun tidak seberapa kan.
Saya tidak yakin bahwa ini adalah orang tua saya. Itulah aku terdiam, betulkah orang tua saya. Tiba-tiba datang begini, apa kelambahan tadi memeluk perasaan itu terus tersentuh bah, tersentuh macam orang tua saya sudah dekat dengan saya, macam ya.
Itulah kenapa terus saya menangis, terus peluk. Baru ku dengar suaranya, tadi memang anak saya, memang sudah, Bu. Waktu kami diwawancara sama ibu, sama bapak, perasaan saya, Bu, aku bilang anakku betul sudah ini, Bu. Susah, Bu. anakku ke 6 tahun, sekarang aku pulang anakku dendek, sekarang aku pulang ini ada bapak, ada habibie, kenal masih kenal ini ini lah bapak sambung kamu yang urus kamu sampai umur 6 tahun ini dia, Bapak ini salah satu yang pertama menghubungi kami.
Dia kasih nomor teleponnya dia, dia kasih nomor teleponnya Ibu Hana Bedong di fotonya kepada kami. Kami telponlah. Kami ajak ke sini akhirnya.
Dan ternyata ibu tinggal di Sabah juga. Iya, lah datuk. Kau ingatlah datukku. Iya, iya. Aku ingat sampai sekarang aku di situ.
Belum pernah aku tinggalkan. Berapa kali suruh aku balik kampung. Anakku lampunya nondri suratku.
Iya, nondri surat. Saya gembira betul, Bu. Menjumpai nasibnya.
Kira-kira kita, Bu. Kami bersyukur bertemu Ibu. Kami sampaikan kepada teman-teman yang turut membantu bahwa Ibu senang sudah bertemu dengan putranya. Hai Terima kasih.
Tugas Iwan selanjutnya adalah mengurus dokumen kewarganegaraan. Langkah pertama adalah surat kelahiran. Hana sebagai ibu kandung siap memberikan kesaksiannya di hadapan KCRI Kota Kinabalu, Sabah di Malaysia.
Kita tidak boleh menemani mereka karena mereka urusan dokumen pribadi, sementara kita akan menjalankan tugas kita sebagai wartawan, tugas-tugas jurnalistik kita. Surat bukti kelahiran untuk Iwan pun jadi hari itu juga. Lalu bagaimana dengan paspor?
Dengan surat bukti kenal lahir tersebut, dia sudah bisa mengajukan proses pengurusan paspor, Pak, ya? Sudah, sudah bisa. Karena itu kan salah satu bukti bahwa dia warga negara Indonesia.
Untuk membuat paspor kan ada beberapa persyaratan. Salah satu persyaratannya adalah surat kena lahir. Nah, dalam kasus Iwan ini, dia sudah membuat surat bukti kena lahir.
Nah, tentunya dengan surat itu, dia bisa memproses untuk membuat paspor. Boleh tahu prosesnya berapa lama biasanya, Pak? Prosesnya itu...
Paling cepat untuk sekarang ini tiga hari. Kini Iwan akan bertemu dengan kakak kandungnya dan anggota keluarga lain yang ada di kendari Sulawesi Tenggara. 1, 2, 3, yuk Iwan disini duduk kaya mulu Insya Allah kita doakan sejak aku muda Aku sesepan jom muda aku balik dari situ Iya, aku doakan, go now Iya, amin Halo Iya Iya iya nanti tunggu dulu siap siapa punya pasport baru balik Iya baru jadi suara airku tadi rindu aku sama kita rindu aku sama kita sama hai hai Dari kecil kita berpisah, sampai sekarang baru jumpa Aku cari-cari kita di Facebook, cari aku dapat-dapat Eh, sama juga aku Dari dulu aku berpisah, sampai sekarang Hai aku tulis nama kita kalau muncul-muncul baru aku amu kamu seakan langsung kamu mirip sama muka aku ya ada bedanya aku cari kau di Facebook jangan-jangan miripnya muka aku tapi tidak jumpa hai hai Hai kita tunggu saja aku kita doakan si aku ya kalau tidak ada untuk tambang kesinan silahkan disiapkan di sini ya hai hai Tapi belum ingat sepanuh, belum ingat sepenuhnya.
Baru separuh ingat, yang boleh diingat itu yang dicerita-cerita. Setelah semalam tidur sampai pukul berapa, kami cerita-cerita terus masa kecil. Sana kecil, aku rajin bantu-bantu nenek. Dulu sana aku sekolah, asal balik dari sekolah, aku pergi kebun bantu-bantu nenek.
Hal lain yang membuat hati saya ternyuk, Iwan memberi nama putrinya Hana. Alasannya, supaya Iwan bisa terus mengingat nama ibu kandungnya. Setelah usia Iwan menginjak 6 tahun, Iwan diantarkan pulang oleh ibunya ke Bulukumba agar ia bisa bersekolah.
Saat itu Hana sudah bercerai dengan bapak kandung Iwan. Kemudian setelah mengantar Iwan, ibunya kembali ke Sabah di usia 6 tahun. Itulah kebersamaan terakhir antara ibu dengan anak kandung.
Lalu ketika Iwan berusia 12 tahun, Iwan dibawa kembali ke Sabah oleh seorang calo TKI bersama bapaknya pula untuk bekerja. Tetapi ini beda daerah dengan ibu kandung Iwan. Sekali, ya dimanjain sama ibu, pengen banget dekatin oleh ibu, sayang-sayang sama ibu, ya sedih dengan ibu, ibu gak tau dimana, aku carinya gak tau dimana Penantian panjangku telah berakhir, lega rasanya. Kini, setelah hampir 20 tahun, aku kembali ke Indonesia untuk pertama kalinya.
Dan untuk pertama kalinya juga, aku akan berjumpa dengan keluarga besarku di Sulawesi. Yang paling ku nantikan, tentu saja ketemu kakak kandungku, Awi. Rindu aku sama kita. Tidak sabar rasanya bertemu mereka. Dulu belum belakangnya mau ke sini ke Indonesia sudah sih, cuma gara pandemi saja, karena COVID-19.
Jadi tidak jadi, paksa tunda dulu. Itulah baru sekarang. baru ke Indonesia.
Istri dengan anak saya nggak ikut karena mertuaku sakit. Nggak ada yang menjaga. Ayah, ayah ada dia.
Ayah ada dia. Dadah. Wah!
Saya mak itu tempat saya masih kecil dulu. Nggak ada yang berubah, masih saya ingat lagi masa kecil di situ. Senang, boleh pijak rumah yang masa kecil dulu, boleh datang balik. Itu yang bikin saya sedih. Setelah kenapa saya sampai, terus nangis, karena terbayang-bayang dulu masa kecil di situ.
PIKIRAN Pikiran itu mau pengen cepat-cepat ke Belukumba sih. Hai Ya, karena hari ini sudah 20 tahun lebih baru jumpa nenek. Karena yang paling saya anu nenek.
Nah, dari kecil nenek pernah rawat aku, dia kasih sekolah aku, dia sayang betul sama aku. Nggak pernah dipukul, nggak pernah dimarah-marah. Ya, sayang. Sayangnya nggak boleh di...
Anak sayang yang memang sayang lah betul. Sama nenek, sama nenek-nenek juga, sama keluarga-keluarga. Tante, sepupu.
Yang paling ingat sih nenek-nenek. Sama ada lagi satu nenek bedong arwah Itu gak sempat lihat sih Kepengennya dulu mau ketemu nenek bedong Sekarang gak sempat ketemu Mudah Udah arwah sih Karena dulu dia yang paling sayang aku Aku dimarahin sikit Dia terus ngebelain Jangan marah-marah cucu Ada apa-apa sikit Dia meliput duli Dia sayang Gak sempat liat mukanya Gak sempat bercerita Bermanja-manja Marah kalau sudah minta cikgu dan anak-anak dibeli, tapi nak ada berdua sama, dikasih kelihatan gua, marah. Nggak pernah. Kalau bergaduh dimarahi itu orang, kalau nggak bisa dimarahi, itu cikgu kasih tau karena nggak bisa dimarahi karena anak-anak. Yang paling ku nantikan tentu saja ketemu kakak kandungku, Awi.
Oleh-olehnya si ayah ada, ini. Oleh-olehnya adiknya. Ketemu. Nanti nanti kan mau ketemu sama kakak kawin.
Dari kecil pernah sama-sama, tapi gak lama. Lepas itu berpisah, aku dibawa ke Malaysia. Jadi kami berpisah masa itu. Karena dia gembira sudah dia ketemu selama emaknya Senang, gembira, gembar Jadi ketau terus-terus gembira sekali Musik Hai pertama nyarinya itu sama teman-teman sih bilang cari alamat Facebooknya toh alamat Facebook segala macem tapi enggak pernah dapat secara juga Tidak pernah akhirnya, ya kalau tidak salah itu kelas 1 SMA semula, ya itu kan sudah hilang kontak, jadi sudah mulai dari situ mencari terus nih. Di Facebook kan ada teman yang di Malaysia juga, cari-cari info bilang, Mbak tau ketemu adik itu mukanya tidak beda jauh dengan mukaku.
Saya bilang begitu. Tapi sudah tidak jumpa-jumpa juga. Ini saya sama, jadi kepalanya ini.
Tandaan itu cukup jatuh. Ini saya di sini, mudah banget tuh. Saya tanda dia di ininya, kepalanya ada di sini.
Saya cari-cari di Facebook kan kalau ada momi remukaku baru ada di sininya bekas Anu, dia sudah sekejap ada berjumpa Di Youtube kan saya buka di Youtube kan saya cari-cari lagu di Youtube pas saya buka Youtube langsung muncul dia bilang, eh warga negara Indonesia yang hilang di Malaysia, saya buka, saya bilang, saya punya adik ini mirip, saya buka, pas saya buka, langsung bayi mama langsung datang dari hati, bilang, betul, memang adikku ini. mungkin yang hilang di Malaysia tuh saya buka misalnya lihat baca-baca semua akhirnya saya kirim semua share sama keluarga di Facebook semua share saya telepon mic baik Istri saya telpon pertama kali, bilang coba kau buka di WA-mu, kayaknya ini betul adeku. Buka di situ awal mulanya kita, Tata bilang dia. Kita cari sampai sekarang. Baru jumpa di depan-depan juga.
Yang masa lalu itu ya biarlah, sudah-sudahlah yang lalu itu. Lagi yang pun sudah gede, sudah sekarang saya, bapak pun sudah tua. Tapi satu yang saya minta sama bapak, noh mudah berubah.
Sayang sama anaknya, ingat sama anaknya. Karena... Karena anak itu mesti ingat semua orang tua. Walau macam mana pun dia tetap orang tua, anak tetap anak.
Jadi, saya doakan kepada bapak saya, sehat selalu, mudah-mudahan berubah, panjang umur. Kapan-kapan boleh jumpa Ya tinggal disana sementara Cari-cari Rezeki, tengok-tengok, jalan-jalan. Saya kan mau ke Kalimantan, ada ibu sama bapak di sana, ada om di sana, tante-tante, semua keluarga-keluarga semua ada di sana.
ke sana juga jadi mau ke sana tuh bantu-bantu diajak lagi ampun saya sendiri pun mau juga ke Kalimantan istri dan anak saya belum tahu sih belum pasti mau ke Kalimantan atau di tetap aja di Malaysia kalau tetap di Malaysia berarti saya belok balik kalau dia mau ke Kalimantan ya oke Terima kasih telah menonton!