Argumen deduktif: Jika premis benar, kesimpulan pasti benar. Jika kesimpulan benar, tidak mungkin premis salah.
Contoh Argumen Deduktif
Premis: Semua hewan menyusui bernapas dengan paru-paru.
Premis: Paus adalah hewan menyusui.
Kesimpulan: Paus bernapas dengan paru-paru.
Jenis-jenis Argumen Deduktif
1. Modus Ponens (Penegasan)
Rumus: Jika p, maka q. p. Jadi, q.
Contoh: Jika hujan turun, maka jalanan basah. Hujan turun. Jadi, jalanan basah.
Perhatian: Jangan membalik kesimpulan. Misal, jalanan basah tidak selalu berarti hujan turun.
2. Modus Tollens (Penyangkalan)
Rumus: Jika p, maka q. Bukan q. Jadi, bukan p.
Contoh: Jika ada api, maka ada asap. Tidak ada asap. Jadi, tidak ada api.
Perhatian: Jangan membalik modus tollens. Misal, tidak ada api, bukan berarti tidak ada asap.
3. Silogisme Hipotetik
Proses pembuatan kesimpulan dari premis berupa kemungkinan.
Rumus: Jika p = q, dan q = r, maka p = r.
Contoh: Jika Susi rajin belajar, nilainya akan bagus. Jika nilai Susi bagus, ia bisa mendapat beasiswa. Maka, jika Susi rajin belajar, ia bisa mendapat beasiswa.
4. Silogisme Disjungtif
Memilih satu premis dan membuang lainnya.
Rumus: p atau q. Bukan p. Maka, q.
Contoh: Siska berangkat ke sekolah naik kendaraan umum atau diantar Ayah. Hari ini tidak naik kendaraan umum. Jadi, Siska diantar oleh Ayah.
Penutup
Pentingnya berlatih membuat kesimpulan dari fakta.
Contoh aplikasi: Sherlock Holmes menggunakan argumen deduktif.
Video berikutnya: Kesalahan logika yang sering dilakukan.