Sejak berabad lalu, dari masa ke masa, manusia selalu mempertanyakan proses penciptaan alam semesta. Berawal dari pertanyaan sederhana itu, kemudian tercipta beragam teori tentang penciptaan alam semesta. Di antara yang paling dikenal adalah teori ledakan besar, atau Big Bang Theory. Hal tersebut tentu karena keberadaan akal pada manusia.
Maka dalam Islam terdapat konsep bahwa akallah yang menjadi pembeda dengan makhluk lainnya. Maka keberadaan akal adalah kunci untuk memahami penciptaan alam semesta bagi kehidupan manusia sendiri, serta jalan untuk mengenal Allah sebagai penciptanya. Maka kemudian lahirlah sains. Meski begitu, sains hanyalah sebuah metodologi yang disusun berdasarkan aktivitas akal manusia dalam upaya memahami, memprediksi, dan menjelaskan fenomena alam semesta ini.
Sains bukanlah kebenaran mutlak. Ia terus berubah dan berkembang dari masa ke masa seiring pencapaian akal manusia dalam ilmu pengetahuan ketika memahami setiap fenomena semesta. Disinilah peran Al-Quran yang turun sebagai wahyu dari Allah SWT.
Di dalamnya sangat banyak petunjuk dan informasi yang hakikatnya mengandung ilmu pengetahuan dan fenomena yang baru belakangan terbukti oleh hasil sains modern. Betapa luasnya ilmu Allah yang 14 abad lalu telah tertuang dalam kitab mulia. Tanpa disadari oleh manusia, bahkan kaum muslimin sendiri, karena keterbatasan perkembangan ilmu pada saat itu. Di antara ayat yang mengindikasikan keterkaitan Al-Quran dengan pentingnya sains adalah firman Allah Posisi benda langit, planet, bulan, matahari, dan rasi bintang dahulu dipergunakan untuk meramal nasib manusia. Pengetahuan tentang ini dikenal dengan astrologi.
Lalu, ayat tersebutlah yang mengubah pandangan astrologi menjadi astronomi di zaman Islam dengan mengajak manusia untuk senantiasa berdikir dalam memikirkan penciptaan alam semesta. Menelah posisi benda-benda langit merupakan sains, akan tetapi mengaitkannya dengan nasib manusia adalah pseudosains atau sains palsu. Telah benda-benda langit dalam astronomi meliputi mekanika dan fisik benda langit serta keterkaitan satu dengan lainnya dalam skenario besar alam semesta.
Al-Quran menegaskan bahwa penciptaan jagad raya meliputi langit, bumi, dan segala isinya terjadi dalam enam masa. Sejalan dengan informasi ini, ilmu pengetahuan juga mengungkapkan bahwa jagad raya seperti yang ada saat ini terjadi melalui suatu proses yang amat panjang yang memungkinkan untuk dikelompokkan menjadi enam periode. Dengan demikian, terdapat kesesuaian antara informasi Tuhan dan penjelasan yang diberikan para ilmuwan melalui telaah dan penelitian mereka.
Setidaknya, informasi demikian diungkapkan sebanyak tujuh kali. Di antara ayat yang menjelaskan hal ini adalah surah Yunus ayat 3, yaitu firman Allah. إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ Kata Yaum yang berarti hari pada ayat tersebut dimaksudkan sebagai rentang waktu atau periode penciptaan. Bukan seperti hari yang dipahami manusia saat ini. Hari atau masa yang disebut dalam ayat ini dalam tuntutan agama hanya Allah saja yang mengetahui berapa lamanya.
Dalam Al-Quran terdapat beberapa informasi tentang masalah ini. Ada ayat yang menyebut bahwa satu hari di sisi Allah sama dengan seribu tahun dalam hitungan manusia. Seperti firmannya dalam surah Al-Hajj ayat 47 sebagai berikut. Pada ayat lain, dijelaskan bahwa satu hari itu sama dengan 50 ribu tahun dalam hitungan manusia. Keterangan ini seperti yang disebutkan dalam surah Al-Ma'arij ayat 4 sebagai berikut.
Menurut Abdullah Yusuf Ali dalam The Holy Quran Text Translation and Commentary, kata yaum atau bentuk tunggal dari ayam disetarakan dengan kata dalam bahasa Inggris age atau ayan. Sedangkan oleh Abdus Su'ud, seorang ahli tafsir abad ke-16, kata yaum disetarakan dengan pengertian peristiwa atau naubat. Memperhatikan berbagai pendapat itu, jelaslah kata yaum lebih tepat bila diterjemahkan sebagai tahap atau periode atau masa.
Dengan demikian, kalimat fisit tati ayam dalam ayat-ayat tersebut lebih tepat untuk diterjemahkan sebagai dalam enam masa. Sebagai tambahan informasi yang tak kalah menarik, Kata yaum yang berarti hari diulang sebanyak 365 kali di dalam Al-Quran. Hal itu sangat akurat dengan jumlah hari dalam setahun. Apakah itu suatu kebetulan? Wallahu'a'lam biso'a.
Merujuk dari surah An-Nazi'at, Prof. Thomas Jamaluddin dalam buku Menjelajah Kekuasaan Langit Menembus Kedalaman Al-Quran mengungkapkan bahwa 6 hari dapat bermakna 6 proses evolutif sejak penciptaan alam semesta pertama kali sampai penciptaan manusia sebagai jenis makhluk terakhir yang diciptakan Allah. Proses dari penciptaan ini terus berlangsung sampai saat ini dan tidak berhenti pada suatu tahap tertentu. Maka, jika dirinci, ayat-ayat tersebut mengungkapkan secara kronologis enam masa penciptaan sebagai berikut.
Masa pertama dimulai dari ayat 27. Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat, ataukah langit yang telah dibangunnya? Quran Surah An-Naziat ayat 27. Ayat ini menjelaskan tentang penciptaan alam semesta dengan peristiwa Big Bang, yakni ledakan besar sebagai awal lahirnya ruang dan waktu termasuk materi. Berdasarkan analisis astronomi kosmologi, ledakan besar terjadi sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu. Penciptaan pertama kali adalah energi dari partikel foton. Dari partikel foton terbentuk proton, netron, dan elektron, serta partikel lain yang tidak dikenal.
Sains menggolongkannya sebagai materi gelap. Dari proton dan elektron terbentuk hidrogen sebagai unsur pertama pembentuk bintang. Masa kedua dilanjutkan di ayat 28 رَفَعَ سَنْكَهَا فَسَوَّاهَا Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya Quran Surah Al-Nazi'at ayat 28 Ayat ini menjelaskan tentang pengembangan alam semesta, sehingga benda-benda langit makin berjauhan, yang dalam bahasa awam berarti langit makin tinggi, lalu menyempurnakannya, dalam arti pembentukan benda langit bukanlah proses sekali jadi, tetapi proses evolutif, yakni perubahan bertahap, dari awan antar bintang menjadi bintang, lalu nanti akhirnya mati dan digantikan generasi bintang-bintang baru.
Para astronom meyakini adanya pengembangan alam semesta berdasarkan analisis pergeseran spektrum unsur-unsur di galaksi jauh yang bergeser ke arah panjang gelombang yang semakin besar. Gerak menjauh galaksi-galaksi itu disebabkan karena ruang alam semesta yang mengembang. Hal itu sesuai dengan firman Allah?
Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan kami, dan kami benar-benar meluaskannya. Quran Surah Az-Zariyat Ayat 47 Secara sederhana, keadaan awal alam semesta yang berkembang itu dapat diilustrasikan dengan pembuatan roti. Materi pembentuk roti itu semula terkumpul di dalam gumpalan kecil, kemudian mulai mengembang. Dengan kata lain, ruang pada bagian dalam roti sedang mengembang.
Dianalogikan sebagai galaksi di alam semesta, butir-butir partikel di dalam roti itu saling menjauh sejalan dengan pengembangan roti itu sendiri. Dalam ilustrasi tersebut, kita berada di salah satu partikel di dalam roti itu. Di luar roti, kita tidak mengenal adanya ruang lain karena pengetahuan kita terbatas hanya di ruang lain. hanya pada ruang di dalam roti itu saja.
Demikian pula lah, kita tidak mengenal alam fisik lain di luar dimensi ruang waktu yang kita kenal saat ini. Allahu Akbar, betapa kecil dan terbatasnya pengetahuan kita dibanding seluruh jagad raya ini. Selanjutnya, masa ketiga termaktub dalam ayat 29, وَأَغْضَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ رُحَاهَا Dan dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderan. Quran Surah Al-Naziat Ayat 29 Ayat ini bercerita khusus tentang tata surya yang juga berlaku pada bintang-bintang lain.
Masa ini adalah masa penciptaan matahari yang bersinar dan bumi serta planet-planet lainnya yang berotasi sehingga ada fenomena malam dan siang. Adanya matahari sebagai sumber cahaya, bumi yang berotasi menjadikan malam dan siang. Menurut penelitian astronomi, tata surya terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu dari awan antar bintang raksasa.
Mulanya, awan antar bintang itu memadat sambil berotasi berputar pada sumbunya. Bagian tengah yang semakin memadat akan semakin panas. Ketika suhunya mencapai puluhan juta derajat, mulainya reaksi nuklir.
Hidrogen berfusi dengan hidrogen menghasilkan helium dan energi. Bagian inti awan antar bintang itu menjadi matahari yang mulai memancarkan energinya. Lambat laun, debu-debunya tersibak oleh angin matahari, sementara debu yang memadat di sekitar matahari kemudian berproses membentuk planet-planet, salah satunya bumi kita ini. Lalu masa keempat pada ayat 30 Dan setelah itu bumi dihamparkan Quran Surah Al-Naziat ayat 30 Ayat ini menjelaskan proses evolusi di planet bumi Setelah bulan terbentuk dari lontaran bagian kulit bumi karena tumbukan benda langit lainnya, lempeng benua besar atau pangea kemudian dihamparkan yang menjadikan benua-benua mulai terpisah membentuk lima benua plus Antartika. Bumi dihamparkan dalam ayat tersebut bermakna lempeng benua yang bergeser sedikit demi sedikit dalam waktu ratusan juta tahun.
Sekitar 225 juta tahun lalu, semua benua masih bergabung. Lalu, benua Amerika mulai berpisah dari benua Eropa dan Afrika, sementara benua Asia bergabung dengan lempeng India-Australia yang terlepas dari benua Afrika. Berikutnya, masa kelima, ayat ke-31 أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا Darinya dia pancarkan mata air dan ditumbuhkan tumbuh-tumbuhannya Quran Surah An-Naziat, ayat 31 Ayat ini menjelaskan awal penciptaan kehidupan di bumi, mungkin juga di planet lain yang disiapkan untuk kehidupan dengan menyediakan air.
Proses pemanasan yang menyebabkan penguapan dan pembentukan awan lalu hujan yang menyebabkan siklus hidrologi yang akhirnya memancarkan mata air. Al-Quran tidak menjelaskan proses awal penciptaan kehidupan di bumi. tetapi hanya menguraikan substansi proses hidrologis yang dikaitkan dengan proses awal kehidupan, yaitu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk hidup pertama.
Kehidupan diperkirakan bermula dari laut yang hangat sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu berdasarkan fosil tertua yang pernah ditemukan. Di dalam Al-Quran Surah Al-Ambiya ayat 30 memang disebutkan semua makhluk hidup berasal dari air. Akhirnya kehidupan di bumi dimulai dari makhluk bersel tunggal dan tumbuh-tumbuhan. Yang menarik, proses lahirnya kehidupan yang dimulai dari tumbuhan terkait dengan skenario Allah menyiapkan kehidupan di bumi.
Hadirnya tumbuhan dan proses fotosintesis sekitar 2 miliar tahun lalu menyebabkan atmosfer mulai terisi dengan oksigen bebas. Adanya oksigen diperlukan oleh sebagian besar makhluk hidup bergerak, yakni binatang dan manusia. Dan terakhir, masa ke-6 dijelaskan pada dua ayat berikutnya dalam surah An-Nazi'at. Dan gunung-gunung dipancangkan dengan teguk.
Semua itu untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu. Quran Surah An-Nazi'at ayat 32-33 Ayat ini menjelaskan lahirnya gunung-gunung akibat evolusi geologi dan mulai diciptakannya hewan dan manusia. Masa ke-6 ini menceritakan lahirnya binatang dan manusia setelah prasyarat kehidupan yang utama, yaitu adanya air dan oksigen terpenuhi.
Proses geologis akibat pergeseran lempeng benua yang memunculkan gunung-gunung juga merupakan persiapan fisik yang memberikan keseimbangan dari gerakan bumi. Dan hal ini memungkinkan materi yang merupakan kandungan bumi dikeluarkan untuk kepentingan manusia sebagai khalifah di bumi. Berdasarkan temuan ilmiah yang diperoleh, telah disusun suatu silsilah evolusi yang berawal dari sejenis bakteri bersel satu yang hidup sekitar 3,5 miliar tahun lalu. Dari jenis bakteri, lahir generasi ganggang yang masih hidup di air. Ganggang hijau sekitar 1 sampai 2 miliar tahun lalu melahirkan generasi tumbuhan darat.
Dari jalur ganggang hijau, Sekitar 630 juta tahun lalu juga lahir generasi hewan tak bertulang belakang. Tentang penciptaan langit tujuh lapis, hal itu merupakan fenomena yang ditemukan dalam Al-Quran. Ada beberapa ayat yang memberikan informasi tentang hal ini.
Di antaranya adalah yang terdapat pada surah Al-Mu'lq ayat 3 yaitu Al-Ladhi khalaqa saba'a samawatin tibaqa Ba'tara fi khalqin rahmani min tafa'ut Farji'il basra hal tara'min fukun Pemahaman tentang tujuh langit berkembang sesuai pemahaman manusia tentang alam semesta. Dalam kebudayaan Eropa kuno, orang menganggap langit itu berlapis-lapis dengan bumi sebagai pusat alam semesta atau geosentrik. Bulan berada pada langit pertama, kemudian pada langit kedua sampai ketujuh, masing-masing ada Merkurius, Venus, Matahari, Mars, Jupiter, dan Saturnus.
Di luar langit tujuh itu ada bintang-bintang lainnya. Dulu, orang juga mengaitkan dengan astrologi atau peramalan bintang, yaitu bahwa benda-benda langit yang dikaitkan dengan kepercayaan akan dewa penguasanya mempengaruhi kehidupan di bumi bergantian dari jam ke jam dimulai dari yang terjauh. Ada pula yang berpendapat tujuh langit diartikan dengan lapisan-lapisan atmosfer yang dekat dengan bumi ini.
Namun, apabila teori tersebut dikaitkan dengan mi'raj Rasulullah SAW, nampak kurang tepat. Tujuh langit ini mungkin lebih pas bila diartikan sebagai tujuh dimensi ruang waktu. Seperti dinyatakan dalam fisika, bahwa di jagad raya ini terdapat empat gaya fundamental, yaitu gaya elektromagnetik, gaya nuklir lemah, gaya nuklir kuat, dan gaya gravitasi.
Kaluza Klein teori menjelaskan, bahwa untuk dapat menerangkan Ketika kita menjelaskan ketersatuan gaya-gaya yang empat itu, maka adanya geometri ruang waktu yang kita berada di dalamnya sekarang ini tidaklah cukup. Untuk bisa menjelaskan keempat gaya tersebut, maka teori ini menyatakan harus ada tujuh dimensi ruang waktu atau time-space dimensions yang lain. Maka perjalanan Isra'dan Mi'raj yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dinilai sebagai perjalanan antardimensi.
Hal ini bermakna beliau telah diajak oleh Jibril keluar dari dimensi ruang waktu menuju dimensi yang lebih tinggi yang disebut Sidrotul Muntaha. Kita hidup dalam dimensi ruang waktu. Karenanya, kita selalu mengukur berdasarkan ukuran ruang, seperti besar, kecil, jauh, dekat. Dan waktu, seperti masa lalu, sekarang, masa depan, lama, sebentar, dan seterusnya. Untuk memahami perjalanan antar waktu, kita ibaratkan ada alam dua dimensi berbentuk bidang U besar.
Sebut saja makhluk di alam itu berupa semut. Untuk berpindah dari ujung U yang satu ke ujung yang lain, semut tersebut haruslah menempuh jarak yang sangat jauh. Kita yang hidup di ruang tiga dimensi, dengan mudahnya mengangkat semut tersebut dari satu ujung ke ujung lainnya, mengajak semut tersebut keluar dari dimensi dua menuju dimensi tiga. Jaraknya jelas lebih pendek. Demikianlah analogi sederhana perjalanan antar dimensi.
Mekanismenya tentu masih di luar kemampuan sains. Tetapi Allah telah memperjalankan hambanya Rasulullah SAW bersama Jibril yang memang berada di luar dimensi yang lebih tinggi dari dimensi ruang waktu. Para ilmuwan telah membuktikan betapa alam semesta ini diciptakan dengan sangat presisi.
Allah mengisyaratkan bahwa alam semesta dicipta dalam satu struktur yang sangat harmonis. Informasi demikian dapat ditemukan dalam banyak ayat dalam Al-Quran, diantaranya surah Ar-Ra'at ayat 2. Ayat ini menegaskan sebuah fenomena bahwa tiap-tiap benda langit itu seakan terapung kokoh di tengah-tengah jagad raya tanpa ada tiang-tiang yang menyangga dan tanpa ada tali yang mengikatnya. Memanglah benda-benda langit yang terlihat di alam ini terwujud tanpa tiang yang menyangganya. Andai saja benda-benda sebesar itu mesti memerlukan tiang untuk menyangganya, dapat dibayangkan betapa semerawutnya alam semesta ini.
Selanjutnya Allah juga menjelaskan bagaimana dia menundukkan matahari dan bulan dalam arti menetapkan keadaannya yang meliputi fungsi, gerak rotasi dan revolusi atau gerak pada poros dan pada orbitnya yang terus berlaku masing-masing sesuai dengan ketetapan waktu yang telah ditentukan. Demikian pula ketika menerangkan hakikat matahari dan bulan. Allah menjelaskan bahwa sesungguhnya mataharilah yang memiliki cahaya, sedangkan bulan tidak.
Karena itu, bulan tidak memancarkan sinar setiap saat, sebab benda ini hanya menjelaskan hati. hanya memantulkan sinar matahari. Allah juga menerangkan bagaimana bulan bergerak pada posisi-posisi tertentu yang ternyata hal itu merupakan pertanda dari perjalanan waktu. Sehubungan dengan struktur seperti ini, Allah menginformasikan dalam surah Yunus ayat 5, Menurut ilmu astronomi, yang paling berperan dalam menjadikan stabilnya benda-benda langit itu terutama adalah gaya gravitasi.
Gaya-gaya yang lain itu mungkin tidak terlihat, tetapi efeknya dapat kita lihat dan rasakan. Dengan gaya itu, matahari, bulan, dan semua benda-benda langit bergerak terus-menerus yang satu mengitari yang lain seakan terus-menerus bertawaf seperti yang dilakukan oleh umat Islam saat melaksanakan ibadah haji dan umroh. Semuanya ditundukkan mengikuti hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan. Itulah yang disebut dengan sunnatullah.
Sunnatullah Pada ayat tersebut juga dijabarkan ketentuan Allah tentang garis edar atau orbit yang teratur dari matahari dan bulan. Hal itu berakibat munculnya pergantian siang dan malam, dimaksudkan agar manusia mengetahui perhitungan tahun dan ilmu hisab, yaitu ilmu tentang penghitungan waktu yang didasarkan pada posisi bulan atau matahari. Begitulah ketetapan Allah menciptakan alam semesta ini dengan penuh harmoni dan presisi. Kemudian menjadikan manusia di kehidupan bumi untuk menjadi khalifah. Ketaatan pada peringatan Allah untuk menjaga alam ini akan membuahkan kebaikan bagi alam maupun manusia.
Namun demikian, banyak pula di antara manusia yang justru tidak melakukan tugas ini seperti yang dikehendaki Allah. Akibat yang dapat disaksikan adalah fenomena-fenomena yang menjurus pada kerusakan dan kehancuran alam semesta. Sebagaimana firman Allah? Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.
Quran Surah Ar-Rum ayat 41 Satu Global warming dan menipisnya lapisan ozon hanyalah contoh awal yang sering dikhawatirkan dunia saat ini. Sangat banyak ayat-ayat di dalam Al-Quran yang memperingatkan dahsyatnya kerusakan alam semesta ini di akhir zaman. Di antaranya...
Apabila bumi dikuncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung dihancur-luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah ia debu yang berterbangan. Quran Surah Al-Waqi'ah ayat 4-6 Di ayat lainnya, Allah juga memperingatkan, Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap. Quran Surah Al-Infitor ayat 1-3 Menurut teori evolusi bintang, matahari kita akan membesar menjadi bintang raksasa, memerah menjelang kematiannya. Pada saat itu, matahari bersinar sedemikian terangnya, hingga lautan akan mendidih dan kering, batuan akan meleleh, dan kehidupan akan berubah. kehidupan pun akan punah kemudian matahari akan terus bertambah besar sehingga planet-planet di sekitarnya seperti Merkurius Venus bumi dan bulan serta Mars masuk ke dalam bola gas matahari barangkali kejadian inilah yang diisyaratkan dalam Alquran surah al-qiyamah ayat 7-9 sebagai bersatunya matahari dan bulan Hal itu bahkan sangat sesuai dengan hadith Rasulullah sejak 14 abad yang lalu.
Beliau s.a.w. bersabda Tudunasyamsu yaumal qiyamati minal khalqi hatta takuna minhum kamik dari mil Pada hari kiamat nanti, matahari akan didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh 1 mil saja. Hadith Riwayat Muslim Sungguh, suatu proses kehancuran yang sangat mengerikan telah diperingatkan oleh Allah dan Rasulnya sejak 14 abad yang lalu. Bahkan sebelum sains benar-benar mampu memahami struktur alam semesta dan sistem tata surya seperti zaman modern ini. Hanya yang bertakwalah yang akan selamat pada hari itu.
Sebagaimana firman Allah? Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. Sungguh, guncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat. Quran Surah Al-Hajj Ayat 1 Hari akhir itu pasti akan datang atas kehendak penciptanya.
Memanglah semua yang ada di jagad raya ini akan binasa kecuali Allah sang pencipta. Sebagaimana firmannya? Kullu shai'in halikun illa wajhah. Segala sesuatu pasti akan binasa. Kecuali Allah.
Quran Surah Al-Qasas ayat 88 Al-Qasas ayat 88 Wallahu a'lamu busawab Semoga kajian ini bermanfaat menambah pengetahuan kita Lebih dari itu, semoga menambah ketakwaan kita kepada Allah Azza wa Jal Sampai jumpa, ikuti terus video-video kajian tafsir ilmi berikutnya Intro Terima kasih.