Transcript for:
141 Tujuan dan Makna Iltifat dalam Balagoh

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh Alhamdulillah syukurillah walaikumsalam Kita akan teruskan seri kajian Balawah kita Dan kita masih bicara tentang Abraatul Balagriah fil-iltifat Tujuan Iltifat dalam ilmu Balawah Yang ke-11 yang kita telah peluang minggu lepas yaitu Attaqid al-Shaykh memberikan penekanan terhadap sesuatu artinya jika mutakalim ingin memberikan penekanan terhadap berita ataupun mesej yang dah disampaikan kepada muhatov maka diadakan padanya al-ildifat Karena mungkin sesuatu yang diberi penekanan dalam menyampaikannya kepada Mokhotob itu sesuatu yang sangat penting supaya Mokhotob mengambil ingat, mengambil berat. Sebagai contoh dalam ayat yang telah kita pelihari Surah Maryam ayat 70 dan 71 Bila kita baca ayat sebelum ayat 71 Mungkin 8, 8, 8, 9, 70 yang cerita tentang jahannam dan penghuninya, neraka dan penghuninya atau sesiapa yang akan memasuki jahannam mungkin bagi orang mu'min yang membaca ayat ini akan merasa Sedikit selamat Karena ayat sebelumnya Menceritakan bahwa Yang masuk dalam jahat namni Orang-orang kafir Orang-orang jahat Orang-orang yang banyak dosa Jadi bila si mu'min membacanya Pasti ada rasa aman, rasa selamat karena orang memimpin kan tak disebut sebelumnya tapi rupa-rupanya tidak begitu Allah telah menetapkan telah memutuskan bahwa tidak seorang pun daripada kamu melainkan pasti akan memasukinya tiada seorang pun daripada kamu jadi tak kira si mu'min atau kafir orang yang baik ataupun yang tidak baik pasti akan wariduha memasuki jahannam Kenapa begitu? Karena karena Allah Rabbi kehadman makdiyah Karena yang seperti itu telah berlaku satu ketetapan yang diputuskan oleh Tuhanmu tengok ada iltifat disitu daripada ayat-ayat sebelumnya yang digunakan Dambil Ghaibah dalam ayat 70 memang sih digunakan Dambil Ghaibah Tumala Nahnu A'lamu Billadhinahum Aula Bihasiliya Tapi tiba-tiba kemudian ditukar menjadi wa'im minkum Akhirnya si mu'min yang membaca pun Oh, rupanya kami pun kena melaluinya juga Karena mungkin si mu'min macam tidak percaya Cuman lah si mu'min boleh melalui jahat Bukan selama ini si mu'min lepeh Ingat, bizakan dengan menetap dalam jahannam dengan warid, warid itu mana yang datang, mana yang datangnya Jadi, fahaman yang menetapkan pasti jalan Menuju surga, untuk seorang sampai surga Tidak melalui jahannam, ya bertentangan dengan ayat inilah Tidak ada laluan untuk ke surga melainkan mesti melalui jahannam pasti hanya sahaja seperti mana yang nabi nyatakan bila si mu'min atau ahli surga melalui jahannam dalam perjalanannya ke surga jahannam tidak menyala tidak menyala karena yang lalu itu tidak bawa dosa itulah Jika yang melalui tadi bawa dosa, walaupun akhirnya masuk surga, ya neraka tetap siksa baginya. Sesuai dengan kadar dosa yang dibawanya. Jadi, bukan semestinya orang yang ahli surga. Jika melalui Jahannam, Jahannam tidak menjadi siksa baginya, belum tentu, bergantung. Sama ada yang ahli surga, calon surga tadi langsung tidak mempunyai kesalahan, karena semuanya, semua dosenya telah diampunkan, atau masih ada dosa kesalahan yang belum dapat pengampunan. Bila tidak mendapat pengampunan atau belum mendapat pengampunan, maka semasa ia war-wariduha, jahannam akan terasa panas baginya. Jadi jahannam bukan satu tempat yang secara otomatik menjadi siksa bagi siapa yang memasukinya. Api jahannam tidak sama dengan api dunia. Api dunia ini buta. Tak kenal siapa yang masuk, elok atau tak elok, baik atau tak baik, sengaja ataupun suka, panah. Jahannam tidak begitu. Jahannam seolah-olah ada mata, seolah-olah ada fikiran, ada tapisan. Jadi ada lembaga penapisnya ketat. Ada dosa sekecil apapun, jika tak ada pampunan, ada siksenya. Jadi pengalihan itu karena Allah nak memberi penekanan bahwa tak seorangpun daripada kamu melayakan pasti melalui jahannam. Karena barangkali orang mu'min yang membaca ayat hingga ayat 70 merasa selamat. Ah itu orang kafir kan semuanya. Itu semua orang jahat. Kami kan orang baik-baik. Pasti selamat. Allah kata, oh tidak, kamu pun akan masuk. Itu ditekankan begitu. Saya bercerita sebelumnya ini mereka. Mereka jahat masuk neraka. Mereka dosa masuk neraka. Mereka menjadi kayu api neraka Yang membaca tak merasa termasuk mereka Apalagi yang dimaksudkan mereka itu yang jahat Sementara yang membaca ayat tadi Bukan orang jahat Bukan orang kafir, orang mu'min Jadi mungkin tak merasa masuk mereka Sehingga ah lepas lah kita Allah kata, oh tidak kamu pun itu maknanya atakib ala syai'i begitulah Al-Quran sebetulnya apa ya mengetuk hati si pembacanya begitulah Al-Quran Allah mengetuk hati mukhotobnya jadi perubahan itu bukan perubahan yang sepi, begitu saja tidak boleh dianggap sepi iltifat dalam Al-Quran tidak boleh dianggap sepi bila kita membacanya hanya sebagai bunga-bunga bahasa oh tidak, ini bukan bunga-bunga bahasa atau suka-suka saja jemur sebut mereka-mereka sesekali lah tukar jadi kamu bukan sama sekali tidak begitu bahkan maknanya sangat dalam sekali Demikian juga sebelumnya yang kita telah pilih, jadi al-mubalaw fil-had Bila Allah ingin menguatkan perintahnya Supaya perintahnya ini terasa begitu kuat Dan mukhotob mengambil berat Terhadap perintah tersebut Maka disitu pun ada iltifat Begitu Yang terakhir, tujuan iltifat dari segi Balagoh yang ke-12, yaitu Ad-ta'ajubu wal-istiba'adu Ada kan? Itu yang terakhir Ad-ta'ajubu wal-istiba'adu Yang terakhir Itu yang ke-12 Yakni Tak ajub Itu heran, kagum, merasa pelik Wal-istimaat Dan Apa Istimaat Maknanya jauh Jadi menganggap Sesuatu itu jauh, maksudnya itu Tak mungkin, itu namanya istimaat Istim'at, yakni menganggap sesuatu itu tak mungkin Menganggap sesuatu itu jauh Tak ajub, yakni heran, kagum, pelik Dari segi bala roh, mutakalim, merasa pelik Dengan sikap mukhotob Mutakalim menganggap apa yang difikir oleh muhattab ini suatu yang tak mungkin itulah maksudnya Mutakalim menganggap pelik terhadap sikap muhattab atau Mutakalim menganggap apa yang difikir oleh muhattab ini benda yang mustahil benda yang tidak mungkin Walaupun jika kaitkan dengan Allah SWT, tidak mungkinlah Allah hiran, tidak mungkinlah Allah ta'jub, tidak mungkinlah Allah bersikap seperti itu. Tapi dari segi bahasa, maksudnya ta'jub al-istima'at. Sebagai contoh, umpamanya, di situ dalam surah Al-Qalam, saya berikan contoh. Surah Al-Qalam ayat ke-34 hingga 36 Surah Al-Qalam bermula ayat 34 hingga 36 Disini ada iltifat daripada gaib kepada mukhotob Yang kita pelajari semuanya Yaitu iltifat dari gaib kepada mukhotob Dari gaib kepada mukhotob Dalam surah Al-Qalam 34-36 Al-Qalam 36-36 Innalil mutaqin inda rabbihim jannatin na'im Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa itu Di sisi Tuhan mereka Adalah surga naim Atau sesungguhnya bagi orang yang bertakwa itu Jannatun naim di sisi Tuhan mereka So ada dua nikmatnya Satu nikmat zohiriyah, dua nikmat batiniyah, satu nikmat khisiyah, kedua nikmat ma'nawiyah, satu nikmat jasmaniah, dua nikmat ruhaniyah. Nikmat jasmaniah, nikmat zohiriyah, yakni jannat na'im. Itu nikmat jasmania, zohiriyah Nikmat batiniyah, ruhaniyah, yani'inda rabbihim Nikmat maqam Kedudukan mereka hampir dengan Tuhannya Kedekatan, kedudukan yang sangat hampir dengan Allah Itulah nikmat yang terselili Jadi ibarat orang nak jumpa seseorang di rumahnya Boleh makan makanannya Duduk di kursinya, itu nikmat Zohiriyah Kemudian tua rumah pula bersedia menemuinya Duduk berhadapan dengannya, itu nikmat yang tersendiri Tapi coba kalau kita nak jumpa seseorang yang kita rindui hanya jumpa rumahnya, duduk di kursinya, minum minumannya, makan makanannya tapi orangnya tak jumpa kan mesti tak puas mungkin lebih puas walaupun kita tak jumpa rumahnya tapi jumpa orangnya walaupun di kedai kopinya nah Allah subhanahu wa ta'ala menyediakan dua-dua sekali bagi orang yang bertakwa bukan hanya diberikan janatun na'im tapi mutakin juga akan ditempatkan di sisinya afanaj alul muslimin kal mujrimin lalu Allah tanya Maka adakah kami hendak menjadikan orang-orang muslim itu seperti kami menjadikan orang-orang yang berdosa? Allah tidak mungkin memperlakukan orang yang beriman, yang muslim semasa di dunia, di akhirat kelak, sebagaimana Allah memperlakukan orang-orang yang banyak. Dosa, mesti berbeza Bagaimana Allah memperlakukan orang yang beriman Bagaimana Allah memperlakukan orang yang punya dosa Mesti tidak sama Pasti Karena gaya hidupnya di dunia pun tak sama Ayat ini menolak Da'waan orang-orang kafir Yang menyang mendakwa bahwa baik ke buruk ke patuh ke tidak ke percaya Muhammad ke lawan Muhammad sama aja sama aja lawan Muhammad pun senang juga hidupnya ikut Muhammad pun ada senang ada yang susah serupa aja jadi Muslim jadi kafir serupa aja Yang kafir ada yang senang, ada yang susah. Yang mu'min pun sama juga. Yang mu'min ada sakit, ada sehat. Yang kafir pun, itu apa bezanya? Yang mu'min, ada yang kita. Kafir pun ada kita, bahkan lebih besar. Itu apa bezanya? Sama, sama ya. Mu'min bila kerja dengan rajin, berjaya. Si kafir pun berjaya juga jika rajin. Si kafir bila malas bekerja gagal, si mu'min pun bekerja juga, lalu apa bisanya? Kan sama? Maknanya Tuhan memperlakukan hambanya ini sama, itu kepercayaan si kafir. Kepercayaan orang yang tidak percaya keadilan Allah. Lalu Allah tanya pada mereka dengan pertanyaan, Inqari. Maksudnya, maka adakah kamu fikir, wahai kau orang kafir, adakah kamu fikir kami Allah Tuhan semesta alam memperlakukan Bukan orang-orang muslim Sama Seperti kami Memperlakukan orang-orang yang Berdosa Kalau kamu fikir sama Malakum kaifatah kumun Malakum kaifatah kumun Bagaimana lah kamu Memutuskan Malakum, bagaimana kamu Kaifat, bagaimana tahkumun kamu Tengok, daripada sebelumnya itu cerita Wa'ibah Cerita Wa'ibah, dombernya Yakni menggunakan Allah cerita tentang mereka Orang ketiga Cerita orang ketiga, mereka, mereka, mereka Orang-orang yang beriman di mana tempatnya Kemudian orang kafir dimana tempatnya Tetapi Apa namanya Yang ini bermula paling tidak kalau kita lihat daripada ayat sebelumnya lah Panjang ini kalau cek dalam kolam itu Daripada Ayat sebelumnya lagi Di sana cerita orang kafir, cerita orang yang bertakwa, orang kafir di mana tempatnya, orang bertakwa di mana tempatnya, tapi si kafir masih juga berkeyakinan bahwa Allah memperlakukan mereka sama dengan Allah melakukan orang-orang mu'min. Mereka, mereka, mereka. Lalu Allah kata, Malakum kaifatakum. Ini adalah soalan ta'ajubiah. Soalan ini soalan ta'ajubiah. Artinya dari segi Balagoh, mutakalim yang bercakap rasa pelik. Rasa hiran. Walaupun dalam hal ini, mustahil Allah mahiran. Ini cerita Balagoh. Wal-istima'at, si mutakalim menganggap apa yang difikir oleh mukhotob itu benda yang jauh daripada kebenaran. Istima'at. Sebab bagaimana mungkin Allah, saya ulangi, memperlakukan hambanya yang patuh seperti mana Allah memperlakukan hambanya yang taat. Jika orang-orang kafir berkeyakinan seperti itu, ya amat pelik ya, amat mengherankan. Jadi tidak sama ketika si mu'min berusaha berjaya, si kafir berusaha berjaya, bukan sama. Tidak sama. Ketika si mu'min sakit, ketika si jahat sakit, tidak sama. Sakitnya si mu'min karena nak menghabuskan dosanya. Sakitnya si kafir karena sebagai azab. Mana boleh sama? Ketika si mu'min berusaha, berjaya. Kejayaan si mu'min adalah rahmat. Si kafir berusaha, berjaya. Kejayaan si kafir sama istisrat. Mana sama? Mana sama? Ketika si mu'min kehilangan barang, hatinya lapang. Ketika si kafir kena barang, hatinya macam, mana sama? Apa saja yang dikatakan oleh si mu'min, mendapat, dia syukur, tak dapat, dia sabar, dapat pahala. Sama seperti si kafir, bila dapat kufur, kehilangan, mengeluh, dapat dosa. Di dunia pun sudah tidak sama Apalagi di akhirat Di akhirat jadi Untuk menzahirkan Si mutakalim untuk menzahirkan ketakjubannya Si mutakalim untuk mengekspresikan rasa peliknya Terhadap sikap mukhotob Terhadap keyakinan mukhotob Yaitu dengan cara iltifat. Ditukarnya domir daripada gaibah kepada hitab. Kepada hitab. Jaman dapat rasa tak ini ayatnya? Yang penting ini rasa. Bukan boleh menyebut daripada gaibah kepada hitab. Kalau sebut itu senang. Kena dapat rasa ya. Sebab ini iltifat itu kena rasa. Bukan. Oh saya nampak ini goibnya, ini goibnya, bukan setakat itu Karena dirasakan, oh iya disini penekanannya Oh ini maksudnya Tuh, bila sudah sampai pada agrod Yang kaitannya dengan rasa Tauk Kepada tauk Baik sepintas selalu karena ini kait dengan rasa ini kena dirasa diusahakan lebih begitulah maksud saya sebab eh bisa aja mas kalian apa yang dilihat, yang kita dengar yang kita yang boleh dipegang yang lain contohlah begini ya saya suruh contoh gini rasa Saya, kita, pasti tidak mungkin dapat menjelaskan, menerangkan pedasnya cili kepada orang yang tak pernah kikit cili. Mungkinkah seseorang dapat menjelaskan pedasnya cili kepada orang yang tak pernah makan cili? Sama kiamat tidak boleh. Soalnya ini kaitannya dengan rasa. Tapi kalau menunjukkan cili itu apa warnanya, apa bentuknya, bagaimana beratnya, seberapa, itu simple. Very simple. Tapi coba kalau udah masuk ke dalam rasa cili, pedasnya cili Saya gigit pedas, pedas, pedas Nak tanya pedas itu macam mana? Pedas itu, saya ingat profesor paling buta pun tak boleh jawab Saya ingat profesor paling buta sekalipun Ya, profesor yang rambutnya tinggal 4 helai pun tak boleh Hai tak semasing adu masih menuntut tuh bila dah mulai profesi ini biasanya rambutnya tinggal empat lem dua sebelah kiri dua sebelah kanan juga dia macam itu masuk masuk dan semua masih Woy Hai ini mesti bukan takut bukan takut bukut mana the most ya takut tak faham nanti yang disampaikan sebab kan Profesor misalnya cakapnya kan susah difahami juga kami dulu kata Oh ciri sifat orang yang pandai ini bila bercakap susah nak difahami itu cili orang pandai Kalau cakapnya mudah difahami, itu tak pandai Coba nak jelaskan, sepertinya cili Tak ada yang mampu Soalnya dikaitkan dengan rasa Tapi kalau cili itu apa, bentuk apa, warna apa Coba cara menanam, senang Senang Soalnya itu, saya kata tadi, bila sudah masuk ke agrod Tujuan, itu sudah dengan rasa Itulah maksudnya Jadi tanpa dirasakan jadi susah Susah Sebab Bentuknya semua sama 12 ini semuanya yang ini katanya sama Yang ini ada perubahan Dari pada waibah pada kitab Sama semuanya 12 tujuan, 12 apa namanya, ghorot, ini semuanya sama Ini perubahan daripada ghaibah kepada khitab Kepada khitab Daripada mereka kepada kamu Daripada dia kepada engkau Itu saja Dan itu nampak ya, dari segi tulisan nampak Dari segi ini nampak Tetapi Horotnya itulah yang saya katakan Kena dirasa Kalau dirasa tidak boleh Akhirnya apa yang aku lakukan Ya mana yang belum merasa Tapi itu yang paling senang katalah Kalau nak jelaskan pedasnya chili Bahagia aja suruh gigit Nah, rasa diri gitu, gimana? Pedas. Tolong ceritakan gimana pedas, nanti kan dia pun bingung juga. Pedas itu, tau-tau, pedas itu, pedas lah kalau ceritakan. Ya, memang gitulah rasa. Iman, itu kan karena rasa itu. Sabar, itu karena rasa. Memahami sabar, senang. Mencari dari sabar, senang, kecil. Coba ya lah. Bahkan menguraikan kalimat sod, bak, rok, itu bukan masalah yang... sulit, yang sulit itu yang susah itu, merasa kan, mungkin kalau jamah ambil katalah pengkhususan, dulu ambil PhD, apa, tetap khusus dia, sabar disini dia tentang sabar, belum tentu nanti bila diuji sabar belum tentu Hai sebaliknya orang yang tak faham apa takrif sabar boleh jadi sudah sabar dan yang beruntung bila kaitannya dengan rasa yang dah merasa itu bukan yang dah tahu dalam beragama yang dapdhah dapat merasakan itu yang beruntung walaupun mungkin belum tahu ditanya Daliya menulis sabar mana mungkin Hai dalil Apa itu dalil Tapi Masya Allah, bila menghadir ujian, dia sudah sabar, tak pernah mengeluh, dia kata ya Allah yang tentukan, ya kita terima, masih tetap senyum. Wah, tak tahu tuh kalau suruh ditanya, ayat apa, surat berapa. Itulah, jadi itu yang saya katakan Dalam agama banyak yang kaitannya dengan yang kita rasa Baik, sepintas selalu Karena itu sudah yang ke-12 Jadi saya coba ulangi, sepintas selalu tapi Atau lalu sepintas Lalu sepintas saja Dari yang pertama dahulu Tujuan iltifat Yang semuanya sama Iltifatnya roibah, hitab, roibah, hitab Semuanya sama Tidak yang lain Jadi yang itu tak payah dipikir sangat Apa iltifatnya? Roibah pada hitab Itu saja Tak ada yang lain Kan yang pertama dahulu, yaitu untuk Tarhib dan Tar... Tarhib dan Tarhib Atau takfib dan tahdid Jadi untuk memberikan galakan supaya orang rajin beramal Atau untuk memberikan tarhib Amaran Timur rasa takut supaya orang tinggalkan amalan tersebut Iltifat tujuannya untuk menggalakkan orang beramal atau untuk menimbulkan rasa takut supaya orang tidak melakukannya begitu contohnya, ya ini at-taubah ayat 3, mari kita tunjukkan ya ini, ada perubahan yang sangat ketara sekali perubahan yang sangat ketara sekali Daripada asalnya bentuk gaibah Kalam khabari Adhanu minallahi wa rasulil annas Jawab al-hajjil akbar Anallah bari'u minal mushrikin Wa rasuluh Itu kalam khabari, itu cerita dia Allah tuh bebas ini, jawabnya gini, gini, gini Jadi kita yang mendengar pun Iyalah, oh Allah bagaimana Tiba-tiba Allah kata, fa'intu betum Fawakhirulakum Eh, apa pula jadi menemplak muka kita? Kamu bertaubat? Itu baik. Kamu ini kepada mukhotob. Dalam hal ini orang musrik. Jadi, mula-mula Allah beritahu kepada orang musrik. Allah dan Rasulnya bebas. Dah berlepas diri. Tidak lagi terikat dengan perjanjian damai dengan mereka, orang musrik. Hai mereka orang musyrik wahai yang mereka mereka itu yang mukhotob Hai dan yang mereka orang musyrik itu mukhotob lah sebagai ini diturunkan kepada orang musyrik keterang musyrik orang kapil Dahulu Allah SWT pernah mematahi perjanjian damai dengan orang-orang musyrik Mekah Sekarang perjanjian damai itu sudah putus Allah SWT sudah tidak lagi terikat dengan si perjanjian damai tersebut Dengan orang-orang musyrik Orang musyrik yang menerima ayat ini Kan tidak merasa ayat itu ditukar pada diri mereka Sebab dia musyrik Kemudian Allah bagi, Allah tukar diksinya Tapi jika kamu bertaubat, itu adalah baik Ini namanya tergib Allah galakkan mereka supaya bertaubat Itu tujuan dia diberi galakan sebab itu jika kamu sebab kalau tidak ada iltifat ya wa intabu fahuwa khairullahum dan jika mereka bertawad, baik bagi mereka jadi tidak ada kesan tarhibnya tidak ada ditukar itu karena hendak menimbulkan keinginan supaya orang itu timbul keinginan untuk bertawab oh rupanya walaupun Allah murka walaupun Nabi sudah murka walaupun kita sudah setasanya perang semula tapi jika kita bertawab rupanya baik Kemudian terhibnya pula Dan tapi jika kamu berpaling Ketahuilah sebenarnya kamu tidak akan dapat Melemahkan Allah Ini terhibnya Artinya, Allah subhanahu wa ta'ala timbulkan rasa takut supaya mereka jangan lakukan itu. Ya ini melakukan apa? Melakukan berpaling. Jangan berpaling sebab jika kamu berpaling, kamu tetap menentang Allah. Kamu tak akan menang. Elok tak payah. Tak payahlah nak lawan balik. Tak payahlah ada niat nak menentang balik. Sebab pasti kamu kalah. Elok kamu bertaubat saja Nah disitu Jadi ada targib dan tarahib Kemudian ada taubih Ada celaan Yang itu ketara sekali Yang kedua Contohnya Ketika mereka menjadikan Apa-apa yang Allah berikan pada mereka ini Dipersebahkan pada Tuhan-Tuhan Selain Allah Reski datangnya pada Allah. Sepatutnya syukurnya pada Allah. Sepatutnya. Jika dikembalikan pun rezeki itu, tidak lagi dikembalikan semula pada Allah. Jadi infaq fi sabbilillah. Tapi tidak. Mereka pula infaqan kepada selain Allah. Dijadikan apa istilahnya sebagai kurban. Untuk mendekatkan diri mereka kepada Tuhan-Tuhan mereka Lalu Allah sumpah Demi Allah la tus'alunna amma kuntum taftarun Fahal sebelumnya Yash'alun, yash'alun, yash'alun Mereka menjadikan Kemudian sungguh pasti Kamu akan disoal Itu anahal ayat 56 itu Anahal ayat 36 56 Kemudian ada tajdid ala talabi syai' yang ketiga Tajdid ala talabi syai' maknanya bersangatan Meminta sesuatu Allah minta sesuatu kepada Muhyattab dan permintaan ini bukan permintaan yang biasa tapi permintaan yang bersangatan hendaklah si Muhyattab segera melaksanakannya atau betul-betul melaksanakannya karena permintaannya adalah amat sangat mendesak sangat Kalau dalam kata kita ini, tolong, tolonglah, minta, mohon, itulah ibaratnya. Karena mungkin si mukhotob tak sedar bahwa mutakalim sebenarnya minta sesuatu kepadanya. Yakni, disitu juga dalam surah al-Azhab 55. Ya ini daripada Huna, huna, huna, huna, huna Huna itu gaibah semuanya Eh tiba-tiba Wattaqinallah Betakwalah kamu kepada Allah Di hujung itu Betakwalah kamu kepada Allah Jadi takwa ini Perintah takwa ini diminta Sangat oleh Allah, kenapa? Karena boleh jadi Apa yang Allah perintahkan sebelumnya Itu dilanggar Sebelumnya akan cerita tentang Kebenaran Allah Kepada muslimah-muslimah Untuk, apa namanya ya Ketika ia menampilkan dirinya Ada kelonggaran Ketika ia tampil dirinya di hadapan orang-orang tertentu Artinya mereka boleh tampil dalam keadaan tertentu ini Dalam keadaan yang agak longgar ini Kepada orang tertentu saja Dan yang tertentu itu mungkin yang lain sudah difahami dengan baik Seperti depan bapak mereka, anak lelaki mereka Adik beradik lelaki Anak saudara lelaki, anak saudara nismonya Dan walani sa'ihina Itu mungkin yang belum difahami dengan baik Nisa Ihina dan maksudnya di hadapan Perempuan-perempuan sesama muk Minah Karena ini sering dilanggar Mungkin dia pikir Nisa'i Hina maknanya sesama wanita Jenis wanita, bukan Nisa'i Hina disini bukan maknanya dan juga Apa dan tidak Nisa'i Hina Maknanya kaum wanita Bukan, bukan kaum wanita Nisa'i Hina maknanya perempuan yang seiman dengannya Muslimat Ini bermakna wanita mu'minah muslimah ketika tampil di hadapan wanita yang bukan muslimah Ya tidak selonggar itu Dianggap seperti mana tampil menampilkan diri Sebagai mana ia menampilkan di hadapan bukan mahrumnya Begitulah Saya itu Allah SWT, wataqina, wataqina, jaga betul-betul Kalau di hadapan orang tuanya, bapanya, ya kita sudah paham lah, iyalah bapak, anak, eh tapi dia pun perempuan lah, tapi kan lain. Kita Maryam, dia Mary, kan lain. Dia kena lain lah, dia pilih Maryam, di hadapan Mary, ya. Si muslimahnya Fatimah, dia kan Feti Jadi beza Itulah maksudnya Takfib min syedatil amr Kemudian Allah meringankan perintah Perintah itu sangat berat Untuk diakan oleh mukhotob Jadi untuk mengurangi beratnya perintah, tahfif namanya, ya ini kena ditukar dia punya tampilannya. Iltifat, contohnya berpuasa, sangat berat. Puasa menahan diri daripada lapar dan dahaga dan juga pukul yang membatalkannya selama 14, 15, 16 jam, berat. Lebih-lebih lagi bagi orang musafir. Lebih-lebih lagi bagi orang sakit. Kan berat. Memang berat. Sebab itu Allah kata, Ya, kalau kamu puasa, eloklah. Kan begitu, Allah tak kata, puasalah, walaupun kamu sakit. Tak. Puasalah, walaupun kamu musafir. Tak. Sepuasa itu berat. Tapi Allah tukar pula, kalau kamu nak puasa, eloklah. Ini bermakna jika tak puasa pun boleh. Sehingga perintah puasa menjadi ringan. Di situ mulai daripada, tengok, asal apa namanya mereka-mereka. Di hujung pula, wa'antasumu khairul lakum. Kamu puasa itu lebih baik. Maknanya tak puasa boleh. Berbeza dengan orang yang mukim, yang sehat Kutiba alikumusiam Bagi yang musafir Atau sakit Bukan kutiba lagi Perat sangat Maka Allah ringankan Bagaimana cara Allah meringankannya? Ditukar diksinya Ditukar domirnya Namanya iltifat Jadi pengalian itu merupakan bahwasannya Oh biar diperintah untuk menjadi ringan Bukanlah berat sangat Sebab Allah kata hanya lebih baik Kalau tak puasa pun tak apa lah Hukumnya harus jadi disini Jadi bukan boleh tak boleh masalahnya Masalahnya Baik dan lebih baik Itu saja Baik dan lebih baik bukan boleh dan tak boleh Baik dan lebih baik itu pun bergantung ke orang yang punya diri Bukan bagus semuanya Jika katalah dengan Puasa Dia bertambah sakitnya, maka berbuka lebih baik. Musafir, jika dengan berpuasa katalah bertambah penatnya, berbuka lebih baik. Jika dengan berpuasa tidak mengalami apa masalah walaupun musafir, maka puasa lebih baik. Akhirnya yang tahu yang lebih baik itu yang punya diri. yang punya diri, bagi A ya berpuasa lebih baik karena merasa tidak penat apa-apa walaupun mesafir bagi si B yang duduk sebelahnya berbuka lebih baik soalnya itu yang sebelahnya makan Kenapa? Ya saya berat lah Eh kan baru Kuala Lumpur Singapura katanya Itu pun tak kata tahan Ya awak tahan tapi saya tak tahan Coba gimana? Saya tak rasa penat? Ya awak saya penat Saya tak biasa dulu dalam ikon Semasa ikon jadi kering pula jadi tak tahan Itu akhirnya yang empunya diri yang tahu Bila yang tahu yang punya diri, jadi tidak timbul siapa yang lebih baik Oh merasa saya lebih baik sebab saya puasa Belum tentu Begitulah Kesana arah dia sehingga orang tidak cepat-cepat menghukum orang Dalam perkara yang Allah suruh beri pilihan Bicara tentang agama bukan hanya bicara boleh dan tak boleh Salah atau betul Dalam agama kadang-kadang ada perkara yang berbeza tapi keduanya betul Kan yang puasa betul, yang buka pun betul, kan begitu Hanya lebih baik dan lebih Kemudian mana yang lebih baik kan bergantung yang punya diri Boleh jadi yang lebih baik yakni yang tak berpuasa karena jika puasa penat Boleh jadi yang baik yakni yang berpuasa karena bila puasa pun tak Tengok bagaimana Islam memberikan. Jadi bila kita fahami seperti itu. Ya, kayaknya orang tidak mudah. Tak mudah menghukum orang. Tak mudah merasa dirinya lebih baik. Atau dengan bahasa lain. Tak mudah mengatakan apalah. Macam itu pun. Yang punya diri lain kan. Allah pun tidak memberikan istilahnya Jadi dalam hal yang seperti ini, jangan masukan Hukumnya bukan istilah hukum hitam putih Yang satu hitam, satu putih, tidak Jangan semua agama, hukum agama ini kita lihat dengan formula hitam putih Kalau tak hitam, putih, kalau tak putih, hitam Wah, kacau agama kalau begitu Kan sekarang keadaan kecedungan begitu Sehingga berlaku di luar negeri orang bunuh sama Islam itu Kan cara berpikir Islamnya hitam dan putih Saya putih, awak hitam Ya sudah Oh bahaya sungguh bagi saya Cara begitu sangat-sangat bahaya Sangat bahaya Lebih-lebih lagi yang Apa dia merasa Dialah yang paling berat menentukan siapa hitam siapa putih Lagi bahaya Sedangkan dalam agama, bila kita berbisa pendapat, ya mas kalian, ya hakimnya mesti orang ketiga yang bebas. Itu ada dalam Al-Quran dan lainnya. Bila kita berbisa pendapat, ya mas kalian, siapa yang akan menentukan betul atau salah, ya ketiga. Kita tak boleh berbisa pendapat orang lain, lalu kita jadi hakimnya. Betul, ada berbeza pendapat, saya beza dengan jemaah sekalian, lalu saya jadi hakimnya, saya betul, awak salah, mana boleh cara berpikir begitu Itu tidak boleh, cara berpikir begitu tidak boleh Kalau kita merasa berhak jadi hakimnya, kawan yang beza dengan kita pun nanti merasa berhak juga jadi hakimnya akhirnya awak memang degil awak lagi degil ya sudah awak ini memang sudah khotam Allah wa'alaikulubhim itu untuk awak dia pun awak lagi sumun bukun umipahu ya kalau kita belajar agama lebih dalam lebih dalam nanti hanya gelap aja tengok orang saya itu ya gelap aja lah Hai ibaratnya masalahnya tidaklah perut itu jadi jangan terlalu tadika sangatlah itu kan hanya pikiran tadika hanya berput bola punya gaduh coba kita sebagai yang bukan tidak tadi ke lagi bila tengok budak tadi kegaduhkan kita hanya gelakkan geleng-gelengkan alah Benda macam itu pun Kamu menangis-nangis Ya sebab kita dewasa Cara beragama rupanya begitu juga dalam agama Semakin dewasa kita, semakin banyak rujukan, semakin banyak maklumat, semakin paham Ya nanti akan lapang lah hati jadi lapang Tak mudah terkejut gitu dah Tak mudah terkejut, tak mudah Takfif Kemudian itap sudah jelas Itu celahan yang sangat Ketara sekali, itap ini Jangan sekalian Kisah dalam surah tahrim Bagaimana Rasulullah s.a.w. mencela Perbuatan istri Rasulullah s.a.w. Di setuju Ada perubahan Kitab, ada apa namanya daripada apa, ghaibah pada kitab Ayatnya ayat yang ketiga dan ayat keempat Tiba-tiba menjadi Intatubah ilallah Fakot sogot kulubukumah Wah sebelumnya Dia, dia, dia, dia, dia Eh tiba-tiba jika kamu berdua bertawabat Sebenarnya cerita dia Dia, dia, dia Betul lah Kemudian Tafif dan Tafkil Untuk memberi Peringatan Jangan leka Jangan terpesona Jangan terpedaya Allah subhanahu wa ta'ala ya suma ansya'nahu khalqun akhar ayat cerita tentang penciptaan kita bagaimana tahapan-tahapan penciptaan kemudian Allah tutup dengan kemudian kami ciptakan dia menjadi makhluk yang lain maha tinggi Allah maha banyak kebaikan Allah itu maha apa Allah itu banyak sekali kebaikannya, dia adalah sebaik-baik pencipta, kita pun senangkan karena tahapan penciptaan kita, dicerita sedemikian cantik oleh Allah Supaya kita ini tidak leka, tidak terpesona Dengan layanan Allah seperti ini, perlakuan Allah yang seperti ini Allah ingatkan Tumma inna kumbadda dhalika lamintun Hai seolah-olah begini walaupun aku cipta kamu eh manusia dalam bentuk yang paling sempurna yang paling us sangat canggih tahap-tahap yang ini aku cukup segala-galanya aku perlu segala tapi ingat kamu akan mati juga tahu selicin manapun kulitmu ya aku ciptakan ingat Terima kasih. Licin pun nanti akan Nah macam itulah Jadi saya, oh iya ya Jadi semasa gak masih licin Taklah ter Itu, itu namanya tatkir Tengok dahulu kamu lahir, tidak berpakaian telanjang, sekarang kamu kaya raya. Kamu punya kilang baju, kilang pakaian ada. Dahulu kamu lahir, tidak punya kendaraan, sekarang kamu ada kilang kereta. Kamu lahir, kamu dulu tak ada rumah, sekarang kamu pemaju perumahan. Tapi ingat, secantik mana pun kendaraan kamu sekarang, nanti kamu naik keranda juga sama dengan orang itu. Semahal mana pun pakaian yang kamu pakai sekarang, pakaian kamu serba luar negeri, bahkan pakaian baju yang kamu pakai itu satu-satunya baju di dunia. Hai men biar kamu tampil dapat orang ini leih kamu di hujung rambut hingga kaki nilai dia 30juta Hai yalah kalau di nilai lah mulai pada hujung rambut yang kaki baju dia jam tangan dia kelak mungkin laku tapi ingat nanti kamu pakainya tinggal dua sama dengan yang kamu hina toh Terima kasih. Rumah kamu yang besar sekarang, jangan terpersona. Nanti rumah kamu... Itulah maksudnya taskir itu. Jadi tidaklah terpersona. Dan bila akan pindah menjadi penjilat tempat, menjadi apa namanya, ke alam kubur, tukar kendaraan dengan keranda, tukar baju dengan dua kali kain, mungkin besok... Mungkin petang sekarang Mungkin minggu depan Jadi bila tak ingat itu Orang akan, ya tak ada break lah dalam hidup Itu namanya taskir Diingatkan Dan ditukar, hanya perlu ditukar aja Kemudian kamu Selepas itu mati, tengok Kemudian kamu, bukan sepatunya Sepatunya kan Kalau tidak ada iltifat Kalau tak ada adifat, kemudian semuanya mereka Tapi kalau ada adifat, semuanya kamu Tujuannya itu Bayangkan, katalah baru beli baju sekarang Yang sangat dicintai, yang mahal pula, jangan disukai Dan sudah plan nanti nak pakai Tiga dari bulan depan eh rupanya mulai daripada beli baju hingga tukar baju dua helai, tinggal satu minggu kan ada kan orang sekarang kan banyak orang meninggal dengan iya Ada masya Allah nak merebut jawatan Huuuh, lintang pokang siang malam pagi petang Setelah dilantik ke jawatan tertuh Dalam 1-2 bulan mati coba Ini namanya tafkir Sekaligus takwif Bukan tidak boleh pakai baju, bukan tidak boleh beli baju Tapi diingatkan gitu lah Sebab, bayangkan ya, Masya Allah Allah cerita penciptaan kita daripada awal lagi luar biasa Hanya manusia makhluk kemanusiaan saja yang Allah ceritakan tahapan-tahapan penciptaan seperti apa Hai malaikat pun tak dijaga Bagaimana kami cemalika Allah cerita dahulu aku cipta jin begini berdipada mulai ini dari ini dari tak ada hanya manusia yang disebut dengan sangat dan kemudian setelah kita sedap pula Allah beritahu bumi langit ini aku cipta buat kamu manusia Hai sangat-sangat dimuliakan Tapi, selepas kita dimuliakan supaya kita tidak ter... tidak alik ke... ya, ditimbulkanlah rasa takut dan peringatan. Ya, selicin manapun kulit kamu, kulit kamu itu nanti jadi saksi. Dan memberi keterangan bagi pihak Allah, bukan pahit pihak kamu. Dan waktu itulah, orang yang punya kulit tadi, mengamuk. Eh, kenapa engkau cakap macam itu? Lima sahittum alaina. Kata si empunya kulit. Kenapa kamu cakap seperti itu, memberi kesaksian seperti itu? seperti itu keteranganmu itu memberatkan aku lidh kata-kata walaulah dahulu akulah telah sedang sebelum jaga kamu melicinkan kamu ya kulit selamba jawab antara konel ledian tokoh kulit Syekh Allah lah yang membuat aku boleh berkata seperti ini Allah yang suruh aku cakap benar Aku tak boleh cakap bohong Coba-coba kalau kulit pun tidak beribadah kepadanya Saya itu tidak boleh orang terpersona dengan kulitnya Hingga lupa tujuan Allah ciptakan kulit Ini gara-gara kulit gana kuku nanti tak mau butuh Mana sudah batal, nak sembahyang. Kan sebenarnya mesti wudhu. Mana wudhu? Nak wudhu mana boleh? Nak tayamum? Tidak menisarat. Nak jamak kosor? Tidak menisarat. Nak wudhu? Ya... akhirnya kulit kena dipesihkan semula ya salah siapa kenapa sebelumnya conting terlebih jadi conting itu jangan conting biasa saja ya lah kalau duduk nanti kan Luntur balik Bagaimana Kalau wuduk kan Aduh Habis muka aku Tapi kalau tak wuduk Tak boleh Ini sudah sholat mahrib Kalau sholat wuduk Kena make up balik Tak sempat Sebab saya nanti kena duduk Main table Sedangkan untuk macam ini pun Tadi boleh-boleh lepas aso Bagaimana aku nak duduk ini Nah, tak apalah kayak itu, tengok. Wahakulah itu nanti menjadi saksi dan menempelak kita. Jadi sebenarnya orang yang mengutamakan Allah ini sebenarnya hidup menjadi senang. Tidak akan ada sekatan-sekatan. Tidak sesak hidupnya orang percaya pada Allah. Macam mana sesak? Suruh duduk-duduk. Kan senang kan? Tak pikir, tapi, tapi. Tak banyak tapi. Lah tapi ya. Iya, orang jadi hamba lo nih lah tapi ya. Pasal hanya satu, sudah lillah, lillah, lillah, lillah. Karena tujuannya hanya satu, lillah. Tapi masih banyak tujuan-tujuan. Bagi saya luar biasa nih, tata-tata sekil ini. Ingatan yang sangat keras. sebab carilah dalam Al-Quran atau dalam Mahdi Senabi makhluk Allah yang Allah ceritakan bagaimana dia mencipta dan setelah cerita jadi apa, kemudian jadi apa, kemudian diberinya apa hanya manusia gajah sebesar itu pun Allah tak ceritakan bagaimana mencipta bagaimana Allah mencerita gajah tadi di dalam Al-Quran Tahu-tahu jadi gajah Dan setelah jadi gajah pun Allah tak cerita Dan selepas aku cipta kamu jadi gajah Ndahlah kamu makan yang ini Tak ada Dan aku jadikan malam Bagi kamu hari gajah Untuk tidur, tak ada Coba manusia Aku jadikan malam untuk kamu rehat. Dan aku jadikan tidur kamu rehat. Ini hanya manusia sahaja. Sangat-sangat dimuliakan. Tapi, ada tujuan tujuannya kenapa Allah muliakan jadi jangan terpesona dengan itu jangan terpedaya kemudian Allah ingatkan ditukar bentuknya Hai kemudian selepas itu kamu mayid jadi bila baca ini jangan berhenti fatah barokallahu ahsanul khaliqin sholat Allahul Azim jangan Jadi ada hubungan maksud saya? Iya ya Tadi Allah muliakan kita Akhirnya kita naik seronok Tapi tiba-tiba Allah Dihangkan jadi mati Itulah yang saya katakan Tahu itu Dirasa begitu Ada perubahan Sebab kalau tak ada perubahan Kata innahum Ya mungkin kita tidak terasa Tapi bilang innakum Aku pula yang ditunjuk Tadi dia Dia Kita seolah-olah mendengar Mutakalim bercakap tentang orang lain Kemudian kamu mati Itulah yang saya kata Membuat kita tersentak Saratnya kita Ya rasa Kalau tak rasa ya tak rasa Tujuannya kesana Kemudian Tasrif sudah kita Baca itu An-Nur 62 Kau ada yang ketujuh Tasrif maknanya Mutakalim Memandang mukhotob ini Mulia Atau memberi kemuliaan Jadi dalam hal ini Rasulullah SAW Daripada asalnya Nabi Ruhwa Dia, dia, dia, dia, dia, dia Kemudian Jadi engkau pula Hatta yastadzinuhu Itu ketara sekali itu Wa idhaka Numahu ala amlin jame' Lam yathabu hatta yastadzinuhu Ayat 62 surah nur itu lah Nah bilang mereka bersamanya Nyanyinya nabi Dalam membahas perkara urusan orang-orang yang ramai, kepentingan awam, semuanya lam yadhabu Mereka orang mu'min ini tidak sepatutnya pergi meninggalkan majlis nabi Hatta yastadiluhu Sehingga mereka minta izin kepadanya, nya nabi Semuanya menggunakan nomir huwa Tapi, innaladhin yastadiluna ka Tukar jadi ka pula Kemudian, fa'idhas tak danu nakal lagi. Kemudian, fa'adzin lagi. Sudah anta itu. Lima siktar itu enggak. Was takfir itu anta. Daripada disebut dia, dia, dia, kemudian anta. Tujuannya yakni tashrif. Kerana mutakalim hendak memuliakan mukhotob tadi. Dimana kedudukan mukhotob, dalam pandangan mutakalim, sangat-sangat mulia. Jadi kemuliaan Nabi dalam Al-Quran Di semua dalam Al-Quran termasuk dalam ayat ini Jadi dalam bentuk iltifat ini Jika Allah pun memuliakan Nabinya Ya bagaimana jika kita tidak memuliakan dia Jika Allah yang telah memberi kemuliaan kepada Nabi Lalu sebesar apa kemuliaan Nabi dalam pandangan kita ya Jika Allah pun pandang Nabi ini mulia Lalu setinggi mana sebelah mana kemuliaan Nabi dalam pandangan kita Saya pernah nyatakan begini Sehebat Mana pun kita memuliakan Nabi Sebenarnya Masih jauh daripada Sempurna Jauh daripada yang selainnya bagi Nabi Walaupun kita telah berusaha memuliakan Nabi Tapi sebenarnya masih jauh Daripada kurang Masih kurang jauh, kurang banyak jauh daripada sempurna Karena Allah sudah memuliakan Itu terbukti dalam ucapan salawat Allah suruh kita Saluh alaih, saluh alaih, saluh alaih Salawatlah kamu keatasnya, salawatlah kamu keatasnya Ini perintah Allah pada kita Lalu kita bersalawat pula Allahumma salli ala Muhammad Ya Allah bersalawatlah engkau atas Muhammad Allah suruh kita, salu alaih Baya orang beriman, salawatlah kamu ke atasnya Yang ini nam Muhammad lah Kita jawab, Allahumma sali ala Muhammad Ya Allah, engkau sajalah salawat padanya Coba orang-orang betul-betul salawat, bukankah itu namanya tasrif? Bila kita bersalawat pada Nabi, tak pernah Percayalah Kita tidak pernah bersalawat ke atas Rasul Karena apa? Karena salawat kita diajak oleh Nabi, kita mohon pada Allah supaya Allah bersalawat ke atas Nabi. Bila kita bersalawat. Masalahnya, jika kita tak memohon pada Allah bersalawat pada Nabi pun, Allah dah bersalawat. Inna allaha wa malikato yusalluna ala nabi. Allah dan para malaikatnya sudah bersorot ke atas Nabi. Lalu Allah suruh kita, Ya adzina amanu, salu alaih. Kita pun, Allahumma sali'ala Muhammad. Ya Allah, kau saja lah bersorot. Allah kata, aku suruh kamu sorot pada dia. Kita pun kata, ya Allah, kau saja lah bersorot. Artinya kita mengakui yang kita tak mampu nak bersalat pada Nabi. Karena setinggi menapun salawat yang kita hendak berikan pada Nabi, ya masih belum sesuai lah dengan kemuliaan Nabi. Akhirnya kita serahkan saja pada Allah. Ya Allah rasanya engkau sajalah yang layak memberikan salawat yang sesuai bagi Nabi kekasihmu. Tengok, kita tak pernah baca salawat. Kita tak pernah baca salawat Peliknya kita tak pernah baca salawat Kita hanya minta pada Allah supaya Allah bersalawat Walau Allah telah bersalawat Walaupun kita minta Kita pula Allah bagi kita salawat 7 apa namanya 10 kali Kita pernah salawat Tapi berdoa itu pun kita dibaginya Jadi hanya salawat kita ini sebenarnya tidak memberi kesan apa-apa kepada Rasul Coba, apakah kesan kebaikan salawat kita kepada Nabi? Tidak ada Tidak ada Kebaikan salawat kita kepada Nabi itu apa? Tidak ada Yang kebaikan itu kembali pada diri kita Coba khayati kalimat salwat Dan Allahumma salli ala muhammad Kalau kita yang bersalwat bunyi dia bukan begitu Bunyi dia mesti usalli ala muhammad Salam boleh Kita salam boleh usalli mu'alik Assalamu'alaika boleh Tapi salwat gimana? Salwat Allahumma salli ala muhammad Ya Allah bersalawatlah engkau atas muhammad Bukan usalli ala muhammad Itu bisa dia, itu menurutkan tasrif Jadi dalam ayat ini tengok, sangat tinggi kemuliaannya Sangat-sangat tinggi Kemudian Hal imtina Imtina ini Masya Allah satu penghargaan Apa dipanggil Melayu imtina? Gratitude inilah Gratitude nih Gratitude lah ya Apa dia? Ya Gratefulness lah Gratefulness Thankfulness Apresiasi, recognition, dan yang semakna dengannya. Jadi, sebagai penghargaan Allah pada kita, Allah bagi kita, imtinaan. Selepas Allah ciptakan kita, sembunakan ciptaannya, ditubuhkan roh, kemudian Allah kata وَاجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَرُ وَالْأَفْئِدَةِ Ayat itu ceritanya asalnya dia-dia-dia, dia cipta manusia, dia sembunakan dia, dia-dia-dia-dia Tiba-tiba, Dia jadikan bagi, Pendengaran, Penglihatan, Itulah namanya, Pada kita, Lagi sekali, Allah tak pernah cerita seperti ini, Kepada gajah, Pada malaikat pun tak pernah, Pada jin pun tak pernah, hanya kita yang disebutkan karakter seperti ini demikian juga dalam surah An-Nur yang kita dah pelajari yakni Ini kes lian Sebab kalau lah tuduhan berzina ini berlaku umum Tak kira orang yang menuduh zina Siapa kepada siapa Yang ini hukum kodaf Sebab 80 Bila tak ada 4 orang saksi Jikalah kodaf seperti itu juga berlaku antara suami istri Ya susah lah Suami istri susah Seperti itu dengan suami istri Ada peraturan sendiri Ada peraturan sendiri Sebenarnya Allah kata, لَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ Kalaulah tidak kerana Kurnia Allah Istiqaq dan istiqsas Itu sudah kita beli Al-Mubalagh wa-Fliqasi tadi saya sudah sebutkan Dan kemudian Taqid al-Shay'i Saya sebutkan tadi Dan yang terakhirnya, yang ke-12 Ta'ajub wal-Istiba'at Maksudnya mutakalim, ini kaitannya mutakalim semuanya Ini kaitannya mukadam dan mukhotab, mutakalim dan mukhotab, mutakalim dan mukhotab Kaitannya susunan-susunan ini yakni mutakalim dengan mukhotab Itulah Mula-mula mutakalim ini cerita kepada mukhotab, second person Cerita orang ketiga cerita orang ketiga dia ke mereka ke apalah kemudian selepas cerita orang ketiga pula cerita mukhotobnya orang kedua walhal yang dimaksudkan orang ketiga yang diceritakan sebelumnya itu yakni orang kedua itu syaratnya itu, itu namanya iltifat dan ada tujuannya ada dua belas itu Yang terakhir ini, si Mutakalim merasa pelik kepada sikap Mukhotob. Si Mutakalim menganggap anggapan andaian Mukhotob itu benda yang mustahil berlaku. Jauh. Istimewa. Tak mungkin seperti itulah. Sebab si Mukhotob, tengok ya, si Mukhotob kan berkeyakinan. Si Mukhafiz, saya ulangi sekali. Berkeyakinan. Dia pikir Allah memperlakukan mereka yang jahat Sama seperti mana Allah memperlakukan hambanya yang baik Dan itu mustahil Dimana letak keadilan Allah Jika yang menyebah dengan yang menentang Sama saja Jadi kalau orang jahat dengan orang tak jahat Orang syukur, orang kufur Orang jujur, orang bohong Orang mencuri, orang memberi Sama saja di akhirat Di dunia sama, di akhirat sama Ya... Apa gunanya ya? Kalau Allah bukan sama, maknanya Ya, sukar narka tak ada lah Mana yang lebih beruntung? Jika sama betul, Allah bukan sama Antara yang jujur dengan yang bohong Antara yang mencuri dengan yang memberi Antara yang baik hati dengan yang peningki Jika Allah berlakuan sama, siapa yang untung? Yang jahat ya? Yang jahat? Elok jadi jahat. Tapi kalau semuanya jahat, siapa jadi mangsanya? Jadi tak sama. Kan? La yastafiladina hal yastafiladina yaklamun Wadih yaklamun, Tuhan kata Adakah sama orang yang berilmu Yang tak berilmu? Tak sama Adakah sama orang yang celik dengan orang buta? Tak sama Adakah sama antara panas dan sejuk? Tak sama Adakah sama antara orang yang berpikir Yang tidak berpikir? Tak sama Tidak sama, yang belajar dengan tak berpikir? Tak sama, Al-Quran yang beritahu Jadi kalau kita kata, alah awak ini belajar tak belajar sama aja, salah. Mana belajar tak sama. Saya ini tak tahulah belajar tak belajar macam sama aja. Salah, belajar tak belajar boleh sama. Mesti tak sama lah. ala awak belajar bahasa arab saya tak belajar sama sama sama tak tahu cakap mana elok baik tak payah belajar ini awak belajar dulu asik thumma aina anta thumma aina anta badad zalika badad zalika kalau setakat itu takkan belajar 3 tahun bahasa arab asik kaifah haluk saya tak belajar pun kaifah haluk sama aja tak samalah kalau yang belajar dengan yang tak belajar sama aja, yang belajar itu memang mungkin sedang, memang tak belajar jika yang tak belajar berdasarkan dengan yang Yang belajar itu sama, yang belajar itu mungkin tidak belajar. Sebab itu sama. Kalau belajar betul-betul mesti tidak sama. Katanya sudah 3 tahun, 3 tahun bilangan harinya. Tapi mungkin memang tak belajar. Hanya daftar nama register itu aja. Mungkin tengok orang belajar ya. Tengok. Jadi, tak sama ya Boleh diperhami ini ya, ini bagi saya sangat penting sebab Maksud saya begini ya Tujuan ini, yang terakhir ini Belaria, irtifat ini Tujuannya bila kita membaca itu dapat merasakan itu Bukan tahu Domilnya bukan Bukan, bila sudah Tujuannya Kita kena rasakan, kita gunakan Oh ini yang dia Masakan, gitu Bukan tahu Oh ini irtifatnya, bukan Irtifatnya kan sudah dari awal Berapa siri dah Bila sudah sampai agrod Itu kait dengan rasa Bisa lah Cara membahas dengan rasa Tapi kalau mana iltifatnya Senang Senang sebab nampak Nampak, begitulah maksudnya Ya ibaratnya itulah Kalau di depan saya ada bawang, ada apa Bawang putih, bawang berat, mana cili Senang, ini cili Itu lepas Tapi udah gila kayaknya Dengan rasa cili Rasa garam Wah itu kena rasa sendiri Kena Hai garam tuh manis garam manis nantikan macam mana kena atuh maknanya tak betul kan Hai garam masin tipis atau garam manis mananya tak perlu rasanya salah nah itulah cara merasanya salah Terima kasih. Bukan garam yang salah, mungkin lidahnya yang... Artinya, bila baca agrod tadi tidak seperti mana semitu, bukan salah ayatnya. Kita yang... Saya rasa-rasa tak rasa pun... Itu sebab yang ini memang lain, bila agrod memang lain Yang sebelumnya saya tidak ada kisah sangat sebab senang, boleh dilihat Bila agrod, tujuan ini sudah nanti diamal, digunakan untuk seperti ini Itu ayat-ayat yang mewakili Daripada ayat-ayat yang lain Makanya banyaklah contoh-contoh ayat lain Tapi bila tahu koidahnya seperti itu Dan dilatih Bagaimana caranya Seperti yang saya selalu katakan Cara untuk memahaminya dengan betul Jika kita ingin berbeza dengan yang tidak belajar Bila kita yang belajar Ingin berbeza dengan yang tidak belajar Kasratul itla Banyak membaca Itu cara dia Membaca Artinya bacakan ayat Quran itu coba Yang dipelajari Oh dibagi tanda Sebab begitu dahulu kami diajar Belajar nabu Belajar sorot Baca Al-Quran Ya mungkin dari yang sederhana Oh saya nak kenal Fa'il Mana-mana yang fa'il kita ditanda Ya memang begitulah namanya belajar Fa'il sudah Oh ini lama-lama Quran itu penuh tanda. Bukan penuh tulisan. Bukan terjemahan. Terjemahan. Ada terjemahan apa tak perlu ditulis terjemahan. Kalau belajar Nahu tidak perlu terjemahannya. Dibagi tanda. Ini saya gitu. Ini. Jadi dibaca. baca tuh Oh oh iya itu cara dia singgah ada kami dahulmasya berarti ada Quran khas di wajah bersosok dan hanya untuk diberi tanda bukan untuk diterjemahkan sebab terjemahan tak risau terima jangan terlalu risau tentang terjemahan kalau tak tahu Tengok saja komos sudah jumpa itu jadi kalau diterjemahkan ya susah sikit ada diberi tanda Oh sawit anda ini hal Oh dia masih nimafulbi Katakanlah kalau nahwuh Kan Oh ini sifatnya Kalau balagoh ya Oh ini bayannya disini nih Bayannya dibagi tanda Macam itu saja Itu mudah Hanya perlu Usaha sikit saja Tidak perlu banyak-banyak Usaha sikit saja Terima kasih.