Halo guys, balik lagi di Korea Realmeet bersama orang Korea yang medok Oke pola-pola, video kali ini aku mau menceritakan sebuah kejadian nyata yang terjadi di Korea Dan ini merupakan kejadian yang cukup mengagetkan Bahkan dikarenakan kejadian ini, muncul juga sebuah undang-undang yang diatasnamakan korban dari kejadian kali ini Nah, korban kali ini adalah anak berusia 6 tahun Nah, apa yang terjadi? Langsung kita mulai Kejadian ini terjadi pada tanggal 20 Mei tahun 1999 di kota Deku. Kalau waktu itu aku udah di Malang.
Aku lahir 1994 ke Indonesia 97-98an. Sorry, lanjut lagi. Lebih tepatnya di daerah timurnya kota Deku.
Di situ ada sebuah keluarga yang memiliki dua orang anak. Dan anak bungsunya ini bernama Kim Tae-wan berusia 6 tahun pada waktu itu. Dan kalau polo-polo lihat kalender tanggal 20 Mei 1999 itu merupakan hari Kamis. Dan itu merupakan harinya Tae-wan itu ada les piano. Tentunya agak berbeda dengan Korea yang sekarang 25 tahun yang lalu.
Tempat lesnya itu terletak dekat dari rumah sehingga anaknya itu pergi ke tempat les sendiri dan pulang sendiri. Ya tentu nggak bener-bener sepenuhnya sendiri tapi bisa bareng temennya gitu. Dan waktu-waktu itu kan masih, oh boy ya, dunia itu masih nggak terpolusi banget ya. Kesannya kayak orang jahat itu nggak terlalu banyak.
Kalau sekarang ini kan kita kayak nanti anaknya jalan sendiri, kena gimana, kena gimana. Kita kan sangat-sangat mengantisipasi kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Tapi waktu itu kan nggak terlalu ya.
Nah sehingga biasanya Gim Dewan ini pergi ke tempat lesbiano sama temennya. Mereka berdua aja tanpa ditemani sama orang tuanya. Waktu itu jam menunjuk sekitar jam 11 pagian.
menuju siang gitu. Gim Dewan sama temennya bernama Li, bermarga Li. Mereka jalan berdua, tiba-tiba ada seseorang yang menarik rambutnya Gim Dewan. Ditarik gini.
Nah tentunya Gim Dewan yang rambutnya ketarik, dia itu menoleh dan menghadap ke orang yang menarik rambutnya. Waktu noleh pas mau ngeliat, tiba-tiba ada sebuah cairan yang langsung disiram ke arah muka dan juga bahkan ke dalam mulutnya Gim Dewan. Kim Tae Hwan yang masih berusia 6 tahun tentu nggak tahu apa yang disiramkan Tapi dia bisa merasakan rasa pedih, panas, dan kayak rasa kebakaran di bagian muka dan juga di dalam mulutnya Sedangkan temannya yang bermargali ini sebenarnya juga merupakan anak tuli Sehingga dia melihat kejadian ini pun dia nggak bisa bener-bener memastikan apa yang terjadi Tapi yang pasti, Gimtaewon itu kesakitan sehingga dia itu merangkak berusaha mendekati ke arah rumahnya dan juga sambil berteriak. Untungnya, mamanya itu mendengarkan suara anaknya.
Ya, pola-pola tau kan ya, seorang ibu pasti mengenali suara anaknya. Mamanya itu langsung keluar dari rumah dan mencari Gimtaewon. Untungnya, mamanya itu bisa menemukan Gimtaewon tidak terlalu lama setelah kejadian. Tapi meskipun mamanya berhasil menemukan Gimtaewon secara langsung, Kondisi Kim Tae-won pada waktu itu sudah lumayan parah. Cairan yang disiramkan ke muka dan juga dalam mulutnya Kim Tae-won ini merupakan cairan asam sulfat.
Dari namanya aja udah terkesan cairan yang sangat membahayakan ya, Tom. Asam sulfat ini bisa dibilang merupakan zat kimia yang digunakan untuk pembuatan aki gitu-gitu. Coba pol-pol cari. Bukan cairan yang aman untuk disiramkan, disemprotkan, ataupun disentuh. tubuh manusia.
Ya, cairan korosif. Tapi bayangkan, cairan kayak gitu disiramkan ke muka bola mata dalam mulut. Udah gitu, yang kena ini merupakan anak berusia 6 tahun. Mamanya Gimtewan melihat itu sangat kaget. 10 menit yang lalu, anaknya itu masih ketawa-ketawa, masih senyum melihat mamanya, terus bilang, Ma, aku lesbiano.
Tapi tiba-tiba, anaknya ini sekarang menangis dan udah terbakar. Kondisinya ini bahkan... Baju yang digunakan pun itu udah kayak meleleh gitu. Melihat ini ibunya itu langsung memindahkan Kim Taewon ke rumah sakit.
Berharap bisa diobati dan menyelamatkan nyawa anaknya. Setelah dipindahkan ke rumah sakit tentunya dokter melihat kondisi Kim Taewon. Dan tentunya ibunya itu berharap ini luka bakar yang paling tidak masih bisa diobati atau tidak terlalu fatal.
Dokter melihat kondisi Kim Taewon dan bilang seperti ini kepada ibunya. Ibu. Mohon maaf, tapi luka bakar yang dialami oleh putra ibu ini mencapai di tingkat 3 Tingkat 3 Tingkat 1 dan 2 itu biasanya lumayan masih tergolong luka bakar ringan Tapi 3 ini bisa dibilang luka bakar yang sangat parah Dan ini terjadi pada anak usia 6 tahun bayangkan Selama anaknya diobati, mamanya Kim Tae Won ini langsung melaporkan kejadian ini kepada kepolisian Deku Dan kepolisian Deku datang melakukan investigasi Terima kasih Tapi masalahnya ini kan tahun 19. 99 tentunya CCTV gak banyak orang kamera aja waktu itu masih merupakan barang yang jarang gitu tapi pokoknya polisi melakukan investigasi namun polisi itu mulai kayak kesusahan dalam mencari clue karena saksi yang ada itu cuma dua Kim Taewon sama temennya sedangkan Kim Taewon karena matanya itu udah cedera dia itu sedikit kesusahan udah gitu harus diobati sehingga membutuhkan waktu untuk bisa berbicara dengan polisi sedangkan temennya menyegim dewan yang bermargali dia itu anak tuli yang mengakibatkan dia itu sedikit telat gitu loh melihat kejadian dan juga tidak bisa memberikan penjelasan penuh kepada kepolisian tapi di luar itu satu hal yang disayangkan adalah berbeda dengan zaman sekarang, kalau sekarang meskipun saksinya itu anak kecil, selama apa yang disampaikan oleh anak kecil itu konsisten, itu bisa dibilang ada kekuatan hukumnya tapi tahun 1999 kepolisian itu sedikit tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh temennya Gimtewan dan juga Gimtewan sepenuhnya kayak dianggap, duh anak-anak itu tau apa sih palingnya mereka cuma melihat salah terus masa pake ini kita nyari pelaku kesannya agak kayak gitu sehingga polisi itu kayak bener-bener tergoyang untuk menangkap pelakunya, tapi di satu sisi mereka tidak mendengarkan ataupun melihat popot dari apa yang disampaikan oleh Gimtewan dan temennya pada waktu yang sama Gimtewan ini masuk ke ruang operasi dan dan menjalani operasi. Dan sekitar pukul 10 malam akhirnya Gimtaewon ini selesai operasi dan dipindahkan ke ruang IGD. Dan barulah papanya itu datang dan melihat kondisi anak putranya yang tentunya sangat berbeda dengan putranya yang dia lihat di pagi hari.
Di saat bapak dan mamanya Gimtaewon ini begitu shock, polisi juga mempertanyakan kepada orang tuanya Gimtaewon. Bapak, ibu, kami paham bapak dan ibu ini sekarang tentu penuh dengan kesedihan. Tapi akhirnya Apakah ada seseorang yang mungkin bisa papa atau ibu pikirkan.
Seseorang yang punya dendam mungkin ke bisnis papa ataupun ke ibu. Ataupun orang yang ya sempat ada masalah gitu. Ada gak bu yang agak janggal di hati. Papanya mikir. Mamanya juga mikir.
Tapi anehnya. Keluarganya Gintawan ini gak punya masalah dengan orang-orang sekitar. Sehingga papa dan mamanya bilang.
Saya gak ada tuh orang yang pernah ada masalah. Ataupun orang yang pernah ada. Kejanggalan di dalam hati saya Kayaknya gak ada pak polisi Saya gak ada list orang-orang yang saya curigai melihat kejadian ini Jujur ini merupakan cara investigasi yang benar Karena seseorang melukai anak kecil itu biasanya memiliki motif untuk melukai orang tuanya Tapi kalau mau nyerang orang tuanya mungkin gak bisa atau gimana Sehingga yang jadi korban itu anaknya Tapi masalahnya orang tuanya ini gak ada masalah dengan orang-orang sekitar Yang berarti pelakunya ini adalah orang random Soal ini Sedangkan kondisi Kim Tae Won pada waktu itu, anak yang berusia 6 tahun ini bisa dibilang badannya itu udah berwarna hitam semua.
Hanya ujung jari tangan sama jari kaki yang warnanya itu kayak kulit manusia. Yang lainnya itu bener hitam kebakar. Bukan warna kulitnya yang hitam, kayak hitam kebakar yang kering banget gitu. Jujur, membayangkan anak berusia 6 tahun harus melewati kondisi kayak gini, ini sangat menyakitkan hati ya toh. Nah, untuk...
Untungnya Gimtaewon yang kondisinya udah sakit kayak gini, dia itu masih menyadarkan diri dan sanggup melakukan komunikasi dengan ibunya. Dan di dalam kondisi kayak gini, yang disampaikan sama Gimtaewon adalah sebuah kata yang lebih menyakitkan hati ibunya. Gimtaewon bilang kayak gini, Ma, ini kan aku di rumah sakit, nanti papa, tante, sama kakakku dateng. Enggak sih ke rumah sakit untuk jenguk aku? Kalau iya, nanti muka ku mama tutupin aja ya, Ma.
Loh, kenapa? Aku kan suka banget sama keluarga, sama saudara-saudara aku. Tapi aku enggak mau, Ma.
Mereka melihat... Lihat aku yang kayak gini. Ya termasuk papa. Meskipun papa itu orang nomor satu di dalam hatiku.
Aku gak pingin nunjukkan mukaku yang kayak gini ke papaku. Bilang kayak gitu. Aku pun yang baca ini itu bisa merasakan kesedihan.
Dari tulisan-tulisan yang aku baca. Aku gak bisa membayangkan. Kayak apa rasanya ibu kandungnya Kim Taewon.
Mendengarkan ini dari Kim Taewon. Yang berbaring di rumah sakit dan diperban seluruh tubuhnya. Dan pada tanggal ini. Tanggal 20 Mei tahun 1999, Gimtewan ini dipindahkan dari ruang IGD ke ruang biasa.
Nah tapi jujur kondisinya Gimtewan ini nggak bisa dibilang membaik. Karena luka bakarnya ini bisa dibilang tubuhnya Gimtewan itu masih agak meleleh. Khususnya di bagian mulut.
Bagian mulut ini kan agak basah ya. atau nggak kering. Nah, tapi diakibatkan luka bakarnya, darah, dahak itu terus-menerus keluar. Dan masalahnya ini itu harus dikeluarkan.
Sehingga harus disedot menggunakan bantuan alat. Di luar itu, karena asam sulfatnya itu bahkan masuk ke dalam organ dalam, internal organ, paru-parunya ini agak mengeras. Dan untuk mencegah pengerasan paru-paru, karena paru-paru kan harus... Dulu kita belajarkan ya di buku biologi gitu, ini bisa membesar, mengecil gitu.
Tapi kalau ini mengeras, nanti nggak bisa nafas. Dan untuk mencegah itu, dalam kondisi tubuh gimtewan yang udah penuh dengan luka bakar itu, punggungnya itu harus di... tepuk-tepuk biar paru-parunya itu gak mengeras gitu jadi mamanya harus melihat putranya yang berusia 6 tahun yang kesakitan itu di tepuk-tepuk di punggungnya udah sakit di tepuk-tepuk punggungnya Dan mungkin mamanya Gimdaewon itu pasti ngerasa kayak Wah dunia ini udah gak ada harapan Anakku udah kayak gini gitu Tapi untungnya dokternya itu masih menguatkan ibunya Bilang kayak gini Anak ibu memang sekarang lukanya lumayan parah bu Tapi saya bisa melihat mental Gimdaewon ini kuat bu Dia gak nyerah bu Dia ini masih berusaha untuk hidup Dia ini masih pengen hidup sama mamanya bu Saya tahu bu ini bukan perjalanan yang mudah Tapi Ibu gak boleh lemah disini Ibu harus kuat Biar Gimtaewon ini juga bisa terus hidup bersama ibu Ibu semangat bu Jangan melepaskan harapan bu Terus pegang bu Ibu bisa Gimtaewon ini mentalnya kuat bu Mendengar itu ibunya yang bener-bener kayak udah mau nyerah Merasa kayak ya aku ini ibu Aku ini mamanya Gimtaewon Aku bisa Dia menguatkan dirinya Dan mulai mengobati Gimtaewon itu lebih semangat lagi Tapi Dua hari setelah itu 27 Mei 1999 Gimtaewon Kondisi Kim Taewon itu memburuk lebih lagi dari sebelumnya. Dan bahkan rumah sakit itu tanya ke ibunya. Ibu, jujur sepertinya pengobatan yang kita lakukan ini sudah gak bermakna lagi, ibu.
Kalau ibu udah siap, kita bisa melepaskan alat bantu nafas yang sekarang digunakan oleh anak ibu. Kalau ibu udah siap, boleh disampaikan ke pihak rumah sakit ya, Bu. Alias, gimteon ini nggak bisa disembuhkan, dan gimteon itu bisa dibilang tidak ada harapan tanpa alat bantu pernafasan. Dan tidak terlihat juga kemungkinan untuk sembuh dari kondisinya saat ini.
Mendengar itu, ibunya sangat shock dan melihat putranya baik-baik. Aduh, ini gimana? Tapi waktu itu, hewan itu bilang ke mamanya kayak gini, Ma, ini kan aku di perban, Ma.
Sekarang nggak bisa lihat apa-apa. Ini kapan, Ma? Aku bisa ngelihat muka mama, muka papa. Aku udah kangen loh sama mama dan papa. Jadi sebenarnya...
Gimteon itu gak dibilangi kalau dia itu kena asam sulfat Dia itu cuma dibilangi Oh kamu kena air panas Toh Gimteon ini masih berusia 6 tahun Masih gak paham apa itu asam sulfat Sehingga Gimteon ini bisa dibilang Masih menunggu hari untuk melihat mama dan papanya langsung dengan bola matanya. Dan untungnya pada bulan Juni tahun 1999, dokter bilang kalau mau dibuka perbannya, boleh kita coba buka perbannya. Kim Taewon yang udah menunggu-nunggu hari dibukanya perban itu, udah gak sabar.
Dia pengen banget ngeliat muka mama dan papanya. Perbannya dibuka pelan-pelan, dan di waktu buka, dokternya itu ngerasa, wah ini, kayaknya. Ada yang gak bener, karena waktu perban ini dibuka pelan-pelan, kornea matanya Kim Tae-won ini ternyata lengket di perban dan ikutan terambil dari badannya.
Jadi waktu perban ini sudah selesai dibuka. Gim Dewan itu malah tanya, Nuh ma, perbannya udah dibuka kan ma? Kok masih gelap ma? Lampunya belum nyala ta ma?
Mama dan papanya yang melihat Gim Dewan yang sebenarnya udah terbuka, tapi masih gak bisa melihat mama papanya. Hatinya itu serasa udah robo dan bener-bener hancur bagaikan kayak debu. Kim Taewon yang kondisinya masih belum sehat akhirnya terus-menerus dirawat di rumah sakit bahkan hingga 40 hari ke depan.
Dan diakibatkan penglihatannya yang udah gak ada, Kim Taewon ini jadi sangat sensitif pendengarannya. Ya memang manusia kayak gitu ya. Kalau misalnya kita punya semua indera, kita itu agak merata. Tapi kalau misalnya kita gak punya sebuah indera, biasanya indera yang lain itu menjadi lebih...
pekah lagi. Gimtewan ini jadi sangat pekah dan bahkan dia itu tahu kalau di luar itu lagi hujan ataupun hujan rintik. Dia itu bisa mengetahui kondisi sekitarnya hanya dari suara yang terdengar.
Tapi masalahnya kondisi badannya itu terus-menerus memburuk dan sama kayak kita yang dewasa ataupun orang-orang yang sehat. Kalau kita agak sakit gitu ya, agak nggak fit gitu ya, kondisinya lagi kurang sehat gitu, kan pasti agak diare ya. Nah, Gimtewan ini terus-menerus diare dan karena sakit, kalau dia nangis, kan ini.
ini jadi basah. Dan karena dia nangis, itu jadi pedih, dia sakit, dia itu nangis lagi. Jadi kayak karena badannya gak enak, sakit, nangis, pedih, lebih sakit lagi. Ini terus-menerus berulang. Dan saking sakitnya, Gim Dewan ini mulai kesusahan tidur, dan bahkan mamanya itu harus bilang ke Gim Dewan, nak, kamu jangan nangis.
Karena mamanya itu bisa melihat anaknya yang kesakitan saat meneteskan air mata yang menyentuh luka-luka bakar di bagian muka anaknya. Dan pada tanggal 8 Juli tahun 1999, Kim Taewon yang udah bertahan begitu lama di rumah sakit selama 49 hari, akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya. Dan tentu ini membawa kesedihan yang cukup besar kepada masyarakat Korea dan juga orang-orang itu sangat berharap pelakunya itu bisa segera ditangkap. Sekarang kita sampaikan bagaimana perjalanan investigasi yang dilakukan oleh kepolisian.
Jadi kepolisian sebenarnya juga sempat melakukan kayak tanya-tanya gitu kepada Kim Tae Won waktu dia masih hidup. Tapi jujur apa yang disaksikan sama Kim Tae Won itu tidak terlalu banyak. Tapi kalau berdasarkan ingatannya, Tae Won itu sempat melihat guru lesnya yang ada di dekat situ.
Cuman sampai situ. Sedangkan temennya yang bernama Lee Yang Tu Lee. Dia itu bilang kalau dia itu sempat melihat seorang bapak-bapak, lebih tepatnya bapak yang jualan ayam goreng di dekat tempat situ. Tapi polisi merasa kayak itu nggak terlalu penting, sehingga kayak tidak mencari tahu ataupun menginvestigasi orang yang punya toko ayam goreng itu.
Bapak yang punya toko ayam goreng ini bernama Pak Kim, oke? Jadi kondisinya, dewan itu cuma ingat di dekat situ kayaknya dia sempat melihat guru lesnya. Sedangkan kalau Li, dia itu melihat. Bapak yang mirip sama orang yang jualan ayam goreng di dekat rumahnya itu Melihat itu orang tuanya Gimtaon itu akhirnya dasar polisi Pak ini loh kok bapak yang jual ayam goreng gak diperiksa Kan ini anak udah bilang terkesan kayak itu Ya kan harusnya diperiksa pak ada perlunya untuk dicek kok gak dicek sih pak Polisi bilang kayak gini Nah bu itu kan yang bilang anak kecil juga dan gak ada buktinya kita mau investigasi gimana juga Tapi ya karena ibu udah bilang kita coba Ngomongnya kayak gitu Akhirnya polisi ini tanya ke bapak yang jual ayam goreng itu Bapak benar pak, pada hari H datang ke lokasi pak Dan bapak kenapa ke situ? Bapaknya ini bilang kayak gini Oh, hari itu saya itu gini pak Saya di toko, tiba-tiba ada orang bilang Weh, selamatin tewan gitu Weh, tewan dibantu, dibantu gitu Nah, saya keluar ke tempat itu pak Nah, makanya saya di situ Dan mungkin itu yang dilihat sama itu temannya tewan yang bernama Li itu pak Itu yang disampaikan sama bapak yang punya toko em goreng.
Sedangkan warga sekitar itu gak ada yang mendengarkan kata, eh tewan dibantu, eh selamatin tewan. Itu gak ada yang denger. Sehingga ini agak mencurigakan tapi ya cuman sebatas itu. Dan bisa jadi ya, misalnya mamanya tewan itu teriak kayak gitu atau gimana dan karena gak ada CCTV ini menjadi lebih susah lagi dipastikan apa yang benar dan apa yang salah. Dan untuk menyelesaikan kejadian ini 12 orang ahli kayak ahli medis, ahli profiler semua itu didatangkan dan melakukan investigasi Tapi mereka tidak berhasil menemukan kunci yang bisa menyelesaikan kasus ini dengan kayak plong gitu Sehingga Pak Kim yang punya toko ayam goreng itu pun akhirnya tidak mendapatkan hukuman apa-apa Dan yang lebih menyedihkan lagi Di Korea ini kan dulu ada yang namanya Gong So Si Ho dan sering muncul di drama-drama Korea, khususnya di drama-drama kriminal.
Kalau ada sebuah kejadian kriminal, ini jalan 15 tahun ataupun 25 tahun, beda jenis kriminalnya, beda masanya. Kalau udah melalui masa ini, kasusnya itu dianggap hangus gitu. Karena kalau enggak, kasus yang harus diselesaikan polisi itu menjadi terlalu banyak. Dulu itu ada hukum kayak gini.
Dan diakibatkan itu, kejadiannya tewan ini... Akhirnya dihapus. Nah, di awal video tadi, aku kan sempat bilang ada undang-undang yang dibuat dengan namanya korban ya.
Jadi memang benar, diakibatkan kejadian ini, muncullah undang-undang yang dinamakan undang-undang tewan yang menghapus konsep masa kadaluarsa dari sebuah kriminal ini. Tapi yang menyedihkan adalah, undang-undang tewan ini tidak berhasil diberlakukan di kejadiannya tewan. Jadi, Undang-Undang Dewan ini menyelamatkan kasus yang terjadi setelah tanggal 1 Agustus tahun 2000 Tapi untuk kasusnya Dewan sendiri itu tidak berhasil diterapkan Sehingga misalnya pun pelakunya itu tiba-tiba bikin live YouTube bilang Saya yang dulu sebenarnya menyeramkan asam sulfat Meskipun dia sendiri bilang dan menunjukkan bukti Dia ini udah tidak bisa dihukum karena di mata hukum ini kejadian udah dihapus Jadi Undang-Undang Dewan itu mengupgrade kualitas hukum di Korea, tapi dia mengorbankan dirinya. Tentu warga-warga Korea itu sangat berterima kasih, tapi mereka harus kehilangan anak putranya.
Jadi Undang-Undang Tewan ini mulai diperlakukan pada tanggal 24 Juli tahun 2015 dan ini berlaku untuk kejadian-kejadian yang terjadi setelah tanggal 1 Agustus tahun 2000. Sedangkan kejadiannya Tewan ini tahun 1999 sehingga tidak mendapatkan perlindungan dari Undang-Undang Tewan. Dan sebenarnya ini diakibatkan sedikit keterlambatan penerapan hukuman secara administrasi. Jadi ada yang bilang kalau misalnya pemerintah Korea itu lebih tak-tak-tak-tak, mungkin kejadian Dewan sendiri ini masih bisa diselamatkan.
Tapi diakibatkan itu kejadiannya Dewan ini tidak mendapatkan perlindungan dari undang-undang Dewan. Kalau misalnya waktu itu ada CCTV, mungkin hal ini bakal lebih mudah. Tapi... Waktu itu gak kayak sekarang CCTV-nya mungkin ada pun sangat jelek kualitasnya. Sehingga kayak gak guna gitu loh.
Kayak gak bisa digunakan untuk apa-apa. Jadi memang instalasi CCTV itu ada pro dan kontra. Kalau di Asia, kebanyakan negara-negara Asia itu lumayan oke dengan ini.
Tapi kalau setauku di daerah Eropa itu sedikit kurang oke dengan adanya CCTV. Kayak ngapain pemerintah itu harus mengintai gerak-gerik kita. Nah kalau Bolo-Bolo gimana? Kalau menurutku sih mayoritas dari Bolo-Bolo tentunya setuju dengan adanya CCTV Karena kita merasa aman gitu ya Tapi kalau misalnya Bolo-Bolo punya pendapat yang lain juga mohon tuliskan Oke Bolo-Bolo jadi video kali ini sampai disini Berharap kedepannya tidak ada lagi kejadian-kejadian yang menyakitkan anak-anak kecil Ataupun kejadian-kejadian yang harus mengorbankan nyawa kecil Oke Bolo-Bolo makasih udah nonton video kali ini dan sampai jumpa di video selanjutnya