Cucu, iye-ie, nyak dateng, Tung. Tapi Tung rewel lagi. Iya nih, Bang.
Gerak terus dia. Kagak bisa diem. Hahaha, gatel dia.
Pengen latihan silat kali. Semoga anak kita tumbuh jadi anak yang soleh, ya. Amin. Didikan Bang Piung dan Nyak Pinah membuat Pitung tumbuh jadi anak yang berbakti. Nyak, Be, Pitung berangkat ngaji dulu, ye.
Ye, hati-hati, Tung, belajar yang benar. Salam buat haji napiin, ye. Iye, Be, Pitung pamit. Assalamualaikum.
Waalaikumsalam. Bisa dibiarkan Eh, apa-apaan itu? Segera kamu bayar Kalau tidak, rumah ini aku ambil Ampun Tuhan, saya sudah tidak punya uang Uh, dasar kompen nih Beraninya, ame rakyat kecil.
Tunggu aja kalau aneh besar nanti. Ketika usianya sudah cukup besar, si Pitung menimba ilmu di pesantren Naipin. Tung, habis ngaji, lu belajar silat ya?
Iya, Baji. Ha! Ha! Ha!
Ha! Ha! Hingga tiba waktunya bagi Pitung untuk kembali ke rumah.
Ji, Pitung pamit pulang kamu ngalaman. Terima kasih buat semua ilmu yang didapet. Iya Tung, lo salah satu murid terbaik disini.
Pesanaan nih, gunain ilmu yang lo dapet buat kebaikan ya. Insya Allah, Ji. Sekembalinya Pitung dari pondok pesantren Haji Naipin, Pitung membantu ayahnya untuk mengurus kambing.
Pitung biasa mengembalakan dan menjual kambingnya di pasar tanah abad. Semoga kambingnya kali ini terjual tinggi. Bang, kambingnya dijual berapa?
Murah aja, Kong. 25 gulden aja. Gak bisa kurang nih Kambing aneh gemuk-gemuk kong Dikasihnya rumput pilihan Yaudah deh Nih duitnya Makasih ya kong Alhamdulillah Untuk besar nih aneh Babe sama amaknya Pasti seneng nih Hei, kalau jalan lihat-lihat, siapa namanya lo? Eh, maaf bang, namanya Aye Pitung dari Rawabelong. Lain kali, hati-hati kalau jalan.
Tidak masalah, pergi lo. Iya bang, lain kali, aneh lebih hati-hati. Uh, galak amat orang.
Lah, duit aneh. Jangan-jangan, waktu senggolan tadi. Ane harus mastiin. Kita kaya nih. Mantep, Bang Rais.
Hei, kalian. Ternyata benar. Kalian yang ambil duit Ane.
Duit apa? Pergi sana loh. Orang gue nemu di jalan. Pergi sebelum jadi pekedel. Uh, kesat perampok.
Ane belum mau pergi sebelum duit Ane kembali. Ehh... Heah! Ehh, tangguh juga dia.
Maju sini loh! Heah! Rasain nih! Kalian tuh ya, masih pengen diajar lagi?
Ampun bang. Kami ngaku kalah. Kalian ngerampok orang yang salah. Rampok tuh kompeni noh, yang udah ngerampok bangsa kita.
Ampun bang, kalau kompeni kita belum mampu bang. Lawan abang aja kita udah kalah. Mereka punya senjata, Bang.
Kita cuma tangan kosong. Ah, Bang Pitung kan kuat. Mau nggak jadi ketua kita?
Kita rampok kompeni. Merampok kompeni? Baiklah, aneh mau. Tapi aneh punya syarat. Hasil rampokan bukan buat kita, tapi dikembalikan ke rakyat.
Baiklah, Bang. Beberapa waktu kemudian... Kelompok si Pitung pun beraksi. Rais, Siyi, kalian ke sana, aneh ke sini. Siap, Bang.
Ayo, kita cabut. Pitung, Rais, dan lainnya berhasil merampok rumah salah satu kompani. Namun mereka tak mengambil harta tersebut, melainkan membagikannya pada orang-orang miskin.
Hal itu dilakukan berturut-turut setiap malam. Ini tidak bisa dibiarkan. Berani-beraninya dia merampok rumah saya.
Tangkap si Pitung dan kawan-kawannya, cepat! Akhirnya, satu persatu kawanan si Pitung mulai tertangkap. Mulai dari Ji-I, Rais, dan lainnya. Dan hanya tersisa si Pitung saja.
Kalian mau nangkep Pane? Emangnya kalian sanggup? Hei! Bagi kalian dari sini, sebelum aneh, si Pitung, anak rawa belong, melumat kalian semua. Si Pitung pun berhasil melumpuhkan kompeni dengan kesaktian miliknya.
Kisah kepahlawanan si Pitung ini terkenal hingga sekarang. Dan dia pun menjadi legenda dari Jakarta. Konon katanya, si Pitung wafat karena tertembak peluru emas.
Beliau dimakamkan. di Rawabelong. Tuan Putri dan Pendekar Raja Wali Apa yang harus aku lakukan? Ah, aku jadi bingung.
Ayah, kenapa kau terlihat murung? Bukankah ayah harusnya senang karena aku punya adik putri lagi? Justru itulah putri sulungku.
Ayah berharap kali ini yang lahir adalah seorang putra yang bisa meneruskan tata ini. Namun malah lahir seorang putri lagi. Sesuai dengan adat kerajaan, jika aku mempunyai tujuh orang putri, maka salah satu dari kalian harus aku korbankan untuk Raja Wali Raksasa. Ah, benar juga, Ayah. Tentunya aku tak ingin kehilangan salah satu dari kalian.
Ayah sedang kebingungan, putriku. Tapi ayah, salah satu dari kami harus mengalah. Karena aku yang paling besar, maka aku saja yang berkorban. Tidak boleh putriku.
Seandainya saja ada yang bisa mengalahkan Raja. Raja Wali Raksasa itu... mengalahkan.
Tunggu dulu. Betul juga. Akanku buat sayembara.
Satria yang bisa mengalahkan Raja Wali Raksasa itu... akanku nikahkan denganmu, Putri Sulungku. Itu jauh lebih baik, Ayah.
Aku setuju. Tujuh, dengan begitu ritual ini bisa berakhir untuk selamanya. Maka keesokan harinya... Semua kesatria di negeri ini yang bisa mengalahkan Raja Wali Raksasa, dia akan menjadi suami dari Putri Raja. Wow, ini akan menarik sekali.
Aku akan menjadi pangeran kerajaan ini. Menurut peramal istana, Raja Wali Raksasa itu akan muncul seminggu lagi. Jadi, mulai sekarang latih dan perdalamlah ilmu serta kesaktian kalian.
Satu minggu kemudian, semua kesatria dari seluruh negeri mulai berlatih. Sementara itu, Raja memerintahkan untuk membuat sebuah pendopo jauh di tengah hutan. Di pendopo itulah putri pertama akan memancing kedatangan Raja Wali Raksasa. Raja juga menyiapkan berbagai macam kue dan soko atau nasi ketan sebagai umpan.
Tak terasa seminggu berlalu, putri diboyong ke pondok di tengah hutan. Bertahanlah putriku, kami akan berada di dekat sini untuk melindungimu. Tak apa ayah, aku percaya ayah. Lagipula ada banyak sekali kesatria yang ikut serta. Benar, ayah yakin salah satu dari mereka bisa mengalahkan Raja Wali itu.
Putri pertama pun ditinggal sendiri di pondok itu. Suara apa itu? Apakah itu Raja Wali? Seorang putri bangsawan, sedang apa di hutan seperti ini?
Ah, aku sedang memancing kedatangan Raja Wali Raksasa. Hah, Raja Wali Raksasa yang hanya ada dalam legenda itu. Itu bukan hanya legenda, Tuan.
Burung itu benar-benar ada. Jika raja memiliki tujuh orang putri, maka salah satunya harus dikorbankan kepada burung itu. Sudah menjadi tugasku sebagai putri pertama untuk berkorban, Tuan. Wah, sungguh berbahaya sekali. Saya akan menemani Tuan Putri di sini.
Ah, tidak perlu. Ayah dan para kesan-kesan, Putriah sedang mengintai tidak jauh dari sini. Tidak apa.
Aku ini sudah sering menghadapi hewan buas. Paling tidak aku bisa menemani Tuan Putri di sini. Ah begitu.
Terima kasih Tuan Pengembara. Aku duduk disini saja ya Iya silahkan tuan Pengembara itu lantas menemani putri pertama menunggu kedatangan sang Raja Wali Hmm, pemuda ini menarik sekali. Dia juga baik. Semoga saja dia bisa mengalahkan Raja Wali itu dan menjadi suamiku. Hihihi.
Tuan pengembara, bangun! Burungnya! Wah, besar juga dia. Perhatian Raja Wali itu teralihkan oleh tumpukan kue beras. Ini kesempatanku.
Tali saktiku, bantu aku menjerat Raja Wali. Tali itu. Tali apa itu?
Ia bisa bergerak sendiri. Tali itu membelit tubuh Raja Wali dengan kencang. Bagus tali saktiku. Ikatlah erat-erat burung itu. Namun burung Raja Wali itu mampu melawan.
Tali sakti milik pengembara pun terputus. Gawat, terpaksa aku harus menggunakan badik sakti. Badik saktiku, tolong bantulah aku. Badik itu?
melesat lurus ke arah Raja Wali Raksasa. Pertarungan pun terjadi. Tidak sanggup melihatnya. Akhirnya, badik sakti itu berhasil mengalahkan Raja Wali.
Lah, berhasil! Hah, Tuan Putri, kau sudah aman sekarang. Raja Wali itu tidak akan mengganggu lagi.
Eh? Nah, aku pergi dulu ya. Terima kasih, Tuan.
Tapi, tunggu sebentar, Tuan Pengembara. Tolong bawalah kain selendang ini sebagai ucapan terima kasihku. Baiklah, akan kusimpan baik-baik. Terima kasih.
Sampai jumpa, Tuan Putri. Tak lama setelah pengembara itu pergi, para kesatria datang bersamaan. Di mana Raja Wali itu? Tidak akan kubiarkan kau menyentuh Tuan Putri.
Ah, Raja Wali itu. Itu sudah kalah. Itu ada di sana. Raja Wali ini sudah tidak bergerak.
Siapa yang melakukannya? Gawat, jika begini, misi kita gagal. Tidak ada kesempatan untuk menikah dengan dia.
dengan putri raja. Kita bawa saja dagingnya sebagai bukti kepada raja kalau kita yang melakukannya. Ide cemerlang. Maka, para kesatria itu pun berebut untuk mendapatkan bagian tubuh raja wali.
Setelah itu, mereka mengantar putri pulang kembali ke istana. Putriku, Kau selamat! Ayah! Para kesatria negeri ini memang hebat. Lalu, siapakah yang berhasil mengalahkan Raja Wali itu ya?
A-anu, sebenarnya... Sebenarnya mereka tidak melakukan apapun, ayah. Seolah-olah mereka tidak melakukan apa-apa.
Orang pengembara Allah yang telah mengalahkan Raja Wali itu? Ia pergi begitu saja setelah mengalahkan Raja Wali itu. Tapi, ia telah kuberi selendangku sebagai bukti bahwa dialah yang telah berjasa. Hmm, kalau begitu tak ada yang menjadi pemenang Tapi kembalinya kau dengan selamat juga patut dirayakan Besok akan kuumumkan keputusan sayembaranya Baiklah ayah Kau istirahatlah dulu putri sulungku Iya ayah Keesokan paginya Wahai seluruh rakyatku Dasarkan cerita dari putriku bahwa orang yang telah mengalahkan Raja Wali itu adalah seorang pemuda pengembara. Dia bukanlah rakyat negeri ini.
Oleh karena itu, walaupun Raja Wali itu telah mati, tidak seorang pun di antara kalian yang ku nikahkan dengan putriku. Akan tetapi, aku akan mengadakan pesta besar-besaran atas matinya Raja Wali itu. Maka, pesta besar pun digelar.
Berhenti. Berbagai hidangan disajikan. Semua rakyat bergembira bersama-sama. Pincah sekali pemuda itu bermain sepak raga. Astaga, itu...
Ayah, selendang itu. Dialah pengembara itu, ayah. Selain bisa mengalahkan Raja Wali, ternyata dia lihai dalam bermain sepak raga rupanya.
Tolong panggil dia kemari. Baginda Raja, saya hanya pengembara yang kebetulan lewat Mohon izinkan hamba untuk istirahat sejenak Aku bukan ingin mengusirmu, wahai pemuda Benarkah kau yang telah mengalahkan Raja Wali Raksasa Lusa kemarin? Benar, Baginda Rupanya putri bangsawan kemarin adalah Tuan Putri Mohon maafkan jika terlalu banyak yang terjadi Maka saya tidak sopan.
Hebat sekali. Bagaimana caranya kau mengalahkan Raja Wali sebesar itu? Saya memiliki cambuk dan badik sakti, Raja.
Dengan kedua senjata inilah saya mengalahkan Raja Wali itu. Menarik sekali. Aku harus menepati janjiku. Satria manapun yang berhasil mengalahkan Raja Wali itu, akan ku nikahkan dengan putri pertamaku.
Apakah kau bersedia? Setelah itu, sang pengembara dan putri raja pun menikah dan hidup bahagia di istana. Pengembara itu kini dikenal dengan nama Pendekar Raja Wali. Legenda Joko Kendil Seri Tanah Jawa Kisah ini terjadi di Tanah Jawa di sebuah kerajaan yang makmur dan sejahtera. Di sana tinggallah janda yang hidup seorang diri.
Sayurannya komplit sekali ini. Supku pasti akan sangat lezat. Hmm, sepertinya ada yang mengetuk pintu.
Ya, siapa ya? Permisi, Bu. Bolehkah aku meminta sedikit makanan?
Siapa kamu, Le? Sama siapa kamu? Saya sendirian, Bu. Perut saya lapar sekali. Kamu belum makan?
Belum, Bu. Aduh, kasihan sekali. Masuklah, Le.
Kebetulan aku sedang memasak. Terima kasih sekali, Bu. Siapa namamu, Le? Kenapa kamu sendirian?
Kamu ini loh, masih kecil Tapi pergi sendirian Aku sendiri Tak tahu nama asliku, Bu Tapi orang-orang memanggilku Joko Kendil Dari rumahmu di mana? Kamu punya keluarga, toh Aku selama ini mengembara Aku tak punya rumah Bu, boleh aku nambah lagi? Lalu, bagaimana caranya kamu bisa makan?
Kamu kan belum bisa bekerja Terima kasih. Aku meminta makanan dari belas kasihan orang lain. Aduh, kasihan sekali kamu.
Masih kecil, tapi sudah hidup susah seperti ini. Kalau begitu, tinggallah di sini bersamaku. Kau akan kuanggap sebagai anakku sendiri. Benarkah? Terima kasih banyak, Bu.
Aku pasti akan membantu Ibu bekerja. Hahaha... sama Mbok Rondo. Joko Kendil merupakan anak yang rajin. Dia menepati janjinya untuk membantu Mbok Rondo bekerja.
Dia belajar cara mengolah ladang dengan sangat cepat. Lihat ini mbak, panen kita kali ini bagus, gulbisnya terlihat segar Ah, itu kan karena kamu yang merawatnya dengan penuh cinta Joko Semoga kali ini kita mendapatkan banyak uang ya mbak Iya, semoga doa kita terkabul Waktu terus berlalu Joko Kendil kini sudah dewasa, namun badannya masih saja sama ketika ia masih kecil. Mbak, aku punya satu keinginan. Apa itu, Joko? Aku ingin menikah, Mbak.
Menikah? Apakah kamu sudah memiliki calon, Joko? Aku ingin menikahi salah satu putri kerajaan.
kamu jangan bercanda Joko lihatlah keadaan kita sekarang mana mungkin putri raja mau dengan orang miskin seperti kita ayolah mbok baru kali ini aku mempunyai permintaan ke simbok tolonglah aku Baiklah, tapi kau harus siap dengan apapun jawaban dari Tuan Baginda Raja, Joko. Joko sudah siap, Mbok. Beberapa hari kemudian, mereka berdua berangkat ke Istana Raja.
Ada apa Mbak Rondo, Joko Kendil? Apakah kalian butuh bantuanku? Sebelumnya kami minta maaf Baginda Raja jika kami lancang.
Hamba ingin menyampaikan jika anak hamba Joko Kendil ingin meminang salah satu putri Baginda Raja. Walau aku raja, tapi aku tidak berhak mencampuri urusan jodoh ketiga putriku. Untuk itu, biarlah putri-putriku sendiri yang memutuskan. Raja mempunyai tiga putri.
Mereka adalah putri kantil, putri mawar, dan putri melati. Jarak usia mereka tak jauh. Bagaimana menurutmu kantil? Ih, mana mau aku dengan orang biasa seperti itu. Apalagi dia sangat miskin dan terlihat aneh.
Ayah tidak perlu bertanya padaku. Aku sama sekali tidak mau. Hah, mengapa kalian berdua langsung menolak? Tentu saja, karena aku ingin menikah dengan pangeran yang kaya raya.
Aku ingin menikah dengan kesatria yang gagah dan tampan. Yang pasti bukan orang seperti dia. Kedua putriku sudah menolak. Tinggal putri terakhirku saja. Bagaimana denganmu, Melati?
Hmm, ini pertanyaan yang sangat mendadak, Ayah. Tapi sepertinya dia baik. Aku mau bersamanya. Kau bercanda, Melati?
Kau mau bersama pria pendek gendut itu? Benarkah Tuan Putri bersedia? Iya. Huh, sungguh mengagetkan. Baiklah, segera saja kita adakan pesta pernikahannya.
Terima kasih, Baginda Raja. Terima kasih, Baginda Raja. Pesta pernikahan pun dilangsungkan dengan meriah. Kedua pengantin terlihat sangat bahagia. Tapi tidak begitu dengan kedua kakak perempuannya.
Melati kok mau sih sama orang itu? Entahlah, dia memang aneh kan sejak dulu. Banyak orang yang menghina pernikahan mereka. Lambat laun, hal itu membuat Joko Kendil terganggu. Istriku, tolonglah jujur padaku.
Kenapa kau mau menerima pinanganku saat itu? Mungkin kau tidak tahu, tapi aku diam-diam sering melihat suasana sekitar kerajaan untuk melihat rakyat. Dan aku sering melihatmu membantu ibumu di ladang. Dari situ, aku tahu kau adalah orang yang baik dan pekerja keras.
Ah, kau sudah memperhatikanku sejak lama. Terima kasih telah menerimaku apa adanya istriku? Akulah yang seharusnya berterima kasih.
Aku telah mendapatkan suami yang baik. Suatu hari, di kerajaan diadakan lomba memanah dan berburu. Banyak pangeran dan kesatria yang mengikuti acara tersebut. Penampilan para pangeran yang rupawan membuat Putri Mawar dan Putri Kantil terpesona.
Wah, cakep-cakep. Lihatlah yang itu. Dia tampan, bukan?
Wah, yang di sebelahnya juga gagah. Ah, seandainya suamiku tidak sakit, dia pasti akan ikut juga dalam lomba ini. Di tengah-tengah acara, muncullah seorang pangeran berkuda yang sangat gagah.
Wah, lihatlah pangeran itu. Tampen sekali. Iya, gagah sekali. Kudanya juga besar ya.
Hahaha, kudanya saja gagah. Lebih gagah dibandingkan suamimu yang bersembunyi di saat sedang ada acara penting seperti ini, Melati. Mungkin ia merasa malu dengan pangeran-pangeran gagah di sini. Cukup, Kak. Suamiku tak seperti yang kakak bayangkan.
Walau dia tak setampan semua pangeran ini, tapi hatinya baik. Hihihi, mengapa selalu saja seperti ini? Mereka terus-menerus menghina suamiku.
Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Kenapa selalu saja kami dihina? Mereka semua tidak tahu betapa baiknya cukup kendil. Hatiku benar-benar marah. Putri Melati memecahkan sebuah kendil yang ada di kamarnya.
Tak ada yang salah kok. Si, siapa kau? Hah?
Anda adalah peserta lomba? Iya, kita berpapasan tadi di lapangan. Berani sekali Anda masuk ke sini. Suamiku ada di dalam sana. Cepat Anda keluar dari sini, atau...
Kau tak mengenali suaraku, Tuan Putri Melati? Hah? Tidak mungkin.
Kau... Joko Kendil, suamiku... Terima kasih telah mengenaliku istriku. Tapi, tapi bagaimana mungkin? Kau terlihat berbeda.
Sebenarnya, sewaktu aku lahir, aku dikutuk. Kutukan akan hilang jika seseorang mau menerimaku sebagai anak dan ada wanita yang tulus mencintaiku dan memecahkan kendil yang selalu aku bawa tanpa aku suruh. Hal ini tentu saja membuat kedua kakaknya merasa kesal. Bagaimana mungkin dia bisa seberuntung itu?
Joko Kendil pulang ke rumah Mbok Rondo. Dia ingin mengajak ibunya itu untuk tinggal di istana. Namun...
Benarkah ibu tidak mau pindah ke istana? Ibu disini saja, kamu sudah ingat pada ibu, itu sudah cukup. Hati ibu akan selalu bersamamu dimanapun kamu berada Joko Kendil. Asal-usul batu ampar.
Angin sepoi-sepoi menerpa pohon kelapa di sepanjang pinggiran pantai dan membuat semua daunnya melambai. Di dekat pantai tersebut tinggallah seorang pemuda Dia berbadan kurus. Dia adalah badang.
Nah, aku sudah mempersiapkan semuanya. Saatnya untuk berpetualang. Badang mempunyai badan yang kurus dan kaki yang tidak seimbang.
Kondisi ini membuat dia selalu terpincang-pincang ketika berjalan. Aha, kupu-kupu, apakah kamu mau menemaniku hari ini? Tenang saja, kakiku ini tidak akan menjadi penghalang.
Setelah perjalanan panjang, pedang pun sampai di daerah bernama Tumasik. Daerah itu kini dikenal sebagai Singapura. Wow, tempat ini sungguh menakjubkan. Menarik, udara pantainya sejuk. Aku ingin tinggal sebentar di daerah ini.
Aku harus secepatnya mendirikan rumah. Orang-orang di sini baik, mereka membiarkanku tinggal. Hooray, akhirnya selesai juga. Rumahku istanaku. Setelahnya, ia berjalan-jalan di dekat pantai dan bersantai di sana.
Haaah, angin laut memang segar. Rasanya lelah di tubuhku langsung hilang. Ada kapal besar datang.
Siapa ya? Perlahan-lahan, kapal tersebut menepi dan berlabuh. Sesaat kemudian, turunlah seorang laki-laki. Wah, badannya besar sekali.
Wih, sepertinya dia orang India. Apakah dia pemilik kapal itu? Hohoho, pulau ini kelihatannya menarik untuk dijelajahi.
Tidak sia-sia aku belayar selama ini. Ah, aku sudah berkeliling sepanjang pantai. Banyak sekali batu-batu besar.
Hmm, batu besar ini bisa aku manfaatkan untuk menguasai pulau. Aku punya ide bagus. Orang- India tadi pun melanjutkan kegiatannya.
Tak lama kemudian, dia melihat seorang nelayan dilepas pantai. Hehehe, tampaknya orang-orang di sini bertubuh kecil. Aku bisa memanfaatkan mereka.
Permisi tuan, bagaimana kondisi ikan-ikan di sini? Apakah hasil tangkapanmu banyak? Syukurlah, ikan-ikan hari ini banyak tuan Sungguh menarik, sungguh pulau yang kaya ya Oh iya tuan, siapakah pemimpin di sini? Aku jauh-jauh dari India, ingin menemui pemimpin dari negeri ini Negeri ini dipimpin oleh Putri Tumasik tuan Beliau tinggal di istana India itu, Tuan? Benar sekali.
Negeri Tumasik dipimpin oleh seorang wanita. Dia dikenal sebagai Putri Tumasik. Orang India itu pun segera menuju istana untuk menemui Putri Tumasik.
Oh, pemimpin negeri ini ternyata seorang wanita. Sungguh menarik. Ini akan menguntungkan buatku. Selamat pagi, Tuan Putri Tumasik. Perkenalkanlah, aku adalah Sanjiv, utusan dari negeri India.
Selamat datang, aku ucapkan kepada Anda, Tuan Sanjiv. Apa tujuan Anda datang kemari? Aku datang ke sini bersama kapalku.
Di dalam kapalku ada sepuluh kotak peti berisikan emas. Akanku berikan kepadamu. Namun...
Aku mempunyai syarat sebelum semua hartaku itu kuserahkan padamu. Sepuluh peti emas dan Anda ingin memberikannya kepada saya? Benar sekali, Tuan Putri.
Itu hanya tanda persahabatan dari Raja Negeri kami. Baik sekali, Rajamu. Lalu, apakah syarat yang kamu ajukan tadi? Syaratnya cukup mudah.
Kita akan adu kekuatan. Jika Tuan Putri menang, maka emas... akan menjadi milikmu dan rakyatmu.
Aduh kekuatan? Maksud Tuhan? Aku melihat di pinggir pantai ada batu yang cukup besar.
Kerahkan orang terkuatmu untuk mengangkat batu tersebut. Akanku beri waktu seminggu untuk melakukannya. Tapi bagaimana jika tidak ada yang berhasil?
Maka negeri Tumasi ini akan menjadi milikku dan rajaku. Apakah Tuan Putri takut? Bukankah Anda memiliki banyak prajurit yang kuat?
Hampir semua negeri yang saya datangi berhasil menyelesaikan tantangan ini dengan cepat. Benarkah? Jangan cemas, Tuan Putri.
Tantangan ini hanyalah simbol saja. Anda pasti bisa menang. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan emas dan menjadi negara sahabat India yang agung.
Hahaha. Keesokan harinya... Prajurit utusan Putri Tumasik mengumpulkan semua orang dan memberikan pengumuman. Bagi siapa saja yang berhasil memindahkan batu tersebut, dia akan mendapatkan jatah emas dari orang India.
dan penghargaan dari Putri Tumasik. Ah, itu sih tidak mungkin. Batu di pantai sungguh besar dan berat. Orang terkuat di negeri ini pun pasti tidak ada yang mampu mengangkatnya.
Iya, sepertinya negeri itu masih akan jatuh ke tangan orang India tersebut. Kabar tentang taruhan itu menyebar dengan cepat. Sudah lewat tiga hari, namun tidak ada seorang pun yang mendaftarkan diri dalam sayembara tersebut. Bagaimana ini?
Ini sudah menjelang batas waktu, namun tak ada dari kita yang merasa cukup kuat untuk mengangkat batu itu. Tuan Putri, mungkin tidak ada salahnya Tuan Putri berjalan-jalan dulu. Siapa tahu kita menemukan jalan keluar untuk masalah ini. Di saat berjalan-jalan di tepi pantai dan ingin melihat batu, Putri Tumasik bertemu dengan Badang.
Permisi Tuan Putri, apakah aku boleh mengikuti sayembara tersebut sekalipun aku bukan orang Tumasik? Walaupun begitu, hamba merasa terusik oleh tingkah orang India tersebut Hamba hanya ingin membalas jasa untuk negeri ini Karena telah mengizinkan hamba untuk tinggal Tentu saja boleh, aku hargai niatmu Siapakah namamu pemuda? Terima kasih sebelumnya. Perkenalkan, nama hamba adalah Badang. Hamba hanyalah pengembara.
Baiklah, Badang. Besok kita akan bertemu dengan orang India tersebut. Kau akan mewakili rakyat Tumasik. Terima kasih sekali lagi. Esok paginya, Putri Tumasik datang ke tepi pantai bersama Badang.
Hahaha, ini kaya ngajukan sebagai penampilan. Penantangku, sepertinya kamu sudah siap untuk menyerahkan negerimu padaku. Lihatlah dia, tubuhnya begitu kurus.
Apakah kamu telah memberinya makan yang cukup, Tuan Putri? Kamu yakin akan melakukan ini, Badang? Saya yakin, Putri. Semoga saya bisa membantu. Nyalimu besar juga, anak muda.
Tapi, apakah kau akan baik-baik saja? Jangan khawatir, Tuhan. Paling tidak izinkanlah hamba untuk mencobanya. Baiklah, silakan saja. Aku tidak bertanggung jawab jika ada tulangmu yang patah saat mengangkat batu tersebut.
Perlahan-lahan, pedang memposisikan kedua kandungan. Bakinya dengan mantap. Badannya membungkuk dan hap! Batu itu berhasil diangkat.
Bagaimana Tuan? Batu ini ternyata tidak begitu berat. Hal ini tentu saja membuat orang India tersebut tak percaya.
Huh? Mustahil! Ini sungguh mustahil. Ternyata ringan sekali. Sebaiknya batu ini aku pindahkan karena mengganggu orang di sekitar sini.
Badang pun melemparkan batu itu ke arah selatan. Wush, batu itu terlempar ke ujung selatan pulau Tumasik Orang India itu akhirnya pulang ke negerinya dengan penuh rasa malu Setelah dia menyerahkan seluruh peti emas sesuai janjinya Terima kasih Badang, kau telah menyelamatkan negeri ini dari penjajahan Sesuai janjiku, emas itu sepenuhnya milikmu Terima kasih Tuan Putri, kemerdekaan adalah hak semua bangsa. Sudah sepatutnya hamba menolong negeri ini dari penjajahan.
Terkait emas, mohon maaf, sepertinya hamba harus menolaknya. Bagikanlah emas itu untuk orang-orang Tumasik Hamba hanyalah seorang pengembara Hamba justru akan terbebani membawa emas sebanyak itu Astaga Badang kau ini sungguh mulia Aku tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa Jika kau membutuhkan bantuan dari negeri ini katakanlah kapan saja Begitulah Tumasik telah aman dari penjajahan Sementara itu, di tempat jatuhnya batu yang dilempar badang, batu telah pecah dan menjadi kepingan-kepingan yang indah. Batu-batu itu terhampar berjajar dengan rapi.
Karena itulah, tempat jatuhnya batu itu kini disebut sebagai batu ampar, yang berarti batu yang terhampar. Pesan dari cerita ini, janganlah cepat menyerah sebelum mencoba melakukannya. Pemenang adalah mereka yang mau berjuang hingga akhir. Sedangkan orang yang kalah adalah mereka yang sudah menyerah sebelum mencoba.
Sedang mencari buku dongeng yang lengkap? Ada Riri yang siap menemanimu. Dengarkan Riri bercerita untukmu Geledai yang ingin menjadi anjing Tidak sampai di situ Masih ada hal yang lebih mengejutkan peternak Geledai kemudian melompat ke atas pangkuan peternak Karena badannya besar, ia tidak bisa duduk dengan seimbang.
Tubuhnya terguncang-guncang. Semua anggota keluarga mulai menjerit. Akibat kekacauan tersebut, kursi yang diduduki peternak pun patah. Mau tau kelanjutan ceritanya? Ayo gabung bersama Riri!