Transcript for:
Seni Budaya Wayang dan Kumbokarno

Seni budaya wayang kulit, terutama kisah-kisah pewayangan Jawa Salah satu pembahasan yang menarik untuk dipelajari Apalagi dengan keberagaman sanggit yang ada dan berkembang Menambah keadilungan warisan budaya dari Indonesia Kesenian wayang kulit, khususnya pembahasan pada kesenian pewayangan Jawa Ayo subscribe channel Arifoncewolo untuk video-video seputar pewayangan Jawa Pada video sebelumnya telah membahas kisah tokoh wayang Rahwono atau Prabudo Somuko yang belum menyimak bisa cek pada kartu video atau pada kolom deskripsi video ini pembahasan kali ini masih seputar tokoh wayang Ramayana salah satu tokoh pewayangan Jawa yang masuk dalam serat tripomokawadar Raden Kumbokarno simak terus Jangan kemana-mana Rabden Kumbo Karno Tentunya membaca atau mendengar nama ini akan tertuju pada tokoh dari Pakam Ramayana Tokoh pewayangan yang digambarkan dengan wujud raksasa atau buta besar, namun dengan keperibadian yang luhur, bahkan masuk dalam jajaran kesatria sejati yang tertulis dalam serat tripomokawadar. Para kesatria yang setia mempertahankan tanah tumpah darahnya atau negara tempatnya mendapat kemuliaan. Para kesatria yang gugur dalam kesetiaan labuh negara dan bela negara. Mereka adalah Raden Sumantri, Raden Kumbo Karno, dan Raden Karno Basuseno.

Raden Kumbo Karno merupakan adik dari Prabu Dosomuko atau Prabu Rahwano Rojo dari Kerajaan Ngalengkodi Rojo atau Ngalengkopuro. Putra dari begawan Wisrowo bersama Dewi Sukesi Mempunyai dua adik, yakni Dewi Sarpo Kenoko dan Raden Gunawan Bibisono Juga mempunyai kakak tiri, Prabu Donorojo atau Prabu Donopati Raja dari kerajaan Lokapolo Salah satu manusia yang diangkat menjadi dewa Untuk kisahnya, tertuang pada lakon yang cukup terkenal, yakni Bedah Lokapolo Dimana, Prabu Donorojo atau Prabu Donopati diangkat menjadi Dewanya Kekayaan dan juga Dewanya Kemakmuran bergelar Betoro Danesworo sementara itu kerajaan Lokapolo yang telah runtuh dan ditinggal oleh rajanya disatukan wilayahnya dengan kerajaan ngelengkopuro atas kepemimpinan Prabu dosomuko Raden kumbokarno bertempat tinggal di Kadepaten Leburgongso sebuah wilayah yang masuk sistem pemerintahan dari kerajaan ngalangkodirojo dan diceritakan sering sewan di kerajaan ngalangkodirojo dan sering menasehati kakaknya yang selalu berwatak dan bertindak angkara murka namun apalah daya nasehat dari Raden Kumbokarno selalu dianggap angin lalu oleh Prabu Rahwono padahal apa yang disampaikan oleh Raden Kumbokarno adalah selalu tentang kebaikan dan juga kebenaran. Alasan mengapa Raden Kumbo Karno sangat berbeda dengan Prabu Rahwono sudah saya bahas pada kisah kelahiran Rahwono. Yakni, Raden Kumbo Karno adalah wujud separuh kebaikan dan juga separuh kelalaian dari orang tuanya.

Dalam pengamalan, Sastro Jendro Hayuningrat Pengerwating Diu. Jadi, Walau berwujud reksasa atau butoh besar, namun selalu menjaga kemampuan. menjunjung tinggi kebaikan, keadilan, dan juga kebenaran seperti halnya sang adik, yakni Gunawan Wibisono namun bedanya, Gunawan Wibisono adalah wujud sempurna dari pengamalan sastro Jendro Hayunengrat jadi merupakan kesatria tampan dan juga rupawan dengan segala sifat luhurnya Raden Kumbo Karno mempunyai seorang istri yang merupakan bidadari boyongan bersama Dewi Tari yang menjadi permaisuri dari Prabu Rahwono.

Dia adalah Dewi Aswani yang dinikahkan dengan Raden Kumbo Karno. Karena Raden Kumbo Karno ikut mendampingi Prabu Rahwono saat mengacaukan kayangan dengan tujuan melamar Batari Sri Widowati. Kembali, perlu dijelaskan.

Raden Kumbo Karno sama sekali tidak mendukung kakaknya tersebut, namun hanya mendampingi rajanya dari kejauhan saja. Dari Dewi Aswani, Raden Kumbo Karno mempunyai dua putra kembar. Mereka adalah Raden Kumbo Kumbo dan Raden Aswani Kumbo, dua kesatria yang diceritakan terlahir dengan dua raga.

Namun satu nyawa jadi sangat didaya bila mana bertempur Namun Raden Kumbo Karno selalu mengingatkan Agar keduanya selalu berjauhan bila mana terlibat dalam sebuah pertempuran Raden Kumbokarno diceritakan pernah melakukan tapa berata guna mendapatkan anugerah dari dewa dengan bertapa tertidur selama 6 bulan lamanya tanpa makan dan juga tanpa minum hasilnya adalah Raden Kumbokarno mendapatkan anugerah berupa keberanian yang berlebih bila mana bertindak dalam posisi kebenaran terbukti Raden Kumbokarno tidak pernah merasa takut saat mengingatkan kakaknya yang keblinger akan tiap tingkah lakunya dalam bertindak. Selain itu, Raden Kumbo Karno juga mendapatkan anugerah-anugerah lainnya, yakni berupa kesetiaan, kejujuran, dan juga pengabdian yang tidak terbatas kepada negaranya, sifat-sifat yang dimiliki oleh kesatria sejati, bahkan dimiliki oleh Raden Kumbo Karno yang berwujud raksasa atau buta besar. Dalam Perang Besar Sarikudupalwogo, tepatnya pada babak berhubung ngalangkau, Raden Kumbokarno maju berperang guna menepati dharmanya sebagai kesatria ngalangkau dirojo.

Maju berperang sebagai senopati kerajaan ngalangkau dirojo. bersama kedua putra kembarnya, Raden Kumbo-Kumbo dan juga Raden Aswani-Kumbo. Dalam pertempuran tersebut, si kembar, Kumbo-Kumbo dan Aswani-Kumbo, gugur secara kumbo, yakni diadu kepalanya oleh Raden Ramandiopati atau Raden Anoman, yang membuat murka dari Raden Kumbo-Karno, bahkan sempat mengobrak-abrik pasukan dari Poncowati, dan menimbulkan banyak korban kera berguguran.

Hal tersebut sempat diingatkan oleh Raden Gunawan Wibisono dan diminta untuk beralih pihak. Namun, Raden Kumbokarno tetap pada dermanya, yakni sebagai senopati dari kerajaan Ngalengkondirojo dan tidak akan berpindah pihak sampai kapanpun juga. Bahkan, bila harus gugur, biarlah Raden Kumbokarno gugur sebagai kusuma bangsa dalam mempertahankan tanah tumpah darahnya. tempat kelahirannya yakni Kerajaan Ngalangkodirojo Akhir hayat dari Raden Kumbokarno adalah oleh Raden Lesmonomordoko atau versi lain oleh Prabu Sri Romawijoyo yang menghujani panah kepada Raden Kumbokarno terlebih dahulu terpotong kedua lengannya lalu kedua kakinya dan terakhir adalah anak panah pangruat yakni Kiai poncowisoyo yang membuat gugurlah sang kesatria sejati Raden kumbokarno gugur sebagai kusuma bangsa senopati dari kerajaan ngalengkodirojo Prabu Sri Romowidjojo yang menyaksikan gugur gurunya sang kusuma bangsa, kesatria sejati, sang senopati, Raden Kumbokarno, menyatakan pada saat itu, belumlah saatnya kasuargen sejati dari Raden Kumbokarno.

Karena, kasuargen sejati Raden Kumbokarno adalah pada zaman Mahabharata, yakni ketika turunnya Wahyu Makutoromo, Raden Warkuduru, adalah jalan kasuargen sejati dari Raden Kumbokarno. Raden Kumbo Karno Sosok kesatria sejati yang gugur bunga sebagai kusuma bangsa Tauladan dalam hal belan negara, patriotisme, dan juga nasionalisme Dialah Raden Kumbo Karno Semoga video singkat ini bermanfaat Dan terima kasih atas waktunya menyimak. Mohon maaf karena pasti banyak kurangnya. Ayo subscribe untuk video-video lainnya seputar pewayangan Jawa. Sampai jumpa lagi.