Transcript for:
Cara Berpikir Tepat dalam Pengambilan Keputusan

Pernah nggak kamu ngambil satu keputusan yang dimana kamu sangat-sangat yakin itu adalah keputusan yang baik, tapi ternyata itu adalah keputusan yang salah? Atau sebaliknya, kamu ragu dengan suatu keputusan yang akhirnya kamu nggak ambil, tapi ternyata itu adalah keputusan yang seharusnya diambil? Nah, ini ada kaitannya dengan apa yang akan saya bahas di dalam video ini ya, yaitu tentang cara berpikir.

Jadi selain ilmu dalam kepala dan jaringan kenalan yang membedakan antara orang yang sukses dengan orang yang biasa-biasa aja dalam hidup, itu adalah cara berpikir. Jadi kalian kalau misalnya mau maju dalam hidup, ya kalian harus rubah cara berpikir kalian. Kalian harus lebih paham bagaimana cara otak kalian berpikir.

Nah di sini saya akan berikan beberapa insight yang saya dapatkan dari satu buku yang lumayan populer di luar. Namanya adalah Thinking Fast and Slow. Berpikir cepat dan lambat.

Kalau kalian suka baca buku, silakan beli dan baca. Di sini saya akan berikan insight-insightnya yang penting. Ditambahkan dengan pemikiran saya pribadi.

Oh iya, sebelum lanjut, bagi kalian yang belum subscribe, bisa subscribe ya di channel ini supaya... Kalau ada video baru bisa muncul di halaman home kalian. Dan bagi kalian yang mau belajar bisnis atau punya bisnis ingin membesarkan bisnis kalian, bisa cek app yang saya sedang bangun namanya Growin. Di dalamnya ada ribuan ilmu teknis bisnis, bisa konsultasi tertulis, ada template dokumen siap pakai, dan juga bisa networking sesama pebisnis. Yang pertama adalah melatih untuk berpikir lambat.

Jadi di dalam otak kita itu ada dua cara berpikir. Yang cepat dan otomatis, dan juga yang lambat dan analitis. Nah cepat dan otomatis, ini yang seringkali kita pakai. Misalnya kita mau mandi. Mau gosok gigi?

Pasta giginya berapa banyak? Gosoknya caranya gimana? Kemudian mandi sirem mana dulu? Kemudian kita pakai sabun sabunin mana dulu? Itu sudah cepat dan otomatis Ya berasanya kayak kita nggak mikir lagi Nah sedangkan yang satu lagi adalah Cara berpikir yang lambat dan analitis Misalnya kalian lamar pekerjaan Kemudian ada dua tawaran pekerjaan Yang satu gaji 15 juta Yang satu 16 juta Tapi yang 15 juta ini dekat rumah Yang 16 juta ini jauh Nah kemudian kalian berpikir Ya membandingkan antara kedua ini lalu mengambil keputusan.

Nah, jadi ada dua nih, ya. Dua yang berbeda. Yang satu cepat dan otomatis, yang satunya lagi lambat dan analitis.

Orang seringkali salah di mana dia mengambil keputusan dengan sistem yang pertama, yang cepat dan otomatis untuk hal-hal yang penting di dalam hidupnya. Nah, ini harus kalian hindari ya. Kalau misalnya kita ketemu dengan seorang CEO, misalnya CEO dari Astra. Ataupun pebisnis yang sangat hebat ya, di dalam industri-nya dia sangat mendominasi.

Misalnya kita ketemu mereka dan kita tawarkan satu strategi marketing untuk perusahaannya. Strategi marketing A, strategi marketing B. Dia nggak mungkin langsung ambil keputusan di saat itu juga.

Nggak mungkin. Pasti minta waktu. Ya misalnya dia 3 hari, ada yang 5 hari, ada yang mungkin sampai sebulan sebelum dia mengambil satu keputusan.

Jadi dia menggunakan sistem yang kedua. Dia lambat dan analitis. Karena ini punya impact yang besar, terutama terkait dengan uang. Nah jadi...

Disini saya ingin kalian coba refleksikan ke diri kalian Setiap kali mau mengambil keputusan Coba pikirkan tentang ini Kalian lagi pakai yang mana nih? Yang cepat dan otomatis Atau yang lambat dan analitis Saya sudah banyak mentransisikan keputusan saya ke sistem kedua Terutama untuk hal-hal yang penting ya Dan terkait dengan keuangan Kalau misalnya di bisnis yang saya jalankan Di aplikasi Growin misalnya Pak ada fitur A dan B nih Kita mau milih A dan B A itu yang seperti ini B yang seperti ini Mana yang prioritas dulu? Saya nggak mungkin langsung mengambil keputusan di saat itu juga Pasti saya pikirkan dulu Kalaupun saya ngambil keputusan di saat itu Pasti sebelumnya saya sudah mikirin Plus minusnya gimana Kalau misalnya kita jalanin Hal terburuk apa yang bisa terjadi dan lainnya Jadi saya sudah menggunakan sistem kedua ini Untuk keputusan-keputusan yang penting Dan impactnya sangat besar Makanya saya ingin mengajak kalian di sini Untuk coba refleksikan ke diri kalian Setiap kali mau mengambil keputusan Jadi untuk pengambilan keputusan hal yang penting Dan juga yang terkait dengan keuangan Menurut saya ini yang impactnya sangat besar Kemudian insight yang kedua adalah Jadilah orang yang selalu mencari data Ya jadi jangan mengandalkan informasi yang sudah ada di kepala kita saja. Misalnya kalian dapat tawaran pekerjaan dari dua perusahaan. Yang satu gajinya 5 juta, satu gajinya 7 juta.

Kalau kalian pakai sistem yang pertama cepat dan otomatis akan langsung ngambil yang 7 juta. Tanpa mempertimbangkan. Padahal kalau kalian menggali lebih dalam, yang 5 juta ini banyak kelebihan. Oh ternyata ini startup yang lagi berkembang. Mungkin posisi kalian bisa naik dengan cepat ketika startup itu tumbuh.

Yang 7 juta ini korporasi yang dimana pekerjanya admin. Jadi dibedah dulu sampai dalam dan cari data. Ini penting ya.

Jangan cuma ngendalin pikiran sendiri. Ya banyak orang yang cuma dia ngebedahnya itu dengan pikiran sendiri. Cari data di luar.

Cari gajinya oke nggak. Pekerjanya seperti apa. Ya perusahaannya seperti apa. Gali data sebanyak mungkin sebelum pengambilan keputusan. Ini kan satu contoh dalam karir ya.

Tapi dalam apapun itu juga sama. Misalnya mau mulai bisnis. Kalian mau ngambil satu franchise dari Jakarta bawa ke Bandung. Jangan hanya mengandalkan presentasi dari orangnya saja Ya kalian harus bisa jadi orang mencari data Oke, di sana siapa target pasarnya? Di sini yang lalu lalang Termasuk dalam target pasarnya nggak?

Jadi Harus bisa tahu data-data apa yang bisa mendukung keputusan yang akan kalian ambil. Dan ini alasan di mana memang perusahaan besar kenapa selalu mengumpulkan data yang banyak sebelum mereka mengambil keputusan. Karena memang pengambilan keputusan berdasarkan data itu memang yang terbaik.

Bayangkan misalnya sekarang kalian membuka restoran, terus kalian bilang, oke, kayaknya di sini buka restoran bihun ayam oke nih bakal laku. Itu kan kira-kira. Padahal kalau misalnya kalian gali lebih dalam, belum tentu bihun ayam itu yang oke untuk di daerah tersebut.

Cara dapet datanya gimana? Ya ini kan kita bisa tanya orang di sana Apakah memang di sana suka dengan biun ayam? Udah ada yang pernah buka?

Belum sebelumnya Kalau misalnya udah ada yang pernah buka Seperti apa animonya? Kalau nggak rame ya mungkin memang permintaannya Nggak banyak di sana Terus apa yang paling banyak di sana? Kita bisa tanya orang-orang di sana Yang lain cerita kalau kita perusahaan seperti GoFood Ataupun GrabFood ya yang punya datanya Ya mereka yang ada di sana kan punya data Oh di daerah utara nih paling banyak jualannya martabak Ren yang lagi naik ini nasi bebek Mereka punya datanya, tapi kalau kita memang bukan di posisi itu, ya kita harus ambil dari lapangan, ya cari cara lain untuk menggali data tersebut. Tapi intinya harus bisa cari data untuk pengambilan keputusan.

Kemudian insight yang ketiga adalah cari pendapat yang berbeda. Nah kita seringkali biasnya adalah kita mau cari orang yang sependapat sama kita. Yang memang itu adalah kecenderungan setiap orang, semua orang seperti itu.

Tapi biasakanlah untuk ada perbedaan pendapat, karena kita belum tentu benar. Benar, kalau misalnya mau menjadi pemimpin yang merevolusi suatu industri, yang punya bisnis besar, mereka rata-rata ada sikap keras kepalanya. Tapi bukan berarti mereka nggak mau dengar. Karena mereka tahu bahwa mereka juga belum tentu benar.

Jadi kalian harus paham. Sepintar apapun kalian, kalian belum tentu benar. Jadi kalau misalnya ada suatu hal yang kalian ingin ambil keputusannya, cari orang yang pendapatnya berbeda. Misalnya, kerja dulu atau bisnis dulu. Semua orang di sekitar kalian bilang kerja dulu, nanti bisnis paralel.

Nah kalian cari orang yang pendapatnya berbeda. Siapa? Dia bilang, oh ya enggak, lu harusnya bisnis dulu. Kenapa? Coba perdalam.

Dia ngomong gitu kenapa? Masuk akal nggak yang dia ngomongin? Nah, kita butuh pandangan ini supaya kita bisa mengambil keputusannya lebih baik.

Jadi biasakan itu ya. Tapi saya ingatkan di sini ya, jangan sampai kalian mencari pendapat dari orang yang nggak punya kapasitas yang tepat. Seperti yang saya selalu tekankan ya, misalnya kalian mau belajar renang kan nggak mungkin. Tanya ke orang yang nggak bisa berenang. Kalian mau tanya tentang memulai bisnis kan nggak mungkin.

Tanya ke yang karyawan yang nggak pernah mulai bisnis. Nggak tepat gitu. Tanyanya ke... yang dulunya mungkin karyawan, di akhirnya punya bisnis.

Benar nggak tuh jadi karyawan itu ada bagusnya sebelum memulai bisnis? Atau mungkin orang yang langsung cemplung bisnis, belum pernah bekerja sebelumnya. Jadi kalian harus cari orang yang tepat juga untuk mendapatkan pendapat gitu ya. Selain mencari pendapat yang berbeda.

Kemudian insight yang keempat adalah pada saat ingin mengambil keputusan dengan sistem yang kedua yang dimana lambat dan analitis, gunakan checklist. Saya pribadi juga menggunakan ini ya. Jadi misalnya ada dua keputusan A dan B. Dan ini adalah keputusan yang besar, entah kalian ingin memilih antara memulai bisnis A atau B, atau kalian misalnya ingin memilih pekerjaan A atau B, gunakan checklist.

A kelebihannya apa? Kekurangannya apa? B kelebihannya apa?

Kekurangannya apa? Kemudian tulis, hal terburuk apa yang bisa terjadi? Kalau misalnya kalian ngambil yang A, ya kemudian hal terburuk apa nih yang bisa terjadi? Dan penyesalannya apa kalau misalnya ngambil yang A? Misalnya, kalian memutuskan untuk bekerja di Jakarta, padahal ada tawaran pekerjaan di Filipin ya berarti nyesel nih, gak ada pengalaman kerja di Filipin misalnya, ya tuliskan itu nah ini checklist akan membantu kalian untuk mengambil keputusan jadi nanti kalian bisa conteng tuh oh ini saya oke, ini saya oke ini saya oke, dan kalian bisa tentukan minimal ini, ini, ini, misalnya kayak kita misalnya mau mencari pasangan kan juga sama ya, minimal pasangan saya harus kerja, minimal pasangan saya lebih muda 4 tahun misalnya, minimal pasangan saya ini nyambung nih...

Kalau misalnya ngobrol, itu tiga, sisanya terserah deh Nah, jadi kita harus punya syarat minimum juga Pada keputusan yang akan kita ambil Ini berlaku pada apapun ya Makanya dari tadi saya agak lompat-lompat ya Dari sisi contohnya, karena memang berlaku untuk apapun Ya, untuk karir, untuk bisnis, untuk keputusan terkait dengan pasangan Atau apapun Ya, jadi intinya di sini adalah gunakan checklist ya Dan kalian kalau bisa tuliskan Kalau misalnya mau menggunakan Excel juga nggak masalah Tapi kalau yang biasa saya lakukan, biasanya saya tulis di atas kertas Kemudian insight yang kelima adalah pada saat kalian sudah memiliki data-datanya, pada saat kalian sudah memiliki checklistnya, dan pada saat kalian sudah menanyakan pendapat yang berbeda dari orang lain, nah beranilah untuk mengambil keputusan. Maksudnya apa? Jangan jadi orang yang nggak enakan. Ini sangat penting ya, percuma kalian sudah menggunakan sistem yang kedua yang dimana ini lambat dan analitis, dan sudah mengumpulkan data dengan checklist dan pendapat yang berbeda, tapi kalau kalian orang yang gak enakan, percuma.

Kalian akan nanti ngambil keputusan yang salah juga. Jadi harus belajar untuk jangan sampai gak enakan, karena itu akan merugikan kalian. Contohnya apa? Misalnya ada orang telpon teman baik kalian, kasih tawaran investasi bisnis, return-nya dijanjikan 25%. Kalian sudah kumpulkan semua datanya, sudah cari pendapat yang berbeda, ada yang setuju, ada yang gak setuju, kemudian kalian gunakan checklist, dan kalian mengambil keputusan untuk tidak berinvestasi, tapi kalian gak enakan karena ini teman baik.

Akhirnya investasi juga Percuma itu semua dilakukan Yang tadi saya sudah jelasin panjang lembar percuma Karena kalian gak enakan Jadi jangan jadi orang gak enakan Harus berani ambil keputusan Jadi serasional mungkin Jangan sampai membawa Perasaan. Banyak orang yang karena perasaan ini jadinya nggak enakan. Contoh lain lagi terkait dengan perasaan.

Misalnya kalian punya pekerjaan, kalian udah kerja di satu perusahaan 7 tahun, dan gitu-gitu aja. Dan kemungkinan untuk naik pangkat itu sangat minim. Memang di dalam perusahaannya ketetapan untuk naik pangkatnya ini belum matang. Jadi kemungkinan kalian akan sama-sama terus.

Nah kalian sudah mengumpulkan data, membuat checklist segala macam untuk coba pindah ke perusahaan lain. Tapi karena ada perasaan melekat di perusahaan ini, merasa ini perusahaan yang pertama kali kerja sudah berasa seperti keluarga, jadinya nggak pindah atau bisnis juga sama ya, seperti orang yang sudah jalanin bisnis yang lama, tapi bisnis ini sudah tertinggal karena sekarang sudah zaman digital, tapi dia ada perasaan melekat dengan bisnisnya, dia nggak bisa meninggalkan bisnis itu, akhirnya ya percuma melakukan riset dengan cari data pendapat berbeda, dengan checklist tapi dia nggak ambil keputusannya, karena dia terbawa perasaan itu jadi jangan nggak enakan, dan jangan terbawa perasaan Jadi kalau misalnya sudah melakukan analisa, ambil keputusan, yaudah jangan dipikirin lagi. Ya paling review aja.

Oh pada saat kita mencari data, kayaknya ada yang kelewat nih. Satu, dua, tiga. Tapi jangan pernah menyesal karena kalian sudah merasionalkan itu.

Ya sudah mengumpulkan datanya dan memilih yang terbaik di saat itu. Ya kalau mau review, review. Tapi bukan berarti dipikirin terus. Supaya tidak membebani pengambilan keputusan yang lain. Kira-kira seperti itu.

Semoga berguna ya insight di sini. Jadi jangan cuma menulis saja. tapi langsung praktekkan apa yang saya jelaskan di sini supaya imbasnya besar pada diri kalian karena pola pikir ini menurut saya salah satu yang membedakan antara orang yang sukses dan gagal dalam hidupnya