Transcript for:
Pentingnya Ilmu dan Ketaatan kepada Allah

Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrabbilalamin Wabihi nasta'in ala umri dunia wa din Unsurna wal muslimina almazlumina fi kuli makan khasatan fi falastin wa miladi syam Allahumma aslihlana umuruna kullaha wa aslihulata umurina wa khfathna wa baladana min kuli suhu innaka wa lili thalika wal qadiru alaih Alhamdulillah kita panjatkan hujir dan syukur kita kepada Allah SWT atas segala kenikmatan yang Allah berikan kepada kita, sehingga kita bisa bersuah pada kesempatan kali ini dalam rangka mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan bertakarub kepada Allah SWT. Dan semoga Allah SWT memberikan kita ilmu nafi. dan amal soleh. Dan semoga Allah SWT bisa memberikan kita atau berkenan memberikan kita kekuatan untuk mengamalkan sebagaimana Allah memberikan kita taufik untuk bisa hadir di kesempatan kali ini. Hadirin Allah muliakan Kembali bersama Tadkiratul Sami, Muhammad Akalim. Buku yang direkomendasikan oleh para ulama kita untuk dipelajari, khususnya di fase awal, dan memang buku ini di fase awal, perjalanan seseorang dalam menuntut ilmu. agar ilmunya berkah, agar ilmunya bermanfaat. Karena sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafi'i, al-ilmu man nafa' wa li samahu fil. Ilmu itu yang bermanfaat. bukan sebatas yang dihafal, walaupun hafalan itu penting. Dan Imam Syafiee adalah ikonnya hafalan. Sehingga beliau menekankan tentang tujuan akhir dari ilmu itu sendiri. Tujuan akhir dari ilmu itu sendiri. Dan hadirin Allah muliakan, ini yang seringkali kita lupakan dan kita remehkan khususnya pada saat ini. Karena kita hidup di... Era di mana konten itu mudah sekali, beda dengan dulu. Maka fokus terhadap yang bermanfaat itu penting. Al-Imam Abdul Abbas pernah menyampaikan bahwa Lisasolahulinsan Fimujur li'an ya'lamal haq Duna'alla yuhibahu Wuyuridahu Wuyatba'ahu Atau yattabi'ahu Kebaikan seseorang itu Atau kesolehan seseorang Itu tidak ditentukan dengan sebatas mengerti kebenaran, memahami kebenaran, dan mengetahui kebenaran. Maksudnya ulama ingin menjelaskan ketika kita mengenal kebenaran, tahu kebenaran, paham tentang kebenaran, belum. Tentu kita soleh. Belum jadi jaminan kita jadi orang soleh atau wanita itu jadi wanita soleha. Belum. Kapan kita jadi orang soleh? Kapan ibu-ibu menjadi soleha? Jika dia mencintai kebenaran, Dia menginginkan kebenaran dan dia mengikuti kebenaran itu. Itu poin dalam dan tajam. dan mind blowing sebenarnya. Karena banyak kita berpikir, atau sebagian ya, sebagian berpikir, yang penting itu tahu, yang penting itu ngerti, yang penting itu paham. Betul, paham itu penting, ngerti itu penting, tahu itu penting. Tidak ada yang memperdebatkan itu. Tapi sebatas Anda tahu, Belum cukup. Sebatas kita ngerti belum cukup. Mayoritas orang yang berzina di Jakarta sebagai seorang muslim-muslimah, tahu gak zina itu gak boleh hadirin? Tahu. Kuantum bisa tahu, mereka tahu. Ini lagi ngomongin diri sendiri dulu Pak Ustadz. Oh janganlah gitu. Ditutup. Insyaallah jamaah baik-baik lah. Jadi tahu orang Jakarta ngerti zina itu gak boleh. Tapi sebatas tahu zina itu haram. Ternyata gak cukup menjadikan Banyak orang mengatakan tidak pada kesempatan berzina. Atau maksiat lain lah gitu. Kalau ngomongin aib orang, tahu nggak haram? Ibu-ibu tahu nggak ngomongin keburukan orang kok haram? Enggak ibu-ibu, tahu ya. Kecuali ada masalahat syariah yang dibenarkan oleh dalil. Tapi secara umum kan enggak boleh. Tapi sebatas tahu, belum cukup untuk membuat kita mengatakan tidak ketika ada orang membicarakan aib orang depan kita. Apalagi kita kebetulan lagi sebel sama itu orang. Oh itu berat tadi. Makanya untuk bisa jadi orang soleh, kita harus cinta kepada kebenaran. Kita harus benci kalau kita memaksiati Allah. Gak suka kita kalau sampai kita jadi hamba yang Yang gak nurut gitu loh. Nah ketidaksukaan kita itu harus lebih besar daripada ketidaksukaan kita terhadap orang tersebut. Nah itu. Walaupun karena dia zolim. Itu yang bisa mengatakan enggak. Gue gak akan gunakan jalan ini. Kenapa? Allah gak ridho. Gitu. Kalau bukannya lo gak suka sama dia, ya gue gak suka sama dia. Tapi gue lebih gak suka kalau gue jadi hamba yang durhaka. Nah itu. Susah ya. Ngomong sih gampang ya. Dengar mah gampang. Hadirin dengar gampang. Saya ngomong gampang. Tapi kan ngejalannya itu yang susah. Semoga Allah mudahkan kita. Amin. Makanya harus cinta kepada kebenaran, menginginkan kebenaran, pengen gitu. Jadi makanya hadirin itu datang, itu harus dengan motivasi pengen jadi orang baik. Pengen jadi apa? Orang baik. Pengen jadi orang soleh, itu. Itu yang buat kita berubah. Jadi kalau kita datang ke kajian, niatnya pengen jadi orang baik, nah itu tuh langkah awal. Kalau niatnya pengen cari jodoh gimana? Benar gak tuh? Nikah kebaikan bukan? Nah itulah. Upsirkan sendirilah. Kebaikan kalau benar. Jadi kita pengen, pokoknya gue tuh, kenapa sih lo datang kajian? Udah weekend datang kajian, gue pengen jadi orang baik. Nah itu penting, pengen jadi orang baik itu. Itu yang akan ngerubah. Jadi cinta kepada kebenaran, ingin kebenaran. Yang ketiga, ngikutin. Nah itu harus diamalin, harus diikutin. Tentu saja sesuai dengan kelemahan dan keterbatasan kita. Karena gak ada yang sempurna. Tidak ada yang sempurna. Makanya kan kata Allah, jika aku perintahkan kalian, apa kata Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam, fa'tu minhum mas ta'ta'tum, lakukan semampu kalian. Semampu kalian. Tapi kalau larangan, enggak boleh. Karena larangan, meninggalkan larangan itu tarq, meninggalkan, gak butuh effort sebenarnya. Yang membutuhkan upaya, usaha, dan kemampuan itu kalau mengerjakan sesuatu. Itu hadirnya. Terus kita lanjutkan sedikit. Kama'an nahullah laisa sa'adatuhu. Sebagai mana sebatas mengenal Allah, mengakui dan menetapkan Allah SWT sebagai Rabb, sebagai yang berhak diibadahi. itu tidak cukup membuat kita bahagia. Mengenal Allah aja, tahu. Ya lu tahu Allah kan? Ya tahu. Rahman tahu enggak? Tahu. Rahim tahu. Itu belum cukup buat kita bahagia. Kapan kita bahagia? Kata al-imam Abu'l-Abbas, rahimahullah. Muhibban lillah, harus cinta dulu kepada Allah. Baru bahagia. Abidan lillah, beribadah kepada Allah. Muti'an lillah, nurut taat sama Allah. Nah itu. Nurut, taat, ibadah, cinta. Baru. Sada saat itulah seseorang akan bahagia. Seseorang akan bahagia. Ini mahal nih hadirin. Makanya seringkali itu kita apa sebagian kita tuh atau kita termasuk yang suruh misalnya punya anak, nyuruh anak sholat, apa udah sholat belum? Atau sholat gak lo? Sama anaknya begitu. Dan seringkali gak efektif juga. Kenapa? Karena si anak kita ini tidak kita perjuangkan agar mencintai Allah. Cuma sekedar kerjakan kewajibannya pada saat itu. Kalaupun ibadah terpaksa. Bukan ibadah karena cinta. Kehadirin datang kajian, terpaksa. Gimana? Nyaman gak kajian pengadilan? Gak nyaman. Lama aman sih Pak Ustadz yang ngomongnya gitu. Karena kepaksa datang. Semua yang kepaksa itu gak enak. Misalnya disuruh, lu kenapa datang kalau gitu? Ya gue disuruh bokap gue datang kesini lah. Kalau enggak, liburan gue gak dibayarin misalnya atau ngejalan tapi kepaksa tuh gak enak dan gak dapet apa-apa dan gak akan berubah walaupun rutin dateng tapi kalau cinta sama Allah cinta kepada kebenaran dan ingin jadi baik ingin jadi jadi soleh ingin jadi wanita soleha nah itu disitu berubah terus kita ngikutin deh Jadi pelajaran bahwa maklumat itu jelas penting, konten itu penting jelas. Tapi sebatas kita mengerti, mengetahui, memahami, atau menghafal, tapi kita enggak mencintai, enggak menginginkan, dan enggak ngikutin, enggak dapat apa-apa. Tidak akan. berubah dan tidak akan jadi sosok yang soleh dan soleha. Jadi ini pelajaran juga gimana kita datang sini bukan karena pasangan kita, bukan karena istri kita, atau bukan karena suami kita, bukan karena orang tua kita. Saya memang pengen berubah, pengen jadi baik, pengen dekat sama Allah Subhanahu wa ta'ala. Allah Ta'ala Alam Dan disitulah Semua akan berubah Semua akan jauh lebih Kan inna mal'al Malubin niat, amal itu tergantung niatnya Kalau niatnya Karena nyenengin, sebatas nyenengin Makhluk, ya gak dapet apa-apa Sebatas ketemu makhluk Gak dapet apa-apa juga Tapi kalau niatnya mau berubah Mau jadi baik Mau dekat sama Allah? Mau mencintai Allah subhanahu wa ta'ala? Gue tuh jadi hamba berapa tahun? Masa gue gak kenal sama Allah subhanahu wa ta'ala? Gue harus belajar. Nah itu. Baru itu akan berubah nanti. Selalu demikian adik. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk menjadi hamba-hambanya yang soleh. Amin. Makanya pentingnya kita belajar buku-buku seperti ini, buku-buku yang direkomendasi oleh para ulama kita. Kita lanjutkan sejenak materi kita kembali ke kitab. Tolong dibaca. Wattajawus wa husnul khulub Waru'iyatul ihsani wa syukrun ni'mati Wa syafaqatu ala khulqillah Walhayau minallah ta'ala wa minal nas Wa mahabbatullahi ta'ala Baik, cukup Bismillahirrahmanirrahim Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Kita bahas Ominal akhlakil mardiah kan Dan diantara akhlak-akhlak yang dirutuh itu yang pertama, dawa motobah. Dan tolong di, menjelang Ramadan ini lebih ditekankan hadirin. Banyak-banyak tobat sama Allah. Apalagi jarak antara kita dengan Ramadan tinggal satu bulan. Eh satu bulan, satu pekan. Ya satu pekan. Sabarlah hadirin. Galak banget sih Allah. Subhanallah. Tapi gak bagus. Jadi sensornya aktif. Sensornya aktif. Jadi tinggal sepekan lagi insyaallah. Kalau hilal terlihat berarti insyaallah kita puasa tanggal hari Sabtu. Insyaallah kalau hilal terlihat. Berarti sepekan lagi insya Allah Banyak-banyak Tawabat lah Dan ini juga tentu saja paling berlaku Buat saya juga Kita butuh ampunan dari Allah SWT Khususnya Menantap Ramadan Dan secara umum sebagai seorang penutup ilmu, sebagai seorang muslim, sebagai seorang yang beriman, sebagai seorang hamba yang sadar akan banyaknya dosa dan khilaf. Itu harus banyak-banyak bertobat sama Allah. Kata para ulama, barang siapa yang mengenal dirinya, jelaskanlah Zarnuji kalau tidak salah, man arofa nafsahu, itu arofa ajizahu, dia akan sadar betapa lemahnya diri dia, betapa banyaknya khilaf yang dia lakukan, betapa kerdilnya dirinya, dan dia akan tahu betapa sempurnanya Allah SWT dan betapa kuatnya Allah SWT. Dan kalau orang sudah mengenali dirinya dan dia sadar bahwa dia banyak kekurangan dan kekilafan dan dia sadar benar sabda Rasulullah SAW setiap anak-anak banyak melakukan kesalahan, maka dia akan banyak bertobat kepada Allah. Dia akan banyak bertaubat kepada Allah SWT. Dan yang setelah banyak bertaubat, yang kedua apa aja, Pak? Keikhlasan. Jadi, jaga keikhlasan kita. Jaga keikhlasan kita dan ikhlas. selalu menjadi isu lah bagi kita. Karena itulah kunci diangkatnya seseorang dan itu juga kunci dijatuhkannya seseorang. Jika dia jujur kepada Allah dan makna salah satu unsur jujur kepada Allah itu ikhlas, maka Allah akan wujudkan cita-cita dia. Tapi kalau dia gak ikhlas, Allah akan mempaskan. Makanya ulama kita mengatakan, barang siapa menuntut ilmu gak ikhlas, maka Allah akan balikan makarnya. Jadi orang yang belajar gak ikhlas itu dianggap makar bagi ulama. Makar. Karena memperlihatkan seolah-olah soleh padahal enggak. Gitu kan. Kalau ada orang gak ikhlas nih, kan dengan datangnya ke masjid ini misalnya, itu kan dia memperlihatkan seolah-olah dia soleh padahal enggak. Kan kayak makar, makar itu di depan baik, belakang nusuk. Itu makar. Maka Allah kan balas makarnya. Kata para ulama. Maka mintalah terus pertolong kepada Allah SWT. Dan kita udah jelaskan ikhlas itu gak mudah. Ikhlas itu susah. Bahkan sebagian ulama seperti Daru Kutni dan lain-lain. mengatakan, Tolabnal ilma liwairillah fa'aba'an yakuna ilalillah. Dulu waktu pertama kali saya belajar, dulu waktu pertama kali kita belajar, jujur saja, kita enggak ikhlas. Bukan karena Allah. Tapi dilawan, Terus belajar, belajar tentang iman, belajar tentang Allah, Allah Maha Melihat, ternyata Allah tahu. Terus ternyata fatal akibatnya kalau gak ikhlas. Dan penuh keutamaan kalau kita ikhlas. Akhirnya dengan terus memperbaiki diri, dengan terus belajar memperbaiki diri, yang awalnya gak ikhlas jadi ikhlas. Itu al-imam daru qutni. Salah satu imam al-Hadid besar. Jadi, kalau itu ulama-ulama besar, ya apalagi kita. Maka, bisa dimengerti kalau kita butuh proses. Yang gak dimengerti adalah kalau kita membiarkan dan mendiamkan ketidakikhlasan itu. Jadi begitu merasa ria atau merasa pengen dipuji, dilawan. Dilawan dan dilawan. Dan yang membuat kita semangat, ternyata ulama juga butuh waktu dan melakukan perlawanan. Jadi kita enggak sendirian. Yang jadi masalah kalau kita berdiam diri. Dan tidak berusaha memperbaiki diri. Nah yang ketiga yang penting, al-yakin. Penuntut ilmu itu harus yakin. Yakin. Jadi harus yakin. Jadi penuntut ilmu itu kalau ingin berhasil harus punya akhlak yang namanya yakin. Terus yakin. Ini penting yakin ini. Para ulama kita mengatakan seperti Khalid bin Ma'dan atau Mi'adan, sebagaimana diruatkan Ibn Abi Dunya, ta'allamu al-yaqin kama ta'allamu al-Quran. Belajarlah keyakinan, belajarlah jadi orang yakin, sebagaimana kalian belajar Al-Quran. Itu. Ta'allamu al-yakin kama ta'allamu al-Quran. Kama ta'allamu al-Quran. Kalian harus belajar jadi orang yakin sebagaimana kalian belajar Al-Quran. Jadi kalau Al-Quran kita ikut tahsin. Kita harus belajar khusus tentang jadi orang yakin. Kalau kita setoran Quran, kita harus belajar khusus. Penting. Dulu ulama kita itu belajar gimana yakin terhadap kebenaran. Yakin terhadap apa yang Allah firmankan dalam hadith Nabi SAW. Beda. Harus belajar keyakinan. Jadi yakin itu bukan hanya sekedar gimana, udah yakin belum? Udah-udah. Lu gimana? Sebentar lagi? Gak bisa begitu. Harus belajar beneran. Benar-benar harus belajar. Itu penting banget keyakinan. Di antara doa Abu Bakar As-Siddiq diriwayatkan, beliau itu berdoa, Allahumma habli imanan, wayakinan, wumu'afatan, waniyah. Ya Allah, berikanlah aku iman. Ya Allah berikanlah aku iman. Lalu yang kedua, keyakinan. Yang ketiga, mu'afah. Kesehatan dan keselamatan. Yang keempat, niat. Niat yang ikhlas. Niat yang lurus. Itu hadirin. Makanya penting ini Sampai diminta manusia terbaik Setelah Rasulullah SAW Manusia terbaik Dari umat ini Abu Bakar Asyid Minta yakin Kita seringkali gak ngerti Mana yang paling penting minta gitu, tapi lupa minta yakin. Kita hidup udah berapa lama hadirin? Hadirin hidup udah berapa tahun? 7? 6? Berapa tahun? Kalau muka-mukanya 18 ya. Seneng itu loh. Itu lah kita. Kita itu seneng kalau dipuji orang, padahal kita tahu bohong. Itu, itu penyakit kita. Tapi kalau dicela, bohong. Fitnah ini. Anang gak rindu Padahal Padahal di sebagian kesempatan itu Ada banyak yang tuh Muji kita yang gak ada pada diri kita Dan kita seneng Gak ada kita bilang Dia telah memfitnah saya Seneng kita Mas komas tuh Ganteng banget, seneng kita Padahal Padahal benar Yang bilang fitnah ya itu urusan dia lah. Nah itulah kita di Allah. Kadang-kadang kita tuh gak konsisten ya. Yang sesuai dengan nafsu kita, kita perjuangkan. Yang enggak kita gak mau. Masa-masa Allah hafiyah. Nah coba, kita ini hidup udah cukup lama ya. Berapa kali kita minta keyakinan sama Allah? Bandingkan. Berapa kali kita minta duit misalnya sama Allah? Kalau minta jadi orang kaya, pernah? Hadirin. Ya Allah. Terakhir bulan apa minta jadi orang kaya? Februari, Pak Ustaz. Terakhir tanggal 22. Mas Asar. Kalau minta keyakinan, kapan terakhir minta keyakinan hadirin? Gitu. Tahun berapa kita minta keyakinan? Lupa kita. Padahal lebih baik mana? Jadi orang kaya atau jadi orang yang yakin? Jadi orang kaya yang yakin. Nah itu. Itulah pinteran yang hadirin banyak belajar. Ya tapi itu memang Masya Allah ya. Tapi kalau gak bisa harus milih jadi orang yakin itu lebih mantap. Walaupun kita gak kaya. Ibn Mas'ud rahimah mengatakan bahwa inna ar-rawha wal-faroja fil-yaqin wal-rida wa inna al-gham wal-huzan minasyakhi wa sukhut Sesungguhnya kegembiraan, kenyamanan. Dan jalan keluar itu, itu selalu bersama atau selalu ada pada keyakinan dan ridho sama Allah. Jadi kalau kita yakin sama Allah, ridho sama Allah, selalu happy. Kalau senang, selalu plong gitu loh. Dan dikasih jalan keluar sama Allah. Dan sebaliknya, sesungguhnya kesedihan, kekhawatiran. Baik kesedihan karena kejadian masa lalu, atau kekhawatiran terhadap masa depan, overthinking ke masa depan. jadi paranoid, takut, sedih, khawatir terus, itu ada pada syak, ragu-ragu, gak yakin. Wesuket, gak ridho sama Allah. Jadi yang membuat kita nyesek itu bukan pada saat kita gak punya duit atau jadi orang miskin. Tapi pada saat kita tidak ridho dengan ketetapan Allah yang menjadikan kita orang miskin pada hari-hari ini. Nah biasanya apa? Biasanya kita pikir karena kita miskin, gak punya duit. Makanya kita sedih, sengsara, susah. Padahal bukan itu. Yang bikin kita sedih, sengsara-sengsara itu pada saat kita gak yakin dan gak rindu. Tapi karena dua hal ini datang bersamaan, dan itulah salah satu bentuk ujian dunia, orang yang gak belajar dan gak mujahadatun nafas, gak berusaha sungguh-sungguh, salah ngeliat, salah mendiagnosa. Akhirnya kesimpulan dia, karena gue miskin. Padahal bukan. Enggak. Gitu loh. Jadi itu poin. Bukan karena miskin, tapi karena tidak rindu dengan apa yang lo tetapkan. Sebaliknya, ada orang yang kaya terus rido gitu loh. Yang membuat dia tenang, bahagia itu bukan karena miskin. Balik lagi ke kemiskinan. Bukan karena dia kaya, tapi karena dia rido gitu loh. Ya kalau gitu kan enak Pak Ustadz ya. Gue rido nih, duit gue 70M. Tapi gak semudah itu loh. Benar gak? Yang ngerti yang pernah kaya. Antum ngerti gak? Gak harus yang punya, gak harus pernah ya. Tapi gak demikian loh. Ada banyak orang itu, fulusnya sudah banyak, tetap tidak rido. Tidak rido dengan kondisi dia sekarang. Dan tidak yakin, karena harus yakin dulu. Ada orang itu hidupnya paranoid, ketakutan. Karena dia tidak punya keyakinan bahwa ini itu hanya titipan misalnya. Ini kehidupan dari Allah. Kalau akan tanya, jadi yakin ini penting. Yakin itu penting. Hadirin hafal satu ayat dan yakin. Itu bisa buat hadirin senyum-senyum sendiri. Gila, bukan. Bahagia gitu loh, senang gitu loh. Tapi hadirin hafal satu surat, gak yakin, gak tenang hidup. Beneran. Hafal, innamal usri yusro. Yakin. Oh, mantap. Hari itu ditolak lamarannya, Tuhan kata, hari itu ikhwannya mundur, tenang. Innamal usri yusro. Jadi hadirin Allah muliakan, itu poin. Nah makanya sekali berabu bakar sidik, doa minta keyakinan. Kenapa? Penurut ilmu itu harus yakin. Jadi ini bukan tentang banyak-banyakan ilmu. Ini seberapa ilmu itu kita yakini. Beda. Ketika wafat, hafal Quran 30 juz gak? Yalah Pak Ustaz, gimana iya. Emangnya udah turun 30 jus? Kan belum. Ini hadirin suka lucu ya. Kan belum meninggalkan di fase Mekah. Jangan kan 30 jus. Semua surat madaniah aja belum ada yang turun. Tapi mengapa mengalahkan banyak pihak yang hafal 30 jus? Walaupun menghafal 30 jus sangat positif. Yang bedakan apa? Yakinnya itu. Beliau sudah membuktikan keyakinannya. Diboykot 2-3 tahun hadirin. Gitu. Siapa diantaranya pernah diboykot karena mempertahankan kebenaran dan yakin itu sebuah kebenaran. Sampai gak dijual, gak ada yang mau beli, gak bisa jual, gak bisa beli. Akhirnya makan sebagian dapat memainkan daun-daunan. Oh itu gak mudah, susah. Ngalamin hari-hari dimana satu kota. Menyerang beliau dan suami beliau. Sallallahu alaihi wasallam. Dan suami beliau dikatakan dukun. Dikatakan tukang sihir. Pengkhianat. Nenek moyang. Oh habis. Eh gak mudah itu. Selekat. Yakinnya itu. Ini kuncian hadirin. Al-Hasan pernah menyampaikan, Ya anak Adam, salah satu bentuk lemahnya keyakinan, Lemahnya keyakinan. Apa yang di tanganmu, lebih kamu percaya dan yakini dibanding apa yang ada di tangan Allah. Ketika kita lebih yakin, lebih terikat dengan apa yang kita punya, dibanding apa yang Allah janjikan, Itu berarti keyakinan kita lemah. Keyakinan kita apa? Lemah. Oh, gak mudah itu. Jadi orang yang yakinnya kuat itu, yang Allah janjikan, lebih dia pegang, lebih dia percaya dibanding apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar dari omongan orang atau ucapan manusia. atau barang yang dia punya. Baru Anda punya keyakinan yang solid. Nah ini yang harus dibangun. Makanya pentingnya di awalnya hadirin. Jadi nanti ketika hadirin belajar bab-bab ilmu, itu bukan hanya sekedar lewat, yakin kita. Hadirin belajar sholat gitu, yakin sholat. Bukannya segedarnya, yakin. Itu penting. Karena itu ketenangan, kebahagiaan, itu ada di sana. Makanya tadi kan kata Ibn Umar, ketenangan dan kenyamanan, kelapangan, itu ada pada apa? yakin dan ridho. Masih ingat cerita Nabi Musa AS? Ketika Allah ceritakan dalam surah syuara ayat 61, فَلَمَّ تَرَى الْجَمْعَنِ أَوَلَا أَصْحَابُ مُوسَىٰ إِنَّا لَمُدْرَكُونَ Ketika dua kelompok Nabi Musa alaihissalam di depan, Fir'aun dengan bala tentaranya di belakang, mereka sudah saling melihat, maka sebagian pengikut Nabi Musa atau yang ada di rumah Nabi Musa mengatakan kita akan ketangkap. Kita akan ketangkap. Bahkan pakai dua penekanan lagi dalam bahasa Arab. Pakai apa? pakai nun dan pakai lam. Artinya pasti kita tertangkap. Bahkan pakai dua, pasti-pasti kita tertangkap. Itu kalau ujian Bahasa Indonesia salah. Pengulangan gitu enggak boleh ya dulu. Kalau enggak salah. Lalu apa kata Nabi Musa? Ayat berikutnya, Qala qala inna ma'iyarabbi sayahdin. Enggak, bukan begitu. Sesungguhnya Rabku bersamaku dan Allah akan memberikan petunjuk. Sa, sayahdin. Lihat huruf sa, safatha, sayahdin. Artinya, akan memberikan petunjuk. Berarti sudah atau belum? Belum. Nah itu, yakin itu. lebih percaya janji Allah, walaupun belum kelihatan dibanding yang udah kelihatan dari dua ayat ini, yang galau siapa hadirin? kok bingung kok, hadirin jangan ikutan galau memang benar masalah lagi berat sekarang, tapi kita harus ini yang galau siapa dalam dua ayat ini? Pengikut Nabi Musa, yang tenang, lapang itu siapa? Nabi Musa alaihissalam. Pertanyaan berikutnya, ujiannya Nabi Musa dengan sebagian pengikutnya sama atau beda? Loh, ujiannya pada dua ayat ini nih, sama atau beda? Sama. Kondisi yang dihadapi sama atau beda? Sama. Kegentingan yang terjadi sama atau beda? Sama. Kenapa bisa beda? Yang satu galau, yang satu tenang. Karena yang pertama fokus dengan apa yang dilihat. Nah itu. Oleh mata. Sedangkan Nabi Musa fokus dengan apa yang Allah janjikan. Nah itu tadi. Nah ini kita nih. Sama ujiannya. Sama masalahnya. Sama kegentingannya. Tapi yang satu fokus sama yang dilihat, yang dilihat Firaun di belakang. Aduh hadirin, pengen makan juga hilang selera kalau ngeliat Firaun. Kan begitu, Firaun aduh. Itu masalahnya, karena fokus dengan apa yang dilihat. Nabi Musa enggak, Nabi Musa fokus. Sama janji Allah. Jika kalian menolong agama Allah, Allah akan tolong kalian. Kita di posisi ini bukan karena kita maksiat. Bukan karena kita bersalah. Apalagi kita melakukan kesyirikan. Kita di posisi ini karena kita mentauhidkan Allah. Beriman kepada Allah dan memperjuangkan itu. Dan mendakwahi kepada Fir'aun. Gak mungkin Allah gak tolong. Yakin gak mungkin. Itu adik-adik. Akhirnya terpecah. Makanya itu tadi pelajaran mahal. Bahwa kalau iman kita rendah, kita tuh fokus pada kasat mata. Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar. Dan kita akan terpengaruhnya cepat. Dan otomatis gak enak hidup kayak begitu. Kita galau, kita stres, kita panik. Karena diomongin, ngomong ini, ngomong itu, ngomong itu. Tapi orang yang yakin, kalau hadirin yakin, kita yakin, kita fokus pada apa yang Allah janjikan. Pertanyaannya adalah, apa yang Allah riduhi nih? Allah riduhi nih, Bismillahirrahmanirrahim. Tapi Anda akan diomongin orang. Yang Allah janjikan lebih saya percaya. Itu hadir. Terbukti. Akhirnya tenang Nabi Musa. Dan betul kan? فَأُحَيْنَا إِلَى مُوسَىٰ أَنِضْرِبْ بِعَصُوكَ الْبَحَرَفَنْ فَلَقَوْا Maka setelah itu kami wahyukan kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke permukaan laut, lalu laut pun terbelah. Nah kita masuk ke konteks kita juga. Depan kita Ramadan yang hadirin. Selalu kan? Peperangan batin diantara kita itu kan itu. Antara janji pahala dari Allah sama Nah itu hadirin. Nah kita pilih mana? Tapi aku harus mencari nafkah. Kalau memang harus mencari nafkah dan Kita ini gak apa-apa, tapi kan saatan-saatan. Ada waktunya kita cari nafkah, ada waktunya kita cukir balik ibadah. Seringkali kita itu kebablasan. Dengan alasan ini momentum setahun sekali Pak Ustadz. Emangnya Ramadan dua kali setahun? Kan enggak, sama-sama setahun sekali. Emang ujanya disana harus milih gitu loh. Dan setiap orang beda-beda, makanya kita gak bisa jadi judgemental, kita gak bisa memfonis orang. Kita harus tanya diri sendiri, karena sekali lagi kebutuhan orang, kondisi orang, dan masalah orang beda-beda. Kita husnudon sama orang, baik sangat, tapi tanya diri kita, emang iya nih, kita harus. Emang gak bisa libur dulu misalnya? Atau gak bisa ambil cuti? Atau gak bisa dibagi? Kenapa? Karena sayang nih. Romantun. Setahun sekali. Belum tentu kalau lokasi kesempatan kita tahun ini, belum tentu tahun depan masih ketemu. Belum lagi lelah tuluk kodar. Nah ini masalah keyakinan seringkali perangnya. Kalau kita mau jujur, makanya coba deh dibangun. Jadi ini yang harus kita yakini, bahwa apa yang di sisi Allah, janji Allah, itu lebih kita yakini dibanding apa yang ada di dalam hidupan fana ini. Kalau bicarakan enak, wal akhiratu khairullah khaminal ula. Alfal itu jamaah. Artinya apa? Akhirat itu lebih baik daripada dunia. hafal, ngerti pertanyaannya, seyakin apa kita. Dan itu kan ujian kita beda-beda semua, hadirin. Tapi intinya, ini yang harus bermain. Wal akhiratuh khairu wa abakal. Dan akhirat lebih baik dan lebih kekal. Kalau punya uang nih, investasi mana yang pertama kali kita gunakan? Dunia lah, kita punya uang 100 juta, ada dua investasi, kan kita akan cari yang paling nguntungin. Nah sekarang, ada investasi akhirat, ada investasi dunia. Mana yang kita utamakan? Gitu aja. Ini semua tentang keyakinan. Mana khasat sodakotum ninmal Sedekah itu tidak akan mengurangi Harta, enak dengarnya Tapi seberani apa kita Bermain sebagai tangan di atas Dan itulah Rasulullah SAW Di Ramadan Nabi SAW Beliau adalah manusia yang paling dermawan Wajad ma yakunu fi Ramadan Dan Nabi SAW paling dermawan itu Ramadan. Kenapa? Yakin. Bahwa di Ramadan itu pahala dilipat gendakan. Ini tentang keyakinan. Ini tentang keyakinan. Masih yakin apa kita? Kalau kita yakin, oh, tenang hidup kita. nyaman hidup kita, plong hidup kita. Tapi kalau kita ragu-ragu, gak enak. Jangankan masalah-masalah kehidupan atau pelik, kita ragu-ragu belok kanan atau belok kiri aja, gak nyaman tuh perjalanan. Ngalamin itu gak sih? Bro, belok kanan kiri? Kanan kiri ya. Kanan, kiri. Eh, kanan, kanan, kanan. Itu bisa tabrakan loh hadirin. Dan gak enak hidup. Hidup tuh gak enak. Ragu-ragu tuh paling gak enak. Bahkan sebagian orang mengatakan lebih baik yakin tapi salah. Daripada hidup ragu-ragu. Iya gak sih? Kan misalnya kita mau ke rumah orang nih, kiri atau kanan? Kanan. Padahal salah kiri. Tapi kayaknya kita yakin gitu loh. Yakin di atas jalan yang salah gitu. Tapi bukan mengikut hawa nafsu. Emang kita terkecoh atau lu. Tapi yakin, yakin. Itu hidup, rasanya tuh pelong aja loh. Pas dicek. Dicat ke ini, ke map atau apa, eh salah deh, staff filoto beli. Nanti ketawa-ketawa aja tuh di satu mobil, muter balik, seneng, eh enak hidup gitu. Makanya kan asal jangan ngikutin hawa nafsu. Yang jadi masalah kan ngikutin hawa nafsu itu. Tapi kalau spontanitas gitu tuh, itu jauh lebih enak daripada Hidup tuh ragu-ragu, kanan-kiri, kanan-kiri, kanan-kiri. Bingung itu. Gak enak hidup kayak gitu. Gak yakin ini penting. Dan harus dipelajari. Ada pembahasan khusus tentang, kan makanya tadi kata para ulama, ta'allamu liyakin, eh harus belajar nih. Yakinan. Benar gak diri? Dan apa? Kalau kita evaluasi diri ya, kita nih sore ini sepakat ya, yakin itu penting gak? Oke. Udah pernah belajar belum? Gimana jadi orang yakin? Itu kan. Udah habis kajiannya. Belum, belum. Nanya aja, nanya. Sedangkan, ada banyak hal, gak penting kita udah pelajari. Subhanallah itu ya. Kalau Allah gak kasih topik, ada banyak hal gak penting. Kita pelajari, hafal lagi kita, gak penting padahal. Sekarang semua udah ada. Tinggal tanya Google, chat di PT lah, segala macam. Jadi hafalin. Ngapain gue hafalin dulu ya gitu. Itu hadirin. Tapi ini yang jadi asas kehidupan, kunci kebahagiaan, kunci ketenangan, sehari pun kita gak pernah pelajari. Subhanallah. Tapi kita bersyukur Allah kasih daya sekarang. Sekarang lebih baik daripada gak sama sekali. Tapi ini menunjukkan bahwa Kita butuhlah pertolongan Allah SWT, kita butuh taufik dari Allah SWT. Dan kita harus ubah hidup kita hadirin. Gak bisa gini-gini terus. Kita udah banyak blunder dalam hidup. Banyak salah arah dalam hidup. Banyak buang-buang waktu dalam hidup. Kalau kita gak sadari itu, gak istighfar, gak tawabat, mau jadi apa hidup kita? Ini yakin, ini penting. Tapi seringkah ada diantara kita gak pernah belajar sama sekali. Padahal ketenangan, kebahagiaan, kenyamanan itu lahir dari keyakinan dan rido kata para ulama. Aku lukul ya hadha, kita break sholat dulu. Semoga Allah memberikan tofi kepada kita. Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Hadirin Allahumma liyakan sedi antara akhlak yang mulia adalah keyakinan dan ini harus jadi isu besar dalam hidup kita sampai kita wafat nanti dan semoga kita diwafatkan khusus khatimah amin urba alamin dan kita harus segala mempelajari hal ini Dan mulai dari sekarang adalah kita tahu misalnya kondisi banyak di antara kita sedang tidak mudah khususnya secara finansial, maka siakin apa kita dengan arrozak? Siakin apa kita dengan? Janji Allah SWT. Segini apa kita dengan Wa man yatakillah ya ja'allahu makhroja wa rizuku min haythu lai tasib Para siapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan memberikan jalan keluar dan riski dari arah yang tidak ia duga-duga. Kita menjelang Ramadan. Persiapan kita itu ditentukan sejauh siakin apa kita dengan Ramadan, siakin apa dengan hadith bahwa walillahi utaqa minan nar diseti dan Allah memiliki hamba-hamba yang Allah bebaskan dari api neraka di bulan Ramadan dan itu setiap malam. Itu setiap malam. Maka setiap malam di Ramadan adalah peluang pembebasan terhadap api neraka. Maka bagaimana kita mempersiapkan malam-malam tersebut? Keyakinan tentang Laylatul Qadar, Khoirun min alfis syahr, dan kita punya pengalaman bertahun-tahun, sepuluh malam itu enggak mudah. Dan kita butuh start yang bagus, dan start yang bagus butuh persiapan yang baik, dan persiapan baiknya di hari-hari ini. Jadi semua tentang sedalam apa keyakinan kita kepada Allah SWT dan janji dan ancaman dari Allah SWT, semua tentang hal itu. Makanya Allah menyampaikan di dalam surat as-sajadah ayat 24 Dan kami jadikan imam-imam dalam agama dari mereka dari Bani Israel Jadi kami menjadikan imam dari Bani, ini ayat tentang Bani Israel hadirin. Yahdu Nabi Amrina, mereka jadi imam, mereka jadi pemimpin yang mengajak atau memberikan arahan menggunakan wahyu dari Allah SWT. Karena pemimpin banyak, tapi enggak semua menggunakan apa yang Allah wahyukan dan menjalankan apa yang Allah perintahkan dan menjahil apa yang Allah larang. Tapi kata Allah pemimpin atau imam-imam ini menjalankan itu semua. Nah bagaimana caranya? Karena itu susah. Jadi berada di level paling atas itu susahnya minta ampun. Pakai jalan yang haram hanya susah. Allah firmankan dalam ayat ini, itu pakai jalan yang halal dan ketika di atas pun enggak goyah. Itu susahnya minta ampun hadirin. Gimana caranya Allah katakan, Lama sobaru wakanu biayatina yukinun. Ketika mereka sabar dan mereka yakin dengan ayat-ayat kami. Makanya ini kaedah kehidupan hadirin. Dijelaskan para ulama dan nanti bisa cek di Tarsir Ibn Kathir dan lain-lain. Kaedah sukses itu, Bisa beri waliakin, Tunalul imamatu fid din. Bisa beri waliakin, Hanya dengan kesabaran dan keyakinan, Kepemimpinan atau level tertinggi di dalam agama, akan didapatkan. Jadi hanya dengan kesabaran dan keyakinan, level tertinggi di dalam agama, itu akan didapatkan. Jadi kalau kita dengar imam syafi'i, itu kan imam-imam, imam syafi'i, imam Abu Hanifa, imam Malik, imam Ahmad, itu semua punya dua sifat ini. Sabar dan yakin. Itu hal yang harus kita camkan bersama-sama. Mereka punya dua hal tersebut, sabar dan yakin. Selalu demikian, punya kesabaran dan punya keyakinan. Dari sini kita bisa tahu bahwa, dan kita ngerti bahwa gak ada kesuksesan tanpa kesabaran gitu. Semua kesuksesan di bidang manapun itu butuh kesabaran. Gak ada hadirin merintis usaha hari ini besok langsung sukses gak. Dan kalaupun ada, itu tanda tanya. Dan Kaedah mengatakan, manja'a sari'an, zahaba sari'an. Sesuatu yang datangnya cepat, hilangnya akan cepat. Semua sukses-sukses besar itu butuh proses. Butuh waktu. Butuh tumbuh dan berkembang. Dan semua itu sabar, sabar, sabar, dan sabar. Itu kunci. Kata Nabi S.A.W. Dan kesabaran, kemenangan dan pertolongan itu bersama kesabaran. Lihat bagaimana Rasulullah SAW. Dari awal beliau sudah gelisah, tidak nyaman dengan berhala dan kesyarikan di kota Mekah. Dari awal. Bahkan itu yang membuat beliau menyendiri di Gua Hiro. Dan beliau berdoa kepada Allah SWT untuk membersihkan Mekah dari kesyirikan. Tapi pertanyaan, kapan diijabah sama Allah? Kapan diijabah diri? Kapan Fatoumaka? Hah? Ya, Fatoumaka? Ya Allah, heran. Tahun 8 Hijri ya, berarti berapa tahun ke nabian? 21 ke nabian, 21 tahun loh. 21 tahun, baru itu bisa diselesaikan. Dan itu sunatullah. Makanya kita baru hijrah 1-2 tahun, itu langsung pengen semua mimpi jadi kenyataan. Rasulullah SAW enggak demikian. Manusia terbaik, Rasulullah SAW enggak demikian. Itu manusia terbaik, Sallallahu alaihi wasallam. 21 tahun belum harus tunggu. Nah 21 tahun itu kan butuh kesabaran. Butuh kesabaran. Kalau enggak sabar, enggak bisa. Butuh kesabaran. Lama. Butuh perjalanan panjang. Dan 21 tahun itu, itu isinya air mata, keringat, darah, letih, lelah, rasa sedih. Sampai ada amul huzan, tahun kesedihan. Bagaimana lalu setelah itu Hamzah wafat di perang Uhud. Itu semua dijalani Nabi S.A.W. untuk Mimpinya itu, salallahu alaihi wassalam. Akhirnya kota Mekah semua steril dari berhala. 21 tahun. Kita gak usah bicara macam-macam. Kita telah dani saja Rasulullah SAW. 21 tahun hadirin. Apa susahnya Allah SWT mensterilkan kota Mekah begitu Allah mengangkat beliau sebagai Nabi dan Rasul. Kan gampang. Tapi bukan begitu sunatullah. Sunatullah gak demikian, pola Allah itu gak demikian. Butuh waktu, butuh perjuangan, butuh tenaga, butuh keringat, butuh capek, butuh lelih. Lelih itu kan, udah berantakan semua. Ya Allah, butuh lelah letih, nah itu lelah letih itu. Jelas dan letih. Dan itu semua mengarah pada satu kata, kesabaran. Wa'ana nasra ma'asabar. Kemenangan itu selalu bersama kesabaran, kata Rasulullah SAW. Jadi kalau kita ingin menang, sabar. Enggak bisa buru-buru. Dan disitu kan juga sisi salah satu makna dari dosa dan malasihat apa? Jalan pintas, selalu demikian. Hadirin baca, lihat apa makna dibalik banyak sekali dosa. Jalan pintas. Mulai dari mencuri, nyolong, nyopet, sampai korupsi, itu apa semua? Jalan pintas. Judi, kenapa judi? Jalan pintas. Semua orang cari jalan pintas. Membunuh. Jalan pintas dendam, jalan pintas dibunuh orang. Padahal Allah janjikan sabar. Orang yang zolimnya Anda tidak akan bahagia. Dan Allah akan balas. Enggak terima. Paling jalan pintas disikat orang. Zina, jalan pintas. Enggak mau jalani pernikahan yang berat. Pernikahan berat hadirin. Benar gak hadirin? Benar, dalam itu yang ngangguk loh. Gitu loh. Perniagaan itu berat. Orang gak mau enaknya doang. Ingin menikmati wanita dengan cara yang rendah gitu. Padahal wanita mulia. Akhirnya zina. Jalan pintas. Gak perlu nafkah, gak perlu kasih tempat tinggal, gak perlu ini, gak perlu itu. Jalan pintas. Begitu hamil suruh gugurin, semua jalan pintas. Enak aja. Lihat mas, masa itu jalan pintas. Makanya butuh kesabaran. Butuh kesabaran. Nah, ulama mengatakan diantara Lukman mengatakan, Anda gak akan bisa sabar kalau Anda gak yakin. Karena arti sabar adalah waktu. Adirin, salah satu unsur kesabaran adalah ada gap, ada jenjang, ada perbedaan waktu antara harapan kita dan kenyataan dari harapan tersebut. Ada jeda waktu antara mimpi kita dan terwujudnya mimpi tersebut. Kalau tidak ada jeda waktu, Anda tidak perlu sabar. Sabar itu artinya ada jeda waktu, ada gap. Dan selama gap tersebut, seringkali itu semua gak bisa dilihat oleh mata dan gak bisa didengar oleh telinga. Artinya gak jelas. Tapi bisa kita yakini dengan hati kita. Kenapa? Karena Allah yang berfirman. Kenapa? Karena Allah SWT yang menjanjikan. Jadi itu poin. Makanya pentingnya keyakinan. Makanya Luqman mengatakan, Anda gak akan bisa sabar wahai anakku kalau Anda gak yakin. Lihat bagaimana makanya kenapa Luqman dinamakan Luqman Al-Hakim, itu dari kecil anaknya itu dididik begini. Harus yakin kamu. Kalau kamu mau sukses, kamu harus sabar. Dan kamu gak akan bisa sabar kalau kamu gak yakin. Yakin. makanya bisa beri wali yakin, hanya dengan sabar dan yakin itu membuat kita percaya bahwa ada kebahagiaan setelah kesulitan karena kita yakin sama Allah SWT harus sabar dan untuk sabar harus yakin kalau kita udah ragu-ragu, kita gak akan sabar Hadirin sudah gak, udah meragukan partner hadirin gak akan sabar ngadepin dia. Coba aja. Ah, omong kosong nih orang. Udah gitu, kita gak sabar ngadepin. Begitu kita udah gak, kita ragu-ragu gak akan sabar. Gak akan sabar. Ibu, kalau suami udah meragukan sabar gak ngadepin suami, Bu? Bu, udah tidur belum? Ibu-ibu, kalau ibu-ibu udah meragukan suami, ini bener gak ya suami saya? Sabar gak ngelapin suami? Iya, pulang ibu-ibu. Gak ada. Belum-belum gak ada. Kalau gak percaya sama istri, ragu-ragu, ini sih saya, kalau saya dinas atau apa, dia istia gak? Hadirin bisa sabar ngelapin istri? Gak akan bisa sabar. Emosi, marah, kesel, curigaan, gak akan sabar. Kita kalau udah gak yakin, oh berat hidup. Dan gak akan sabar. Maunya marah. Maunya ngelabrak. Maunya ngomel-ngomel. Karena kenapa? Gak yakin. Maka yakin ini fondasi. Makanya syaiton kan ingin ngancurin itu. Syaiton ingin menghancurkan hal tersebut. Jadi hadirin Allah Muliakan, gak akan bisa sabar kalau kita gak yakin. Makanya kita gak akan sabar cari Laylatul Qadar kalau kita gak yakin. Makanya seringkali kalau kita bercanda Ramadan, ini bukan masalah bukan masalah fisik hadirin. Orang banyak yang nonton bola bisa melek kok. Nonton bola. Enggak ada utamaan dari Al-Quran dan hadith. Bisa melek. Ini khairun min alfisyaher. Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah tadi malam, gue juga sempat baca doa sih. Insyaallah dapat. Doa lo apa? Bismillahirrahmanirrahim. Bacanya tuh. Allahumma inna ka'afu'un. Gak apa-apa. Ya boleh. Tapi jangan langsung tidur begitu. Ini semua tentang keyakinan. Coba deh, kalau kita yakin, melek kita, sabar kita ngeladukin itu. Ini semua tentang keyakinan. Saya yakin apa kita? Kalau kita yakin di Ramadan ke depan, insya Allah hatam, minimum sekali. Saya begitu yakin kita goyah, dan kita gak perlu, ini tentang pembuktian. Ini bukan vokal-vokalan suara. Sesibuk apapun hadirin atau sibuk kita di Ramadan nanti, InsyaAllah khatam sekali. InsyaAllah. Kalau yakin, bahwa satu huruf 10 kali lipat, gitu loh. Aku gak mengatakan alif, lam, satu huruf, tapi alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf. Lalu kita yakin bahwa ini bisa sangat mendukung kita di hari kiamat. Kita tahu juga dosa-dosa kita banyak dulu. Ini kesempatan saya memperbaiki diri. Dan yakin. Yakin. Al-Quran itu syafaat pada hari kiamat. Yakin itu. Insyaallah khatam. Makanya seringkali kita tuh, oh tahun lalu gak khatam. Fokusnya langsung, kayaknya gue terlalu sibuk. Ya sibuk, tapi akar masalahnya bukan. Sibuk teknis. Akar masalahnya adalah, berarti kita kurang yakin. Kecuali kalau kita udur syariah itu beda lagi. Tapi seringkali itu. Orang tuh kalau yakin disempetin kok. Bisa dengan Taufiq Allah SWT. Sabar tuh nahan ngantuk, sabar nahan ini. Kenapa? Yakin kita. Yakin sih yakin-yakin. Hadirin, kalau ada orang terkaya di Jakarta menjanjikan kalau hadirin hatam satu kali dengan asal jangan kurangin kegiatan, pekerjaan, segala macam. Bahkan tambah deh, dua jam lagi. Tapi hatam. Saya kata orang itu, saya akan belikan rumah di SCBD. Hatam gak? Hatam. Hatam. Iya. Tapi kalau Allah yang kasih janji, Aduh mohon maaf Pak Ustaz. berat, lembur Pak Ustadz. Ini bukan mas, ini keyakinan itu loh. Kalau manusia yang janjikan yakin. Yakin lah dia orang kaya. Bikin malu-maluin reputasi dia kalau gak ngasih. Gitu. Tapi ini Allah SWT yang janjikan. Makanya adil sekalian. Di antara di antara Di antara kiat, agar bisa yakin dan menambah keyakinan. Ada banyak kiat, tapi pada kesempatan kali ini, paling enggak kita tanda beri satu dulu lah. Ada banyak yang ada doa dan seterusnya, tapi satu dulu. Kita harus punya kehidupan dengan Allah SWT. Itu kalau ingin nambah keyakinan. Gak bisa hanya dengan dengar aja. Harus punya kehidupan. Harus punya kehidupan dengan firman-firman Allah. Harus punya kehidupan dengan sunnah Nabi SAW. Harus punya kehidupan dengan Allah. Hadirin Allah muliakan. Ada teman baik kita selama 20 tahun bersahabat, jujur, baik hati, tidak sombong, suka menabung, lalu akhlaknya mulia, perhitungannya tajam, segala macam. 20 tahun kita bergaul sama dia. 20 tahun kita... Barang-barang, bahkan sempat waktu kuliah empat tahun kita hidup bareng satu ibu kos dengan dia. Maksudnya di kos di tempat yang sama. Empat tahun hidup bareng. Lalu setelah itu ambil S2 bareng. Di overseas, di luar negeri, hidup bareng satu tahun. Hari ini hadirin dapat uang warisan. 30 miliar misalnya. Contoh Tapi enak ya Artinya hidup hadirnya itu simple ya Kasih contoh Fiksi ini aja udah seneng gitu loh Iya kan Jelas-jelas kan ini gak bener kan Seneng gitu dia Dapat uang warisan 30 miliar Enak Berarti gampang bahagia Alhamdulillah Orang tuh susah Ada banyak orang beneran 30 miliar gak bahagia Ada orang benar-benar punya 3M, 30M, mukanya gak kayak hadirin cemberut, sebel, kesel, marah-marah, ini hadirinnya enak ini bersyukur sama Allah, gak perlu capek-capek, pokoknya denger kayak gini bahagia hati hari ini dapet 30M, terus ditelepon bro lo mau invest gak ke gue, gitu, mau dorobah Tapi gue minta semua duit lo, gitu. 30M-nya. Gitu. Gak boleh. Pokoknya 30M. Chip-in 30M, kalau enggak, gak usah. Insyaallah Allah ngasih keberkahan. Kira-kira kita chip-in sama dia gak? 30M nih. Ya Allah. Gak jadi deh dipuji, ini kan fiksi kok mikirnya benar gak ya? Jangan-jangan ada mau isi horror dulu. Astagfirullah. 20 tahun sama nih orang, baik segala macem, analisnya tajam segala macem. Sekarang yang bilang 30M, chip in atau gak usah? Chip in gak? Chip in lah. Kenapa? Karena kita sudah punya kehidupan dengan dia. Bukan hanya teman, kehidupan dengan dia. Baik, gak pernah berkhianat, gak pernah bohong, jujur, gak sombong, suka menabung. Kan tadi kita bilang tadi. Pokoknya semua, oke. Maka kita akan berani, Cipin. Waktu 30M kita berani. Yakin kita. Kok bisa yakin? Gue punya kehidupan sama dia. Banyak kita gak punya kehidupan dengan Allah. Banyak kita gak punya kehidupan dengan ayat-ayat Allah. Hidup kita berapa puluh tahun sama makhluk A, makhluk B, makhluk C. Tapi gak pernah kita benar-benar menggenggam apa yang Allah firmankan di dalam kehidupan kita. Makanya gak kurang yakin. Cobalah. Makanya Allah mengatakan, Dan bertakwalah kepada Allah, dan Allah akan ajarkan Anda. Makanya kan tingkatan yakin apa? Tingkatan tertinggi yakin itu apa? Tindakan tertinggi ini. Hakul yakin. Apa artinya hakul yakin? Hakul yakin itu keyakinan di titik muasyaroh dan muholatoh. Kita bukan hanya tahu teori. Kita bukan hanya ngeliat, tapi kita sudah merasakan. Itu tingkatan tertinggi keyakinan. Kenapa Nabi Musa begitu yakin dengan Allah SWT? Padahal gak ada clue. Clueless loh Nabi Musa AS. Sebagai maksudnya, Inna ma'iyarabi sayah, sayah din. Nabi Musa SAW gak beritahu, Inna ma'iyarabi kothadani. Enggak. Jangan ngomong gitu. Robku bersama dengan aku dan beliau telah kasih petunjuk. Tenang dulu, udah dikasih nih loh. Udah ada bocorannya. Kan bilang gitu Nabi Musa. Nabi Musa bilang, Allah akan memberikan petunjuk. Kenapa beliau begitu yakin? Karena hidupnya itu, hidup beliau alaih salam, itu sudah mengalami Berbagai macam ujian dan ditolong sama Allah SWT. Karena beliau on track. Beda dengan kita hadirin sekalian. Beda dengan kita. Atau udah pernah dihanyutkan belum hadirin? Untuk kecil? Haa, coba deh sekali-sekali. Yang dihanyutkan yang jelas, jangan kayak Nabi Musa. Nabi Musa sudah pernah dihanyutkan. Mati? Enggak. Luka-luka? Enggak ada ribet luka-luka. Cacat? Enggak. Kena arus? Enggak. Bahkan trauma pun enggak. Ada banyak anak kecemplung sebentar aja, trauma langsung. Nabi Musa enggak. Enggak kebalik, enggak segala macam. Bayangkan itu loh hadirin. Berhenti, enggak berhenti. Lalu menepi di mana itu? Istananya Firaun. Bayangin gak sih hadirin? Hadirin lari dari singa. Eh masuk ke kandang singa. Bingung. Selesai. Tapi gak ada apa-apa. Ditolong sama Allah SWT. Dan menariknya. Di sana Fir'aun. Bukan hanya fisik yang selamat. Iman dijaga sama Allah. Hati dijaga sama Allah. Gak terpengaruh. Gak terpengaruh. Itu istana. Orang yang cirik tawhid. Rububiah, ngaku Tuhan, hadirin. Gak ada pengaruh. Dijaga. Dan itu belum rasakan. Itu belum rasakan. Terus, ketika di madian, gak ada apa-apa. Terus apa? Hadirin. Doa sama Allah SWT. Apa doanya? Takala rabbi inni lima anzalta ilaiya min khairin Fakir Gak ada fulus, gak ada uang, gak ada makanan, lapar, segala macam Bilang Rabbi inni lima anzalta ilaiya min khairin Fakir Saya tuh butuh sama kebaikan yang kau turunkan Berharap sama Allah. Gak minta-minta. Tapi bisa gak minta-minta. Justru ngebantu dua wanita. Dan gak minta upah, gak minta ini, gak pdkt, gak minta nomor telepon, gak ini, gak ada. Gak ada. Baik, doa sama Allah. Bergantung sama Allah. Hasilnya mengecewakan? Enggak. Padahal yang beliau harapkan dari itu apa? Makanan. Untuk menghilangkan lapar atau minum. Yang Allah kasih apa? Istri hadirin. Itu. Pengen gak sih Antum doa sama Allah? Minta nasi padang gitu. Eh Antum dapet uni. Wah. Masya Allah. Dan itu Antum ngalamin sendiri gitu loh. Antum gak minta, gak itu. Dan uninya jago masak rendang. Jago masak ayam pop. Kepala ikan. Selesai. Yakin Antum sama Allah. Kau yakin banget nih. Gue udah buktiin. Gitu lah. Lo doa deh sama Allah. Kau doa dapet lah. Itu adik-adik. Ini kan hadirin. Jadi, beliau udah ngelewatin perjalanan panjang itu. Jadi, begitu mentok, udah punya kehidupan sama Allah. Tenang. Udah ngalamin kondisi kritis, kondisi mendesak, kondisi genting. Dan hanya bertawakal kepada Allah. Dan itu berhasil. Dan bukan satu dua kali, berhasil terus. Gak pernah gagal. Allah gak pernah mengecewakan. Allah gak pernah mengingkari janjinya. Maka begitu berada di ini. Beda dengan sebagian pengikut. Sebagian mungkin belum punya hubungan atau kehidupan dengan Allah. Atau tidak seperti beliau. Beda. Jadi kalau hadirin dan kita semua pengen punya keyakinan. Punyalah kehidupan dengan Allah. Begitu lagi susah, jangan bergantung sama manusia sebagai contoh. Kalau masalah ini, jangan berharap sama orang, jangan berharap dibantu, jangan ini. Jadi mulailah, setiap kita beda-beda, tapi mulailah dengan ujian kita masing-masing di hari-hari ini. Ujian kita masing-masing di hari-hari ini. Dan jangan berharap sama orang. Yang harus kita lakukan adalah banyak doa, isti'anah billah, minta tolong sama Allah, lalu akhdul asbab, bersuk, berusaha, dan jangan ambil yang haram. Coba tekan. Butuh waktu. Tapi kalau hadirin bisa, kan mudah juga jadi Nabi Musa. Madian sendirian, gak ada siapa-siapa. Jadi hadirin ya Allah muliakan, kita butuh punya kehidupan dengan Allah. Dalam arti yang kita bahas kan, kita butuh punya kehidupan dengan firman-firman Allah. Kita butuh kehidupan dengan sunnah Rasulullah SAW. Sesuai dengan kondisi masing-masing. Setiap orang beramal sesuai dengan kondisinya masing-masing. Dan Allah maha mendengar, Allah maha mengetahui. Dan Allah gak akan pernah, gak akan pernah mengecewakan kita. Dan kan Allah akan uji kita sesuai iman kita. Jadi kita gak akan langsung dikasih hal-hal yang ribet-ribet, enggak. Kan bertahap. Allah al-hakim, ahkamul hakimin. Allah maha bijak dalam memutuskan. Kita olahraga punya pelatih yang bijak aja, kita gak akan langsung dikasih latihan yang susah dan diatas kemampuan kita. Allah, layuqalifu Allah, hu nafsani ila us'aha. Allah gak membuangkan seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Tapi coba jalanin lah. Nanti beda. Makanya sering kali hadirin, orang yang punya keyakinan-keyakinan yang sangat tinggi ini. Itu kan biasanya orang-orang sudah berumur. Kenapa? Karena ini butuh pengalaman hidup. Dan dari pengalaman itulah dia menyaksikan dan dia merasakan sendiri bagaimana dia berusaha berjuang untuk yakin dengan janji Allah, lalu diwujudkan oleh Allah. Ditolong sama Allah. Dibantu sama Allah. Selalu demikian. Maka gak ada keraguan sama Allah SWT. Kita bisa terapkan itu dengan manusia kok. Ada satu dua orang lebih kita gak pernah ragu sama dia. Kita percaya sama dia. Kenapa? Karena kita punya kehidupan dengan dia puluhan tahun. Dan dia gak pernah ngecewain kita. Padahal pasti dia punya salah. Pasti dia punya khilaf. Tapi dalam hal-hal besar, hal kesetiaan, prinsip, dia gak pernah kecewain. Itu aja kita percaya. Allah, mana ada kesalahan sama sekali. Allah mah sempurna. Gak ada alasan. Cuma masalahnya kita gak punya kehidupan. Kita gak pernah coba. Kita gak mempraktekan. Kita gak pernah nyebur. Kita hanya mau main di tepian terkadang. Akhirnya kita gak pernah nambah iman. Makanya kan Allah gak suka dengan orang-orang yang hanya bermain di tepian. Allah berfirman dalam surat al-Hajj ayat 11 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ Di antara manusia ada yang beribadah kepada Allah di tepian. Apa maksudnya? فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ إِطْمَاءً نَبِيٍ Kalau dia mendapatkan sesuatu yang baik buat dia, dia tenang, senang dia. Oh ini nih. Benar baru ini. Kenapa? Cocok dengan kepentingannya. Cocok dengan kepentingannya, interestnya. وَإِنْ أَصَوَبَتْهُ فِتْنَةٌ Tapi begitu dia menghadapi sesuatu yang gak sesuai seleranya, gak sesuai keinginannya, gak sesuai kepentingannya, إِنْ قَلَ بَعَلَى وَجَهِهِ Dia berpaling. Ini bedanya. Orang yang pengen mendapatkan keyakinan dihadapi. Di atas jalan Allah. Dia percaya janji Allah. Tapi orang yang hidupnya main di tepian, dia berpaling. Inqala ba'ala wajahihi. Dia berpaling. Dia nyamu yang enak. Apa yang terjadi? Orang seperti itu kata Allah. Khasirun dunia wal akhirah. Dia akan rugi. di dunia dan di akhirat. Rugi orang. Orang kalau main di tepian, rugi. Rugi, gak dapat apa-apa. ذَلِكَهُ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ Itu kerugian yang sangat parah dan nyata, kata Allah. Jadi jangan, hidupnya cuma sekali hadir. Jangan main di tepian. Tapi jangan minta ujian, jangan minta masalah. Minta... Keselamatan. Jangan pernah berharap bertemu dengan musuh. Minta keselamatan. Tapi kalau lo takdirkan, jangan main di tepian. Fas biru, kata Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. Sabar hadapi. Pegang janji Allah SWT. Hidup itu jangan mau enaknya aja. Orang-orang kayak gitu, gak kepake. Dan sama lingkungan, Antum dicap oportunis. Antum gak akan dapat orang-orang hebat. Karena hidup di tepian itu gak bagus. Manusia itu gak suka. Kalau kita gak boleh perlakukan manusia gitu, apalagi perlakukan Allah SWT. Allah gak pernah kecewakan kita. Cuman kita gak ngerti dan salah baca itu masalahnya. Jadi sekali lagi, harus punya kehidupan dengan Allah Ta'ala, dengan ayat-ayat Allah, dengan janji Allah SWT. Itu poin. Itu poin. Dan hidup akan indah. Hidup akan indah. Hadirin gak punya, udah hidupnya plain, hidupnya gak ada rasa gitu. Monoton. Tiba-tiba ketemu sosok pujaan hati. Datang ke orang tuanya, lalu kata orangnya gak bisa sekarang. Tapi saya janjikan dua tahun lagi. Sampai ini anak selesai amanatnya. Saya ingat, dua tahun tersebut indah apa enggak? Indah apa enggak? Gak punya pengalaman hidupnya, susah. Indah lah. Dua tahun itu, semangat. Banyak doa, banyak pikir. Semoga beliau umur panjang. Kan iya, kalau besok meninggal kan selesai kita harapan. Jadi, semak pokoknya hidup ini, dihitungin, ada gairah. Yang awalnya plain, gak ada nikmat. Jadi semangat itu. Kenapa? Mereka ngejanji calon mertua. Mereka ngejanji calon mertua. Hidup jadi semangat. Ini kita megang janji Allah, masalah gak semangat hidup? Masa putus asa? Masa terpukul? Semangat. Makanya para nabi kan semangat. Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam cobaan paling berat. Datang para sahabat terakhir, mengeluhkan. Kenapa engkau enggak berdoa kepada Allah agar kita ditolong? Apa kata Nabi S.A.W? Umat sebelum kalian itu ditangkep, digergaji jadi dua. Dan mereka enggak mundur. Kalian ini terburu-buru. Padahal yang paling berat ujiannya siapa? Rasulullah S.A.W. Tapi Rasulullah S.A.W. bisa nasihatkan, kalian itu terburu-buru. Dan Nabi S.A.W. enggak kehilangan gairah dalam hidup. Ini yang perlu kita camkan. Semoga Allah menambah keimanan kita dan keyakinan kita. Dan sekali lagi, harus punya kehidupan dengan Allah SWT. Dan jangan sampai hidup cuma sekali ini, kita hanya habiskan dengan makhluk, makhluk, makhluk, dan semua makhluk. Kemana Allah SWT dalam hati kita. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Curahkan rasa rindu kepada Ibunda yang telah wafat melalui doa-doa baik yang kita panjatkan untuknya. Semoga Allah karuniakan beliau dengan segala kebaikan akhirat. Kita pun bisa bersedekah atau berinfak atas nama Ibunda dengan harapan. Pahala tersebut sampai ke beliau meskipun sudah tak memiliki kesempatan beramal. Pahala jariah tersebut dapat diikhtiarkan salah satunya dengan terlibat dalam perjuangan memberantas buta huruf Al-Quran dan program keilmuan lainnya. Bersamamu hajir projek Tilawah. Setiap infak yang dimanfaatkan dalam rangkaian program tersebut, semoga membuka jalan seseorang untuk membaca kalam Allah dan menjadi amal jariah yang tak terputus. Salurkan infak terbaik kita melalui. Curahkan rasa rindu kepada Ibunda yang telah wafat melalui doa-doa baik yang kita panjatkan untuknya. Semoga Allah karuniakan beliau dengan segala kebaikan akhirat. Kita pun bisa bersedekah atau berinfak atas nama Ibunda dengan harapan. Pahala tersebut sampai ke beliau meskipun sudah tak memiliki kesempatan beramal. Pahala jariah tersebut dapat diikhtiarkan salah satunya dengan terlibat dalam perjuangan memberantas buta huruf Al-Quran dan program keilmuan lainnya. Bersamamu hajir projek Tilawah. Setiap infak yang dimanfaatkan dalam rangkaian program tersebut, semoga membuka jalan seseorang untuk membaca kalam Allah dan menjadi amal jariah yang tak terputus. Salurkan infak terbaik kita melalui. Curahkan rasa