Transcript for:
Strategi Lean Startup untuk Bisnis

Kebanyakan orang menganggap bahwa dalam membangun bisnis yang paling penting adalah ide, sebuah ide cemerlang yang original, cuman Anda yang pernah memikirkan ide ini. Anda rahasiakan ide Anda karena Anda tahu bahwa ide Anda bisa bernilai miliaran rupiah. Namun, pada kenyataannya kebanyakan ide Anda sebenarnya buruk. Lalu apa yang terpenting? Dan bagaimana untuk mengetahui ide tersebut baik atau buruk? Apa sih yang terpenting supaya bisnis sukses? Bagaimana kita tahu rencana bisnis kita akan berhasil atau tidak? Yang kita bahas sekarang adalah buku Lean Startup oleh Eric Ries. Buku ini akan menjawab kedua pertanyaan tersebut. Buku ini sebenarnya bisa dirangkul menjadi dua hal penting, yaitu MVP dan pembelajaran yang tervalidasi. Secara singkat, untuk menjadi sukses, menjadi pengusaha adalah dengan cepat gagal sesering mungkin. Hah, kok gitu sih? Apa maksudnya? Dahulu kala orang kalau mau bikin bisnis itu bikin dulu misinya, visinya, produk harus lengkap, lokasi sudah matang. Dan pegawai sudah di training. Dan itu semua membutuhkan waktu. Ini adalah cerita bikin bisnis di era 90-an. Kalau sekarang zaman sudah berubah, segala sesuatu harus lebih cepat. Karena pada akhirnya konsumen sekarang pinginnya A, besok mungkin sudah pengennya B. Kalau Anda membuat A dengan waktu yang sangat lama, dan ketika produk Anda sudah selesai, ternyata konsumen maunya B, Anda sudah membuang waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu yang percuma. Atau sampah. Lean Startup atau bisnis ramping adalah strategi untuk membuang semua yang tidak perlu. Membuang yang percuma. Membuang semua ide sampah Awal mula ditemukan strategi Linstrad ini Ceritanya si Eric Ries ini waktu itu kerja di IMVU Nah disana dia punya ide brilian Menurut dia pada waktu itu idenya sangat brilian Dia mau ngegabungin semua instant messaging Kayak Whatsapp, MSN Messenger, lain dan lain-lain Digabung sama game Avatar 3D Ini di awal tahun 2000 Ini adalah sesuatu yang baru Mulai tuh dia bikin produknya selama 6 bulan Dia mantepin tuh desainnya, programmingnya, dan segala macemnya Dia dan timnya udah yakin banget kalau ide dia itu bakal sukses berat dan menjadi internet hits. Namun ternyata produk dia yang sudah dikembangkan selama 6 bulan itu, zong. Nggak ada orang yang mau download, nggak ada orang yang mau beli. Orang nggak peduli dan nggak suka dengan produk dia. Akhirnya ditanyakan ke konsumennya, kenapa nih barang bagus gini kok nggak mau di-download? Konsumennya bilang, saya nggak mau masukin akun messaging saya ke aplikasi ini. Kalau instant messaging baru, baru saya mau. Waduh, kata si Eric. Asumsi dia kalau ngegabungin aplikasi pesan bakal lebih disukai. Ternyata salah Nah disini Eric Ries mulai berpikir Ngapain gue capek-capek bikin produk 6 bulan Ngegabungin semua aplikasi messaging Saya harusnya bisa coba dengan 1 aplikasi messaging aja Terus tes orang suka atau enggak Ini awal mula ditemukan ide MPP Minimum Viable Product Atau produk layak minimal yang bisa diberikan ke konsumen Mulai dari situ strategi pengembangan produk Eric Ries berubah Lebih banyak bereksperimen kepada konsumennya Eric Ries mengatakan kepada rekannya di IMVU, mari kita mulai bikin banyak kegagalan. Kita keluarkan saja MVP, produk layak minimal, produk awal yang penuh dengan cacat, lalu kirim ke konsumen sebelum kita siap, dan kita menge-charge uang untuk produk tersebut. Lalu kita sering-sering bikin revisi pada produk tersebut. Bakal ada konsumen yang beli produk kita, dan mereka akan disebut sebagai pengadop pertama, atau visioner produk kita yang pertama. Dan mereka mungkin punya pendapat apa yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki produk kita. Dan kita belum tentu lakukan apa yang mereka katakan. Mereka cuma satu sumber masukan. Kita lebih mungkin bereksperimentasi pada mereka daripada mengikuti apa yang mereka mau. Pemikiran bisnis tradisional akan mengatakan kalau ide seperti ini tidak akan berhasil. Namun pada kenyataannya ide tersebut sangatlah berhasil dan menjadi landasan untuk teori Lean Startup yang digunakan hampir semua perusahaan IT di Silicon Valley. Tujuannya adalah untuk membuat terobosan baru yang sudah tervalidasi dengan menggunakan MVP. Tujuan bikin MVP, produk layak minimal tersebut, atau bikin produk gagal tersebut adalah untuk belajar. Gagal dengan cepat berarti belajar dengan cepat. Ah Bang Jamu, ini kan buat startup, berarti harus berhubungan dengan IT-IT gitu, saya kan bukan orang IT. Lean Startup ini bisa digunakan untuk semua jenis usaha. Bahkan ide Lean Startup itu sendiri berasal dari perusahaan otomotif Jepang, Toyota, yang dulu dinamakan Lean Manufacturing. Eric Ries sendiri mengatakan kalau strategi Lean Startup ini bisa digunakan untuk semua jenis usaha. Definisi wiras swasta oleh Eric Ries sendiri itu sangatlah unik. Eric Ries mengatakan kalau wiras swasta ada di mana-mana. Konsep virus pasta termasuk semua yang kerja dalam definisi Eric Ries adalah sebuah startup. Sebuah institusi manusia dibuat untuk membuat produk atau servis dalam keadaan yang sangat tidak pasti. Yang berarti lean startup bisa digunakan untuk semua sektor industri dan untuk semua skala, baik perusahaan UMKM ataupun perusahaan besar. Contoh MVP adalah zapos.com. Zapos adalah perusahaan sepatu online besar. Di awal berdirinya pendiri Zapos, Nick Swinburne, Harus memvalidasi idenya bahwa konsumen bersedia untuk beli sepatu secara online. Dan dia di awal tidak langsung bikin website rumit, keluarin uang untuk membeli stok sepatu untuk dijual. Dia pergi ke toko offline, foto produknya, terus pasang di website sederhana dengan tombol beli. Kalau ada orang yang beli, dia pergi ke toko tersebut, beli barangnya, dan dikirim. Dia terus melakukan ini sampai di mana orderan dia begitu banyak diakualahan. Di situ dia yakin kalau ide bisnis online sepatunya ini adalah ide bagus. Dan dia baru... Mengeluarkan modal untuk beli stok sepatu dan website besar. Ini adalah contoh MVP. Cerita seperti si Zappos pun akhir-akhir ini sering saya lihat di dunia nyata. Orang ambil barang terus dimasukkan ke toko hijau untuk dijual. Tujuannya bukan untuk nyari untung, tapi untuk memvalidasi bahwa ada orang yang mau beli barang tersebut. Kenapa bikin MVP itu penting? Kenapa nggak cuma bahas ide-nya aja? Dalam membuat produk, kalau Anda bilang ke temen, saudara, atau orang lain, eh, gue mau bikin usaha ini, kalau saya bikin produk ini, kalian mau beli nggak? Kebanyakan mereka nggak menjawab, iya-iya, ide bagus tuh. Tapi ketika lo udah bikin barangnya, terus nawarin ke mereka, mereka tiba-tiba ngilang. Aduh, belum ada duit nih. Makanya dibutuhkan MVP untuk mengetahui apakah mereka bener mau beli, atau cuma ngomong doang, mau-mau, tapi aslinya nggak mau. Anda mau melihat tindakan target market meran... Anda dan bukan opini mereka tentukan target market Anda lalu bikin MVP untuk memvalidasi ide Anda beneran bagus atau tidak siklus MVP siklus MVP adalah build yang berarti bikin yang akan menghasilkan produk, lalu ada fase measure yang akan itu ukur yang akan menghasilkan data, dan ada fase learn atau belajar yang akan menghasilkan ide jadi fase bikin akan menghasilkan yang akan menghasilkan produk, lalu masuk ke fase ukur, yang akan menghasilkan data, lalu fase belajar, yang akan menghasilkan ide. Dari ide tersebut kembali lagi ke fase bikin. Yang penting adalah belajar yang tervalidasi. Mungkin dari kalian, ah saya sudah pernah bikin produk atau bisnis ratusan kali tapi gagal. gagal aja terus. Apakah ada yang dipelajari dari bikin bisnis tersebut? Kalau Anda tidak measure atau ukur data yang bisa dipelajari dari kegagalan tersebut, Anda tidak melakukan pembelajaran yang tervalidasi alias percuma. Kalau fase Anda cuma bikin produk, bikin produk, bikin produk, kalian mencoba seribu kalipun akan selalu gagal. Harus ada fase ukur dan fase belajarnya. Ini adalah gambaran gampang MVP. Gambar sederhana untuk menjelaskan produk layak minimal yang bisa diberikan ke konsumen. Jadi Anda punya visi mau bikin produk seperti ini. Tapi ini perlu banyak hal. Perlu rangkanya, perlu mesinnya, perlu bannya, dan perlu tutupnya. Ini memerlukan biaya dan waktu Daripada bikin mobil tersebut langsung jadi Yang belum tentu orang suka dan belum tentu orang mau beli Anda bikin dulu seperti ini Dari skateboard terus naik ke skuter Lalu naik ke sepeda Lalu naik ke sepeda motor Dan baru menjadi mobil Sesuai visi Anda Kalau yang di atas Gambar di atas Sebelum jadi semuanya Anda tidak bisa kasih ke konsumen Namun kalau yang di bawah Dari awal mula sudah bisa Anda kasih ke konsumen, walau masih minim fitur, tapi Anda sudah mendapatkan feedback dari konsumen. Feedback ini adalah pembelajaran yang tervalidasi. Itulah lean startup secara singkat. Ada banyak topik yang dibahas yang bagus seperti pivot atau persevere, yang berarti ganti haluan atau terus terobos. Dalam berbisnis Anda akan mengalami hal ini. Anda harus ganti arah atau tetap pada tujuan. Contohnya Anda ingin berbisnis ternak kelinci. Dalam perkembangan bisnis Anda, ternyata ada banyak orang yang lebih menanyakan kandang kelinci yang Anda buat. Ternyata orang lebih menyukai kandang kelinci buatan Anda daripada ternak kelinci Anda. Apakah Anda ganti haluan jadi jual kandang atau tetap mau ternak kelinci karena Anda suka berternak? Jenis-jenis MVP juga dibahas lebih detail, seperti video MVP, konsert MVP, dan Wizard of Oz MVP. Ini menjelaskan berbagai jenis MVP yang bisa Anda gunakan. Lalu ada juga mesin pertumbuhan seperti mesin lengket, mesin viral, dan mesin bayar. Ini menjelaskan bisnis Anda tumbuh menggunakan customer lengket yang berarti nempel terus ke produk Anda atau... bisnis sana tumbuh karena viral atau bisnis sana tumbuh karena biaya bayar nyari konsumen lebih murah daripada untung per konsumen. Baca bukunya untuk lebih detail, tapi menurut Mengjamu yang paling penting dari buku ini adalah MVP dan pembajalan yang tervalidasi. Jadi lain kali ketika Anda mau berhenti kerja dan bikin bisnis menggunakan semua tabungan Anda, pikir dua kali. Eh bro, gue mau berhenti kerja nih. Gue mau bikin usaha aja. Dari dulu kerja nabung udah kekumpul 500 juta. Saya mau pakai semua buat buka bisnis. Pakai semua tabungan loh. Emang lo pasti berhasil? Kalau gagal gimana? Siapa yang bakal ngidupin keluarga lo? Lo kira gampang nyari kerjaan lagi? Nah ini kebanyakan orang mulai loncat ke bisnis langsung full menggunakan modal besar. Jadi apa yang sebaiknya harus dilakukan? Jawabannya adalah MVP. Jadi jangan ngeluarin modal gede di awal untuk sebuah bisnis yang anda belum mempunyai pembelajaran yang tervalidasi. Gunakan modal sedikit untuk membuat MVP dan dapatkan pembelajaran yang tervalidasi. Ketika Anda yakin ide Anda bagus, target market Anda mau beli Baru Anda mengeluarkan modal besar Ini Jamu Otak Share, like, dan subscribe untuk kalian yang suka ilmu pengembangan diri