I can thank all of you very much for organizing this wonderful symposium, for inviting me. And I would say maybe so. This, I think.
So when I began the book, I was really, again, struck by what seemed to be a central paradox. Halo warga sipil sekalian. Oke, di konten kali ini gue mau... mau ngomongin sesuatu yang gue rasa cukup penting, apalagi kalau bukan kebebasan berpendapat.
Nah, di zaman digital kayak sekarang, freedom of speech itu adalah sesuatu yang paling sering kita manfaatkan di media sosial. Tiap hari kita pasti lihat ribuan, bahkan jutaan pendapat, baik itu di Twitter, Instagram, ataupun Facebook. Tapi, gue juga kadang kepikiran, apakah semua pendapat itu benar-benar bertanggung jawab? I need you more than ever You wasn't there for me I'm waiting for you in our bed Till you came home at three Nah, kebebasan bicara adalah salah satu hak dasar kita sebagai manusia di Indonesia.
Kita punya hak untuk berbicara, untuk menyuarakan pikiran, untuk menyampaikan opini. Tapi ada kalanya, gue ngerasa kebebasan ini malah jadi bumerang buat kita sendiri. Karena kan, kalau dalam filsafat kita bilang... Ajar ya, kebebasan kita itu jangan sampai menggaguh kebebasan orang lain. Right?
Ya, gitu. Contohnya gini, pernah nggak lu lihat postingan atau berita yang terasa mencurigakan, tapi langsung viral tanpa orang berpikir lebih dalam atau lebih panjang gitu? Kadang-kadang itu bisa jadi hoax yang dampaknya jauh lebih besar daripada yang kita kira. Di video ini gue mau ngajak kalian diskusi, diskursus, berdialetika soal kebebasan pendapat ini dan paradoks di dalam.
Apakah kita siap atau tidak? Menghargai bentuk demokrasi yang paling hakiki. Freedom of speech itu sebenarnya sederhana ya. Ini adalah hak kita untuk menjapai pendapat dan pikiran kita tanpa rasa takut atau intimidasi atas penindasan.
Nah, di banyak negara, termasuk Indonesia, hal ini dilindungi sama konstitusi. Tapi masalahnya, kebebasan itu juga harus dibuat. barengnya dengan tanggung jawab.
Kalau enggak, kita cuma menciptakan kekacauan atau chaos di masyarakat. Berbagai informasi dan komunikasi dalam dunia maya atau cyberspace telah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat kini. Sekarang gue bicara tentang regulasi. Kenapa bisa begitu? Karena kebebasan yang tanpa aturan bisa jadi liat dan merusak.
Bayangin aja kalau setiap orang bisa ngomong apa aja, kapan aja, tanpa perlu berpikir soal dampaknya. Pasti ini akan menimbulkan banyak masalah. Benar? Nah, itu tadi paradoks tadi muncul. Di Indonesia udah ada undang-undang yang mengatur soal kebebasan berpendapat.
Tapi di sisi lain, ada yang namanya pasal karet. Lu pasti udah sering dengar istilah ini ya kan? Pasal-pasal yang mana punya peluang untuk ditafsirkan sesuka hati dan seringkali malah dipakai buat menekan kebebasan itu sendiri. bisa gue bilang ini jadi dua sisi mata uang yang berbeda lah di satu sisi kita butuh aturan yang jelas biar kebebasan ini gak liar tapi di sisi yang lain aturan itu jangan sampai dipakai untuk membukam suara orang-orang disinilah Bapak Ibu semua kita harus hati-hati yang namanya kebebasan berbicara yang sehat itu adalah kebebasan yang punya batasan yang jelas bukannya dibukam dengan pasal karat tapi buka berarti juga bisa dikontrol dengan sesuka hati dan kalau kita bicara soal dampak kebebasan yang gak bertanggung jawab hoax atau hoax adalah contoh yang paling nyata di Indonesia Di Indonesia hoax bisa menyebar dengan sangat-sangat cepat.
Orang-orang suka gampang mengambil kesimpulan dan mempercayai sesuatu tanpa melakukan cross-check atau verifikasi terlebih dahulu. Dan ini bukan cuma masalah kecil, sudah banyak sekali korbannya. Dan beberapa itu berdampak fatal. Ini bisa bikin panik dan bisa bikin kerusakan yang sangat besar.
Apakah gue pernah jadi korban hoax? Oh ya tentu pernah. Konteks gue dipotong, gue ngomong B, dibilang ngomong A. Gue ngomong C, dibilang ngomong D. Misalnya contohnya salah satu.
atau penyebaran informasi yang salah, ya waktu pandemi itu banyak banget. Banyak yang mengatakan bahwa vaksin COVID-19 nanti itu mengandung microchip untuk melacak atau mengendalikan manusia. Hoax ini sejujurnya luas di media sosial.
Dan sampai dikaitin dengan Bill Gates waktu itu. Dan klaim-klaim palsu itu menyebut microchip akan aktif setelah vaksinasi dan digunakan untuk kontrol masal. Tentu orang yang berpikir atau orang yang sekolahnya benar nggak akan percaya dengan hal gini. Tapi kita nggak bisa deny juga banyak masyarakat termakan dengan hal-hal seperti ini. Hal yang kita kira konel ternyata enggak Banyak yang percaya gitu Dan yang gak kalah heboh waktu itu adalah