Transcript for:
Pencerahan Spiritual dan Identitas Diri

Kita itu mengira Tuhan itu terpisah dari diri kita. Padahal Tuhan itu melingkupi atau ketuanan itu melingkupi seluruh manusia, seluruh alam. Artinya dia imanen sekaligus transcendent. Dia ada di dalam sekaligus melampaui apa yang ada di dalam. Makanya nggak ada luar dan dalam. Orang yang fanatik bisa dipastikan orang tuanya banyak aturan. Coba lah, sampe lihat temennya, sampe yang fanatik, sampe yang banyak kehidupannya di masa kecil, pasti orang tuanya banyak aturan. Dia terbiasa untuk dikontrol. Kemudian ketika dewasa, dia mempersembahkan dirinya untuk dikontrol suatu. Bolehkah kita menciptakan Tuhan yang sesuai selera kita, seperti kita menciptakan sahabat virtual kita? Next question nih mas. Banyak sekali nih dari teman-teman Ngaji Rosso ya. Bagus-bagus lagi pertanyaannya. Samskara itu harus disadari dan diterima. Perbedaan melepaskan, apa namanya, rilis dengan menyadari atau menerima. Apa ada bedanya mas? Atau sama saja? Jadi gini, yang penting itu praktek, yang penting. Intinya gitu. Misal, misal aku ngomong ya, ngomong, udah lepaskan aja emosinya. Ada 10 orang nih, audien, itu pasti pahamnya beda-beda. Maksudnya, Tukung lepaskan itu yaudah dilepaskan, ini tetap disini. Yang lima, ngira melepaskan itu dilempar jauh. Keluar kamar ini. Tidak harus dilempar itu. Padahal ya, intinya gini. Misal kesadaran itu ibaratnya di... ibaratkan adalah satu ruang ini. Jadi di semesta cuma ada satu ruang kamar ini. Ketika ada obyek emosi, yang kita anggap mau dilepaskan, dia mau dilepaskan kemana? Ketika kita ada kesadaran ruang ini total. Bisa nggak ini dibuang ke luar ruang? Ketika nggak ada ruang lain? Nggak bisa. Ya cuma bisa dilepaskan genggamannya. Dibiarkan dia ada, tapi kita tidak memberikan atensi. Itu maksudnya letting go. Yang biasanya gagal dipahami. Latingko bisa disalahpahami untuk melempar objek keluar ruangan padahal enggak ada ruang lain enggak ada orang lain hanya ada satu kesadaran utuh jadi tidak ada segala apa yang enggak ada objek satupun di luar kesadaran oke mas Secara garis besar mas, kehidupan manusia itu apa sebenarnya? Kehidupan manusia? Nah, intinya kehidupan manusia itu adalah ketuhanan yang ingin mengalami dualitas. Ketuhanan? Yang ingin... mengalami dualitas. Kesadaran. Kesadaran kan utuh kan. Non-dualitas kan. Ketika dia tidak bergerak sebagai ombak, dia tidak bisa mengalami dirinya sendiri sebagai dualitas. Sebagai panas dingin, positif. negatif-negatif sebagai hitam putih apapun itulah jadi saling berkesinambungan jadi identitas kita itu ganda sebagai ketuanan sekaligus sebagai individual identitas kita sebagai kemanusiaan sekaligus sebagai ketuanan ini enggak bisa dipisah hai hai kita manusianya ya memang manusia, bener kan? bener, bener kalau mas Rosi tak tanya, mas Rosi manusia bukan ya? pasti manusia tercerahkan apapun, orang itu tetap sisi kemanusianya tetap ada bener nah yang biasa dilakukan oleh orang spiritual adalah berusaha memusnahkan kemanusianya dan lompat, bypass langsung ke spiritual paham artinya? jadi akarnya itu belum ada dia langsung loncat ke langit yang gak bisa pasti kayak apa ya, merasa kayak terpisah kayak hanya sebatas fenomena bukan nomena jadi kita perlu masuk ke dalam kemanusiaan kita secara total kemudian akarnya akan tumbuh ke bawah kemudian dalanya akan naik ke atas ke langit jadi apa yang dalam di tanah juga akan tinggi di langit jadi kita perlu mengalami neraka terdalam dan surgawi paling tinggi Hai istilahnya kalau diajaran tantra Hai contoh itu jadi kita perlu merasuk ke dalam tubuh kita dialami total sensasi tubuhnya biarkan orang kan membenci tubuhnya kayak Oh ini bukan bagian spiritual Hai tubuhku harus apa namanya hai hai Di apa ya, biasanya spiritualnya identik dengan masyokis, penyiksaan tubuh. Itu spiritual? Biasanya. Biasanya orang salah pahamnya di situ. Dia berusaha membuang sisi kemanusiaannya, berusaha kayak apa ya. Intinya kayak siran sana, duduk yang berdiri, yang kepalanya di atas, itu menyiksa tubuh. Kita nggak bisa tercerahkan hanya dengan kita jembali 5 menit kepalanya di bawah. Mungkin pikiran kita akan kosong. Tapi sebabnya beda. Kenapa kok dengan cara kita berdiri kepala di bawah, kaki di atas selama 5 menit, kok bisa pikiran kosong? Karena aliran darahnya itu mengalir ke bawah, kemudian akan pembuluh darahnya kemungkinan akan pecah. Pecah. Saros-sarosnya akan buntu. Kemudian pikiran akan kosong. Tapi kosongnya itu bukan kosong yang selama ini diidentikan dengan pencerahan. Tapi adalah kosong tumpul. Kosong yang selaras dengan kebodohan. Bukan kosong yang... keberlimpahan malah jadi ambiar ya? ambiar, pasti ambiar makanya jangan menolak tubuh jangan menolak ego, tapi dirangkul saja egonya karena ego hasilnya gak ada oke nah ini bicara tentang spiritual dan tadi ketuhanan. Nah, orang ini kan susah membedakan antara spiritual dan ketuhanan. Coba jelaskan, Mas Rigo. Nah, sekarang tak tanya. Menurut Mas Rosi, spiritual itu apa? Kalau secara pribadi, spiritual itu adalah tata cara untuk apa ya, menembah ke Tuhan. Menurut saya seperti itu sih. Kita membangun koneksi dengan Tuhan. Berarti dalam pengertian saat ini kita belum terkoneksi dengan Tuhan. Kadang terkonek, kadang tidak. Mungkin. Kalau sampai nggak konek, sampai nggak bisa nafas. Oh gitu? Nggak bisa hidup. Ya kan? Istilahnya kayak gini, kita itu mengira Tuhan itu ter... Bisa dari diri kita. Padahal Tuhan itu melingkupi, atau ketuanan itu melingkupi seluruh manusia. Seluruh alam. Artinya dia imanen. Sekaligus transcendent. Dia ada di dalam, sekaligus melampaui apa yang ada di dalam. Makanya gak ada luar dan dalam. Makanya ketika kita perlu pemahaman yang benar, spiritual itu aslinya adalah ini. Kita sudah berada di garis finish, cuma lupa. Paling gampang adalah kenapa area spiritual ini cenderung area-area yang dicari orang. Karena apa? Karena ketika kecil kita merasa tidak lengkap. Kita merasa ada sesuatu yang kurang dengan diri kita. Kita merasa tidak utuh. Karena mungkin saat dikandung atau saat pola pendidikan. dengan keluarga, sekolah, dan lain-lain dan ketika tumbuh dewasa kita berusaha menutupi rasa tidak lengkap ini dengan harta ya kan? pasti adalah kita merasa tidak lengkap atau merasa ada yang Bolong lah Dan itu perlu diisi Dan ketika itu semakin diisi Semakin terasa bolong Itu pasti kalau kita jeli Kita pasti merasa adat Kita tidak utuh dan kita mencari keutuhan Dengan cara kita menikah Kita berusaha mencari pasangan dengan harapan, oh setelah menikah aku pasti utuh. Which is enggak lah. Setelah menikah ya tetap kerasa bolong. Ada yang tidak lengkap, oh berarti hartaku kurang. Kemudian kita mencari harta. Setelah hartanya banyak, ternyata masih bolong. Kira-kira opsi apa lagi yang ada? Kita akan mencari Tuhan, dengan harapan Tuhan mampu menutupi rasa tidak utuh ini. Dan itu tidak akan terjadi. Karena kita masih mencari. Yang pertama kita mencari materi, kita mencari pasangan. Selanjutnya... pencarian itu bergeser ke sisi ekstrim lain, yaitu mencari Tuhan which is sama-sama pencarian, cuma beda obyek nah kita hanya bisa menemukan ketuhanan yang adalah diri kita sendiri yang terdalam adalah ketika ketika pencarian berhenti. Oke? Ketika pencarian berhenti. Pencarian hanya bisa berhenti ketika lubang itu disadari. Ketika terasa tidak, utuhnya ini disadari. Ketika disadari, yaudah, selesai. Makanya pencerahan Buddha, Buddha itu Buddha ataupun Ramana hanya bilang pencerahanku adalah ketika saya berhenti mencari. Berhenti mencari? Bukan mendapatkan suatu pengalaman yang seperti ketemu ini, atau ketemu Buddha, ketemu Gautama, atau ketemu... Nabi Musa atau ketemu Cahaya, no, pencerahan adalah ketika kita berhenti mencari dan mengalami ketuhanan yang imanen imanen, saya pernah mas merasakan ini, coba nanti mas mungkin bisa menjawab ya jadi saya itu pernah di satu kamar tak gelapin ya saya itu memang bukan kita bukan anak orang kaya ya tapi ada satu hal yang apa ya menggeliti hati secara finansial kita nggak pernah kekurangan mulai dari sandang pangan, dari kecil gak pernah kukurangan tapi kok ada yang aneh ya karena disana waktu itu saya hidup dengan gaya hidup bebas lah mau ngapain oke, mau saya mau beribadah di tempat agama apapun oke Dan disana waktu itu langsung ketemu, apa yang kurang yuk, gak enak, ternyata ada dua kalimat di hati saya Apa namanya, tujuan dan tanggung jawab, apakah itu bisa menutupi kebolongan itu tadi? Nah sekarang ketika tujuan itu sudah dialami tanggung jawabnya sudah, tetap bolong gak? bolong masih karena saya berusaha menambal yang memang bolong, memang gak ada Jadi harus disadari kebolongannya, dibiarkan lingkaran yang bolong itu lenyap semuanya. Nggak perlu ditambal, karena lingkaran yang bolong itu cuma virtual, nggak bener-bener ada. Nggak bener-bener ada. Itu diciptakan sebagai fondasi dari identitas kita. Oke. dari orang tua dan lingkungan kita pasti ada rasa tidak utuh semua orang pasti punya rasa tidak utuh tapi ketika dia menerima hasilnya benar prosesnya ketika sampai gelap-gelapan rasa tidak utuhnya keluar dibiarin tapi pikiran pasti pasti Wah ini pasti tanggungjawab atau tujuan ku kurang ketika kita enggak nemplek gini ketika Oh bukan ini jawabannya sama kan selama ini kan ketika itu muncul Oh ini jawabannya coba tak lakuin itu kan coba ini diabaikan aja Oh ini bukan ini sampai semuanya hilang nggak ada satupun jawaban pikiran yang mampu memuaskan rasa kosong atau rasa bolong ini jadi biarkan semuanya lewat ketika suara lewat sensasi muncul dibiarkan lewat juga selesai sampai akan terserah karena pencarian berhenti karena sama sudah tidak mencari jawaban di dalam pikiran dan perasaan dan dunia material Oke itu berarti yang sudah Mas Riko lalu ya Oke keren-keren Mas harus banyak belajar lagi menutup kebolongan cek bolong kantong Oke Mas lanjut ke pertanyaan berikutnya apa ini mas dalam menjalani kehidupan di dunia ini bagaimana atau apakah yang harus apa ya acceptance semua realitas yang ada Gimana mas? Harus S-O-P-I-C? Jadi kita harus menerima gitu? Iya, kayaknya harus menerima. Gimana caranya itu? Ya menerima itu nggak ada caranya, dibiarin. Kayak tadi ya? Dibiarin. Misalnya, gimana caranya menerima HP ini ada di sini? Ya dibiarin, emang dia di situ kan. Kalau tak tanya, gimana caranya menerima HP ini ada di sini? Sebenar. Menerima itu kan banyak hal, Mas. Ada yang mungkin kita anggap sesuatu yang negatif. Masa kita harus terima? Kita harus diterima. Misalnya, konsepsi negatif, positif kan hasilnya nggak ada. Di dalam kuantum fisika itu tidak ada positif negatif. Benar nggak? Benar-benar. Iya kan? Artinya, kalau kita berusaha menyiapkan energi yang negatif, negatif kita membuang sumber daya energi. Tapi kalau kita makan energinya atau kita terima, kita biarkan, itu akan jadi sumber daya yang bagus, bisa dipakai buat manifestasi. Nah sekarang pertanyaannya, di law of attraction biasanya kan praktek. kita menghirup nafas menghirup sesuatu yang positif ya kan kemudian kita mengeluarkan yang negatif which is kebanyakan orang itu fokusnya adalah menghirup yang energi positif berarti secara logika di atmosfer kita paling banyak tersedia itu energi yang kita pandang negatif positif Positif. Nah ini dalam pandangan bahwa positif dan negatif sama-sama energinya bisa dipakai. Kira-kira lebih menguntungkan narik yang positif atau negatif? Kalau kita mau menghirup. Yang peluang lebih besar. Ya banyak yang negatif. Banyak yang negatif, ya udah tarik yang negatif. Masuk. Pasti sampai takut kan? Takut kan? Nah takutnya disadari. Oke. Ketika itu masuk itu nggak jadi negatif positif, cuma energi mentah. Kemudian bisa diolah untuk kreativitas. Nah untuk mengembal doktrin itu mas, orang orang kan sudah sudah terbiasa terdropin positif negatif kadang kan kita sampai cek cok dengan keluarga wah itu jangan itu negatif itu gini itu gini gitu nah gimana caranya untuk meyakinkan yang lain mas meyakinkan siapa? Ya, misal keluarga kita, karena ini kan suatu hal yang negatif, kita masuklah ke sana. Contoh, ini ada minuman keras nih, mereka kan sudah terdokterin kalau minuman keras yang berarti. Alkohol itu kan sesuatu yang negatif. Minumlah kita. Pasti orang banyak kan, jangan diminum itu negatif, itu beralkohol. Yang tak maksud positif negatif di sini itu, emosi dan pikiran kita. Bukan hal-hal yang... Bukan secara material. Kalau secara material kita minum bir ya pasti kita mabuk. Karena kandungan kimianya memicu rasa mabuk. Bukan positif negatif. Hanya konsepsi ajaran kita kalau minum yang memabukkan itu negatif. Tapi belum tentu itu positif ataupun belum tentu itu negatif. Tapi secara pasti efeknya ya mabuk. Kalau mabuk beberapa orang keseru, beberapa orang tidur. Yang keseru bisa memperkosa orang. orang ya kan bisa mengantami orang bisa yang tidur tidur enak kalau bisa diperkosa itu aslinya enggak ada positif negatif tapi ada resiko tersendiri Oke yang perlu kita makan itu adalah perasaan negatif kita sendiri dibiarkan apa adanya bukan material yang kita anggap negatif atau positif Oke oke terakhir mas Bolehkah kita menciptakan Tuhan Yang sesuai selera kita Seperti kita menciptakan Sahabat virtual kita Boleh Bebas Coba sampean hitung Dewanya Hindu ada berapa? Banyak, Mas. Banyak, kan? Kalau orang marah, nyebut Dewanya Hindu, sejam dia marahnya hilang. Karena terlalu banyak, Dewanya. Intinya gini, daripada sampaian terkotak dalam Tuhan yang itu tidak memberdayakan hidup sampean, biasanya kan orang konsepsi Tuhan itu dibangun dari identitasnya dia. Ketika identitasnya dia merasa tidak utuh, Tuhannya ya tidak utuh. Ketika ketika dia konsepsi identitasnya dia merasa tidak dicintai, maka gambaran Tuhan di dalam benak dia adalah Tuhan yang tidak mencintai dia, yang memberikan hukuman. Dan ini bahaya. Dan lebih baik kalian membuat Tuhan kalian sendiri. Tapi, ketika kalian masih ada identitas yang merasa tidak disintai, ya kalian akan kesulitan membentuk Tuhan virtual atau teman virtual. Susah kan? Karena pasti akan kembali ke kaedah Tuhan kalian yang sebelumnya. Makanya yang perlu dihancurkan atau dilepaskan atau dibuka topengnya adalah topeng identitas kalian. Ketika topeng identitas terbaru, terbuka kalian yang gak perlu bikin Tuhan virtual which is gak perlu ya kan karena konsep Tuhan akan menyesuaikan dengan identitas kalian ketika kalian merasa dicintai konsep Tuhan akan Tuhan yang penuh cinta Ketika kalian ada rasa bersalah, ya konsepsi Tuhan yang tercipta di kepala kalian, di hati kalian adalah Tuhan yang gemar menghukum. Makanya di semua ajaran, Tuhan itu dualitas. Maha mencintai dan maha memenci. Maha memberi anugerah dan maha memberi hukuman. Itu semua tergantung identitas kalian. Orang tidak akan mengalami dua-duanya, maha cinta dan maha benci. Dia akan mengalami salah satu. Ketika konsepsi identitasnya, dia merasa tidak disintai, ya dia akan mengalami Tuhan yang maha pemenci. Alam yang membenci dirinya. Dia akan mengalami... modifik tim merasa sebagai korban jadi yang terpenting adalah memecahkan konsepsi identitas bukan buat Tuhan baru ini yang sama utanyakan di negara kita kan ada beberapa agama yang dipegelkan ya Nah apakah mungkin Toko-toko agama atau pemuka-pemuka agama itu juga menyadari bahwa mereka juga bisa menciptakan Tuhan masing-masing atau memang dia itu pura-pura nggak tahu atau memang sebenarnya sudah tahu? Ya aku nggak tahu. Nggak tahu kan itu orangnya kan. Nah yang benar itu Mas Rosi tanya ke lembaganya langsung, Pak Samen tahu ini nggak gitu. Karena kalau kita... Kalau aku ya nggak tahu. Kalau kita bicara ke Tuhan. itu kan sensitif sekali ya, bisa-bisa kita dibilang gila dengan cara kita berketuhanan misal kita bisa menciptakan Tuhan kita dengan cara kita sendiri kan bisa dibilang gila gitu ya, dicekau kita nanti nah itu gimana itu mas? nah gini kefanatikan itu juga erat kaitannya dengan didikan kita ketika kita kecil orang yang fanatik bisa dipastikan orang tuanya banyak aturan Coba lah, sampe lihat temennya, sampe yang fanatik, sampe tanya kehidupannya di masa kecil Pasti orang tuanya banyak aturan Dia terbiasa untuk dikontrol Kemudian ketika dewasa, dia mempersembahkan dirinya untuk dikontrol suatu agama jadi kefanatikan erat kaitannya dengan masa kecilnya gimana jadi walaupun masyarakat kita itu fanatik ada agama yang mengkotak-kotakan manusia kalau manusianya dari kecil itu sudah tidak Apanya sudah tidak banyak aturan, sudah terbiasa untuk bebas dari kecil itu tidak akan terpengaruh. Karena dia tidak butuh sosok otoritas. Tapi kalau kita dari kecil itu terbiasa untuk diatur, dan kita sudah terbiasa dengan itu, kita akan membutuhkan sosok otoritas. Oke. Iya kan? Ketika orang tua kita sudah tidak bisa mengatur kita, kita butuh diatur orang lain yang kita anggap lebih tinggi. Bisa pendeta, bisa. Intinya, tokoh agama dan lain-lain. Oke. Karena kita lihat kan di masyarakat kita kan lebih cenderung gini. Yang satu ngomong, itu Tuhan kita ini, bela ini. Mereka mengejar sini, mengejar sini. Nah sedangkan secara apa ya, secara keluar dari konteks itu, Mas Riko tadi bilang bahwa kita bisa menciptakan Tuhan kita masing-masing. sesuai yang kita butuhkan. Which is nggak perlu hasilnya. Kalau identitasnya udah berubah ya, nggak perlu. Ya berubah sendiri semuanya. Pokoknya enaknya kita gimana ya? Senyaman-nyamannya kita. Intinya kayak ginilah. Bedanya fanatisme di luar negeri, di Eropa sama di Indonesia apa? Eropa nggak fanatis, tapi Indonesia fanatis. Karena orang tuanya sedak dini banyak aturan, kalau di Eropa nggak banyak aturan. Bebas. Iya kan? Bebas. Dan dia membebaskan anak-anaknya dari kecil. Bakatnya apa, diikutin. Tapi orang tua Indonesia... dia punya aturan tertentu punya ada tertentu yang harus ditanamkan ke anaknya itu membuat anak jadi fanatis ketika dewasa di barat beda di Eropa dari kecil udah dibebaskan dan dia kemungkinan tidak akan fanatis bahkan masalah religi sekalipun dan berketuhanan Oke mungkin untuk sore ini kita cukup pertemuan kita sangat apa ya, memberikan wawasan luas terima kasih mas Riko, sampai jumpa di lain kesempatan