Transcript for:
Penyertaan Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari

Intro Tuhan, sesungguhnya hati kami ini bebal, hati kami ini keras, hati kami ini buta akan kebenaran. Kalau engkau tidak menyingkapkan kebenaran itu kepada kami, Kami akan memilih jalan mencari kebenaran itu dan membenarkan diri kami sendiri. Oleh sebab itu roh kudus, roh mahasuci, bekerjalah di dalam hati kami. Lunakanlah kekerasannya, singkapkanlah kebutaannya, dan mampukan kami melihat terang kebenaran dari firman Tuhan.

Salam. Tolonglah kami semua supaya kami bukan hanya mampu mendengar dan memberitakannya, tetapi kami diberi kesanggupan untuk menerjemahkannya di dalam perilaku hidup kami. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa.

Amin. Pembacaan kitab suci pada hari ini secara secara melanjutkan tema memaknai berkat Tuhan di bulan September ini kita memasuki topik dasyat yang penyertaan Tuhan kita membaca kejadian 28 ayat 10 hingga 22 saya undang jemaat untuk bangkit berdiri selama pembacaan Alkitab ini maka Yaakub berangkat dari Beersheba dan pergi ke Haran Ia sampai di suatu tempat dan bermalam di situ karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala lalu membaringkan dirinya di tempat itu. Maka bermimpilah ia. Di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit.

Dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah Tuhan di sampingnya dan berfirman. Akulah Tuhan.

Allah Abraham nenekmu dan Allah Isaac. Tanah tempat engkau berbaring ini akan kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara, dan selatan dan olehmu serta keturunanmu semua kaum dimukul. Buka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya, aku menyertai engkau.

Dan aku akan melindungi engkau. Kemanapun engkau pergi. Dan aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini.

Sebab aku tidak akan meninggalkan engkau. Melainkan tetap melakukan apa yang kujanjikan kepadamu. Ketika bangun, Yaakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia, Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya. Ia takut dan berkata, Alangkah dasyatnya tempat ini, ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga. Kesokan harinya pagi-pagi, Yaakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya.

Ia menamai tempat itu Petel. Dahulu nama kota itu Lus. Lalu bernazarlah Yaakub, jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini.

Memberikan kepada ku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai. Sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka Tuhan akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang kau berikan kepada ku akan selalu ku persembahkan sepersepuluh kepadamu. Demikianlah pembacaan Alkitab berbahagia kita yang mendengar firman Allah.

Dan memeliharanya. Haleluya. Intro Jangan silahkan duduk kembali Saudara sekalian, orang berlari, running, ada dua alasan.

Satu, dia dikejar dari belakang, dia lari. Dua, dia mengejar yang di depan, dia lari. Chasing or being chased.

Atau kemungkinan ketiga dua-duanya. Ya dikejar, ya mengejar. Berlari karena dikejar, sekaligus mengejar.

Minggu lalu, kita bertemu dan belajar dari tokoh Isaac. Hari ini kita belajar dari anaknya, yaitu Yaakub. Alkitab secara secara menggambarkan pria bernama Yaakub ini sebagai seorang yang hidup dalam kondisi berlari, running. Istilah yang dipakai oleh Pastor Michael Marsh.

Ialah Jacob lives a life on the run. A life on the run. Antara Perseba dan Haran ditempuhnya sebagai seorang yang sedang berlari. Bukan hanya secara fisik langkahnya lekas-lekas bergegas, tetapi jiwanya juga berlari kencang.

Yaakub ini orang yang hidupnya berlari. Ia berlari meninggalkan Bersheba, rumahnya, karena Esau kakaknya hendak membunuh dia setelah tahu Yaakub merebut berkat anak sulung dengan cara mengelabuhi isat yang sudah tua. Dia berlari karena dikejar kesalahannya. Ia berlari karena dikejar penipuannya.

Ia berlari dari Perseba. Perseba menjadi masa lampau yang mengejarnya terus. Menghantuinya.

Yaakob dipaksa untuk pergi. Lari. Dari situ, 800 km dari situ adalah Haran. Atas suruhan ibunya, Yaakob berlari menuju ke Haran. Keadaan memaksanya pindah dan mengadu nasib di tempat yang asing.

Dia harus mengejar penghidupan dan kehidupan baru di sana, di Haran. Haran itu tempat harapannya, impiannya, masa depannya. Dan Yaakub terpaksa berlari ke situ, ke Haran. Yaakub ini menjalani dan mengalami life on the run.

Dari belakang sana dia dikejar Perseba, di depan sana dia mengejar Haran. Dia lari karena dikejar dan mengejar. Namun sesungguhnya, saudara-saudara, Yaakub tidak sendirian.

Yaakub adalah gambaran dari perjalanan hidup atau pengalaman banyak orang. Bukan mustahil kita pun bisa termasuk di dalamnya. Yaakub seperti banyak orang.

Tanpa disadari, sedang berlari dari sesuatu di masa silamnya. Banyak orang berlari dari ketakutannya. Berlari dari kemarahannya, berlari dari kekecewaannya, berlari dari kegagalannya, berlari dari kesalahannya, berlari dari kepahitannya, kesakitannya, kesedihannya di masa lalu dan seterusnya.

Lari dari persiebanya. Dan ia terus dikejar oleh hutang masa lalunya. Apapun yang dilakukannya sekarang, itu adalah upaya untuk menghindar dari semua itu.

Menghindar lari dari persieba. Bentuknya bisa lari dari orang lain, lari dari kenyataan, lari dari diri sendiri, atau bahkan lari dari Tuhan. Pokoknya lari, lari, dan lari. Di samping itu. Juga sambil dirinya pun berlari mengejar sesuatu yang masih di depan sana.

Angan-angannya, kerinduannya, cita-citanya, tuntutan dari keluarganya, harapan yang tertumpu di pundaknya, ambisinya. Dan sebagainya. Semua yang ia ingin peroleh di depan sana. Istilahnya ia lari mengejar harannya. Dengan berbagai macam cara jatuh dan bangun.

Dia berusaha meraih harannya. Berlari dan berlari. Perseba adalah sesuatu yang tidak diharapkan, namun terjadi.

Sedangkan haran adalah sesuatu yang diharapkan, namun belum pasti, belum tentu terjadi. Di antara kedua kutub tempat ini, Perseba dan Haran. Ada ketidaktenteraman, ada kegelisahan, tepat sekali yang digambarkan dalam cerita ini. Yaakub berhenti di sebuah tempat di antara Beersheba dan Haran. Tidak disebut nama tempat itu.

Hanya kata Ibrani yang dipakai, khususnya di ayat 11, ketika ada tiga kali kata tempat itu. Kata Ibrani yang dipakai adalah kata makom. Kata ini masih serumpun dengan kata makam.

Kuburan, tempat yang gelap, apalagi matahari telah terpenam, tempat itu sunyi, tempat itu agak angker, tempat itu seram, tempat itu mencekam. Hanya ada batu untuk alas membaringkan badan. Tempat itu tempat yang cocok untuk menemani jiwa yang sedang gelisah. Makom. Life on the run, memang tidak enak.

Life on the run, menggelisahkan. Apabila kita ada di situ, kita pasti bisa merasakan kegelisahan yang sama dengan Yaakub. Kegelisahan orang yang sibuk berlari. Bayangkan ada sebuah garis horizontal.

Kita sibuk berlari terus di lintasan horizontal itu. Pertanyaannya, dimanakah Tuhan? Apakah dia tidak peduli pada kegelisahan orang-orang yang sedang menjalani life on the run? Oh saudara, malam itu Tuhan membuat Yaakub tidur dan bermimpi. Mimpi tentang tangga vertikal yang menghubungkan langit surga dengan bumi.

Di garis horizontal itu tiba-tiba ada intervensi tangga vertikal. Malaikat-malaikat Allah turun naik di situ. Di mana? Di tempat yang disebut makom tadi.

Artinya justru di tempat gelap serba mencekam dan menakutkan itu ada Tuhan di situ. Di tempat serupa kuburan itu bukan setan yang berkeliaran, melainkan malaikat ala keterbangan. Malam itu, makom berubah menjadi battle.

Rumah ala the house of God. Tuhan. Hadir di situ.

Setara-setara, Tuhan itu memang hadir di ruang-ruang ibadah. Kita tahu itu. Di gereja, di tempat retreat, di tempat-tempat di mana pujian diangkat. Doa-doa diucapkan. Tuhan hadir di situ.

Tuhan hadir ketika hati kita tenang dan teduh. Ketika kita kusuk, memuji, dan menyembah. Kita tahu. Itu sudah expected.

Tuhan pasti hadir di situ. Bersama kita. Tetapi. Kisah Yaakub di Makom ini justru hendak menyampaikan kepada kita bahwa Tuhan pun tetap hadir di tempat-tempat dan di saat-saat yang kita tidak sangka Dia ada di situ. Ketika kita sakit atau kesakitan.

Ketika kita merasa jengkel dan geram karena ucapan orang lain yang dilontarkan seenaknya kepada kita. Ketika kita diperlakukan tidak adil. Ketika kita merasa kecewa target pekerjaan tidak tercapai. Harapan tidak terpenuhi.

Ketika kita kehilangan seorang teman baik. Ketika hidup ini terasa so messed up. Kacau balau. Berantakan. Ketika kita sedang menjalani such a bad day.

Hari yang buruk. Ketika kita merasa kotor oleh dunia pekerjaan sekuler yang memang banyak kotornya ini. Susah rasanya bukan untuk merasakan Tuhan hadir di situ. Ketika semuanya itu yang kita alami, kita justru merasa Tuhan begitu jauh.

Tetapi ternyata itu tidak benar. Itu namanya kita mengurangi atau mempersempit sendiri jangkauan kuasa Tuhan. Tuhan itu hadir dimana saja, di segala tempat keadaan dan kesempatan, baik atau buruk, terang atau gelap.

Sebabnya di ayat 16 dikatakan, ketika Yaakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia, sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini dan aku tidak mengetahuinya. Tuhan itu sering hadir unexpectedly di tempat-tempat, di saat-saat yang kita tidak sangka. Unexpectedly Tuhan itu tetap hadir di situ. Itulah yang namanya penyertaan Tuhan. Setara-setara, penyertaan Tuhan itu tetap berlaku, tidak bergantung kita tahu atau tidak.

Tidak bergantung kita bisa melihatnya atau tidak. Tidak tergantung kita bisa merasakannya atau tidak. Ketika kita tidak tahu, ketika kita tidak bisa melihatnya, ketika kita tidak bisa merasakannya, Tuhan masih ada di sana untuk kita. Tuhan ada bersama kita.

Dimana saja, kapan saja, yang dia mau adalah kita percaya bahwa dia hadir dan menyertai kita. Sesungguhnya aku menyertai engkau. Dan aku akan melindungi engkau.

Kemana pun engkau pergi. Dan aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini. Sebab aku tidak akan meninggalkan engkau.

Melainkan tetap melakukan apa yang kujanjikan kepadamu. Aku menyertai engkau. Ayat 15. Tuhan mau Yaakub tahu.

Dia bisa lari, lari sekencang-kencangnya, tetapi dia tidak mungkin bersembunyi dari hadirat Tuhan. Begitupun kita, setakut apapun, selonely. Apapun, lari kemanapun, selalu kita masih ada dalam naungan hadirat Tuhan. Dia ada di situ bersama kita. Kalau Anda mengemudi mobil di darat, Penglihatan kita ini penting, betul kan?

Contohnya waktu perjalanan ke tempat retreat kemarin. Karena kabut tebal di gunung, nyaris kita tidak melihat jalanan. Jarak pandangnya pendek sekali. Sehingga kita harus mengemudi pelan-pelan banget.

Karena kita depend on penglihatan kita. Tapi lain halnya kalau Anda itu pilot pesawat terbang. Anda tidak boleh dan tidak bisa mengandalkan penglihatan Anda. Saja. Sebab bisa jadi yang Anda lihat di depan itu cuma gumpalan awan.

Hujan lebat, kilat halilintar, atau bahkan kegelapan malam. Sebagai pilot, Anda tidak bisa nengok terus ke depan begini, oh ada burung lewat, ya tidak bisa. Karena di depan itu bisa jadi yang Anda lihat cuma kegelapan, atau awan tebal, atau kilat halilintar. Jadi, apa yang pilot Anda akan ketika dia mengemudi? Jawabannya adalah jelas seluruh peralatan elektronik, pembaca sinyal-sinyal, dan posisi titik koordinat pesawat.

Dia harus menguasai bahasa dan cara kerja semua peralatan itu. Dan dia harus percaya dan bergantung pada peralatan itu. Bukan matanya. Begitupun dengan hidup ini. Tidak selamanya kita ini melihat hari cerah.

Tidak selamanya hari-hari menjadi hari-hari retreat. Tidak selamanya happy days. Tidak selamanya kita mengalami ketenangan dan merasakan nikmatnya hadirat Tuhan.

Ada waktunya sebaliknya, ada saatnya kita cuma menyaksikan awan tebal, kilat halilintar, cuaca buruk, dan pekatnya malam di kehidupan ini. Ada waktunya seperti itu. Dan pada saat seperti itu, saudara-saudara, jangan bergantung pada penglihatanmu dan pada perasaanmu.

Percayalah pada satu hal yang tidak bergantung cuaca, tidak bergantung suasana hatimu, tidak bergantung kemampuanmu melihat dan merasakan. Yang satu itu namanya Penyertaan Tuhan Ingat, saudara-saudara Hidup ini bukan hanya lintasan horizontal Tempat kita terus berlari Tetapi unexpectedly juga selalu ada tangga vertikal tempat Tuhan mengutus malaikat-malaikatnya turun naik menyertai Anda dan saya. Bahkan ketika kita sedang bertidur.

Seperti aku, ketika kita sedang tidak merasakan dan tidak mengetahui dan tidak mengenali apapun, ketika kita sedang tertidur sekalipun, tangga vertikal itu hadir dalam hidupmu dan hidupku. Itulah yang namanya berkat istimewa yang disebut penyertaan Tuhan. God is with us.

Amin.