Kerajaan atau Kekaisaran Persia merupakan salah satu kekaisaran tertua sekaligus terbesar dalam sejarah umat manusia yang telah berdiri sejak tahun 550 sebelum masehi. Kerajaannya membentang dari semenanjung Balkan Eropa di barat sampai lembah Indus India di timur ini. Pada puncak kejayaannya, setelah mereka menaklukkan Mesir, menempati wilayah yang sangat luas, kira-kira sekitar 8 juta kilometer persegi, meliputi wilayah yang kini menjadi Iran. Turki, sebagian Asia Tengah, Pakistan, Trakia, dan Makedonia.
Sebagian besar daerah pesisir laut hitam, Afganistan, Irak, Arab Saudi Utara, Jordania, Palestina, Lebanon, Syria. serta semua pusat pemukiman di Mesir Kuno hingga ke barat sejauh Libya. Dinasti yang dipanggil Achaemenia ini merupakan pusat dari sebuah peradaban yang tak hanya memiliki kekuasaan politik yang besar, tetapi juga meluas dalam segala aspek kehidupan manusia.
Mereka adalah pusat dari peradaban budaya, agama, sains, dan teknologi dunia. Sejarah mencatat bahwa kerajaan Persia menjadi salah satu kekuatan yang mampu mendominasi peta politik, jajahan, eksplorasi, dan bahkan berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. yaitu lebih dari 200 tahun.
Bahkan Herodotus, penulis Yunani atau dikenal juga sebagai bapak sejarah atau sejarawan pertama, sampai berseru dalam kegaguman. Sebesar itulah kekuatan Persia, hingga saat mereka minum air dari sungai, sungai itu pun menjadi kering. Kekaisaran Persialah yang pertama kali memperkenalkan mata uang kepada masyarakat luas dan secara bersamaan memperkenalkan timbangan.
Mereka, orang Persia, disebut-sebut sebagai orang pertama yang membangun jalur komunikasi reguler antara tiga benua. yaitu Afrika, Asia, dan Eropa. Mereka lah yang mengembangkan layanan pos pertama di dunia, yaitu sistem pemerintahan daerah berbasis provinsi untuk mempermudah birokrasi dari atas ke bawah, yang nantinya akan diadopsi oleh kekaisaran Romawi, yang bahkan model dasarnya masih digunakan hingga saat ini.
Kita tentunya dibuat penasaran bagaimana kekaisaran besar ini terbangun, dan juga kenapa kekaisaran sehebat itu sebagai pusat dunia pada zamannya, sebagai tempat yang memperakarsai banyak hal. Mengapa mereka bisa mengalami kemunduran? Di video kali ini, kita akan melihat jauh ke masa lalu, membuka lembaran-lembaran waktu, dan bersama-sama mempelajari apa yang bisa menyebabkan kekaisaran hebat seperti itu runtuh. Peradaban Persia telah dimulai sejak 3000 tahun sebelum Masehi, dan jauh sebelum terbentuknya kekaisaran.
Di wilayah yang kini dikenal sebagai Iran itu merupakan rumah bagi berbagai suku Semino-Maden yang memelihara ternak di letaran tinggi Iran. Sedangkan kekaisaran Persia sendiri mengacu kepada serangkaian dinasti yang berpusat di Iran modern. Dan berlangsung selama beberapa abad mulai dari abad ke-6 sebelum Masehi hingga abad ke-20 Masehi.
Dan pada abad ke-7 sebelum Masehi, suku Medes menjadi pelopor dalam membentuk kerajaan pertama di Iran. Namun perubahan besar terjadi sekitar tahun 550 sebelum Masehi. dengan seorang pemimpin besar muncul di antara mereka, Cyrus the Great.
Dinastilah tokoh yang akan membuka babak baru dalam sejarah Persia. Kores yang agung atau Cyrus the Great lahir sekitar tahun 576 sebelum masehi dan dia merupakan putra kembisas pertama, raja dari Persia. Sedangkan ibunya adalah mendana yang merupakan putri dari Astyages.
Hal ini menjadikan Cyrus cucu dari Astyages, raja di kegesaran media. yang berpuasa sekitar tahun 564-550 sebelum masehi. Kehidupan awal Cyrus the Great dipenuhi mitos dan misteri.
Herodotus memberikan catatan mitologis tentang kehidupan awal Cyrus, di mana menurut legenda, Astyages mendapatkan dua mimpi aneh, yang oleh penasihatnya ditafsirkan bahwa cucunya, Cyrus, suatu hari akan memimpin pemberontakan dan menggantikannya sebagai raja. Astyages yang mempercaya hal tersebut kemudian memerintahkan general utamanya, Harpagus. untuk membunuh Cyrus.
Namun, alih-alih menurutinya, Sang General malah menyuruh Cyrus pergi untuk hidup sebagai seorang anak pengembala. Selama 10 tahun, Cyrus hidup dengan penuh kerahasiaan hingga sebuah insiden yang mengembarkan terjadi. Dimana Cyrus dengan kepribadiannya yang tangguh memukul putera seorang bangsawan yang menolak mematuhi perintahnya.
Hal ini mengujudkan banyak orang karena belum pernah ada seorang anak pengembala yang menunjukkan tindakan semacam itu sebelumnya. Kemudian, ini memicu ketertarikan Astyages. Dan ia memutuskan untuk memeriksa lebih lanjut tentang Cyrus dan ayah angkatnya.
Setelah pengakuan jujur dari Sengembala, rahasia tentang asal-usul Cyrus pun terungkap. Astyages mengambil keputusan untuk mengirim Cyrus kembali ke Persia untuk bersatu kembali dengan kedua orang tua kandungnya. Namun, Astyages yang merasa dikhianati melancarkan aksi basendam atas tindakan Harpagus.
Ia menghukum Harpagus. Cyrus the Great naik tahta pada tahun 559 sebelum masehi, setelah kematian ayahnya. Namun, Cyrus belum menjadi penguasa independen.
Ia hanya salah satu dari banyaknya penguasa lokal yang setia kepada kegesaran media yang berkasar. Kekesaran media saat itu masih diperintah oleh kakek Cyrus, yaitu Astyages. Tidak jelas bagaimana tepatnya dan mengapa permusuhan diantara Cyrus dan kakeknya bisa terjadi.
Namun, jika legenda tentang mimpi Astyages yang menggambarkan takdir Cyrus sebagai ancaman itu benar, maka keputusan Harpagus untuk bergabung dengan Cyrus dan memperontak terhadap penguasa media, Astyages, bisa dipahami sebagai tindakan yang didorong oleh alasan yang kuat. Bersama Harpagus, Cyrus memperontak terhadap Raja Astyages yang dimulai pada musim panas tahun 553 SM. Perang yang berlangsung selama 3 tahun ini berakhir dengan penaklukan Persia terhadap ibu kota Media, Ekbatana pada tahun 550 SM. Setelah perang berakhir, Cyrus memilih untuk mengampuni nyawa kakeknya dan menikahi Amitis, salah satu putri Astyages.
Lewat pernikahan ini, Cyrus berhasil memenangkan banyak pengikut, diantaranya Partia, Partia dan Sasania. Dengan peristiwa ini juga, Cyrus akhirnya mampu menyatukan rakyat Persia dan secara resmi menjadi raja mereka. Kemudian, sekitar tahun 547 sebelum masehi, Raja Croesus dari Lydia yang terkenal akan kekayaannya memutuskan untuk menyerang kota yang dikuasai oleh Persia. Disinilah bayang-bayang pertempuran mulai menyeruat di langit Anatolia.
Cyrus yang melihat daerah kekuasaannya diserang tidak bisa tinggal diam. Ia berdiri memimpin pasukannya. Dan pertempuran sengit berkencamuk.
hingga kedua belah pihak berakhir imbang. Tapi setelah itu, saat musim perang hampir usai, Croesus memilih mundur untuk mencari sekutu. Namun, Cyrus tak kena lelah. Ia terus maju, mengarahkan serangannya ke ibu kota Lydia, Sardis.
Menyadari kekelahannya akan segera tiba bila ia hanya berdiam diri, Croesus pun memimpin pasukannya kembali kembali perang. Disinilah Harpagus menawarkan strateginya. Pasanglah unta di barisan depan, katanya.
Konon pemandangan, suara, dan aroma dari binatang tak dikenal akan membuat kuda-kuda kafel Rilidia kelabakan. Cyrus pun memutuskan untuk mengikuti nasihat Harpagus. Dan pada pertempuran selanjutnya, mereka berhasil mengepung Croesus dan mengusir pasukannya.
Disini, Cyrus memutuskan untuk tak mengakhiri nyawa musuh lamanya itu. Ia lebih memilih untuk mengampuni Koresus dan mengangkatnya sebagai penasihat dalam istana. Kemudian saat Cyrus kembali ke Persia, terjadi kekacauan di mana rakyat Lydia memperlukan simpanan harta Koresus yang menumpuk. Mereka merekrut tentara bayaran dan mencoba memperontak, tetapi Cyrus tidak tinggal diam. Dinasti memutus dua generalnya untuk meredakan pemberontakan ini.
Setelah menumpas pemberontakan, mereka menaklukkan seluruh Anatolia, menambahkan Ionia, Elysia, Kilikia, dan Phoenicia ke dalam kekaisaran Persia, Achaemenia. Layaknya cahaya yang akan menerangi setiap tempat yang gelap Langkah dari Cyrus the Great tak berhenti di situ Pertahun 540 sebelum masehi Dalam jalinan waktu yang mengalir dengan cepat Cyrus menaklukkan kerajaan Elam di Mesopotamia Timur Hal ini menyebabkan kekaisaran Persia Achaemenia Ini berbatasan dengan kekaisaran Neo-Babylonia Yang pada saat itu dipimpin oleh Nabonidus Meskipun Nabonidus memerintah Babylonia Tetapi itu tak dilakukan dengan cara yang terpuji setelah melakukan kudeta yang membawanya pada puncak kekuasaan. Perselesian antara Nabonidus dan para pendeta Dewa Marduk akhirnya memuncak.
Tindakan ini menjadikan Nabonidus tidak disukai oleh masyarakat Babylonia. Di sisi lain, sebagian rakyat Babylonia mulai melihat Cyrus sebagai harapan pembebasan. Dan pada tahun 539 sebelum masehi, Cyrus memimpin pasukan Persia Achaemenia menyerbu Neo-Babylonia.
Dalam pertempuran singkat di tepi sungai Efrat, tentara Persia dengan cepat mampu mengalahkan pasukan Babylonia. Sementara itu Nabonidus sendiri melarikan diri menjauhi Babel Peristiwa ini begitu terkenal karena pasukan Persia pada saat itu menciptakan terobosan saat mereka mengalihkan air sungai ke kanal terdekat Pada malam yang gelap mereka mengarungi dasar sungai dan mengasuki Babylonia Kota itu pun jatuh tanpa perlawanan dan Nabonidus menyerah tak lama setelahnya Dengan ini tangan besar Cyrus the Great telah menguasai seluruh Mesopotamia, Syria, dan Levan Ia telah menciptakan dasar bagi pendirian Kekaisaran Persia atau Kekaisaran Akemenia yang sangat besar. Kekaisaran Persia Akemenia berkembang menjadi negara adidaya pertama di dunia yang berdiri di tiga situs peradaban kuno sekaligus. Yaitu Mesopotamia, Lembah Sungai Nil, dan Lembah Sungai Indus. Tidak ada kekaisaran lain sebelum masa itu yang lebih besar daripada Kekaisaran Akemenia.
Cyrus the Great dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan penuh kearifan. Orang-orang akan selalu mengingat bahwa Cyrus the Great adalah figur yang mampu merampungkan sesuatu yang sebelumnya tak pernah terjadi. Dimana di tahun 620 sebelum masehi, segenerasi sebelum Cyrus the Great lahir, tak ada seorang pun yang mampu menyatukan seluruh dunia lama di bawah satu kekuasaan.
Apalagi di bawah suatu suku yang sama sekali tidak terkenal. Di dalam Aksara Paku dari Babylonia, dikatakan bahwa Kores atau Cyrus the Great meninggal sekitar bulan Desember tahun 530 sebelum masehi dan digantikan oleh pederanya, Kambisus Iii, sebagai raja setelah kematiannya. Setelah kematian Cyrus, puterannya Gambysius Iii atau Gambysius Iii menjutkan ekspansi ke wilayah-wilayah baru seperti Mesir. Kemudian sekitar tahun 522 sebelum masehi, seorang raja yang tak seperti raja lain menaiki tampu kekuasaan yang menjadikannya sebagai raja keempat di kekisaran Persia. Orang itu adalah Darius Agung atau Darius the Great.
Seseorang yang akan menjadi sosok sentral, yang akan selalu menghiasi lembaran sejarah, yang akan memperluas kekisaran Persia hingga mencapai batas-batas terjauh di dunia kuno. Darius the Great atau Darius Agung dikenal sebagai King of Kings atau Raja di Raja atau Kaisar Iran atau Persia dan juga Firaun Mesir dari dinasti Akhemenia yang berkuasa dari September 522 hingga Oktober 486 sebelum Masehi. Di periode ini Persia memegang gelar sebagai kekisaran terbesar dan terkuat di dunia pada zamannya yang wilayah kekuasaannya mencakup sebagian besar Asia Barat sebagai Kaukasus, sebagian Balkan termasuk Teraki Amaki Dunia.
dan Payonia, sebagian besar wilayah pesisir laut hitam, Asia Tengah hingga Lembah Indus di ujung timur dan bagian utara dan timur laut Afrika termasuk Mesir dikenal juga sebagai Mutraya, Libya Timur dan pesisir Sudan itulah saat-saat magis yang membawa Persia ke puncak kejayaan yang gemilang menjadi kilauan terang dalam lanskap peradaban manusia kekesaran Persia bukan hanya dikenal karena kekuatan militer mereka Tetapi juga karena pemerintahannya yang relatif adil dan kebijakan yang mewujudkan toleransi dalam lingkup budaya dan agama. Mereka merupakan kekaisaran besar pertama yang mengamalkan sikap toleransi menghormati budaya-budaya dan agama-agama lain di kawasan jajahannya. Dan juga kerumitan pemerintahan mereka patut diperhitungkan.
administrasi yang canggih, jaringan jalan raya yang terkenal, dan sistem pos yang efisien membantu mengokokkan posisi persia sebagai pusat perdagangan dan budaya yang makmur. Ini bukan hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kuat, tetapi juga memupuk pertukaran budaya yang subur. Menciptakan persia yang dipenuhi dengan warna-warni pengetahuan dan ide-ide yang bermekaran di seluruh wilayah kebesaran. Darius Agung bukanlah segedar seorang raja, tetapi seorang pemimpin yang mengubah arah sejarah dengan inovasinya yang brilian. Dinasti mengenalkan kepada masyarakat konsep mata uang dan timbangan.
yang pada gilirannya meratakan jalur perdagangan dan membantu memadukan kekisaran yang luas ke dalam satu jalur pemerintahan yang kuat. Kekisaran Persia juga terkenal karena sistem jalan keretanya yang luar biasa, yang menghubungkan bagian-bagian terjauh dari kekisaran. Jalan raya kerajaan menjadi tulang punggung perdagangan, budaya, dan komunikasi di dalam kekisaran.
Namun, sumbangsinya tidak berhenti di situ. Darius menjadi arsitek besar di balik pembangunan jaringan jalan raya dan terusan yang menghubungkan sungai Nil hingga Lepmera. Inisiatif ini merasang perdagangan, komunikasi, dan pengaturan pajak yang lebih efisien, yang menggerakkan roda ekonomi dengan cara yang luar biasa. Selain itu, Darius Agung adalah otak di balik pembangunan kompleks kekisaran Persia yang mega.
Ia juga mengambil keputusan berani dengan memindahkan ibu kota Persia ke Susa. Semua ini adalah bukti nyata kehebatannya sebagai seorang pemimpin yang tidak hanya menaklukkan, tetapi juga membentuk ulang dunia di sekitarnya. Kekaisaran Persia juga banyak memperakarsai karya-karya monumental seperti Istana Persepolis yang menjadi simbol kejayaan arsitektur Persia, dan juga memperakarsai karya-karya sastra dan pemikiran.
Di bawah naungan Raja Persia, sastra dan filsafat berkembang pesat. Darius Agung meninggal pada bulan Oktober 486 sebelum Masihi, setelah ia berkuasa selama hampir 36 tahun. Persiwa ini menandai akhir masa pemerintahannya sekaligus menyeratkan kemunduran kekaisaran Persia Akemenia Setelah Darius Agung meninggal, putranya Xerxes pertama menggantikannya sebagai raja Yang akan memimpin Persia selama beberapa tahun yang penuh gejolak Terutama selama invasi Persia ke Yunani Yang kemudian diabadikan dalam persiwa perang Yunani-Persia Kekaisaran Persia pertama memimpin dengan kuasa yang luar biasa Mereka mengukir jejak panjang dalam sejarah dan menciptakan warisan yang memikat.
Namun pada akhirnya mereka harus menghadapi serangan dari Alexander Agung pada tahun 330 sebelum Masihi yang mengakhiri dominasi Persia. Dalam perjalanan sejarah yang penuh warna, kekisaran Persia harus menghadapi luka yang mendalam. Saat kejayaan yang pernah menggetarkan dunia mulai memudar dan meredup, titik balik ini semakin jelas setelah upaya mereka menaklukkan Yunani pada tahun 480 sebelum Masehi dengan seriusis pertama memimpin ekspedisi besar berakhir dengan kegagalan. Itu adalah saat-saat yang menggetarkan, di mana kekaisaran Bersia yang pernah menjadi kekuatan besar yang menaklukkan banyak peradaban harus merasakan rasa pahitnya kekalahan.
Kejayaan yang dulu begitu mempesona kini mulai merayap ke arah kancuran. Saat Alexander the Great beserta pasukannya melintasi perbatasan kekaisaran Bersia, Raja Muda yang dikenal karena kecerdasannya yang mengesankan, kepemimpinannya yang luar biasa, dan ambisinya yang tak terbendung terbukti mampu menancapkan pengaruhnya ke berbagai wilayah. Mulai dari Yunani, Asia Minor, Laut Adriati, Sungai Indus, hingga India dan Babylonia.
Namun yang paling mencolok adalah penaklukannya atas Persepolis, ibu kota Persia, yang menjadi klimaks dari prestasinya yang mengagumkan. Dinasti Akemenia akhirnya jatuh ke tangan Alexander the Great atau Alexander Agung dari Macedonia pada tahun 330 sebelum meseh. Setelah pasukan Alexander the Great berhasil mengalahkan pasukan kekisaran Persia yang kala itu dipimpin oleh Raja Darius IiiI, Penaklukan ini menyebabkan kekecauan dan keruntuhan tatanan politik di dalam kekaisaran. Kekaisaran yang pernah teguh itu kini berguncang dan benar-benar hancur. Pada tanggal 13 Juni 323 S.M.
Dunia menyaksikan berakhirnya satu era saat Alexander Agung mengembuskan napas terakhir. Wilayah-wilayah yang sebelumnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kekisaran Persia, kini menjadi pusat persaingan yang sengit antara penurus Alexander dan para jenderalnya yang setia. Mereka bersaing dengan ganas untuk merebut warisan besar ini, menggiring wilayah-wilayah yang dulu bersatu di bawah bendera Persia, ke dalam jurang perpecahan dan ketidakstabilan yang meruncang seluruh tanah ini. Disinilah saat-saat genting dalam sejarah Persia, ketika kekisaran yang pernah besar dan kuat jatuh ke dalam krisis yang memilukan.
Zaman berubah dan kejayaan yang telah ada kini hanya menjadi kenangan. Setelah gelombang kekecauan yang disebabkan oleh invasi Alexander dan konflik suksesi yang marajalela, Persia menyaksikan naik turunnya berbagai dinasti yang berbuasa. Kehidupan politik yang tak stabil dan perubahan yang tak henti-hentinya menjadi latar belakang yang akhirnya akan menjadi salah satu faktor utama yang menggoyahkan fondasi kekisaran megah itu. Para pemimpin baru menggantikan yang lama, mereka silih berganti menaiki tahta.
Pada tahun 312 sebelum masehi, seorang jenderal penuh ambisi dari pasukan Alexander Agung bernama Seleucus mendirikan kekisaran baru, yaitu kekisaran Seleucus yang berdiri megah di tengah keruntuhan kekisaran Alkmenia yang dulu gemilang. Namun, bagaikan drama klasik, masa lalu yang kaya dan masa depan yang penuh potensi, bertabrakan dalam peristiwa-peristiwa tragis yang menggiring ke Kekisaran Seleucus menuju kemundurannya. Konflik terus terjadi, merajalela di sekitar Kekisaran Seleucus, dengan pecahnya pemberontakan dan berkelirnya perang melawan Kekisaran Romawi yang dipimpin oleh General Pompeius, akhirnya menggiring mereka ke ambang kejatuhan yang tak terhindarkan.
Kemudian pada tahun 248 sebelum Masehi, muncul kekesaran Partia. Bangsa yang berasal dari Iran Utara itu berhasil merebut sebagian besar wilayah Iran dan Asia Barat dari penerus Alexander. Namun sayangnya, dinasti Partia pun harus terus menerus terlibat serangkaian konflik dengan kekesaran Romawi di barat.
Wilayah-wilayah di sekitar Kaukasus menjadi medan perang antara dua kekesaran, yang menambah beban negara Persia yang sudah rentan. Perang dan konflik militer yang tak berkesudahan ini menguras ekonomi Persia. Pengeluaran militer yang besar menjadi beban yang tak tertenggungkan bagi keuangan kekisaran, yang sekali lagi mengganggu stabilitas dan kemakmuran negara.
Dinasti Partia akhirnya runtuh pada tahun 224 M. yang ironisnya disebabkan oleh kerajaan lindungannya sendiri, yaitu Sassania. Setelah kejatuhan dinasti Partia, Kekisaran Sasania naik tahta pada tahun 226 Masehi. Kekisaran ini didirikan oleh Ardasir I setelah mengalahkan Raja Partia terakhir, Artabanos IV, pada pertempuran yang dikenal sebagai Tiritium pada tahun 224 Masehi.
Sasania adalah kekisaran yang dikenal sebagai salah satu kekuatan utama di Asia Barat, Selatan, dan Tengah. Dalam sejarahnya yang berjalan selama lebih dari 400 tahun, mereka bersaing dalam ketangguhan dengan Kekisaran Rumawi dan juga Kekisaran Byzantium. Selain itu, hubungan antara kekaisaran Romawi dan Persia-Sasania terbilang unik dalam sejarah karena kedua kekaisaran ini, meskipun sering bersaing dan terlibat dalam konflik militer, juga mengakui satu sama lain sebagai kekuatan besar yang setara. Ini tercermin dalam surat-surat yang ditulis oleh para kekaisar Romawi kepada Shahansyah Persia, yang sering memulai surat dengan ucapan, kepada saudaraku. Ini menunjukkan pengakuan dan rasa menghormati antara keduanya.
Namun, seperti yang seringkali terjadi dalam riwayat, masa kejayaan selalu diperlukan. Disusul oleh malam gelap yang mengakhiri satu era dan memunculkan era yang lain. Dalam perjalanan sejarah yang penuh gecola, kekesaran Sasania yang dulu begitu gimilang harus merasakan kepahitan kemunduran. Kejayaan masa lalu menjadi kenangan yang pahit. Perang saudara, persaturan dalam kekuasaan, dan serangan besar-besaran dari berbagai musuh membuat tata Sasania runtuh.
Bahkan selama 5 tahun, yaitu antara tahun 628 sampai 632 Masehi, tidak ada seorang raja pun yang mengisi kursi tahta. Kekuasaan kala itu dipegang oleh para jeneral yang berseturus satu sama lain. Di tengah kekacauan dan perebutan kekuasaan ini, kegesaran Romawi Timur atau Byzantium yang selama ini menjadi musuh bebuyutan Sasania, melihat peluang emas dan langsung melancarkan serangan besar ke wilayah Persia yang sudah rentan. Selama perjalanan yang kacau ini, secerca harapan muncul. Yazdegerd IiiI, sang cucu dari Raja Khotob I, muncul dari persembunyian untuk mengambil alih tahta Sassania.
Tetapi takdir berkata lain, karena Yazdegerd IiiI tak mampu mempertahankan kegelisaran yang sudah tercabik-cabik oleh ketidakpastian. Sehingga pada tahun 633 Masehi, Khalifah bin Walid yang saat itu memimpin pasukan Muslim Arab untuk melakukan invasi ke beberapa wilayah dan salah satunya ke Tanah Persia, menjadi tonggak awal dari jatuhnya seluruh wilayah kekuasaan Persia ke tangan umat Muslim. Dan pada pertengahan abad ke-7, Khalifah Umar bin Khotob memerintahkan serangan terakhir ke Persia.
Sebuah serangannya akan menjadi titik balik besar dalam sejarah Persia. Ya sedekat ketiga, Raja Terakhir Sasania hanya mampu bertahan melawan gempuran umat Islam selama kurang lebih 14 tahun. Ini menjadi akhir dari dinasti Sasania yang telah begitu lama berkuasa.
Yang sekaligus menjadikan mereka sebagai penguasa pra-Islam terakhir di tanah Persia. Dengan runtuhnya ke Kaisaran Sasania. Era keemasan Persia yang pernah menggentarkan dunia itu redup begitu saja.
Kekaisaran Sasania adalah kekaisaran terakhir di tanah Iran. Kejadian ini pula yang membuka pintu bagi kedatangan Islam Persia pada tahun 700-1400 Masehi. Dan kemudian dilanjutkan oleh dinasti Qajar yang berkuasa hingga abad ke-20.
Meskipun penguasa-penguasa sesudahnya berusaha keras untuk menghidupkan kembali cahaya kemasan-masa lalu. Seperti yang dicapai oleh Hakim ini ya. Walaupun kekaisaran Sasani yang mampu bertahan sangat lama dan dinasti Kajar pernah membuat Persia menjadi salah satu pusat perkembangan Islam, tetapi tetap saja, tak ada satupun dari mereka yang mampu menyamai kejayaan yang pernah dicapai oleh Cyrus the Great dan juga Darius the Great. Keruntuhan Kekaisaran Persia Tetap menjadi jendela untuk melihat ke masa lalu yang tak terlupakan Sejarah mereka adalah buku terbuka yang berbicara tentang kebesaran dan ketahanan Tentang kebijaksanaan dan kemajuan Tentang cinta dan kehilangan Meskipun cahaya kejayaan mereka telah lama padam Warisan Kekaisaran Persia terus bersinar dalam halayan sejarah Mereka adalah penjaga keadilan Penjalin harmoni di tengah keragaman Dan penanda waktu yang memandu peradaban manusia Kekaisaran Persia mengajarkan kita tentang kebesaran dan juga tentang kerendahan hati, tentang kekuasaan, dan juga toleransi.
Mereka adalah mercusuar dalam samudera waktu. Ia memandu kita melewati batu karang dan ombak yang mendalam. Ini adalah cerita tentang bagaimana sejarah berputar dalam irama perjuangan, kejayaan, dan juga akhirnya perpecahan dan keruntuhan. Terima kasih.