Transcript for:
Kehidupan Spiritual dan Tawakal

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi Prof beserta seluruh jamaah yang dirahmati Allah. Alhamdulillah wa syukurillah segala puja dan puja syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat serta karunianya kita bisa kembali berjumpa di kajian pagi hari ini bersama guru dan musyid kita Kiai Haji Nasaruddin Umarim. Alhamdulillah. Salawat dan salam serta keberkahan semoga senantiasa tercurah dan terlimpah kepada Rasulullah SAW. Sebagai pembuka apa yang terkunci dan penutup apa yang terlalu. Pembela yang hak dengan yang hak dan pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Juga kepada keluarganya dan para sahabatnya, tabiin-tabiinnya dan kita semua selaku pengikutnya hingga akhir zaman. Amin ya Rabbul Alamin. Sekali lagi selamat pagi. Jamah Rahimahumullah. Bagaimana kabarnya pagi ini? Kami ucapkan terima kasih dan selamat bergabung di kajian tafsir rutin kita yang ke 481. Hari Senin 24 Februari, 25 Syakban, 1446 Hijriah. InsyaAllah Ramadan memasuki bulan suci dan mulia ini. Tinggal di depan, di kelupuk mata. Allahumma balikna Ramadan. Dan jamannya dihormati Allah, Alhamdulillah. Guru kita juga telah hadir bersama dengan kita. Izin menyapa terlebih dahulu. Bagaimana kabarnya pagi ini, Prof? Alhamdulillah. Alhamdulillah, semoga semakin hari semakin pulih ya, Prof. Ya Allah. Amin. Allah zahirkan kekuatan dalam menjalankan tugas-tugas dan amanah negara juga, Tuhan. Amin, Ya Rabbul Alamin. Baik, jama'ah rahimah kumullah. Di pertemuan pekan lalu, guru kita membahas mengenai sebab-sebab yang membuat hati lapang. Ada beberapa catatan notulensi yang izin saya bacakan dari minggu lalu. Semua orang memiliki lorong-lorong rahasianya sendiri untuk menjumpai Tuhan. Kita tidak berhak mengklaim bahwa jalan kita yang paling benar. Dan juga jangan mudah menganggap orang musyrik. Ada lima cara untuk memperbaiki hubungan kita dengan Sang Maha Pecipta. Yaitu yang pertama memperbaiki tawhid, yang kedua beramal soleh dengan niat lillahi ta'ala, yang ketiga keberanian serta teguhnya pendirian, yang keempat menjauhi tindakan yang berlebihan dalam hal-hal yang hubah, dan yang kelima merenungi keindahan alam semesta. Perbaikilah suasana batin, perbaiki apa-apa yang membuat kita bisa respek kepada Tuhan dan juga kepada semua makhluk ciptaan. Perbaikilah pikiran kita. berpikir lurus, beragama yang baik selalu penuhi tabungan spiritual dan tabungan sosial kita bacalah Al-Quran dengan sepenuh perasaan dan menghayatinya, dicaya hati akan semakin lapang lihatlah alam ini sebagai tauhid, satu sistem, satu kesatuan makrokosmos yang tak terpisahkan cermati alam semesta sebagai kitabullah siapa yang mencintai alam semesta dia akan merasakan nikmatnya kehidupan karena dengan begitu kemanapun kau hadapkan wajahmu kau akan melihat wajah Allah Baiklah jemaah sekalian, mari bersama-sama kita simak penuturan hikmah yang akan disampaikan oleh guru kita. Waktu dan layar kami persilakan, Prof. Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi alladzi an'amana bi'akhtaril adiyan wa'ibayunulaha tariqatuhu maktubu bilquran. Bismillahirrahmanirrahim. surah al-fatihah semoga dengan surah al-fatihah ini kita mendapatkan keutamaan keberkahan dari Allah subhanahu wa ta'ala ala hadithin ya wa ala kulli nintan salih dan maila hadratil mustafa nabi s.a.w wa ala alihi wa sabbihi wa man tabi'u ilayhimu dine isri al-fatih audzubillahimina syaitan wa jinn bismillahirrahmanirrahim alhamdulillahirrahmanirrahim Hari ini kita akan mencoba menghayati perjalanan hidup kita. Semua di antara kita ini punya lorong-lorong kehidupan menuju Allah SWT. Seperti tadi yang disembuhkan Mbak Ketik. Bagaimana cara kita melakukan kehidupan spiritual. Kita itu selama ini terlalu banyak go out, selalu keluar dari diri kita, membaca keluar apa yang dilakukan tetangga kita, apa yang dilakukan teman-teman sebaya, apa yang dilakukan teman kantor, apa yang dilakukan oleh... keluarga suami, keluarga istri, apa yang ditampilkan oleh media sekarang, apa yang jadi isu-isu tren, apa yang menjadi topik berita hari ini, apa yang harus kita capai hari ini, apa yang harus kita lakukan hari ini, apa yang tidak boleh kita lakukan hari ini, semua kita... Terlalu dipengaruhi oleh faktor eksternal kita. Semakin kita keluar dari diri kita sendiri, semakin banyak fokus kita pada go out, keluar, dan tidak berusaha untuk go in, masuk ke dalam diri kita, maka kita akan pasti merasa semacam overloaded. Overloaded itu artinya kelebihan beban. Semua kita pernah merasa kelebihan beban hidup ini. 24 jam tidak cukup untuk kita bisa melakukan sesuatu. Kita tidak tahu bagaimana menyiasati kehidupan ini. 24 jam terasa sangat tidak cukup. Untuk menyelesaikan semua urusan-urusan kita sendiri. Inilah yang membuat kita kadang-kadang sulit bernafas. Sementara tenaga yang kita miliki juga sangat terbatas. Ya, apa yang harus kita lakukan dalam rantai ini semua, maka kita mencoba untuk merevisi kehidupan kita. Pandangan hidup seperti itu akan melelahkan Bapak Ibu. Cukup lelah menjalani kehidupan. Apabila Bapak Ibu merasa lelah menjalani kehidupannya, itu pertanda ada sesuatu yang tidak beres. Ada sesuatu yang tidak jalan, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Apabila kita sudah merasa jenuh menghadapi kenyataan, lelah merasakan kehidupan ini, berarti itu tanda-tanda orang yang dipadati oleh kegiatan-kegiatan eksternal. dirinya sendiri dan itu juga sekaligus bertanda kita tidak pernah melakukan proses go in. Kita tidak pernah merasakan bagaimana nikmatnya menjadi sosok figur yang memiliki dirinya sendiri. Salat-salat semua kita lakukan ya Bapak. Semua kita lakukan sholat tidak pernah kurang. Bahkan hari ini kita berpuasa kan. Iya, tidak pernah kurang. Hidup ini penuh dengan ibadah. Tapi ternyata ibadah itu tidak mengantarkan kita untuk merasakan sebuah ketenangan batin. Tidak mengantarkan kita kepada kepuasan. Cabaian. Sepertinya apa yang kita cabai itu sangat kurang. Dan kita tidak merasakan ada keberhasilan. Selalu kita merasa kurang dibandingkan dengan orang lain. Mohon inilah pertanda bahwa kita itu sedang di dalam keadaan bermasalah. Kenapa? Karena kita selalu berorientasi pada go out. Selalu kita melihat keluar jendela-jendela yang kita miliki, mata untuk mengintip orang lain, telinga untuk mendengarkan orang lain, perasaan untuk merasakan kehidupan di sekitar, dan apapun panca indera yang kita miliki selalu tertumpahkan untuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Bagaimana cara kita melakoni kehidupan spiritual? Caranya tentu harus go in. Mari kita melihat ke dalam diri kita Bapak Ibu. Insya Allah kalau kita go in. Masuk memikirkan siapa aku. Siapa Tuhan ku. Di dalam sholat pun juga kita akan merasakan nikmatnya sholat itu. Di dalam sholat pun kita juga akan merasakan. husu'nya sholat ini dalam kehidupan rumah tangga pun juga kita merasakan ketenangan, kebahagiaan. Karena kita patokannya bukan orang luar, patokannya diri kita sendiri. Nah, inilah yang kita akan bahas hari ini. Bagaimana cara kita melakoni kehidupan spiritual ini. Kehidupan spiritual adalah kehidupan yang go in. Barang siapa yang memahami dirinya lebih mendalam ya Siapa aku Maka sesungguhnya dia akan pasti memahami Tuhannya Barang siapa yang memahami Tuhannya Maka dia nanti akan mendapatkan ketenangan Kita tidak terusik dengan kemajuan yang dicapai oleh orang lain Kita tidak terusik dengan problem sosial yang terjadi di sekitar kita. Kita pun juga tidak terusik dengan masa lampau yang sangat buram. Dan kita pun juga tidak takut mati. Kenapa? Karena kita sudah pasrah kepada Allah. Kita sudah tahu rahasianya Allah dalam diri kita. Kita diciptakan sebagai hamba. Dan kita diciptakan sebagai... Manusia yang memang serba berkekurangan. Kekurangan kita akan ditutupi oleh kemahasempurnaannya Allah. Maka kalau kita menyerahkan diri kita kepadanya, maka lupakanlah kekurangan itu. Karena Allah subhanahu wa ta'ala masuk menjadi bagian dari diri kita sendiri, sehingga kita lupa kalau kita itu Selesai persoalan. Kita tidak sadar kalau kita sudah tidak punya masalah. Kalau kita masih sadar kita punya masalah. Masih wilayah perbatasan. Tapi ketika kita cemplung pedalan. Maka kita tidak pernah merasakan kemasalahan itu sendiri. Kita sudah hidup dengan penuh tawakal. Tawakal itu bukan hanya sekedar menyerahkan diri kepada Allah. Tetapi menggunting jaringan-jaringan duniawi yang menjerat diri kita sendiri selama ini. Ibaratnya kita itu masuk dalam sebuah jaring. Kalau seorang nelayan menjaring ikan, menjaring ikan itu tidak bisa menemukan jalan keluar. Mulai ke bawah tanah, mulai ke atas sudah terikat dengan jaring. Jaring-jaring kehidupan ini sangat. X-ring, Bapak-Bapak. Mari kita mencoba untuk hidup di luar jaring. Hidup dalam jaring-jaring terbatas. Itulah nanti akan membuat kita itu pengap dalam hidup ini. Lelah menjalani kehidupan ini. Apa bisa? Sangat bisa, Bapak-Bapak. Itulah artinya wirid. Itulah artinya zikir. Serahkan dirinya kepada Allah. Pejamkan mata. Serahkan dirinya kepada Allah ya Allah. Aku manusia yang sangat lemah. Tapi terlalu banyak keinginannya. Tapi keterbatasannya luar biasa. Penyerahan diri kepada Allah sepenuhnya. Ya, gak usah terikat dengan apa yang ada di sekitar kita. Dekat sedekat-dekatnya dengan Allah SWT. Maka pada saat itu kita akan merasa hidup ini longgar. Sekalipun orang lain prihatin terhadap diri kita, tapi kita yang selalu tersenyum. Aku bahagia meskipun orang lain prihatin terhadap diriku. Itu sudah syurga sebelum waktu ini. Nah caranya untuk itu, coba kita lihat yang pertama. Bapak-Ibu sekalian, mari kita lihat satu per satu. Seluruh aktivitas hidup disanggah oleh sebuah energi primitif atau dasar yang kita bawa sejak lahir. Karakter kita itu memang seperti yang apa yang selama ini kita alami. Aktivitas hidup kita itu, ya, sejak dulu sampai sekarang, ya, selalu ingin. memiliki semua. Kita punya energi sepertinya mampu memiliki semua. Aku bisa, walaupun pada kenyataannya nanti nggak bisa. Energi yang ada ini, dalam awal kehidupan kita digunakan hanya untuk aktivitas-aktivitas menumbuhkan, membesarkan diri, membesarkan perusahaan. Membesarkan keluarga, melindungi diri, melindungi keluarga, menolong diri kita sendiri. Jadi survive. How to survive in our life ini. Hidup ini harus survive. Apa itu survive? Itu aktual. Hidup ini harus exist. Kita mengatasi semua yang ada di sekitar kita. Itu karakter yang dimiliki manusia. Kemudian energi ini bertambah selaras dengan pertumbuhan kedewasaan kita Dan menjadi bahan bakar bagi jauh lebih banyak aktivitas kita Makin dewasa kita makin besar potensi itu Kita bisa melakukan apapun Tetapi jauh lebih besar apa yang kita belum capai daripada potensi yang kita miliki. Tetapi ambisinya luar biasa. Pada fase ini dimulailah persaingan sepanjang hidup untuk memperbutkan energi vital ini antara sifat buruk dan sifat mulia kita. Iya, karakter untuk selalu survive seringkali berhadapan-hadapan untuk mau menyerahkan diri kita kepada Allah. Bingung kita. Satu sisi aku harus memperterahkan hidup saya seperti apa adanya. Tapi pada sisi lain kita juga harus menyerahkan diri kita kepada Allah. Hidup dengan penuh penyerahan diri kepada Allah. Berarti sepertinya energi tidak terpakai. Energi untuk survive itu. Untuk hidup di tengah persaingan itu nanti. Tidak efektif. Itu menurut perasaan kita. Justru pada saat itulah kita akan menghemat energi itu. Menghemat energi itu cara yang paling gampang untuk survive. Caranya menghemat energi bukan malas-malasan. Bukan tidak mau bersaing. Tetap penuh persaingan. Faizal azam tafata'uk kalia'alullah. Inna Allahi hibbul mutawakil. Kita tetap melakukan perjuangan, tapi jangan ngoyoh harus mencapai semua ini. Lakukanlah apa yang harus kita lakukan, tetapi kita tetap di dalam wilayah spiritualitas kita kepada Allah SWT. Karena kapan kita lepas dengan Allah, maka pada saat itulah tadi beban hidup itu akan menjerat kita. Kalau hidup ini tidak lagi ada Tuhan ya. Tidak ada kepasrahannya, tidak ada lagi tempat bersandar. Itulah nanti yang akan menjadi sumber daripada kekelahannya hidup ini. Akhirnya nanti kita akan habis energi. Nah, bagaimana caranya? Jangan bersedih hadapi kenyataan ini. Jika Anda menganggap sesuatu yang mulia sebagai kehinaan, maka hina dia. Jadi jika Anda menganggap sesuatu yang mulia sebagai kehinaan, maka hinalah dia. Anda tidak akan mengharapkan sesuatu, maka juga akan melupakannya. Allah akan memberikan sebagian daripada karunianya, dan demikian pula Rasulnya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang Berharap kepada Allah. Jadi surah At-Tawbah 59 mengingatkan kita. Bahwa harapan kita itu hanya kepada Allah. Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa ma mati lillahi rabbil alamin. Kesuguhnya sholat itu ibadahku. Hidupku, matiku hanya untuk Allah. Jadi coba. Kalau kita sudah pasrah seperti ini, maksimumkan usaha kita, profesionalkan kerja kita, dan sandarkan kepada Allah bahwa apa yang kami lakukan ini adalah rangkaian ibadah, dan hidup ini adalah untuk beribadah. Bapak-Ibu, nanti kalau berhasil, yang berhasil bukan aku, tapi Allah. Yang menolong aku. Nanti kalau gagal, bukan Allah yang gagal. Aku yang tidak memenuhi persyaratan kerja yang profesional. Jadi kita tidak pernah menyalahkan Tuhan dalam hidup. Karena memang Tuhan tidak pernah salah. Kitalah yang menentukan hidup ini. Kita, we are driver. Kita supir. Mau kemana, banting kiri, banting kanan. Setir itu ada pada diri kita sendiri. Mau ke kanan nanti masuk surga, mau ke kiri berarti nanti masuk neraka. Nah inilah betapa perlunya kita mengontrol diri kita. Jangan selalu go out. Hari ini hari Senin, mau kemana kita mau ke kantor. Untuk apa ke kantor menyelesaikan pekerjaan. Targetnya apa banyak hari ini. Mau rapat berkali-kali, mau bertemu dengan investor dan sebagainya. Tiba-tiba macet atau tiba-tiba ada masalah. Ya, itu jadi masalah semuanya. Dan akhirnya marah, marah, dan terus marah. Padahal kalau kita menyerahkan diri ini kepada Allah. Ya Allah, target saya hari ini banyak. Tiba-tiba macet. Tiba-tiba sopir tidak masuk. Tiba-tiba sakit. Jangan bersedih. Hadapi kenyataan itu. Ya memang seperti inilah hari ini. Allah menghendaki aku seperti ini. Jadi jangan melupakan Tuhan di dalam segala hal. Berhasil ingat Tuhan. Gagal ingat Tuhan. Sehingga tidak pernah merasa gagal. Tidak pernah bersedih. Juga tidak pernah merasa berhasil. Karena keberhasilan itu adalah karena Allah. Enak tuh. Terimalah dengan penuh kerelaan dengan apa yang Allah berikan kepadamu. Terima apa adanya. Niscaya kamu akan menjadi manusia yang paling kaya. Iya. Al-qana'atul kansun. Merasa cukup apa yang ada. Maka itu adalah harta. Tidak pernah kering. Hiburlah dirimu. Maka dia akan gembira pada tempatnya. Apakah air mata mampu mengembalikan barang berharga yang telah lama hilang? Tidak mungkin. Maka itu terimalah hidup ini sebagai apa adanya. Karena memang inilah ketentuan dari Allah. Ya Allah aku sudah berikhtiar. Tapi kemampuanku berikhtiar hanya seperti ini maka hasilnya pun seperti ini. Aku ingin 10 tapi dapatnya 5. Alhamdulillah. Tunduk ke bawah masih ada orang yang hanya dapat satu bahkan tidak dapat apa-apa banyak. Nah, merasa kena, cukup. Apa yang ada, sudah. Kita nggak bisa dipromosi jabatan. Seluruh satu, adek kelas naik malah. Jangan menggerutu, jangan mencari musuh. Wah, dia kena nyogok dan sebagainya. Sudah tidak dipromosi, dosa lagi, fitnah kan. Terima apa adanya, justru itu yang terbaik. Setiap orang membawa nasibnya masing-masing. Alangkah cepat kita mampu beradaptasi dengan realitas. Kita harus beradaptasi dengan realitas yang ada di dalam diri kita sendiri. Jangan putus asa. Beradaptasilah dengan lingkungannya. Ingat, pepatah kita yang dulu, orang pintar tidak akan pernah jatuh. Orang ikhlas selalu merasakan ada keajaiban. Jadi teruslah belajar. Apakah sama orang pintar dengan orang yang bodoh? Orang yang selalu ngaji, selalu mengasah otak. Tidak pernah jatuh Bapak Ibu kalau orang pintar. Udah masa pensiun pun juga dipakai oleh orang banyak. Tapi kalau orang bodoh, ya. Masih usia produktif, belum bisa dapat kerjaan. Lihatlah para pensiunan, masih dipakai komisaris, dewan pengawas, masih punya perusahaan. Kenapa? Karena dia pintar. Tidak cukup hanya dengan pintar, tapi harus ada ketulusan, keikhlasan. Orang ikhlas itu selalu ada keajaiban yang dirasakan. Apa itu keajaiban? Tidak masuk akal, tapi kenyataannya terjadi. Kalau ingin merasakan keajaiban hidup, praktekkan keikhlasan, ketulusan setiap hari. Selalu ada keikhlasan dalam hidup, maka selalu ada keajaiban dalam hidup. Jika semuanya serba rasio, aku tidak mau itu karena tidak ada rewardnya kepada saya. Nanti tidak ada efeknya kepada saya. Itu tidak ikhlas. Bekerja lelahi ta'ala tanpa memperhitungkan rewardingnya apa, balasannya apa. Maka Tuhanlah nanti akan membalas lebih daripada apa yang kita ditargetkan itu. Nah inilah hebatnya keikhlasan dan hebatnya kepintaran. Betapa menakjubkan kita mampu menerima kondisi kehidupan baru kita. Apa kehidupan baru itu positif menurut kita atau negatif menurut kita? kita, tapi terimalah kondisi barunya itu, dipindahkan di suatu tempat, di kota yang kecil jadikanlah bahwa ini adalah tempat untuk menjadi halifah tempat menjadi hamba yang baik jangan pernah berpikir aku dipencilkan, ya aku dipojokkan, karena lawang politik saya naik, maka saya dipindahkan ke daerah Jadikanlah tempat barunya sebagai tempat yang menakjubkan untuk diri. Hidup ini kan untuk mengabdi kepada Allah. 50 tahun lampau di dalam rumah hanya ada beberapa alat sederhana. Tapi lihat rumahnya sekarang. Bahkan sudah pindah rumah, sudah beberapa rumah penuh dengan perabotan. Bandingkan 50 tahun yang lampau. Bahkan kita kasih-kasih orang. Kehidupan terus berjalan. Kita rela dan menyerahkan kehidupan kita kepada kenyataan. Jadi hiduplah dengan realistis. Kalau hari ini tidak mengembirakan seperti yang kita harapkan, Allah mempergilirkan kehidupan ini di antara para manusia. Selalu ada perubahan dalam hidup. Jangan melihat perubahan itu justru memojokkan dirinya sendiri, menyalahkan Tuhan, menyalahkan orang lain. Tersenyumlah menerima kenyataan baru. Di mana ada tantangan, di situ ada prestasi baru dalam kehidupan. Akan mematangkan jiwa kita. Jiwa akan terus meminta. Jika selalu... kau memanjatannya. Sebaliknya jika dikembalikan kepada yang sedikit, dia pasti akan puas juga. Semakin besar ember yang kita miliki, maka semakin menuntut isi yang banyak. Tapi semakin kecil bejaan yang kita miliki, maka semakin tidak membebani diri kita sendiri. Karena ya ember saya cuma segini. Padahal yang diminum hanya seteguk. Tidak mungkin orang diminum satu samudera. Yang diminum itu hanya segelas, dua gelas. Kita punya ember, embernya lima, mau penuhi semuanya. Yang diminum cuma dua gelas. Sebetulnya kita tidak mati kalau punya ember kecil. Tapi karena didiktir oleh kebiasaan hidup yang tadi itu disilahnya go out terus, membandingkan yang lain, kita tidak pernah penuh. Kemuliaan itu bukan dengan kegagahan dan penampilan. Ada orang menyangka bahwa kemuliaan itu ditampilkan dengan kegagahan penampilan, baju baru, perhiasan baru, tas baru, kendaraan baru. Keliru lah Bapak. Kemuliaan itu justru kita peroleh dari kesederhanaan kita menampilkan diri. Yang harus mulia itu. Bukan aksesoris kehidupan kita. Yang harus mulia bukan mobilnya harus mewah. Bukan pakaiannya harus mahal. Bukan perabotannya. Bukan aksesorisnya. Tetapi kepribadiannya. Betapa banyak orang yang tidak memiliki banyak. Hanya ngontrak puma. Tetapi luar biasa. Coba kita lihat ulama-ulama besar. Ya, saya baca biografinya, Ayatullah Khoma ini. Terlepas dia syia, kita bukan syia. Masih hidup di kontrakannya. Dia nggak punya rumah. Bagaimana mungkin orang bisa mengagetkan dunia? Dia tidak menguruskan rumah kepada anak-anaknya. Dia tidak menguruskan kendaraan mewah. Tapi dimuliakan luar biasa. Baik oleh kawan maupun lawan. Siapa lagi penggantinya itu presidennya. Naik bus bergantungan pergi mengajar di kampus. Padahal sudah kepala negara. Masuk ke rumahnya hanya ada gelas plastik, ada galon isinya air putih. Rumahnya kecil dan siapapun bisa boleh masuk di rumahnya. Jadi jangan mendramatisasi keadaan sehingga kita tidak bisa didatangi oleh banyak orang. Coba kita lihat. Minimnya harta yang dimiliki seseorang bukan petunjuk bahwa dia hidup sengsara. Ada orang tidak memiliki macam-macam. Hidup di atas rumah kontrakan. Dia pakai mobil second. Hartanya terbatas. Tapi dia bahagia. Tidak sengsara. Yang sengsara malah justru pengulang merat. Pajaknya, numpuk karyawannya, demo, dolar naik, dikejar polisi, jaksa KPK. Apakah di situ ada kebahagiaan? Kalau hidup ini dikejar-kejar. Pada akhirnya harta yang banyak itu membebani loh Bapak. Pada akhirnya uang banyak itu membebani. LHKPN, pertanggung jawaban keuangan asal-usul uang itu dari mana? Itu kan terdeteksi semua. Kalau ada yang bermasalah, dicurigai, itu bisa masuk pidana. Jadi terlalu banyak uang, terlalu banyak harta, tidak bisa kita pertanggung jawabkan dari mana asalnya. Kita bukan pedagang tapi kaya. Hanya mudahnya pejabat, tapi banyak rumahnya, banyak macam-macamnya. Itu justru membawa berat kehidupannya. Bisa saja seseorang mendapatkan kemuliaan walau dia memakai selendang rusuh dan kantong baju bertambal-tambal. Kita bisa melihat pemandangan. Orang-orang Ari Mahatma Gandhi hanya bermodalkan selimut pergi kemana-mana. Tidak pakai... jas, dasi, dibekali dengan tongkat. Tapi di mana dia bicara di situ dia alukan oleh orang. Gak punya mobil lah. Jadi kemuliaan itu sebetulnya tidak identik dengan gemerlapnya kehidupan. Tidak identik dengan melimpahnya harta kekayaan. Kemuliaan hidup itu adalah ketika kita mampu dekat dengan Allah, dan ketika kita nanti efeknya, kalau dekat dengan Allah kita jujur, kita berpikiran adil, kita menghormati, memuliakan orang lain, maka itulah kemuliaan. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu dia dimuliakannya, dan diberinya kesenangan, maka dia akan berkata, Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya, lalu membatasi rezkinya, maka dia berkata, Tuhanku menghianakanku. Jadi dia baik sangka kepada Tuhan Kalau dia dalam keadaan baik Dia buruk sangka kalau dia mendapatkan sesuatu yang buruk Ini yang dirusakkan mayoritas orang Tetapi kalau orang yang hidup Menerima apa adanya dan menyerahkan dirinya kepada Allah Akan berlaku ayat yang berikut Dan akhirnya, Ya Tuhan, nafsul mutmainna. Wahai orang yang memiliki jiwa yang tenang. Jiwa mutmainna. Irji'i ila Rabbiki Radhi Tamardiyah. Kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan penuh ketenangan dan riazah. Pada khalifah ibadah bergabunglah dengan para kekasihku. Para nabi, para wali. Wadahulijan nanti masuk ke dalam syurga. Jadi tersenyumlah dalam keadaan longgar. Tersenyum juga dalam keadaan pahit. Karena Tuhan menentukan segalanya. Jadi terima apa ada. Jadi memang tidak gampang untuk sampai ke tingkat ma'rifah. Bagaimana orang yang tidak pernah belajar tentang makrifah bisa merasakan bahagia dalam keadaan segala cuaca. Kita itu bahagia pada saat berkecukupan. Kita itu menderita kalau saat kita serba berkekurangan. Tetapi kalau makrifahnya orang itu tinggi, berkelebihan berkekurangan, tidak mempengaruhi penampilan dirinya sendiri. Dia tersenyum pada saat ia menerima kekecewaan. Inilah hidup. Dia juga tersenyum biasa-biasa saja kalau mendapatkan kemuliaan berupa harta. Karena itu punya Allah. Kita cuma diamanati. Nilai manusia sebenarnya adalah bakat-bakat yang terpupuk dan sifat-sifat yang mulia. Bukan pakaiannya. Bukan sepatunya. Bukan tasnya. Bukan istananya. Bukan kenderaannya. Bukan rumah mewahnya. bakat-bakat yang terpupuk kepribadian yang luhur, yang selalu istiqamah dipertahankan itulah yang membuatnya mulia oh, pasti ikut mempengaruhi juga tapi tidak dengan sendirinya, otomatis kalau kita memiliki kelebihan maka kemuliaan itu ada pada diri kita sendiri, banyak orang kaya dibenci orang Banyak orang yang tidak kaya tapi disukai orang. Makanya itu bobot manusia itu terletak di dalam keilmuannya. Kedermawaannya. Kedermawanannya itu kan. Kesebarannya dan akalnya. Dan ini bisa. Kita ikut ngaji beda loh Bapak Ibu. Yang sudah puluhan tahun ngaji. Husnu Fatimah. Ihya ulumuddin. Bisa laku syairi ya. Tafsir. Beda. Banyak bedanya. Lihat aja teman-teman bapak ibu. Kurang apa dia. Suaminya pangkatnya tinggi. Anaknya sukses. Tapi kok kenapa mukanya lusuh. Seperti menyimpan suatu beban hidup yang sangat berat. Iya, iya pasti karena jauh dengan Tuhannya kan. Tidak pernah merasa cukup. Orang seperti ini dikasih satu gunung emas, masih pingin tiga gunung emas. Segenggam emas saja nggak bisa dihabisi dalam hidup. Itulah manusia nggak pernah penuh. Maka itu kita diajari hati-hati. Terlalu banyak melihat keluar, go out, akan melelahkan kehidupan. Akan membosankan. Udah lihat Paris bosan. Udah lihat New York bosan. Kemana lagi kita pergi? Pergi ke China aja jembatan macam-macam. Udah datang kedua kalinya? Enggak. Jadi yang namanya pemandangan indah Bapak Ibu. Cuma dilihat dua tiga kali udah bosan. Luar negeri lewat tiga minggu lelah. Capek. Kemana lagi kita pergi? Sudah semua objek wisata dikunjungi. Semua-semuanya pesta-pesta dunia. Pada akhirnya hidupnya main kelereng. Saya pernah hidup di luar. Menemukan di rumahnya orang mewah apartemen. Pensiunan yang bintang lima Masya Allah Jam 4 sudah mulai berdandan Saya pikir mau ke Pestal Eh ternyata main kartu Dengan sesamanya di apartemen itu Main kelereng Habis itu jam 9 Naik ke rumahnya lagi. Dia gak bisa menghabiskan uangnya. Kalendernya hari Sabtu Minggu itu penuh. Dicoret-coret Minggu. Hari Sabtu Minggu weekendnya di mana? Oh mobilnya. Pakai mobil gandengan itu. Ada rumah. Habis itu capek. Jadi. Dia gak merasa puas hidupnya. Hanya begitu. Jadi menjadi orang kaya. Bosan tuh. Saya ajak. Kenapa gak pernah ke Peniagara? Oh udah bosan. Udah puluhan kali saya kalenderkan. Kenapa gak ke Bali sekali-sekali? Iya, saya dua-dua kali. Mau apa lagi? Ke tempat-tempat yang udah. Hidupnya sudah keliling dunia. Ada orang yang sudah keliling dunia menghabiskan uangnya, gak bisa habis. Ya, main saham dia kan. Di komputernya akrab. Oh, ada ini kadelih harganya di Jepang. Seperti ini. Jadi dia mainnya di komputer. dapat uang karena pintar bermain di saham gitu ya. Uangnya banyak. Udah perli apartemennya ganti-ganti. Nah jadi kalau kita kan, kalau usia-usia seperti itu, salat, ke masjid, ada teman dari depan. Kamu sangat beruntung ya. Kami orang Jepang itu, saya nggak tahu mau ke mana. Uang yang sebanyak ini kita cari, saya nggak mau hati. Kan orang Jepang itu gila kerja kan Bapak Ibu. Uang, uang menulu. Tapi bingung juga pada akhirnya. Uang ini sebanyak-banyaknya kita kumpul untuk apa? Anak-anak juga gak butuh karena sudah punya pekerjaannya. Kamu tenang ya karena hidupnya, falsafah hidupnya ada kehidupan sesudah mati kan. Mereka kan tidak ada kehidupan sesudah mati. Orang Islam itu pantas tenang. Karena dia menganggap kehidupan abadi itu bukan di dunia ini. Ada kehidupan yang dia tunggu-tunggu nanti di akhirat. Ini hanya tempat untuk bercocok tanam, untuk panen di akhirat. Jadi tidak perlu menghabiskan umurnya di dunia ini. Soalnya nanti tidak ada lagi kehidupan. Alangkah bahagianya engkau. Punya pandangan hidup seperti itu. Jadi dia tahu orang Islam itu bagaimana tidak tenang hidupnya. Dia sudah punya spiritual saving. Banyak ibadahnya kepada Tuhannya. Jadi dia nanti akan mendapatkan tempat peristirahatan yang lumayan di akhirat. Kalau kami, kata dia, nggak ada akhiratnya. Jadi hidup ini hanya di dunia ini. Harta yang banyak yang melimpah seperti ini, bingung juga nanti. Kamis tengah mati cari Dia menikmati itu nanti siapa Gak ada ahli warisnya Larinya ke pemerintah juga Makanya banyak apartemen mewah itu Dikembalikan ke negara Kan gak ada ahli warisnya Anak angkat, pakai berjudi dan seterusnya Jadi kita bersyukur lah Bapak Ibu Punya pandangan hidup Ada eskatologisnya kehidupan sesudah mati. Orang yang punya pandangan hidup hanya di dunia ini saja kita akan hidup. Tidak ada referensi kehidupan akan hidup lagi di sesudah kematian. Maka itulah orang yang paling bosan hidup Korea Selatan. Angka paling tinggi bunuh diri itu Korea. Korea Selatan lalu. Jadi uangnya banyak. Artis-artis, artis yang paling banyak bunuh diri itu di Korea. Mengalahkan Jepang. Jepang juga angka bunuh diri itu kan dengan prinsipnya itu bunuh diri itu jalan pintas untuk meninggalkan kesulitan hidup. Kita dalam Islam tidak perlu bunuh diri. Karena bunuh diri itu sama dengan mati kafir. Jalani kehidupannya. Mereka kalau sudah mendapatkan keuntungan bagus, tiba-tiba pilot bunuh diri. Umat Islam kalau sudah dipromosikan jabatannya, baik-baik tiba-tiba dicopot. Kok masih bisa hidup? Masih bisa tersenyum, ketawa? Orang yang sudah di penjara loh Bapak di Jepang itu. Malu keluar. Suatu keluarga itu seperti bangkai yang berjalan. Nah kita tidak kan. Pergi ke masjid diskusi. Orang melupakan ya kalau dia itu adalah pernah di penjara. Kenapa? Karena sudah diampuni dosanya oleh Allah dengan menjalani hukuman itu. Tersenyum kembali. Allah maha penerima taubat. Allah maha penyayang. Sebesar apapun dosa yang pernah kita lakukan. Pengampunannya Tuhan jauh lebih besar. Enak kita itu. Menjadi muslim itu. Cobalah. Seandainya bisa barang cobaan. Cobalah pindah agama Bapak. Bagaimana menjadi seorang tanpa agama. Saya tidak menyinggung agama lain. Hidup. itu pengakluk. Karena gak ada Tuhannya. Tuhan kok dipercaya gak ada itu. Nah itu ternyata hidup mereka itu sempit sempat malah. Tapi orang Islam dia bahagia di pensiunannya itu. Ya. Tidak ada post power syndrome. Ya. Sudah umur 60 tahun. Kita pensiun, udah gak usah ngorok lagi Kita menikmati kece pensiun Anak-anak sudah berhasil Kita menunggu Ajal tiba di masjid Kita puasa, ada pengejian datang Bahagia sekali Daripada orang Kanada itu tadi Main kelereng loh Main kartu, minum bir Mabuk-mabukan Ya Allah, bapak udah bau kubur, bau tanah, hidupnya habis di atas meja bar. Di apartemen itu kan ada tempat-tempat publiknya itu, di bar nih itu, minum. Habis itu capek, besoknya lagi bersolek lagi, main kartu lagi. Malam minggu joget-jogetan. Kakek nenek itu, ya Allah. Nenek, kakek kenapa? Enggak sholat, tahajud, gitu. Nah, dia nanya-nanya juga. Anda kok jungkir balik sholat itu untuk apa? Kami menyembah Tuhan, nenek. Apa rasanya kalau menyembah Tuhan seperti itu? Kami merasakan ketenangan. Kami merasakan kebahagiaan. Dia ragu. Masa? Gitu aja tuh gue tiba-tiba dapat ketenangan. Ketenangan itu kalau minum bir. Ketenangan itu kalau kita main judi. Tenang. Ketenangan itu kalau kita pergi rekreasi. Ya Allah. Jadi Bapak Ibu, bersyukurlah kita menjadi orang Islam. Ya Allah. Seandainya kita pernah menjadi anti agama. Tidak mengenal Tuhan. Pasti hidup ini sangat pengap. Saya tanya bapak ibu sekalian. Hidupnya pengap nggak? Habis salat subuh kan plong rasanya. Lihat kembang salam-salaman pulang dari masjid. Enak. Bahagia sekali kan kalau kita sudah. Masuk ke masjid. Mereka yang tidak beragama. Subuh-subuh. Bisa minum kopi. Habis kopinya. Hilang kebahagiaan. Kemana lagi? Hari Minggu. Hari Sabtu Minggu tidur aja. Ya Allah. Bagaimana sampai subuh? Ini ada yang... Terakhir masuk Islam di Istiqlal. Anaknya Korea ya. Korea Selatan. Bahasanya mirip dengan orang Jepang yang kita Islamkan juga di Istiqlal. Pak, saya merasakan ketenangan dalam Islam. Kenapa? Dia cerita dulu Pak kalau hari Jumat. Long weekend kan. Sabtu, minggu. Kami berkadang tuh. Kadang-kadang kalau malam Sabtu, malam minggu itu. Tidak tidur. Main game atau main dengan teman-teman. Di bar. Naik klub. Habis itu kecapean. Tidur. Tidur sampai jam 2 siang. Tidur lagi sampai malam. Oh saya yang gak tau. Ini kok hari Sabtu hari Minggu ini. Balas dendam tuh. Begadang lagi. Begitu terus kehidupan. Nah begitu saya masuk Islam. Kami tidak pernah begadang lagi. Karena kami ngatur waktu. Kita masyarakat subuh nanti. Jadi kami jam 10 jam 11 malam Minggu Pak. Sudah tidur. Tidurnya. 5-6 jam, enak bangun sholat subuh, enak dia suka tinggal di Indonesia karena ada suara azan suara azan itu suara yang paling istimewa buat mereka suara azan itu yang mengatur karakter hidup kami sudah waktunya untuk bangun subuh kita dibangunin oleh suara azan karena kalau sudah jam 6, jam 7 baru bangun, rezeki istilahnya sudah diambil orang Udah macet. Kerjaannya buru-buru. Tapi kalau kita bangun jam 4, ada azan di situ. Kita udah mandi, udah ngopi, berangkat ke kantor lebih awal. Hidup ini menjadi teratur. Masya Allah, ini yang saya tidak pernah rasakan ketika saya belum masuk Islam. Hidup ini sangat teratur dengan waktu sholat. Mirip dengan apa yang dikatakan dari Jepang. Ada orang Jepang bahasa Islam juga. Sama bahasanya. Pak, hidup kami menjadi teratur dengan adanya sholat ini. Jadi sudah waktunya kita istirahat, bekerja fisik, ada azan, sholat duhur. Kita makan, sholat duhur. Enak. Saya tidak pernah merasakan ketenangan di luar Islam. Wah. Pikiran pun juga tidak terbebani. Karena kita kan mau mati dan harus menyumbang anak yatim piatu, pakir miskin. Ternyata membantu anak yatim, membantu orang lemah. Itu bahagianya luar biasa. Karena kita dapatkan pahala di akhirat. Jadi spiritual saving. Jadi Bapak Ibu sekalian. Bersyukurlah menjadi seorang muslim Memang hidup kita itu terlantar ya Tapi insya Allah kehidupan kita itu teratur Subuh-subuh ini kita ngaji Jadi kebahagiaan tidak terdapat dalam kekayaan yang melimpar ruah Kebahagiaan tidak pula di istana yang demikian megah Tidak juga pada emas dan perak Namun kebahagiaan hadir di dalam hati Dengan keimanan ridhanya kelembutan dan sinar. Jadi kalau kita percaya adanya Allah, kita menyembah Allah, itu tidak pernah dirasakan oleh non-muslim. Karena kalau gereja itu kan cuma satu kali seminggu. Jadi balepotan juga itu hidupnya itu antara Sabtu dengan Sabtu berikutnya. Kita, itu kata teman kan dari Kristen, saya... Agamanya Kristen, tapi nggak pernah saya ke gereja. Karena gereja itu tidak mengobati kehausan saya. Tapi kalau saya ke masjid, kita buka sandal, kita buka sepatu. Kita sholat dulu sebelum sholat sebenarnya. Ayat masjid maksudnya. Aduh, enak banget. Sangat-sangat berubah. Dia bandingkan antara sholat di tempat ibadahnya dan... Salat di masjid. Jadi kami merasakan bahagia sekali di dalam Islam. Nah, dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka itu menarik hatimu. Ini ayatnya. Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmatnya. Danaklah dengan itu mereka bergembira. Ya, saya kira ini. Bapak-Ibu sekalian nanti. kita akan lanjutkan nanti pada pertemuan kita akan datang sekian batiknya Semoga ada manfaatnya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah. Sekali lagi jazakallah khair. Terima kasih, Prof. Masya Allah. Banyaknya nasihat sekaligus membiarkan hikmah yang bisa kita ambil pagi ini. Terutama di tengah hingar-bingarnya kehidupan yang semakin materialistis. Semoga ilmu yang dibagikan bisa kita aplikasikan. Amin ya Rabbul Alamin. Dan jamaah sekalian, kajian pagi ini guru kita membahas mengenai cara melakoni kehidupan spiritual. Selama ini kita sudah terlalu banyak melihat keluar dan dipengaruhi faktor-faktor eksternal. Fokus semakin pada go out, padahal kita seharusnya perlahan menghapuskan fokus ini, menghapuskan fokus go in yang menyebabkan kita overloaded atau kelebihan beban. Jadikan diri sendiri sebagai patokan. Kalau kita sadar tidak punya masalah, artinya kita hidup penuh dengan tawakal. Bisa menggunting jaringan-jaringan duniawi yang menjerat. Ada beberapa cara agar kita bisa lebih fokus untuk go in. Yaitu jangan bersedih menghadapi kenyataan. Jika Anda menganggap sesuatu yang mulia sebagai kehinaan, maka hinalah dia. Jika Anda tidak mengharapkan sesuatu, maka jiwamu akan melupakannya. Sandarkan semua pada Allah. Berhasil ingat Tuhan, gagal juga ingat Tuhan. Terima dengan penuh keriduan dengan apa yang Allah memberikan. Orang yang mempraktekan keikhlasan dan ketulusan, maka selalu ada keajaiban yang dia rasakan. Kemuliaan itu bukan dengan kegagahan dan penampilan. Minimnya harta bukan parameter bahwa ia sengsara. Kebahagiaan tidak dinilai dari jumlah. Bisa saja seseorang mendapat kemuliaan walau dia memakai selendang lusuh dan kantong bajunya bertambah-tambah. Dan terakhir, nilai manusia adalah bakat yang terkupuk. Dan sifat yang mulia bukan harta yang dia miliki. Bogot manusia terletak dalam keilmuan, kedermawanan, kesabaran, dan akalnya. Kebahagiaan tidak terdapat pada kekayaan. Tidak pula di istana yang megah, namun hadir dalam hati dengan keimanan itu. kelembutan dan sinarnya. Baik Prof, ada tiga pertanyaan yang masuk. Apa boleh dibacakan? Maaf Prof, termit. Apa boleh ada sesi tanya-jawab? Boleh. Silakan, silakan. Baik. Dari Bapak Cahyadi, izin bertanya Prof, apakah boleh kita belajar beragama dan mencari ilmu di komunitas yang kita merasa nyaman di perkumpulan yang sama dengan guru yang sama dan apakah betul ada eksklusifitas dalam beragama, silahkan iya sahabat spiritual orang yang mendekatkan diri kita kepada Allah, orang yang menolong kita untuk lebih banyak go in, bukan go out Sahabat bisnis mengajak kita untungnya banyak, tetapi justru kita dekat dengan harta materi, jauh dengan Tuhan, pada kekatnya itu bukan sahabat spiritual. Sahabat spiritual itu mengingatkan akhirat kita, tapi dunia pun juga tidak boleh diterlantarkan. Itulah. Kalau perkumpulan kita itu dinilai nyaman karena juga tidak melarang kita untuk sholat, tidak lagi mengganggu ibadah-ibadah rutin yang kita lakukan. Apalagi kalau di dalam pembicaraan sering mengingat Tuhan, maka itulah tempat perkumpulan yang baik. Apabila ada pertemuan-pertemuan, paguyuban-paguyuban tapi tidak pernah membahas tentang Tuhan, melulu materi saja. Ya, mau sholat-sholat enggak-enggak ya. Padahal mereka waktu sholat itu enggak menjawab surah azan. Itu bukan perkumpulan yang baik buat kita ya. Perkumpulan go out itu tidak akan menjadi sahabat spiritual. Perkumpulan-perkumpulan yang mengajak kita untuk go in, ya itulah yang perkumpulan yang baik. Maka itu lihatlah misalnya sahabat kita. Kalau mereka-mereka itu gampang bohong, sering-sering menjelekkan orang lain, bahkan kadang-kadang memotong, menyalip di tikungan dengan kasar, itu bukan teman yang baik. Ya, karena itu saya mohon betul kita lihatlah siapa teman kita. Seperti yang pernah saya katakan, adres kita di akhirat itu tergantung siapa teman kita. Bertemanan dengan preman. Adresnya preman di neraka. Berteman dengan orang-orang luhur. Ya mereka itu tempatnya di akhirat, di surga. Carilah sahabat yang bisa mendekatkan diri kita kepada Allah. Itulah sahabat spiritual. Jangan mencari sahabat yang bisa membuat kita lupa terhadap ajaran agama. Sekalipun dia menerap tirkira. Memberikan kita. Ayo saya bayarkan tiketnya. Tapi disana mabuk-mabukan kan. Itu bukan sahabat yang baik. Membayarkan kita untuk masuk neraka tuh. Nah saya mohon betul. Jika kita ingin tahu tempat kita nanti di syurga atau neraka. Lihatlah siapa sahabat spiritual kita sekarang. Kalau sahabat kita adalah orang-orang yang mencintai pembangunan pondok santra. Yang mencintai pembangunan masjid. Mencintai keluhuran beragama, mencintai orang-orang baik. Maka insya Allah kompleks kita nanti di akhirat seperti mereka. Kalau teman-teman kita itu adalah sahabat-sahabat yang materialistik. Habis manis sempat dibuang. Itu juga kita bisa tahu kok ini sahabat memberikan kepuasan fisik. tapi tidak memberikan kepuasan rohani. Hati-hati. Kalau teman kita tidak suka sholat, lama-kelamaan kita juga dipengaruhi itu, ya paling tidak molor-molor sholat, ya kan? Saya senang sekali melihat perkumpulan-perkumpulan di, ya saya ada pengajian di para bangkir tuh. Masya Allah. Ya, udah pensiun tapi masih komisaris, masih memiliki banyak perusahaan. Ya, begitu. Hasan, ayo makan dulu atau sarat dulu, Pak Set. Jadi, menghentikan semua kegiatannya. Sudah, mereka juga sudah pakai kerudung, perempuan-perempuan pada dulunya enggak. Jadi, Husnul Khatimah adal. Orang-orang beken itu sekarang sudah mulai beragama. Dulu disuruh sholat aja marah-marah. Nah sekarang sudah berbalik. Jadi jauh lebih baik kondisi kita sekarang di Indonesia dibanding dengan kira-kira 20 tahun, 30 tahun yang lampau. Pejabat-pejabat tinggi kita itu sholatnya pun juga jarang. Nah sekarang... Masya Allah, ini anak-anak muda yang menteri-menteri ini, wamen-wamen ini, ya, pabli-pabli tidur, tapi sholatnya bagus-bagus. Nah, jadi saya, mereka itu rajin ke istiqlal. Artinya, dia pintar bergaul, tapi juga sholat. Jadi saya melihat bahwa ada perkembangan Islam di Indonesia ini. Tapi sebetulnya kebangkitan agama-agama, agama-agama Kristen juga yang diantara mereka yang muda-muda itu juga riding ke gereja. Jadi bukan hanya kebangkitan Islam, kebangkitan kesadaran beragama. Teman-teman dari Hindu juga punya tabungan untuk berbagi. aktif kepada ajaran agamanya. Nah, jadi ini yang sebetulnya kita harapkan di Indonesia ini. Bagaimana supaya mereka itu agama ini menjadi kebutuhan vital. Lebih baik mereka aktif beragama daripada tidak. Jadi jangan kita melihat cemburu. Wah ini Kristen, wah ini Hindu, Buddha. Pokoknya siapapun asal mereka beragama dengan baik, itu lebih baik daripada orang tidak beragama. Mbak Putih ya, jadi saya mohon betul jamaah kita di sini kan masih banyak yang paro bayah ke atas. Mari kita mengajak kawan-kawan kita ya untuk meninggalkan dunia lamanya. Masih banyak tuh kawan-kawan kita yang belum mau tersentuh air wudhu. Ya banyak. Tapi dibanding dengan pada masa-masa yang lampau. Masih malu beragama, jadi beragama itu dianggap itu identik dengan garis keras. Wah, pakai jilbab berarti ini... Garis keras sekarang enggak. Artis-artis, publik-publik figur itu enggak malu-malu lagi bawa mukena di tasnya. Ayo, mukena yang sangat tipis itu. Salat. Dan banyak bertanya. Jadi maksud saya, ini ada pengajian kami juga di Bursa Efek Jakarta. BEJ. Itu anak-anak muda, perempuan, jadi sekretaris-sekretaris, bahkan mereka juga manajer-manajer. Maaf ya, masih pakai rok mini, tapi ikut pengajian. Dan shalat, begitu shalat, dia bawa mukenaannya itu. Habis itu dia buka mukenaannya. Ya terbuka lagi. Jadi maksud saya, anak-anak muda yang seperti itu, dia menemukan dirinya di dalam sholat. Pertanyaannya itu juga dalam-dalam. Mereka membaca buku rata-rata tambah dari barat, dari Amerika. Dari Inggris, gajinya di atas 50 jutaan per bulan. Tinggal di apartemen mewah. Tapi kok ibadahnya itu nggak mau ketinggalan. Alhamdulillah. Nah kita berharap anak-anak kita mungkin juga bagian dari situ. Lambat laun, insya Allah, mereka juga akan menggunakan hijab. Banyak sekali yang pekerja-pekerja di perusahaan asing. hijab, gajinya mahal-mahal. Lama-kelamaan perusahaan asing ini juga selalu curiga terhadap orang yang pakai hijab itu nanti garis keras. Ternyata enggak juga. Bahkan sebaliknya, justru orang yang paling jujur itu potensinya adalah mereka yang menggunakan hijab. Walaupun tidak semuanya loh, Bapak. Nah, jadi salah satu indikator kejujuran itu Manakala seseorang itu berhijab. Itu ungkapan teman-teman kita. Di Tanah Abang, Bapak Ibu, saya waktu masih hidupan marhumah di gelas saya. Pak Haji, Pak Haji, minjam sampai 500 juta itu. Asal Pak Haji, tanpa jaminan, dibawa ke Papua, dibawa ke Indonesia Timur. Dia mau meminjamkan. Saya tanya, Cik, kenapa kok dipinjamin? Kalau Pak Haji, Pak, tidak mungkin dia hianat. Jadi orang Islam kalau sudah berpenampilan muslimah, itu jarang hianat. Pasti bayar utangnya juga tepat. Enggak ada boroknya. Bahkan lebih cepat membayar utangnya daripada orang-orang yang profesional itu. Nah jadi ini ada sebuah kesadaran di dalam masyarakat kita bahwa orang yang menggunakan sembol-sembol agama lebih mudah dipercaya, jarang melakukan perkhianatan daripada orang-orang yang tidak menggunakan atribut agama. Ya, perlente tapi susah bayar utang. Tapi yang wajahnya kampungan, haji, hajah, oh, gak bakalan, dia tidak bisa tidur kalau tidak membayar utang. Jadi mereka itu luar biasa ya. Tingkat kepercayaan orang terhadap orang yang beragama secara taat, pada mereka non-muslim loh. Inilah yang kita harapkan sebetulnya. Kalau semua orang umat beragama, beragama sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing, maka mungkin polisi tidak terlalu sibuk. Kenapa? Karena tidak ada agama yang menganjurkan kriminal. Semuanya mengandalkan kemaslahan tamat-tembat manusia. Inilah harapan kita. Semoga dengan hadirnya kita di sini, pengajian seperti ini insya Allah, juga pengajian-pengajian yang lain, bisa merubah perilaku masyarakat kita. Memang masih ada kejahatan. Kejahatan tidak akan pernah punah di muka bumi ini. Tetapi kesadaran kolektif ini sudah mulai ada. anak-anak kita di Ini kemarin dari Kementerian Asal Mahaduk. Parkir-parkir liar yang sangat bersahabat dengan kriminal. Anak-anak jalanan. Eh tiba-tiba bikin semacam perkumpulan pengajian. Ponrong, rokok, minum. Dia minta kelas khusus. Pak kami minta kelas khusus untuk teman-teman ini. preman loh, jadi mau belajar agama, Masya Allah tanda-tanda apa ini mudah-mudahan ini adalah tanda yang baik untuk bangsa Indonesia kelompok-kelompok yang tadinya preman sekarang sudah mau ngaji jadi jangan sampai nanti situasi ini berubah malah justru jadi Orang yang tadinya aktif beragama malah tidak aktif beragama. Ini yang kita sayangkan. Saya kira cukup dulu Mbak Tidik. Baik, Alhamdulillah. Beberapa pertanyaan yang masuk akan dibacakan mungkin minggu depannya, Prof. Alhamdulillah. Sekali lagi terima kasih Prof atas maklumat ilmu serta jawaban pertanyaan pagi ini. Dan seperti biasa sebelum kajian ditutup kami mohon agar Prof dapat mengumumkan doa bersama. Insya Allah bersama kita langitkan juga doa masing-masing untuk diri sendiri, orang tua, serta keluarga. Izin membacakan permohonan doa yang masuk pagi ini dari Ibu Pungkiarti untuk Ananda Febriani Ramadhania dan Nadia Azahra agar dimudahkan mendapatkan jodoh yang soleh dan diberi kelancaran dalam pekerjaan. Bapak Yusuf Ismail untuk Ananda Fasha Nadia Astarina agar dimudahkan mendapatkan jodoh. Aga Sinatria mendapat pekerjaan yang terbaik dari Allah. Dari Bapak Ruli untuk Ananda Surya Prabowo agar kembali ke fitrohnya. Ibu Arlina Burhan untuk Ananda Layla Alifah Darin, binti Dina Sepp Diana, semoga mendapatkan pekerjaan yang terbaik. Ibu Ade Sulci untuk putri bungsunya Wulan Dari dan suaminya Wisnu Aryo yang sudah menikah 2 tahun. Semoga Allah segera memberikan keturunan yang soleh-soleha. Dari Bapak Jurlan untuk Ananda Muhammad Zakinur Yazin, yang Senin pagi ini melangsungkan pernikahan dengan Sali Rahmadani. Semoga diberkati Allah, dimudahkan dan dilancarkan menjadi keluarga sekinah mawadah warohmah. Dari Bapak Harman. Untuk keponakannya Iksan Utama dan Fatma Sari, semoga dimudahkan jodoh dan dimudahkan juga untuk mendapatkan keturunan. Dari Bapak Andi Palawagau untuk kesembuhan Ananda Andi Muhammad Farid yang sedang menjalani pengobatan selama 6 bulan, semoga Allah berikan kesehatan. Dari Bapak Masyur Razak untuk Muhammad Fauzi Razak dan Nur Sabta Rezkiyawati yang sedang melanjutkan S3 Unhas, semoga senantiasa mendapat pembimbingan Allah. Dari Bapak Darwin Binur untuk Ananda Rizki Ramadhani yang akan interview pekerjaan. Mohon dimudahkan. Ibu Nurul Farida untuk putrinya Prita Nurizki Fadriani. Semoga Allah mudahkan segala hajat dan cita-citanya. Bapak Jumar Dilanta untuk putra-putrinya Yumi Salsabila, Yusuf Ahmad, dan Yapia Amalia Ramadhani yang sedang persiapan di PONPES DDI Mangkoso menghadapi bulan suci Ramadan. Agar dimudahkan. Keluarga Bapak Abi untuk sahabatnya Hajah Siti Nurwati. atau Nuri yang masih dirawat di rumah sakit jantung. Harapan kita, semoga Allah berikan kesembuhan yang sempurna. Dari Ibu Siti Rohaya, untuk Ananda Anjar Widianto, semoga lancar usahanya, luas rezekinya. Untuk Ananda Ahmad Landi, semoga cepat mendapat pekerjaan. Dari Ibu Bilkis Fitria, untuk Ibu Nda, Ibu Tati bin Muin, dan seluruh keluarga, semoga selantiasa dalam minuman Allah. Dari Ibu Adeteni, untuk suaminya Bapak Nasir Hamzah bin Abdul Wahab yang terkena strok, semoga Allah berikan kesembuhan. Ibu Nelly di Jogja untuk kedua putra-putrinya, keluarga Nendra Primonik Sekar dan keluarga Rajendra Arif. Semoga senantiasa berlimpah keberkahan. Ibu Santi untuk Ibu Nanda Binti Ali Basyah Salet yang sedang sakit, mohon diangkat penyakitnya. Juga untuk kakak saya, dokter Nita yang betulnya sedang kurang terlihat sejak kemarin, semoga Allah angkat penyakitnya. Tak lupa kita doakan juga khusus untuk guru kita Prof. Nasarudin Umar, semoga segala pulih. Allah zahirkan kesehatan yang sempurna seperti sediakawan. Mohon mimpikan doanya, Prof. Iya, baik Bapak-Ibu sekalian. Menjelang Ramadan akhir dari bulan Syaban ini doa kita makbul, Bapak-Ibu. Kita berdoa untuk mendoakan anak-anak kita terutama generasi-generasi pelancong kita semoga semakin salih atau salih. Dan kalau nanti bisa mendoakan kita kalau kita sudah wafat. Itu yang paling penting. Tentu juga kedua orang itu kita menunggu bingkisan. Ya Ramadhan, sebelum Ramadhan, kita juga doakan supaya mereka yang mendahulu kita mendapatkan tempat yang layak di sisi ini. Dan sisa hidup yang kita jalani nanti ini semoga tidak tergelingkir juga. Sehingga kita menjadi suul khatim. Mari kita berdoa. Semoga Allah mengabulkan doa-doa kita pagi hari ini. Kita awali dengan membaca surah Al-Fatihah. A'udzubillahimina syaitanirrohim. Bismillahirrahmanirrahim. rabbi zidina ilman mubarak wal lukna fahmat radina billahi rabbil islami dina wa bimshumdil nabiyy wa tiba'u wa rasuluh wallahumma rabbil hamd kumma kamma rabbona sewaara rabbana atina fi dunya hasana wa fil akhiratah sanaqina tabannat wa adathuna jannatan ma'alabrahar ya aziz ya ghaffari wal balamin wa sallallahu ala sayyidina wa habibina wa syafi'ina wa maulana muhammadin sallallahu alaihi wasallam Subhanallah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Amin. Semoga segala doa di jabah dan setiap hajat akan menemukan jawaban atas ridhunya. Sekali lagi. Terima kasih kepada guru kita atas bimbingan doa ilmu serta jawaban pertanyaannya. Baiklah demikian kajian kita pagi hari ini. Bapak Ibu terima kasih kepada seluruh jemaah yang mengikuti hingga tuntas. Saya Putih selaku moderator beserta seluruh tim kajian WAPG ini mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf lahir batin atas segala kekurangan. Terima kasih Prof Terima kasih banyak Prof Terima kasih Mbak Putih Terima kasih Terima kasih, Prof.