Transcript for:
Pengembangan Radar dan Pesawat Tempur

Negara-negara maju sedang berlumba-lumba dalam pengembangan pesawat tempur generasi kelima. Bahkan, saat ini sudah dimulai untuk pesawat generasi ke-6. Salah satu fitur dari pesawat tempur generasi ke-5 adalah kemampuan stealth atau siluman. Pesawat dengan kemampuan siluman memiliki radar cross-section yang sangat kecil sehingga sangat sulit untuk dideteksi radar. Ini tentunya menjadi ancaman yang besar bagi pertahanan suatu negara.

Dengan tidak terdeteksi oleh radar, maka pesawat tempur tersebut bisa menyusup jauh ke jantung pertahanan dan melakukan serangan-serangan ke titik-titik vital. Setiap pengembangan jenis senjata baru hampir selalu diikuti dengan pengembangan antinya. Ada pesawat stealth, maka memunculkan radar anti-stealth. Untuk melawan pesawat siluman, dikembangkan teknologi radar khusus untuk mendeteksinya.

Salah satu yang melakukan pengembangan radar anti-siluman adalah Rusia. Rusia membuat radar yang diberi nama Nebo-M. Nebo-M merupakan modernisasi dari sistem radar Nebo-SVU. Nebo-SVU memang didesain khusus untuk mendeteksi pesawat siluman.

Nebo-M selain memiliki kemampuan anti siluman, juga dirancang mampu mendeteksi objek-objek kecil berkecepatan rendah, semisal drone. Seperti kita tahu, saat ini drone semakin menjadi ancaman dalam pertempuran. Dalam video ini, kita akan membahas bagaimana prinsip kerja dari radar Nyebu M yang diklaim bisa mendeteksi pesawat tempur siluman seperti F-22 dan F-35, juga pesawat pembom seperti B-2.

Selain itu, juga mampu mendeteksi drone-drone berukuran kecil. Pertama, apa itu radar Nyebo M? Ini merupakan radar multifungsi terintegrasi yang terdiri dari beberapa antena radar. Data dari beberapa antena radar ini digabungkan dan diolah dalam satu central data fusion untuk kemudian ditampilkan dalam satu layar display.

Nama Nyebo secara harfiah berarti langit, huruf M merupakan kode modernisasi. Artinya ini adalah modernisasi dari beberapa sistem radar sebelumnya, yakni radar Nyebo SVU, radar Protivnik G. dan Gamma-S.

Sistem radar Nyebu-M terdiri dari sebuah kendaraan komando yang diberi nama KURLK. Kendaraan ini merupakan pusat dari sistem radar Nyebu. Kemudian, ada tiga ketiga jenis antena radar.

Radar-radar ini merupakan modernisasi dari radar Nyebu, Protivnik G, dan Gamma S. Hasil modernisasi ini saat ini masing-masing disebut sebagai RLMM, RLMD, dan RLMS. Data-data dari ketiga jenis radar digabung dan diolah menjadi satu gambar display radar. Lalu bagaimana radar Nyebu ini bisa mendeteksi pesawat siluman? Kuncinya ada pada radar RLMM. Radar ini merupakan radar yang tadinya bernama Nyebu-U atau versi yang lebih baru Nyebu-UM.

Radar ini tidak seperti radar pada umumnya yang beroperasi pada vita frekuensi L, S, atau X dikenal sebagai L-band, S-band, dan X-band. Radar RLMM atau Nyebu-U ini beroperasi pada rentang frekuensi VHF. Pesawat siluman dirancang untuk menghindari deteksi radar dengan cara menyerap gelombang radar dan menghamburkannya menjauh dari arah antena radar tersebut.

Namun, karakteristik gelombang elektromagnetik berbeda-beda tergantung panjang gelombangnya. Pesawat siluman saat ini dirancang untuk mengendari deteksi radar yang umum digunakan, yakni pada pita frekuensi X atau X-band Jadi, kemampuan siluman ini paling efektif terhadap radar yang umum digunakan, yang menggunakan frekuensi L, S, atau X Namun ternyata, desain pesawat siluman tersebut kurang efektif terhadap gelombang elektromagnetik dengan ukuran yang lebih panjang. Gelombang frekuensi VHF memiliki panjang gelombang antara 1 hingga 10 meter. Pesawat siluman kurang efektif dalam menyerap dan mengamburkan gelombang ini.

Dengan demikian, radar yang menggunakan frekuensi VHF berpeluang untuk bisa mendeteksi. Pesawat siluman, karena menggunakan frekuensi dengan ukuran panjang gelombang beberapa meter, maka antena radar VHF ini juga harus berukuran besar. Ini karena ukuran antena dipengaruhi oleh panjang gelombang yang digunakan. Maka dari ini, itu antena radar RLMM atau Nyebu ini berukuran cukup besar.

Namun, meskipun bisa mendeteksi objek dengan RCS kecil seperti pesawat siluman, radar VF memiliki kekurangan. Karena panjang gelombangnya besar, radar ini memiliki resolusi yang rendah. Radar tidak bisa menentukan secara akurat posisi dan jarak objek yang dideteksi.

Karena itu, radar VHF ini tidak bisa digunakan sebagai radar pengendali tembakan yang membutuhkan resolusi dan akurasi yang tinggi. Untuk itu, sistem radar Niebu-M dilengkapi dengan jenis radar lainnya yang menggunakan frekuensi lebih tinggi, yakni radar RLM-D dan RLM-S. RLM-D menggunakan pintar frekuensi L dengan panjang gelombang antara 15 hingga 30 cm.

Radar ini merupakan hasil modernisasi dari radar protif Nikkei. Setelah radar RLMM mendeteksi adanya pesawat siluman, radar RLMD difokuskan ke arah deteksi tersebut untuk pelacakan yang lebih presisi. Radar selanjutnya adalah RLMS yang merupakan modernisasi dari radar Gamma-S. Radar ini beroperasi dalam pita frekuensi X-band.

Frekuensi ini memiliki panjang gelombang antara 2,5 hingga 3,75 cm. Radar-radar tersebut baik RLMM, D maupun S semuanya sudah menggunakan teknologi EISA atau Active Electronically Scanned Array. Ketiga radar beroperasi secara bersamaan, namun bisa juga dioperasikan sendiri-sendiri. Hasil deteksi dari ketiga jenis radar tersebut dikirim ke kendaraan kumandu KURLK. Pusat kumandu ini melakukan data fusion atau penggabungan data dan mengulahnya untuk ditampilkan dalam satu layar.

Dengan kombinasi dari ketiga radar yang beroperasi di frekuensi yang berbeda-beda ini, maka sistem radar Nyebom mampu mendeteksi berbagai jenis ancaman udara, mulai dari pesawat terbang konvensional, rudal balistik antarbenua, drone, hingga pesawat siluman. Sistem radar ini juga bisa diintegrasikan dengan sistem pertahanan udara semisal pansir S-300 atau S-400. Tetapi untuk pesawat siluman, karena dideteksi dengan frekuensi VF yang resolusinya rendah, tetap masih sulit untuk melakukan penguncian dan memandu rudal untuk menjatuhkannya. Radar hanya bisa mendeteksi, tetapi masih sulit untuk mengarahkan rudal hingga secara tepat mengenainya.

Namun, pengembangan teknologi anti siluman atau anti stealth terus menerus dilakukan. Ada beberapa ide untuk bisa melacak dan mengunci pesawat siluman secara presisi setelah keberadaannya dideteksi dengan radar VHF. Di antaranya, adalah menggunakan IRST atau infrared search and track.

Perangkat ini mendeteksi pancaran infra merah dari panas mesin pesawat. Kemudian ada juga pengembangan lidar light detection and ranging. mirip seperti radar namun menggunakan cahaya. Sinar laser dalam spektrum near infrared digunakan untuk mendeteksi objek terbang dengan prinsip kerja mirip seperti radar.

Pendekatan lainnya adalah rudal darat ke udara dengan kombinasi sistem pemandu radar dan infra merah. Namun, sistem apapun yang dikembangkan, efektifitasnya baru akan teruji ketika digunakan di medan tempur yang sesungguhnya. Karena, kadangkala, efektifitas dan kehebatan suatu sistem senjata di medan tempur, kenyataannya tidak seindah brosur.

Sampai jumpa.