Transcript for:
Peningkatan Kepercayaan Polisi

Ketika polisi tidak dipercaya, polisi sebagai penegak hukum kemudian dia tidak dipercaya. Maka masyarakat tidak akan percaya pada hukum. Polisi yang mau naik pangkat, misalkan memasukkan sabu-sabu ke tas seseorang, kemudian digerebek sendiri, ditangkap, dan akhirnya dijebloskan, dia naik pangkat. Ini bukan ngeles loh ya, nanti wah ini saya ngeles-ngeles. Saya tidak ingin menyalahkan atau mencari kesalahan, tapi kita melihat kebaikan. Tapi sekarang banyak masyarakat yang justru menitipkan anaknya supaya masuk polisi, nyogok-nyogok, dan akhirnya orang-orang itulah yang ketika menjadi polisi sungguhan, dia tidak memiliki kinerja yang baik karena malas-malasan, karena dia tidak mau mengikuti peraturan, pengennya singkat, ringkas, dan menerabas. Persentase polisi nakal dengan polisi yang masih idealis menjunjung tinggi. ide-ide dan gagasan ideal dari polisi, itu persentasinya berapa-berapa? Perbandingannya. Saya mau bertanya dulu sama Pak Guru nih. Orang jahat sama orang baik banyak mana sih sebetulnya? Orang baik. Ya samalah kira-kira begitu. Kalau misalkan tadi disebutkan bahwa perbandingannya itu adalah lebih banyak polisi yang baik daripada yang nakal, pengalaman saya pribadi subjektif, pengalaman saya pribadi. Saya mendapati satu dari enam. polisi yang baik. Saya ingin merespon ya. Saya respon. Bisakah kita melakukan kebaikan dengan kesalahan? Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat datang kembali di Guru Gembul Channel. Saya sebenarnya sudah lama ingin berdiskusi dengan Bapak-bapak polisi terkait dengan isu-isu dan sentimen yang berdari masyarakat tentang lembaga yang sangat banyak dicerca di media sosial, yaitu kepolisian. Dan akhirnya ada yang mau menerima tantangan saya, yaitu Pak Kris Nanda. Pak Kris Nanda ini adalah Kepala Pendidikan dan Pelatihan Kepolisian Republik Indonesia. Jadi ini pelatih dari pelatihnya polisi. Jadi kalau ada polisi yang nakal-nakal Ini tanggung jawabnya Bapak ini Betul nggak Pak? Pak, kita mulai dari pertanyaan sederhana Semoga tidak tersinggung Kemarin, Gubernur Fenomenal di Jawa Barat, Pak KDM Itu menemukan ada kasus yang unik Yaitu ada kakek-kakek tua Tapi berseragam polisi Dia sedang mengatur lalu lintas Pas disamperin, ternyata dia polisi gadungan Tapi yang memberi dia seragam dan membeli dia otoritas untuk menjadi polisi, itu adalah polisi sungguhan. Yang polisi itu tidak mau bekerja mengatur lalu lintas, makanya nyuruh bapak ini aja nggak dibayar, nggak digaji, suruh pakai seragam aja di situ. Nah, ketika tayangan itu ditampilkan, itu netizen langsung menggeruduk, ini polisi bagaimana? Karena banyak sekali kasus-kasus yang terlihat di masyarakat yang menunjukkan bahwa ini polisi nggak mau kerja, Gak mau usaha, gak mau mengayomi masyarakat, tapi maunya digaji. Gimana respon Bapak? Ya, gini ya. Kalau kita melihat, ini saya cerita yang ideal dulu ya. Oke, ini dia. Jadi semestinya menjadi polisi itu merupakan jalan hidup, panggilan hidup. Karena mereka pasti menyadari ya, walaupun kita bekerja ada gajinya. Tugas polisi itu untuk kemanusiaan. Keteraturan sosial dan peradaban Mengatur lalu lintas itu Bagian bagaimana memujudkan Lalu lintas sebagai urat mati kehidupan Karena lalu lintas ini adalah Bagian untuk mendukung Masyarakat bisa bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang Maka disuntut untuk aman, selamat, tertib, dan lancar Nah oleh sebab itu Maka kalau di kota-kota besar Kita sering melihat ada Pak Oga Ada yang lain-lain gitu ya Nah pada konteks seperti ini Saya juga melihat tentu Kita perhatikan ya, melihat seperti ini dan menjadi viral. Karena sekarang di era digital, era post-truth, kadang-kadang ada yang suka, ada yang nggak suka, ada yang ya. Tapi pada konteks ini, terima kasih Pak Guru. Ini Pak Guru Gembul ini ya kritis gitu ya. Kok iya, nangkep-nangkep aja gitu-gitu ya. Nah, kita belajar dari kesalahan. Hal-hal seperti ini kita melihat bahwa polisi itu sebetulnya kalau disadari dengan sungguh-sungguh, Ini simbol hukum, simbol peradaban Nah ketika Orang-orang yang memakaikan Atau menggunakan atau Mengalih tugaskan Mengatur lalu lintas itu Juga bagian penegakan hukum karena akan mengambil sebagian atau seluruhnya pengguna jalan. Orang berlalu lintas di jalan raya itu punya hak dan kewajiban yang sama. Maka polisi ini bekerja di tempat umum. Bukan dikerjakan pada orang-orang yang tidak punya kewenangan ya. Nah tentu ini menjadi pembelajaran buat kita semua. Nah terima kasih karena viral tentu akan menjadi perhatian. tentu kalau menurut saya juga ini perlu Ada suatu peringatan Saya juga mungkin juga perlu Apa ya? Mengkritisi Karena menjadi polisi itu Kalau saya dari lembaga pendidikan Basisnya moral Moral itu kesadaran Orang yang sadar Akan bertanggung jawab Dan buahnya disiplin Artinya mengerjakan apa yang selalunya dilakukan Dan tidak melakukan apa yang semestinya tidak boleh dilakukan Dan dia tahu sanksinya Apalagi sekarang di era digital Ini ada sanksi sosial juga Dan polisi dapat sanksi sosial yang luar biasa Yang saya lihat Bapak akui itu ya Karena sekarang begini ya Jadi polisi itu setidaknya memang harus Ada kesadaran Kalau saya melihat polisi itu ibaratnya sepatu atau sandal Tidak akan ditaruh di kepala Jadi artinya semahal apapun Sepatu apapun mahalnya sandal Tapi kalau tidak pakai sandal tidak sepatu tentu juga kurang elok Ya boleh-boleh saja Pada tempat tertentu Dengan kasus seperti itu yang tadi tentu akan menjadi bagian bagaimana merefleksi kembali. Kita harus interpeksi. Ada masih orang-orang yang harusnya bangga kalau tertip, bukan bangga kalau melakukan pelanggaran. Saya berbincang dengan polisi kawan Bapak yang tadi. Beliau mengatakan bahwa pada dasarnya, sebenarnya, atau pada awalnya, lembaga kepolisian itu dipercaya oleh masyarakat. Karena pada waktu itu disiplinnya lebih kuat, lebih baik. Tapi sekarang banyak masyarakat yang justru menitipkan anaknya supaya masuk polisi, nyogok-nyogok. Dan akhirnya orang-orang itulah yang ketika menjadi polisi sungguhan dia tidak memiliki kinerja yang baik karena malas-malasan, karena dia tidak mau mengikuti peraturan, pengennya singkat, ringkas, dan menerabas. itu katanya Polisi zaman sekarang ketika dia tidak lagi mendapatkan pelatihan yang sama dengan polisi-polisi generasi awal. Bapak setuju dengan itu? Ya, begini. Saya ingin merespon ya. Saya respon. Bisakah kita melakukan kebaikan dengan kesalahan? Ya. Ya tentu bisa Karena di dunia ini yang tidak mungkin Hanya satu orang makan kepalanya sendiri Jadi walaupun mungkin ya Tapi kita memulai harus dengan yang baik dan benar Bukan hanya baik tapi benar Nah hal-hal seperti ini Menjadi satu presiden buruk Kalau kita melihat bahwa Fakta itu bukan hanya data atau kejadian Atau fenomena Tapi persepsi dan interpretasi Orang ini sekarang sudah takut Wah itu apa ya, orang sana, omongan-omongan isu-isu ini kontraproduktif, dan memang, kalau saya mengangkat pendapatnya Romo Mangun yaitu, pada pendidikan lah tergantung masa depan bangsa juga demikian pada Polri pada pendidikan lah tergantung masa depan Polri, maka, saya ingin menyampaikan kami di Lemdiklat memang tidak ikut merekrut, merekrut bagian sumber daya manusia, kita hanya mendidik tetapi kita melihat bahwa Oke lah, apapun yang diberikan kepada kita Maka tadi yang sesuai pertama Kita tidak menyalahkan, tidak mencari kesalahan Tapi boleh jadi kesalahan Saya mencoba pada pendidikan ini Berbasis pada moralitas dan literasi Perilaku organisasi yang kurang baik atau negatif Itu refleksi tingkat literasinya rendah Maka yang dibangun pada pendidikan adalah literasi Nah literasi ini tentu untuk Untuk mentransformasi, mengkaji, dan mengembangkan ilmu kepolisian. Nah ilmu kepolisian inilah yang juga harus dikembangkan dan disadarkan. Karena mau tidak mau, kita semua ini harus menjadi bangsa pembelajar. Siapa sajalah. Saya tidak ingin mendiskusikan, mendibatkan tadi yang Pak Guru dengar ya. Ayam dulu atau telur dulu yang mana. Itu tidak akan selesai. Tapi saya melihat dari kita, dari kepolisian. Nah pendidikan ini untuk mengkat mentransformasi, mengajari, dan mengembangkan ilmu kepolisian agar para petugas polisi ini dia menyadari bahwa dia tugasnya ada pada kemanusiaan dan keteraturan sosial tentu, karena ini refleksi dari para dapat, jadi Mungkin orang kadang-kadang nanti akan ngomel-ngomel lagi. Wah, kamu ketinggian. Ya, saya kan cerita yang ideal. Nah, harapan saya itu yang ideal dengan aktual itu sama. Atau setidaknya gap-nya tidak jauh. Maka pendidikan di Lendiklat ini, saya berupaya untuk membangun kesadaran. Kalau sekolah ini tidak kesadaran. Nah, kesadaran gimana? Kita tidak boleh dengan kekerasan. Sekolah dengan kekerasan hasilnya kejahatan. Maka keras boleh, tapi bukan kekerasan. Nah, oleh sebab itu, Saya mencoba menerapkan namanya merit system. Orang masuk ke kita kasih nilai 100 semua. Saya anggap orang baik. Pertahankan kebaikanmu. Kepercayaan kami. Kalau melanggar atau kita main-main kurang. Nggak layak. Silahkan keluar. Saya pernah ditanya. Bang, abang pernah bener-bener nggak keluarkan? Loh yang keluarkan bukan saya. Dia. Nggak pantas. Oke. Berarti yang tadi tidak dijawab dulu ya? Yang tadi saya begini ya. Saya tidak ingin membandingkan, oh dulu lebih baik Sekarang lebih jelek, tidak mau saya Kasian juga karena pengajar-pengajar juga banyak Sekolahan di bawah saya ada 48 Kasian yang baik Maksud saya, kalau Kalau misalkan yang tadi itu Sebenarnya ada dua narasi Yang tadi barusan itu perbandingan dulu Dan sekarang, yang satu lagi adalah Bahwa sekarang, masyarakatlah Yang menyuplai oknum-oknum Polisi jahat Saya juga tidak ingin mengatakan bahwa jangan berharap Punya polisi yang baik kalau masyarakatnya juga tidak baik. Itu nggak boleh. Itu juga nggak boleh. Karena apa? Jangan menghakimi. Karena kalau menghakimi, kita semua percayalah. Bahwa selama kita ini masih hidup dan punya akal sehat, pasti punya niat yang baik. Sebaik-baiknya orang punya kejelekan, kejahatan. Dan juga sejelek-jeleknya orang, pasti punya ada kebaikannya. Ini yang saya kok hilang? Oh. Jadi ini mic-nya dari sini ya? Oke lah, berarti kita berbicara Pada hal-hal yang normatif Karena perbandingan itu menjadi sulit Dan ya tadi itu Ini bukan ngeles loh ya Nanti, wah ini saya ngeles-ngeles Saya tidak ingin menyalahkan Atau mencari kesalahan Tapi kita melihat kebaikan Karena mau tidak mau, kita adalah upayanya Bagaimana muncul refleksi Orang mulai ada suatu Dialog ini mudah-mudahan menginspirasi Sokor-sokor bisa Memberi masukan atau solusi Nah Gimana ini, maksudnya gini Kita mulai dari Sesuatu dulu Menurut Bapak Presentasi polisi nakal dengan polisi yang masih Idealis menjunjung tinggi ide-ide dan gagasan ideal dari polisi, itu persentasinya berapa-berapa? Perbandingannya. Saya mau bertanya dulu sama Pak Guru nih. Orang jahat sama orang baik banyak mana sih sebetulnya? Orang baik, Pak. Ya, samalah kira-kira begitu. Gimana kalau misalkan saya mendapati, Pak, ini kasus ya. Saya berurusan dengan hukum, dalam artian saya mengadukan masalah saya. Itu 4 kali seumur hidup saya. Maaf, 6 kali. Dari 6 kali itu, yang saya melapor pada polisi atau para penegak hukum yang benar-benar akhirnya mengakui hak-hak saya, itu cuma 1, Pak, dari 6. Jadi misalkan saya pernah kehilangan satu barang tertentu, tidak mendapatkan respon, saya ber... konflik dengan preman yang merebut tanah saya, itu polisi justru malah mendukung premannya itu, dan beberapa kasus yang lain. Artinya, kalau misalkan tadi disebutkan bahwa perbandingannya itu adalah lebih banyak polisi yang baik daripada yang nakal, pengalaman saya pribadi subjektif, pengalaman saya pribadi. Saya mendapati satu dari enam polisi yang baik. Ya, gini, yang dialami Pak Guru tentu akan bervariasi dengan banyak yang lain. Saya kasih analogi. Polisi dari kita atau polisi A, negara A gitu ya. Ini datang ke polisi negara B. Melihat polisi negara B itu baik, melayani, ramah, merespon laporan aduan dengan baik. Dipuji-puji. Anda kok baik hati ya? Polisi negara A itu bingung. Saya nggak baik. Saya biasa saja. Ini pekerjaan saya. Nah suatu ketika... Polisi negara A itu datang ke negara B Melihat polisinya yang Katakan nakal, katakan kasar Katakan tidak merespon dengan baik Dia tanya, Anda kok jahat? Polisi negara B juga bingung Saya nggak jahat, saya biasa saja Ini pekerjaan saya Artinya apa? Core value Jadi harus yang core value Itu harus menjadi ditanamkan Keutamaan, berkali-kali kita Kalau kita sekarang, kenapa Orang yang dari negara ayat baik Itu pun dibilang baik, gak mau Saya biasa, jadi prinsip baik Jahat pun gak mau, karena ya memang Jadi Bapak mau bilang bahwa Polisi yang jahat ada di sebuah bangsa yang jahat dan polisi yang baik itu ada di sebuah bangsa yang sudah tertata dengan baik. Begitu maksudnya. Saya tidak ingin membuat dikodomi benar atau salah. Itu akan menjadi persepsi-persepsi yang bias. Dan kalau itu nanti terjadi isinya hujat-menghujat, saya kira itu tidak memberi solusi. Tapi hanya menganalodikan bahwa keyakinan, budaya, perilaku itu refleksi dari literasi. Yang ingin saya sampaikan Bahwa kalau ingin membangun yang baik dan benar Pantas dan benar Layak dan menyelamatkan Literasi dasarnya Oke, literasi yang menjadi dasarnya Seberapa banyak Dan seberapa kuat budaya literasi Di Kepolisian Pak Guru lebih pintar dari saya Kita kadang-kadang bangga kalau melanggar Bukan bangga kalau tertip Budaya malu kita itu hampir Itu tadi, saya gak jahat Saya biasa aja, yang baik pun saya juga gak baik Saya biasa aja, jadi artinya Patient, wah itu Menjelaskan patient, saya pernah berdebat tentang patient Tiga hari gak selesai Padahal bagi polisi adalah bagimu negeri Jiwa rakyat kami, semestinya Jadi Baraya semua begini, ini ada Sedikit cerita Di belakang layar, jadi Saya datang ke sini atas rekomendasi dari seorang irjen yang beliau bilang bahwa Bapak ini adalah orang yang layak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Mungkin gini, ya yang layak banyak bukan hanya saya. Mungkin karena Bapak itu kenalnya saya saja. Mungkin, mungkin. Tapi apapun itu, Bapak yang akhirnya mendapatkan ini. Dan ketika saya datang ke sini, Mbak Raya, saya disambut dengan hangat, disambut dengan baik. Dan dikasih makan soto, dan ada lanting yang enak banget yang saya pengen habisin, tapi saya malu. Dan ternyata Bapak Polisi ini punya banyak cerita dan warna dibalik seragamnya. Pelukis, sastrawan, penyanyi, dan di sini ada beberapa karya seni. Ya ini kantor polisi beliau sulap jadi galeri seni. Yang karena saya bukan orang seni, saya kurang paham ini maksudnya apa. Tapi sebenarnya Di luar seragam, polisi itu kan adalah manusia yang punya karakteristik yang khas, punya latar budaya dan pendidikan yang berbeda di setiap orang, dan pada dasarnya mereka juga adalah produk dari bangsa itu. Jadi ketika saya misalkan mengajukan pertanyaan yang tadi itu, itu sebenarnya juga adalah kritik kita terhadap masyarakat. Dalam arti Ketika saya, Bapak kan tadi, kita orientasinya itu adalah polos solusi. Kita orientasinya itu adalah pada kebaikan, kita orientasinya itu adalah bukan mencari-cari masalah, bukan mencari siapa yang dijatuhkan. Tapi dalam alam pikiran saya, untuk bisa menemukan solusi, kita tuh harus menemukan masalahnya. Dan setelah kita menemukan masalahnya, kita akui bahwa itu masalahnya, dan dari situlah titik awal solusi itu kita cari. Saya selalu dikritik juga banyak orang Salah satunya Prof Kiki Mas Kiki, kamu terlalu positif Karena saya berkata Hidup itu hanya harapan Yang saya lihat kebaikan Oke, saya setuju Mencari akar masalah, oke Salah satu saya ingin menyampaikan bahwa Pada pendidikan lah tergantung masa depan bangsa Terutama masa depan Polri Jadi yang ingin saya diskusikan disini Oke Case studies yang tadi disampaikan Ceritakan banyak hal Dan saya juga hampir tiap hari di komplain orang tentang yang dilakukan banyak orang yang saya juga kadang nggak tahu. Tapi saya terima. Ini yang saya pakai untuk membangun literasi. Ini yang saya pakai untuk menteranformasi. Karena edukasi sekarang tidak hanya bisa siap gerak, pintar gerak. Tetapi saya berupaya bagaimana ketika para petugas polisi nanti dia punya kemenangan, punya kekuasaan, itu tidak jahat. Artinya dia tidak. melukai, dia tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dan menimbulkan ketidakpercayaan, kalau ingin saya katakan kehilangan bondokui, orang kehilangan opo-opo, kehilangan harta benda itu tidak kehilangan apa-apa, kehilangan nyohokui lagi kehilangan separuh, kehilangan nyawa itu baru kehilangan setengah kehilangan kepercayaan, kehilangan sakapedi kehilangan kepercayaan, kehilangan semuanya Nah, oleh sebab itu, maka yang ingin disampaikan Orang kata tanya, orang yang sekolah di tempatmu itu bisa apa? Wah pertanyaannya kan, lo bisa apa? Saya sekarang juga tadi yang Pak Guru sampaikan, orang yang sekolah di Lendiklat ini ada satu tercerahkan. Dia hebat bukan hari ini, tapi dia menjadi pembelajar. Yang kedua, saya tidak bisa mengobati dengan obat dewa yang cepat, tidak bisa. Siap gerak-gerak tidak bisa. Tapi setidaknya punya budaya malu. Yang ketiga, bagaimana dia menyadari keutamaan menjadi polisi? Nah tadi saya katakan kenapa saya mencoba mengembangkan art polishing atau pemulisan dengan pendekatan seni, budaya, dan pariwisata. Itu mengasah hati. Setidaknya dia tahu. Omongan itu menyakitkan. Perilaku-perilaku membuat orang sebel. Dan banyak hal yang setidaknya ada sesuatu yang mengecewakan. Ini yang kita ajarkan moral. Ini nomor satu. Tadi memang pertanyaan Pak Guru ini bukan pertanyaan yang dijawab satu, dua, benar, salah, atau abis ide. Itu bukan. Tapi saya ingin mendialogkan bahwa kita memulai dari pendidikan. Karena mau tidak mau kalau pendidikan ini terupdate kan. Nah, saya Pak Guru juga sadar ya bahwa pada lembaga pendidikan itu pilarnya guru. Jangan sampai, contoh kalau kita belajar silat sama Jet Li, Jackie Chan, Gus Li. Kita lelan. Gurunya menanggung, kita mati-mati Belajar sama patah-patah, gurunya kampret, gak dianggap Maka guru-guru ini Juga harus dipilih Orang-orang yang juga Inspiring, kita belajar dari orang Yang menarik, bukan orang-orang Yang tidak menarik, betul ya? Nah, maka saya juga berupaya Bagaimana sekolah disini Atau di lembaga pendidikan ini Adalah bahagia, jiwanya Bahagia, orang yang bahagia Dia lebih mudah ditata, lebih baik Diajarkan Mungkin kalau dikasih kritikan seperti Pak Guru tanya, tidak marah, tapi mau berubah. Nah, belajar untuk ini perlu seni. Tadi saya pakekan, kenapa? Wah ini kerasa ada lebih banyak membuat seni. Bukan. Seni itu bagian dari kehidupan, bagian dari manusia untuk bertahan hidup, tumbuh, dan bertembang. Bahasa Jawanya, seni itu sem lempit-lempit, ada di semua lini, semua sisi. Nah, polisi maka salah satu bagian yang saya ajarkan live in, tinggal bersama masyarakat. Supaya dia tahu kesusahan, dia merasakan, dan dia punya kebanggaan kalau untuk melakukannya baik. Jadi itu cara yang Bapak gunakan untuk mendidik para polisi? Salah satunya. Salah satunya. Resetnya banyak. Tapi kan maksud saya, saya berupaya membuat karyakit. Saya mencoba mencari guru-guru yang inspiring. Mencari tempat mentor yang baik. Yang dia juga orientasinya adalah pada keutamaan. Sekarang saya tanya ini, Pak Guru kira-kira punya saran apa? Dari semua yang saya ceritakan ini, kepanjangan atau malah bikin pusing? Tidak, tidak. Sama sekali tidak pusing. Saya mengira artikulasi Bapak untuk menyampaikan gagasan sangat jelas dan tegas. Cuma masih terlalu normatif, Pak. Ya, karena kan begini. Saya, Mohd, saya tidak ingin, apa ya, setidaknya punya harapan. Itu harapan, ya. Karena nanti saya sama seperti Menyapa guru juga sudah Golongan tua Kalau ibaratnya begini tuh Andika Bayangkari Sudah mepet kalau upacara Sudah hampir selesai lah gitu Tapi saya coba tetap Kita tidak boleh lelah dan tidak boleh menyerah Ya sekarang Pak Guru kepinginnya Kira-kira Pak Guru punya saran apa Boleh menyampaikan Jadi jangan hanya bertanya-tanya tapi Memberikan saran yang tidak normatif Oke Oke. Saya sebenarnya memulai dari survei. Ada dua survei. Survei yang pertama dilakukan oleh Kompas yang menyebut bahwa polisi itu adalah salah satu lembaga yang terpercaya di Indonesia. Dengan suara yang masih mengatakan kami percaya pada polisian itu sekitar 76%. Tetapi ketika saya sampaikan itu ke orang-orang, ke media, saya punya media dan saya juga punya... semacam aplikasi analisis, itu semuanya membantah, itu survei dari mana itu, bagaimana ceritanya karena kami merasa bahwa kepolisian itu tidak memuaskan kami, tidak melindungi kami, dan beberapa tagar di media sosial, itu misalkan menyampaikan jangan lapor polisi termasuk ini yang disebutkan oleh Pak Mahfud MD kemudian, mendingan lapor kedamkar, apa-apa lapor kedamkar, dan lain sebagainya Nah ini kemudian saya pikir ini polisi tuh harus ada Karena ketika polisi tidak dipercaya Polisi sebagai penegak hukum Kemudian dia tidak dipercaya Maka masyarakat tidak akan percaya pada hukum Ketika masyarakat tidak percaya pada hukum Maka bangsa itu akan runtuh Anomali Nah jadi Pak guru kan sudah banyak pengalaman lah Mau wawancarai pengalaman yang menyakitkan Lihat yang baik, yang benar Nah kira-kira masukan apa? Iya ini ya Masukan saya adalah Yang pertama Mungkinkah ada dari kepolisian itu yang berani dengan tegas dan mempublikasikan setiap tindakan-tindakan polisi yang buruk itu sampaikan kepada masyarakat sebelum disampaikan sama orang lain? Karena seperti yang tadi di awal saya jelaskan, ada gubernur Jawa Barat yang menampilkan oknum polisi jahat. Itu ditampilkan. Nah, seandainya yang lebih dulu menyampaikan itu adalah kepolisian dan polisi langsung minta maaf, Masyarakat mohon maaf ini adalah oknum dan karena itu kami berlepas tangan Bukan berlepas tangan, berlepas tanggung jawab Bahwa ini di luar idealisme kami, ini di luar gagasan utama kami Maka kami tampilkan ini adalah sosok oknum yang justru mengkhianati ide-ide kepolisian Ini adalah zaman media sosial Jadi ketika polisi sejak awal sudah mengintrospeksi diri, mengakui kesalahan Dan menampilkan pengakuan atas kesalahan itu di media sosial Rakyat mungkin juga akan memahami Ya iya sama sih Kami juga punya banyak salah Bapak juga punya banyak salah Bapak punya kelebihan karena Bapak mengakui itu Itu saya pikir adalah saran yang relevan Ya saya setuju Pak Guru Cuma kan semua bukan ditangani oleh Satu bidang ya Mudah-mudahan apa yang sampaikan Pak Guru Gembul ini Menginspirasi Saya pernah waktu itu Jadi Direktur Ralu Runtas Yang nakal-nakal itu Ketika saya apel, saya suruh bikin kayak semacam pengakuan dosa lah. Kamu ceritakan sama teman-temanmu itu. Dan kamu nasihati supaya nggak nakal kayak kamu. Itu memang agak manjur. Agak manjur. Karena apa? Malu loh dia. Dia sudah salah, bersalah, nasihati lagi. Nah, mungkin juga seperti itu ya. Karena dialog ini penting. Komunikatif kadang-kadang apa ya? Satu, melihat kaku. 2 Orang, waduh lihat polisi saya sudah kayaknya gimana gitu. Nah komunikasi, saya sepakat Pak. Artinya di era media sosial ini, orang-orang yang melakukan kesalahan tampilannya minta maaf. Dia bukan hanya, ya kita ada namanya disiplin, ada profesi, ada pidana. Kan kita juga ikut peraturan pidana umum ya. Tapi artinya sebagai pelayan publik, meminta maaf atas perilaku yang tidak sesuai dengan keutamaan ini sesuatu hal yang. baik. Saya setuju. Mudah-mudahan ini nanti bisa saya sampaikan ya kepada yang lain dan mudah-mudahan ini juga ditonton orang banyak. Amin. Tapi ada beberapa kasus yang sangat menyakiti nurani masyarakat. Yang itu melibatkan polisi. Di antaranya adalah kasus-kasus salah tangkap. Ada orang yang di penjara bertahun-tahun ternyata salah. Seharusnya tidak ditangkap karena tidak ada alat bukti Tidak apapun, pokoknya langsung ditangkap Atau ada kasus-kasus Di fitnah Polisi yang mau naik pangkat Misalkan memasukkan sabu-sabu Ke tas seseorang, kemudian digerebek sendiri Ditangkap dan akhirnya di jebloskan Dia naik pangkat Atau misalkan ada kasus-kasus yang lain Polisi justru menjadi backing dari Tindak kejahatan yang sangat besar Misalkan penyelundupan Nah Ketika Bapak berhadapan dengan kasus-kasus besar yang melibatkan nama polisi dan kemudian itu menyakiti hati masyarakat, apa kira-kira yang ingin Bapak sampaikan kepada masyarakat dan ingin Bapak sampaikan kepada oknum-oknum polisi itu? Yang pertama, saya ingin menyampaikan. Tapi ini normatif lagi ya. Kalau sama Pak Guru Gembul ini dikritikkan normatif. Polisi itu boleh salah hanya dua menurut saya. Satu lalai, dua bodoh atau kurang mampu. Itu ditolerir. Toler. Karena dia tidak sengaja. Betul. Kalau sengaja pidana, Pak. Tapi mungkin juga yang mendengar ini bagi polisi pun juga, wah kamu terlalu keras. Karena apa? Menjadi polisi itu berkali-kali saya tidak, apa ya, bahwa menjadi polisi itu kesadaran. Boleh salah, tapi bukan karena sengaja. Karena kalau sengaja, nanti akan menimbulkan, nanti pasti menyakitkan. Karena keutamanya itu menjadi jiwanya penolong. Saya mengkritik pada proses penerimaan di psikologi. Itu tidak boleh menghafal, tidak boleh dapat bocoran, tidak boleh melalui bimbel psikologi. Kenapa? Itu kita menerima yang tidak jujur. Jiwa polis itu penolong. Nah kalau yang masuk itu tidak sesuai penolong. Bahaya. Nah, salah satu di situ. Yang kedua, saya juga menginginkan apa yang Pak Guru sebelumnya sampaikan, kita perlu orang-orang yang tempered radical. Tempered radical itu bukan karena kebencian, tapi karena kecintaan. Dia berani terbuka, dia berani dialog, tetapi bukan ngeles-ngeles, tapi mencoba bagaimana menerima kritik dan berani mengakui. Salah, akuilah salah. Benar, katakan benar. Fitnah lebih kejam daripada tidak memfitnah Ini era digital ini DFK Disinformasi, fitnah, kebencian Ini yang tadi Mohon maaf kalau saya itu berupaya bukan menurmas Tapi saya tidak ingin menimbulkan DFK tadi ya Disinformasi, fitnah, atau kebencian Atau hujan-hujan itu menurut saya tidak mendidik Tidak menginspirasi, tidak solutif Sesuatu hal yang sangat saya tangkap hari ini adalah Berani mengakui kesalahan Yang dua yang Pak Guru sampaikan Kalau sengaja pidana Kalau ada polisi Sengaja melakukan Kekerasan, penzaliman Terhadap masyarakat, maka pidana Saya ingin menyampaikan Ini konsep ya Polisi itu menjaga kehidupan Artinya bahwa suatu masyarakat ini Bisa tumbuh dan berkembang itu Kalau ada produktivitas Iya, setuju? Iya, setuju. Nah, maka pada faktanya dalam proses produktivitas ada ancaman, hambatan, gangguan, ancaman yang bisa merusak bahkan mematikan produktivitas itu. Sehingga diperlukan aturan, etika, norma, moral, dan perlu ada aparat yang menegakkan. Salah satunya polisi. Bagaimana mengajak masyarakat mentah hati aturan, bagaimana menegakkannya. Maka oleh sebab itu menjadi polisi di dalam menjaga kehidupan adalah melakukan untuk kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban. Tidak melakukan hal yang kontraproduktif. Entah itu memeras, terima suap, ataupun bermain-main dengan irikal. Oke. Itu ideal? Yang ideal. Ya, idealnya. Nah, maka oleh sebab itu, bagaimana yang ideal dengan aktual ini sama? Yang kita pikirkan di situ. Supaya ini pendidikan. Mentransformasi pendidikan. Lalu di luar negeri kan ada education, training, coach. Nah, kita tidak semuanya bisa secara formal. Saya coba kembangkan informal. Saya kenakan juga dengan model coach Mentoring Orang-orang yang baik diberi peluang Diberi apresiasi Sehingga dia tidak merasa sendiri Tidak dia hilang Kasarannya pohon baik atau bunga baik Terhimpit ilalang Oke, pohon baik terhimpit ilalang Ya ilalangnya kita bersihkan Kasih rodak Oke beraya Itu saja Mungkin kapan-kapan kita bisa berdiskusi lagi. Karena sebenarnya ini menarik. Tetapi ada beberapa hal teknis yang menjadi pertimbangan saya untuk menghentikan ini. Tapi insya Allah kita akan berdiskusi lagi. Dan Baraya, kita bagaimanapun harus klarifikasi, konfirmasi, kalau mungkin kolaborasi terkait dengan masalah-masalah yang besar. Isu-isu, fenomena-fenomena. Jadi kalau misalkan Baraya mengira ada polisi begini, ada polisi begitu. Langsung saja sampaikan, karena polisi terbuka terhadap kritik. Saya datang ke sini juga ditraktir. Jadi terima kasih banyak Pak atas informasinya, terima kasih banyak atas jawabannya, dan semoga setelah ini, baik dari pihak polisi maupun masyarakat, itu lebih legowo, lebih bisa menerima diskusi-diskusi dan dialog-dialog sejenis ini. Lebih dan kurangnya, saya sarankan kepada baraya yang menyimak, tetapi Seperti yang Bapak tadi sampaikan, kita jangan fokus pada siapa yang salah dan siapa yang benar, tetapi pada solusi dari masalah-masalah itu tuh apa. Jadi kalau polisinya begitu, ya kita introspeksi. Jangan-jangan ya masyarakat sendirilah yang menciptakannya menjadi demikian. Terima kasih karena sudah menyimak. Saya Guru Gembul dan Pak Kris Nanda. Pamit. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.