Coconote
AI notes
AI voice & video notes
Try for free
⚔️
Sejarah dan Fase Perang Padri
Sep 9, 2024
Perang Padri (1821-1837)
Latar Belakang
Terjadi di tanah Minangkabau, Sumatera Barat.
Konflik antara kaum Padri (ulama) vs kaum adat.
Kaum Padri ingin memberantas kebiasaan buruk kaum adat (berjudi, menyabung ayam, mabuk).
Perebutan pengaruh antara kaum adat dan ulama.
Fase Perlawanan
Fase Pertama (1821-1825)
Kaum Padri menyerang pos-pos dan patroli Belanda.
Dipimpin oleh Tuanku Pasaman.
Belanda dibantu kaum adat dan pasukan pribumi.
Serangan Padri meluas di Minangkabau.
Belanda mengusulkan damai, tercapai Perjanjian Masang (26 Januari 1824).
Tuanku Imam Bonjol setuju dengan perjanjian damai.
Perdamaian digunakan Belanda untuk memperluas kontrol.
Tuanku Mensiangan menolak berdamai, melakukan perlawanan, ditangkap.
Kaum Padri membatalkan Perjanjian Masang, kembali melawan Belanda.
Fase Kedua (1825-1830)
Belanda mengendurkan ofensif, upaya damai terus dilakukan.
Perjanjian Padang (15 November 1825):
Belanda mengakui kekuasaan pemimpin Padri di beberapa wilayah.
Kedua belah pihak tidak saling menyerang.
Melindungi pedagang dan orang yang melakukan perjalanan.
Belanda akan melarang praktik adu ayam.
Fase Ketiga (1831-1837/1838)
Setelah Perang Diponegoro, Belanda konsentrasi ke Sumatera Barat.
Kaum Padri mendapatkan simpati kaum adat, meningkatkan kekuatan.
Belanda meningkatkan ofensif dengan bantuan pasukan dari Jawa (1832).
Plakat Panjang diterbitkan, menawarkan perdamaian:
Pembebasan penduduk dari pajak atau kerja rodi.
Belanda jadi penengah perselisihan.
Perdagangan hanya dengan Belanda.
Penduduk boleh mengatur pemerintahan sendiri.
Akhir Perlawanan
Tuanku Imam Bonjol terdesak, ditangkap (25 Oktober 1837).
Dibuang ke Cianjur, kemudian Ambon, dan terakhir Menado.
Meninggal pada 6 November 1864.
Kesimpulan
Perang Padri merupakan konflik antara reformasi agama dan adat di Sumatera Barat.
Mengalami beberapa fase dengan intervensi Belanda.
Akhirnya berakhir dengan kekalahan kaum Padri.
📄
Full transcript