Overview
Kuliah ini membahas perjuangan diplomasi Indonesia pasca-proklamasi kemerdekaan, fokus pada Perjanjian Linggarjati sebagai langkah awal pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda.
Tantangan Pasca-Kemerdekaan
- Setelah 17 Agustus 1945, Belanda mencoba menguasai Indonesia kembali lewat NICA.
- NICA datang bersama tentara sekutu, memicu perlawanan di berbagai daerah.
- Pertempuran besar seperti 10 November 1945 terjadi di Surabaya.
Upaya Diplomasi dan Perjanjian Linggarjati
- Kedua pihak (Indonesia dan Belanda) sepakat mencari solusi damai melalui perundingan.
- Desa Linggarjati, kaki Gunung Ciremai, Jawa Barat dipilih sebagai lokasi perundingan.
- Perundingan dilaksanakan di rumah yang pernah dimiliki Kuswan Os, orang Belanda.
- Perundingan berlangsung pada 11-13 November 1946.
- Delegasi Indonesia dipimpin Perdana Menteri Sutan Syahrir, delegasi Belanda dipimpin Schemmerhorn.
- Inggris (Lord Killern) menjadi penengah dalam perundingan.
- Perundingan menghasilkan 17 pasal, dikenal sebagai Perjanjian Linggarjati.
Hasil dan Dampak Perjanjian Linggarjati
- Belanda mengakui de facto kedaulatan Indonesia atas Jawa, Sumatera, dan Madura.
- Ini merupakan pengakuan pertama Belanda terhadap Republik Indonesia.
- Setelah kembali ke Belanda, beberapa tokoh mendirikan Yayasan Sahabat Linggar Jati untuk memperingati perundingan.
- Meski hasil perjanjian ternodai 8 bulan kemudian oleh agresi militer Belanda, perjuangan diplomasi tetap penting dalam mempertahankan kemerdekaan.
Key Terms & Definitions
- NICA — Netherlands Indies Civil Administration, lembaga Belanda untuk mengembalikan pemerintahan kolonial.
- Perjanjian Linggarjati — Kesepakatan antara Indonesia dan Belanda tahun 1946 soal pengakuan kedaulatan terbatas Indonesia.
- De facto — Pengakuan nyata, meski belum sepenuhnya resmi secara hukum.
Action Items / Next Steps
- Pelajari lebih lanjut peristiwa-peristiwa setelah Perjanjian Linggarjati, seperti Agresi Militer Belanda.
- Bacaan tambahan tentang tokoh Sutan Syahrir dan peranannya dalam diplomasi Indonesia.