Intro Ibu-ibu, bapak-bapak, sudara Selamat pagi, terimalah salam saya dalam dhamma Namo Buddhaya Topik yang kita akan bicarakan pada kesempatan ini tentang bencana yang terjadi di bumi ini jadi bukan bencana yang terjadi di tanahku ini, bukan termasuk sisi itu hal ini saya jadikan topik pembicaraan karena bagi mereka yang mengikuti informasi-informasi tentang keadaan Alam berkaitan dengan bumi kita ini, kenapa semua itu terjadi? Dan yang menariknya, kita kok jadi penonton ya? Kita nggak kena, sebab itu kita masih ngomong sekarang.
Kalau kita yang kena kan nggak sempat ketemu di sini ya, entah kemana kita terlahir kembali. Di dalam Anggutaranikaya disebutkan disitu, itu sebagai acuan kita, bahwa apabila pemerintah, pimpinan-pimpinan pemerintah, menteri-menteri, atau pejabat-pejabat, maupun rakyatnya tidak lagi melaksanakan sila dengan baik, maka akibatnya bumi ini akan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Nah disebutkan disitu antara lain cuaca berubah, musim juga ikut berubah. Sehingga banyak orang yang menderita, sakit dan mati.
Jadi begitu mengikuti berita-berita ini, dengan kondisi negara kita juga, di berbagai tempat di bumi ini, nampaknya pernyataan Sang Buddha tersebut tepat banget. Nah sekarang yang jadi soal, ternyata dasar kejadian itu adalah gara-gara moral manusia itu bobrok, itu makronya. Sekarang mikronya itu, ya kita perindividu, sebab itulah. Bagi per individu atau person itu, yang bila mana moralnya itu bobrok, mulai muncul bencana-bencana pada dirinya.
Mengharapkan kesuksesan, tapi tak berdaya. Karena di alam semesta ini, kita hidup. Sebagai makhluk sosial yang kait-mengkait, saya berikan contoh.
Ya maaf aja kalau ada yang merasa tidak enak, tapi itu fakta. Bisa saja sekarang ini, saya lihat yang positif dulu. Perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik. Memiliki produksi yang bagus, produksinya banyak, tapi celahkanya kalau marketingnya itu berantakan, semua produksi itu stagnan, tidak laku, akibatnya kesulitan. ...moneter khususnya untuk membayar buru-burunya.
Nah kenapa stagnan produksi tidak laku marketing anjlok? Sebab pasaran kita umumnya ke Eropa dan ke Amerika Utara. Sedangkan di sana ekonomi lagi anjlok. Daya beli masyarakat daerah-daerah itu atau negara-negara itu tidak baik.
Apalagi dihantam dengan cuaca buruk seperti sekarang. Jadi kita lihat, nampaknya kita kelihatan masih baik, tidak menderita langsung, tapi efeknya kita temukan, kita rasakan. Sudah juga begini kondisinya, nah ini problematik kita.
Para buruh demonstrasi pula. Wah, lebih parah lagi itu jadinya. Saya ungkit sedikit dulu ya. Pengertian silah atau moral di agama Buddha.
Sesungguhnya bukan cuma sila-sila yang saya sebut tadi, pokoknya segala sesuatu yang kita lakukan dengan ucapan maupun perbuatan fisik. Karena kita juga bisa berdusta dengan gerakan tubuh, bukan mesti berdusta dengan ucapan. Tapi dengan menggerakkan tubuh juga bisa berdusta.
Misalnya pertanyaan, kamu sudah makan? Padahal dia belum makan. Ya, maksudnya dia sudah makan tapi dia jawab belum atau tidak.
Kamu sudah makan? Nah itu kan menggerakkan tubuh. Berarti mengatakan tidak. Kalau dia nganggu, ya iya. Nah ternyata memang dia serakah.
Karena dia lihat makanan itu masih enak kok. Kan belum habis sinci ya kan. Nanti besok bertutup ya. Nah masih hau juga dia pikir. Nah itulah.
Jadi kalau begitu kita lacak. Dasar sila itu apa? Dasar moral manusia itu apa?
Dalam pandangan Buddhis. Kita memakai dua dasar umum, yaitu yang pertama, malu berbuat salah. Ini repot nih, kalau bilang salah, salah menurut siapa?
Definisinya mulai dengan definisi awal. Berbuat salah... adalah perbuatan merugikan orang lain. Itu definisi umum awal, awal saya bilang awal. Definisi salah yang begini masih ada kelemahannya.
Karena itu cuma dibilang melakukan perbuatan salah. Tapi kalau perbuatan salah tidak merugikan orang lain, bagaimana? Contoh yang paling umum, yang saya suka ngeledek-ledek bilang, kumpul kucing atau kumpul kebok. Nah, itu kan tidak merugikan dua belavia, kan?
Malah kalau ditanya gimana? Hmm, tambah deh. Nah, lalu bilang apa?
Satu dibilang, kamu jadi begini, merugikan nggak? Nggak, saya suka. Yang satu bilang, oh, I'm happy.
Jadi, mana salahnya? Nah, salah itu nanti, ketahuan itu salah, kalau kita berhadapan dengan orang ketiga yang kita tahu dia bijaksana. Tapi kan orang yang bijaksana belum tentu betul-betul bijak. Benar juga ini argumentasinya.
Ya, jalan keluarnya apa? Back to basic, kembali ke kitab suci. Lihat di situ, perbuatan itu.
bisa benar atau tidak tapi sesungguhnya itu semua nanti nah tapi ini memang orang Harus pintar sendiri dia mengerti dan sudah belajar. Dia akan mengerti itu salah kalau dia sudah biasa merenung. Wah ini sudah memerlukan meditasi.
Sudah menerenung, mengerti damah bahwa apa yang dilakukan itu akan memunculkan akibat negatif pada dirinya. Nah baru orang itu akan. Mengerti lebih dalam. Karena kalau dia mengerti itu, maka dasar kedua bekerja.
Yaitu takut akan akibat dari perbuatan itu. Kalau malu berbuat salah, itu disebutkan dengan kata teknis hiri. Sedangkan kalau takut akan akibatnya. Itu yang disebut otapa.
Jadi kedua hal inilah yang Sang Buddha canangkan sebagai loka pala. Loka artinya dunia. Pala itu pelindung. Loka pala, pelindung dunia. Sebab itu tadi.
Kalau dua hal ini. Kita patuhi, otomatis sila jadi baik, otomatis juga dunia ini jadi tenang, aman, damai. Tapi karena hiri otapa di dunia ini sudah banyak dilanggar, yang dulu malu dilakukan, sekarang banyak orang sudah tidak malu, sudah dianggap biasa. Yang dulu dianggap tabuh, di masa sekarang dianggap biasa. Contoh umum yang berlaku dan dalam percakapan sehari-hari, kalau bilang ada korupsi, itu mah sudah lumrah.
Jadi dianggap sudah biasa aja itu korupsi itu. Apakah ia harus begitu? Nah itulah, begitu. Terjadi bencana, semua sudah terlambat. Nah kenapa perbuatan manusia itu karma, bahasanya moral bobrok itu karma jelek, bisa memunculkan cuaca yang jelek?
Apa hubungannya dengan alam? Nah ini juga perlu dilacak. Apa urusannya ya? Kita manusia yang bobrok kok.
Dalam jadi jelek. Orang punya rumah di kampung, di tengah kampung, bagus-bagus begitu. Eh, rumah itu yang dihantam puting beliung. Terbongkar atapnya, melayang.
Ada jumlah rumah yang tidak terlalu kuat fondasinya, amruk. Kenapa dia yang kena, dia yang kebingungan. Rumah-rumah tetangga, enggak, kenapa gua? Kita tahu, kalau hal itu terjadi, berarti dia mengalami atau menerima karma buruk. Tapi kenapa dia?
Kok alam bisa begitu ya? Atau seperti dulu orang yang kena tsunami di Aceh, ada seorang wanita yang masih bisa selamat. Padahal dia hanyut dari Aceh, Indonesia, terbawa di pohon apa? Semacam pohon aren atau apa yang tumbang, dia ada di situ, terbawa sampai ke Malaysia. Berapa hari tidak makan, cuma minum air hujan.
Dia memang celaka karena bencana itu, tapi tidak mati. Yang lain, tidak sempat ngomong, karena sudah meninggal. Nah itu, kita...
bisa bertanya loh, kenapa dia bisa terlindung juga tidak mati? Kok alam masih bisa membantu beliau? Atau melindungi beliau? Nah, disitulah kita belajar.
Kalau kita belajar dhamma, kita tahu di alam semesta ini ada hukum yang mengatur Yang namanya Damaniyama. Hukum inilah yang mengatur segala-gala yang ada di alam semesta ini. Kalau itu sudah berbau hukum moral, baru yang tadi yang dinyanyikan Anicca Duka Anatta. Itu mengarah ke moral.
Dan hukum ini pun merupakan... Hukum universal yang bekerja memang begitu itu dan tidak berubah. Dia tidak kena aneca dan duka. Kalau anata, iya. Nah, kalau mau mengerti hukum ini bekerja, diterangkan menjadi lima.
Yang pertama, saya balik, daman yama kecil, yaitu... Hukum yang mengatur segala-gala yang kebanyakan tidak masuk akal manusia. Tapi saya tidak bilang itu mujizat, bukan. Jadi maksudnya, contoh, disaman Sang Buddha, mulai dari kelahiran Pangeran Siddhartha, begitu dia lahir, Pohon yang waktunya bukan musim berbunga, tiba-tiba berbunga dan bunga-bungaannya jatuh menimpa bayi yang baru lahir dan mamanya. Begitu juga ketika bodhisattva mau menyatakan pekatnya.
Untuk meninggal pada waktu tertentu, terjadi gempa bumi. Begitu juga, Pangeran Siddhartha menjadi Buddha. Dan begitu juga beliau meninggal, terjadi gempa bumi yang hebat. Dan ketika meninggal di bawah pohon sala, pohon yang bukan musimnya berbunga, itu berbunga tiba-tiba. Itu hukum daman niyama kecil yang punya tugas.
Nah yang berikut, yang kedua, hukum karma, kaman niyama. Nah itulah, hukum yang mengatur karma. Jadi contoh umum, apapun yang kita alami, sekarang ini sebagai palak. Wipaka atau akibat dan buah dari perbuatan kita. Begitu juga kalau kita meninggal dunia, hukum itu yang akan bekerja, mengatur kita akan lahir di mana dan jadi apa, dan seterusnya nanti.
Yang ketiga, hukum yang mengatur pikiran manusia. Citaniyama, karena pikiran manusia ini sangat rumit. Sang Buddha katakan, munculnya binatang-binatang di bumi ini sangat rumit. Tapi pikiran manusia lebih rumit lagi, karena lagi menangis aja, tau-tau bisa tertawa. Itu kan menarik itu.
Habis, begitu dia dapat laporan dia kecopetan atau rumahnya dirampok, tiba-tiba hilang 1 miliar misalnya begitu, dia sedih. Tapi begitu temannya bilang, kamu yang dapat loteri 10 juta dolar, langsung dia senyum. Apa sih artinya 1 miliar rupiah? Bisa berubah. Lagi ribut-ribut dengan temannya, tau-tau dia dapat SMS.
Dia baca, eh you know, I love you too. Wah, ternyata dapat jawaban. Dunia langsung berubah. Itulah pikiran manusia.
Luar biasa. Tapi ada kelanya, dari kelihatan senyum-senyum, tau-tau menjadi galak. Wah, begitu juga. Berubah total.
dengan berbagai macam tingkat pikiran mempunyai. manusia yang kelampang sekali berubah. Dan ada yang menarik juga, sudah sering bilang dia suka meditasi. Kalau meditasi, ada yang bilang, sudah setengah jam saya sudah maju meditasi.
Tapi begitu ditanya, waktu meditasi, pikiran kamu terpusat? Iya. Wah, bagus sekali ya.
Bagaimana waktu terpusat? Aduh, saya ingat waktu saya berdua-duaan di Pontonggetus, itu yang saya pikirkan. Oh jadi kamu ngelamun Ya kira-kira begitu Oh terpusat disitu pikirannya Ya hebat juga ya Jadi kita juga gak ngerti kan Pikiran manusia yang bilang meditasi itu apa Nah kembali ke dia Kalau dia mau cek Dia yang paling tahu Tapi itulah Cikaniama Begitu juga dengan Orang-orang jenius Otaknya luar biasa Kita gak bisa ikuti Atau orang-orang lain yang punya kekuatan-kekuatan batin.
Wah kita juga sudah tidak bisa ikuti, terlalu tinggi itu. Yang dibilang indigo-indigo. Atau yang memang punya kekuatan batin khusus yang karena dilatih dengan meditasi dan lain-lain.
Nah begitu juga dengan pikiran orang. Wah besok ini ramai. Karena besok itu cap gome. Di Singkawang itu pasti banyak loya-loya yang keluar, yang banyak kemasukan, potong-potong lidah, potong badan, dengan segala banyak cara yang ada. Nah bagaimana pikiran mereka juga begitu?
Sebab kita juga tidak berdaya kan, kenapa orang dipotong-potong begitu, tidak terluka? Kenapa dia tusuk pipinya dari kiri tembus kanan, potong lidahnya? Dijadikan tinta untuk bikin khu dan macam-macam.
Kenapa gak sakit? Pikiran itu gimana caranya? Nah sudah, kita gak mampu. Itu cita niyama punya urusan.
Yang keempat, yaitu yang disebut bija niyama. Nah ini eksteren sekali. Walaupun berkaitan dengan manusia, hukum yang mengatur tentang tumbuh-tumbuhan, botani, itu dibilang bijaniyama.
Kalau tadi yang dibilang citaniyama, kamaniyama, itu berkaitan erat dengan makhluk. Jadi bukan cuma manusia, binatan, setan, para dewa, brahma. Terlibat langsung dengan ini. Karena sama-sama disebut makhluk. Lalu yang kelima, utuniyama.
Nah inilah, utuniyama, utu. Di situ itu berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan energi. Hukum inilah yang disebut utuniyama. Mengatur fisik alam semesta. Jadi bagaimana bumi muncul, matahari muncul, atau hancur planet-planet di alam semesta, hukum ini yang atur.
Bagaimana temperatur cuaca di alam semesta ini, ini yang atur. Jadi begitu, bencana-bencana muncul berkaitan dengan... Sesuatu seperti tadi yang saya ungkapkan, apakah itu angin topan, kedinginan yang luar biasa hebat.
Oh di Australia lagi hebat sekali dengan banjir, jadi negara-negara besar juga banyak yang kebanjiran. Cuma saya mau mengkritik aja, menarik juga kalau di Australia. Mereka tidak maki-maki Perdana Menterinya dan tidak maki-maki misalnya gubernurnya kalau di sana sih Perdana Menteri juga tapi negara bagian.
Nggak suruh turun. Kita begitu banjir di Jakarta, gubernur kita maki-maki suruh turun. Keterlaluan.
Negara modern aja nggak berdaya kalau sudah berhadapan dengan alam, kita yang masih kek begini. ngomel-ngomel melulu tapi syukurlah dari tahun lalu tidak banyak dengar cerita Banjir lagi ya, di Jakarta. Tapi gitulah kita.
Sudah menderita, masih bikin karma buruk lagi. Nah itulah sebabnya. Lima niyama ini, itu sesungguhnya tadi cuma satu cara menerangkan jadi lima supaya dimengerti bagaimana kerjanya.
Itu kait-mengkait jadi begitu karma kita itu jelek. Karena dasarnya moral kita itu brengsek, otomatis utuniyama bekerja, mengharmonikan, menyelaraskan dengan kondisi yang ada. Kita kena bencana. Kalau kita mengacu juga di dalam satu suta, Yahod Basang Buddha, di dalam Dikanikaya yang disebut.
Cakawati Shingadaya Sutta, disitu jelas juga. Dengan bobroknya moral manusia, maka usia manusia pun lebih lama, lebih pendek. Dengan kondisi yang jelek-jelek.
Jelas, memang situ sudah katakan. Karena moral manusia itu, plengsek. Jadi itu saya tekankan sebagai makro. Tapi kembali pada diri kita, sebagai mikro, kalau Anda mau sukses, sila harus ditegakkan. Ada yang bilang, tapi kan saya sudah terbiasa, pemarah misalnya, pembenci, ya itu saya heran, saya bilang, tetap harus latih.
Karena memang seperti di dalam lagu tadi sudah katakan, dasar manusia di dunia ini untuk mengembangkan dirinya ke arah negatif atau positif ada enam. Yang positif yaitu meta, cinta kasih, karuna, kasih sayang, dan panya. Kebijaksanaan, itu yang positif.
Tapi positif ini, adakalanya tidak terlalu kuat pada kebanyakan orang. Kecenderungan ini ada, tapi yang kuat yang negatif, yang tiga. Yang di lagu tadi disebutkan, loba.
Loba itu, dasarnya itu keinginan-keinginan. Kalau keinginan-keinginan kita dalam bentuk apa saja tidak terpenuhi, maka yang berikutnya bekerja, yaitu ketidaksenangan, kesel, jengkel, bosan, marah, benci, dendam, melukai, akhirnya membunuh. Nah operasionalnya ini dua terus.
Pokoknya siapa saja di alam semesta ini, dua ini bekerja dengan kuat. Keinginan tidak terpenuhi. Keinginan apa saja. Contoh, mau ingin tidur aja kan tidak ganggu orang.
Tapi karena disebelah ribut, televisi belum mati. Nah kesel, nanti kan muncul itu marah-marah. Ya syukur kalau cuma sampai situ.
Kalau dia teriak-teriak, tasar kamu yang nonton ribut terus seperti angging menggonggong melulu. Nah dia sudah mulai panggil binatang-binatang dari kebun binatang. Kenapa?
Dia tidak melatih mulutnya untuk direm. Nah kenapa dua ini muncul? Keserakahan atau keinginan dan ketidaksenangan, kebencian dan seterusnya terjadi. Gara-gara moha, kebodohan.
Kebodohan ini bukan cuma kebodohan intelektual, tapi kebodohan spiritual juga. Kalau kebodohan spiritual, Itu berkaitan dengan pengetahuan dama keagamaan. Karena ada dama yang bukan keagamaan, tapi dama juga.
Nah itulah. Sebab itu, belajar dhamma itu penting. Saya katakan penting, bukan untuk saya.
Saya punya urusan sendiri. Saya akan atur diri saya. Apa yang saya katakan ini sebenarnya cuma warning aja untuk mengingatkan kepada Anda-Anda. Jadi khutbah itu atau ceramah dari seorang Dharma Duta bukan untuk si Dharma Duta.
Untuk pendengarnya, apakah Anda mau lakukan atau tidak, tinggal kalkulator Anda yang bekerja, menguntungkan atau tidak, Anda yang tentukan. Bahasa Betawinnya bilang, to do or not to do, that's your business, not me. Sebab, maju mundurnya seseorang adalah... Keputusan pribadi, orang luar cuma pemberi saran.
Saya tidak ada kekuasaan untuk memaksa Anda-Anda. Tidak ada. Cuma bilang tok.
Jadi kalau kita banyak merenung dalam kehidupan kita ini, kita juga bisa berpikir apa sih yang kita cari sebenarnya. Kita tahu siapa saja dia, apakah dia pejabat tinggi atau rakyat biasa, rakyat jelata, mau orang kaya atau orang miskin. Begitu dia terbaring menjelang mati, semua apa yang ada itu tinggal jadi kenangan dia.
Sebab? Tidak ada materi yang dia bisa bawa ketika dia mati. Sebab itu ada cerita yang menarik. Dulu ada seorang raja yang luar biasa di dunia ini.
Menguasai banyak daerah dan negara-negara. Namanya Alexander yang Agung. Ada yang menamakan diri Iskandar yang Agung itu sama saja.
Alexander the Great. Ketika dia meninggal, cuma satu yang saya mau kasih tau, ada tiga tapi cuma satu. Dia minta, karena dia sadar dia sudah mau mati, dia katakan, kalau nanti saya sudah meninggal, kamu kasih masuk di peti, tapi tangan saya dikeluarkan. Jadi kalau misalnya, Anggap aja ini peti matinya, ya tangannya dikeluarkan begini dari peti mati. Itu kan gak biasa kita ya.
Kadang orang meninggal tangan dikeluarkan. Apa mau jabat tangan dengan orang yang melayat? Ya kan enggak. Tapi perintah si raja begitu.
Jadi orang-orang dekatnya bingung. Kenapa begitu? Ternyata dia sudah mau mati pun dia mau mengajar orang.
Walaupun dia raja di raja. Yang menguasai banyak negara. Dengan hartanya yang melimpah.
Karena kalau dulu kan bilang ada harta-harta rampasan dari kerajaan-kerajaan mana-mana itu. Dibawa semua. Mau emas, berlian, atau apapun dia dapat.
Tapi waktu dia pulang alias mati, tangannya kosong, gak bawa apa-apa. Itu maksudnya. Tapi jangan dengar cerita saya, begitu ada yang mati, Pak Wawor salah. Kalau saya mau minta dua-dua kasih keluar begini, wah ini dia.
Tapi tuh kalau dikremasi juga, ya cepat angus aja deh. Kalau dikremasi. Jadi kita belajar mernung. Bahwa ternyata kalau kita meninggal, secara fisik kita tidak membawa materi apapun yang terbawa, hanya karma kita.
Nah, karma kita itulah yang akan muncul, yang kita buat dengan ucapan, dengan perbuatan fisik, maupun perbuatan pikiran. Itulah. modal kita nanti yang apa dan mengerahkan kita pada kehidupan kita yang berikut. Nah sebab itulah, sila ditekankan, bukan cuma kepada kita masih awam begini.
Besok dalam lunar calendar itu, atau penanggalan buddhis, besok itu capgo. Penanggalan buddhis, besok itu... adalah hari Uposatha. Dan besok itu sebenarnya dalam agama Buddha terkenal dengan peringatan hari Magapuja.
Itu hari raya Buddhis itu besok itu. Yaitu ketika 1250 orang arahat berkumpul di satu tempat tanpa undangan. Padahal mereka sudah pergi ke berbagai penjuru Daratan Jambudipa Tanpa bilang Kalau sekarang kita curiga Mereka pakai handphone Dulu tidak punya Mereka bisa berkumpul di situ Di tempat itu Padahal mereka semua arat Tapi pada kesempatan itulah Sang Buddha menggariskan juga garisan-garisan moral umum yang berlaku, yaitu tidak berbuat kejahatan, tapi banyak melakukan kebajikan, dan membersihkan batin alias meditasi.
Itu yang Sang Buddha canangkan waktu itu, yang terkenal dengan, ya itu bahasa palinya, Jadi, kucinya disitu adalah pertama itu sila, ada dua, dua baik itu sila, tidak berbuat kejahatan, banyak berbuat kebajikan, itu sila. Yang ketiga, mensucikan batin, itu artinya meditasi dan banyak. Itulah ajaran para Buddha.
Para arahat pun dikasih garisan begitu. Padahal mereka semua sudah suci. Dengan tujuan sebagai contoh kepada umat awam generasi berikut.
Untuk diingatkan melaksanakan apa yang beliau canangkan. Jadi kalau tadi Anda-Anda juga sudah mengucapkan lima sila buddhis. Kita usahakan, kita penuhi itu. Sebab itu di dalam sistem belajar agama Buddha, itu diulang-ulang. Padahal kalau ditanya, umumnya kita sudah hafal itu lima sila itu.
Tapi di setiap kebaktian tetap keluar. Karena cara belajar itu adalah mengulang-ulang. Supaya pikiran kita ini bisa mengingat itu dengan cepat. Jadi istilahnya bagaikan orang belajar silat melatih tiap hari terus-terusan.
Begitu ada serangan gerakannya dengan cepat bekerja. Begitu juga dengan silat tersebut kita ucapkan terus supaya kita ingat dan kita latih diri kita. Itulah tugas kita sekalian.
Sekian dulu yang dapat saya sampaikan.