Anak Jakarta pasti sudah tahu ya, kalau Betawi merupakan suku asli kota Jakarta. Di era milenial seperti sekarang ini, masyarakat Betawi berperan penting dalam melestarikan dan mengembangkan identitas kebudayaan Jakarta. Dalam rangka mempertahankan, melestarikan, dan mengembangkan budaya Betawi, maka pada 1 Februari 2017, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan 8 ikon yang menjadi budaya khas suku Betawi.
Hal ini tertuang dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 11 Tahun 2017 tentang ikon budaya Betawi. Anak Jakarta penasaran kan apa saja 8 ikon itu? Yuk simak penjelasannya.
Icon budaya Betawi yang pertama adalah ondel-ondel. Icon budaya Betawi yang satu ini memang sangat populer. Anak Jakarta tahu tidak kalau ondel-ondel yang lucu dan mengemaskan ini, sebelum dikenal luas sebagai kesen yang Betawi, ternyata digunakan sebagai penolak bala dan pengusir roh halus yang dinamakan barongan. Boneka raksasa yang diarak keliling kampung ini memiliki filosofi sebagai lambang kekuatan untuk memelihara keamanan, ketertiban, ketegaran, keberanian, kejujuran, serta anti manipulasi. Kini fungsi dari ondel-ondel atau barongan ini tak sama seperti dulu.
Selain sudah menjadi ikon dan ciri khas suku Betawi, ondel-ondel juga berfungsi sebagai pelengkap. Di berbagai upacara ada tradisional masyarakat Betawi, sebagai dekorasi pada acara seremonial Pemprov DKI, dan masih banyak lagi. Siapa yang menyangka ya, kalau hiasan yang satu ini termasuk sebagai salah satu ikon budaya Betawi?
Kembang kelapa atau manggar merupakan hiasan sederhana yang terbuat dari lidi yang dibungkus dengan kertas atau plastik warna-warni. Kembang kelapa sering dijadikan dekorasi penyemarak dalam arak-arakan atau festival budaya. Selain itu, ikon yang satu ini juga digunakan sebagai dekorasi di kiri dan kanan pintu rumah saat hari-hari besar. Kembang kelapa memiliki filosofi kemakmuran, juga simbol kehidupan manusia yang bermanfaat layaknya pohon kelapa. Selain itu, kembang kelapa juga merupakan simbol keterbukaan masyarakat dan pergaulan sehari-hari, sekaligus pelambang bagi multikulturalisme yang ada di ibu kota.
Gigi balang adalah ornamen yang biasa ditemukan pada rumah-rumah adat masyarakat Betawi. Bentuk dan desain ornamen gigi balang berbentuk segitiga atau cagak, tumpal, wajik, wajik susun dua, potongan waru, dan kuntum melati. Filosofi atau makna ornamen gigi balang ini melambangkan kewibawaan, kokoh, gagah, rajin, ulet, sabar, dan berpegang pada kebenaran.
Batik Betawi berbentuk kain panjang dan kain sarung yang motifnya dikerjakan dengan teknik tulis dan cap. Kain batik Betawi memiliki banyak ragam motif yang menggambarkan ragam budaya Betawi yang terpengaruh Arab, India, Belanda, dan Tiongkok. Beberapa motif batik Betawi seperti rasa malah, nusa kelapa, ondel-ondel, kondang dia, serta sulur jawara. Dari aspek filosofi, batik Betawi dianggap perlambangan keseimbangan alam semesta dan potensi manusia di dalamnya untuk memenuhi hidup yang sejahtera dan penuh berkah.
Baju Sadaria adalah salah satu jenis pakaian adat bagi kaum pria di Betawi. Baju ini kadang juga disebut baju koko atau baju tikim. Baju Sadaria ini biasa dipasangkan dengan celana batik, kain pelekat, dan peci. Pakaian ini bisa digunakan sehari-hari atau bisa juga digunakan untuk acara-acara adat.
Baju Sadaria memiliki filosofi yang terkait dengan karakter dan sifat terpuji pada seorang laki-laki. Melambangkan identitas laki-laki yang rendah hati, sopan, dinamis, serta berwibawa. Kalau tadi pakaian adat betawi untuk laki-laki, nah sekarang pakaian adat betawi untuk kaum perempuan atau yang biasa disebut dengan kebaya kerancang.
Kebaya kerancang biasanya digunakan untuk acara resmi atau sebagai pakaian berpergian. Kebaya ini biasa dipadukan dengan kain sarung batik betawi. Ada pun filosofi dibalik kebaya kerancang, yaitu keindahan, kecantikan, kedewasaan, keceriaan dan pergaulan yang luwes dan arif, serta taat dalam tentunan leluhur. Hmm, kalau makanan yang satu ini pasti semua sudah bisa menebak.
Ya, kerak telur. Kuliner satu ini terbuat dari beras ketan putih, telur ayam atau bebek yang dipadukan dengan kelapa parut yang disangrai, kemudian diberi bumbu penyedap, garam, merica, dan terakhir bawang goreng. Kerak telur memiliki filosofi sisi kehidupan manusia yang mengalami perubahan lingkungan secara alamiah.
Selain itu, kuliner ini juga melambangkan pergaulan yang harmonis di masyarakat. Ada makanan, pastinya ada minuman ya, anak Jakarta. Minuman yang sekaligus menjadi ikon terakhir budaya Betawi adalah bir peletop.
Minuman berwarna merah yang biasa disajikan panas maupun dingin memiliki cita rasa manis, pedas, serta beraroma wangi. Sumber cita rasa tersebut diperoleh dari air dan gula pasir yang dipadukan dengan aneka rempah seperti jahe, serai, cengkeh, kayu secang, biji palak, lada bulat, cabai jawa, daun jeruk purut, daun pandan, kapulaga, dan garam. Bir peletok ini diakini masyarakat Betawi dapat menyehatkan tubuh bila rutin dikonsumsi.
Minuman unik ini dimaknai sebagai penopang hidup yang sehat secara lahir dan batin. Selain itu, meminum bir peletok juga dipercaya sebagai upaya mengapresiasi dan mengisi hidup agar selalu bersemangat untuk bertumbuh dan mematangkan diri. Nah, itu tadi anak Jakarta, 8 ikon budaya Betawi yang harus anak Jakarta ketahui.
Meski kini teknologi terus berkembang, namun kebudayaan Batawi tidak boleh punah dan harus terus dilestarikan sampai anak cucu nanti.