Transcript for:
Kajian Sharaf Sholat Berjamaah di Ramadan

Intro Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirrahmanirrahim wa bihinasta'inu ala muridunya wa din wa salatu wa salamu ala asrafil anbiya wal mursalin sayyidina wa mulana muhammadin wa ala ali wa sahbihi ajma'in amma ba'du Puji dan syukur marilah kita penjatkan khariat Allah SWT yang mana Allah SWT masih memberi kita kemudahan dan keistikoman sehingga kita semua dapat berkumpul di tempat yang mulia ini Semoga dengan berkumpulnya kita di tempat yang mulia ini menjadikan mukaddimah berkumpulnya kita di surga Bersama baginda Nabi Muhammad SAW Salamat dan salam semoga tetap tercurah Limpahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW Kepada para keluarganya, para sahabatnya, para tabi'un dan tabiatnya Dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya Semoga kita semua mendapatkan syafatnya di awal akhir nanti Amin, amin ya Rabbal Alamin Yang kita muliakan selalu dan yang kita cintai bersama Dan semoga Allah beri segala limpahan kebaikan Kepada guru kita semua, Buya Yahya beserta keluarga Semoga Allah panjangkan umur beliau dalam ketaatan serta sehat walafiat Dan semoga Allah permudah segala urusan beliau, baik urusan dunia maupun urusan akhiratnya Terutama urusan dakwahnya pun dipermudah oleh Allah SWT Amin, amin, ya Rabbil Alamin Serta yang kami muliakan selalu, para hadirin, para hadirat, para pemirsa, para pendengar, dimanapun anda berada Semoga selalu istiqomah mendengar dan menyimak kajian-kajian ilmu yang akan disampaikan oleh guru kita semua, Buya Yahya. Baik dalam agenda majlis spesial bulan Ramadan yang mulia ini, rutin setiap siang kita terbiasa mengikuti kazian Zawihaduha yang insyaAllah pada kesempatan kali ini akan mengkaji kitab Sapinatunajah bersama guru kita semua, Buya Yahya. Maka dari itu mari kita persiapkan hati dan pikiran kita agar kita semuanya mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Amin amin ya Rabbal Alamin. Baik langsung saja kami ucapkan selamat menyaksikan dan selamat mendengarkan kajian kitab Sapinatu Najah bersama guru kita semua Buya Yahya. Kepada beliau dengan segala hormat kami persilahkan. Saluh ala Nabi Muhammad. Saluh ala Nabi Muhammad.

Udhkuru salat ala Nabi Muhammad. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah Wassalatu Allahi wassalamu ala rasulillah Habibina sayyidina Muhammad ibn abdullah wa ala alihi wa sahbihi Allahumma ya rabbana inna nas'aluka ilman nafia alimna ya rabbana Belajar kita dengan kitab Sefinatun Najah Garangan Syekh Salim bin Sumir Yang biasanya kita hadirkan di Halakoh Fajar Kita keser di Zawiyah Dhuha Karena belajar akidah kita sudah selesai pada pertemuan kemarin yang lalu Sehingga zawiyahu duha yang semula adalah akidah, kita ganti dengan fikih. bab sholat berjamaah kita sudah masuk sholat berjamaah ini penting sekali nanti akan kita tambahkan dari catatan-catatan yang sudah jadi ini nanti bisa disempurnakan untuk jadi pedoman bagi siapapun yang akan jadi imam Fikih praktis dalam sholat berjamaah Gak jaminan orang baca kitab fikih Lalu bisa bener dalam berjamaahnya Karena ini babnya praktek Urusan praktek Sehingga kita simpulkan ringkas Agar jadi pedoman, poin-poin terpenting Sekaligus kami hadirkan, apa sih yang sering dilupakan Oleh imam-imam Hal-hal yang seharusnya Tidak ditinggalkan Faslun fasal, Qawla al-Musaddaf rahimahullah ta'ala nafa'anallahu bihi wa bi'u'ulumihi fidharini amin ila anqal alladhi yalzamu fihi niyatul imamati arba'un yang diwajibkan di dalamnya untuk niat Imam ada empat Jadi segini ada gambaran dulu biar terasa Kalau ada orang jadi imam di masjid ini Bahkan di masjid ilharam Dia tidak pakai niat imamah Niatnya sendiri Tidak pakai Imaman, tidak niat jadi imam Orang imam di masjidil haram Yang ribuan pengikutnya Atau imam disini Tidak pernah pakai niat imaman Solatnya dia sah Dan solatnya makmum juga sah Makmum yang tidak tahu dapat pahala utuh Tapi imamnya kasihan tidak dapat pahala Tapi sah Karena mengatakan imaman, niat imaman bagi orang yang sholat di masjid seperti ini, hukumnya adalah untuk mendapatkan keutamaan jamaah, bukan demi keabsahan sholat. Tapi ada beberapa sholat yang imam wajib niat jadi imam.

Kalau dia tidak niat jadi imam, tidak sah sholatnya dan tidak sah sholat pengikutnya. Yang pertama adalah Al-Jum'at. Sebab syarat sahnya sholat jumat adalah berjamaah, gak ada sholat jumat sendiri-sendiri. Baik, sholat jumat harus berjamaah. Kalau ada orang imam jumat, kemudian gak pakai niat kalau dia berjamaah, berarti dia niat sholat sendiri.

Mana sah? Tidak sah dia? Kalau dia diem-diem bohong, gak ngomong, ya makmumnya sah karena gak ngerti. Tapi dia sendiri adalah tidak sah.

Karena apa? Dia sholat jumat, karena dua rokaat. Sholat jumat, sholat jumat, tapi gak pakai niat imamah.

Tidak niat jadi imam, maka tidak sah sholatnya. Sholat jumat. Yang gak sah sholatnya siapa?

Sholatnya dia. Terlebih dahulu. Baru nanti bagi makmum yang tahu tentunya, kalau dianya khianat gak ngasih tahu ya Allah memaafkan Tapi kalau makmumnya tahu, bahkan sudah ngomong, Ana mau jadi imam tapi gak pakai niat jamaah ya, wah jangan ikut Baik, kedua ini sholat berjamaah ya, sholat jumat, tidak ada sholat jumat tanpa berjamaah Sehingga yang jadi imam pun harus niat berjamaah, makmumnya pun juga niat bermakmum tentunya.

Solat sendiri enggak sah, karena jum'ah harus jamaah. Yang kedua, solat mengulang. Ini babnya khusus, bab solat mu'adah.

Ini adalah solat yang sering dilupakan, khususnya dalam matab imam syafi'i dikukuhkan. Bahkan biarpun Masyarakat Hanafi dan Maliki secara umum mengatakan Tidak ada sholat mu'adah, tapi para fukohanya, ulamanya juga banyak yang mengambil sholat mu'adah. Sholat mu'adah adalah mengulang sholat dengan berjamaah. Kuidahnya sederhana, semua ada dua kuidah.

koidah ini dulu ya, koidah sholat mu'adah ini semua sholat yang disunnahkan berjamaah itu sunnah untuk diulang semua sholat yang disunnahkan berjamaah itu boleh bahkan sunnah untuk diulang ini koidah untuk ada koidah umum tadi ketinggalan koidah masalah bab ini babnya yang harus pakai niat imamah ya koidah umum semua sholat yang tidak sah dilakukan sendiri, maka harus niat berjamaah, niat imamah yang isi yang empat tadi itu Semua sholat yang gak sah dilakukan sendiri maka wajib niatul imamah Wajib niat imamah Ini koidah yang pertama sebetulnya Cuma tadi dia sebutkan Itu koidahnya gitu Sholat jumat gak sah dilakukan sendiri maka wajib niat imamah Mengulang sholat tidak boleh kecuali berjamaah Maka harus niat soal ma'adah, ini banyak sebab diantaranya untuk menolong orang lain, sunnah kan disunnahkan menolong orang lain contoh, ini dalam hadis nabi diribatkan ada satu orang datang ke masjid, ada dua riwayat Yang pertama riwayatnya, ada satu orang datang ke masjidnya Rasulullah. Mungkin ada di antara kita seperti itu. Tak taunya sampai di masjid sudah selesai berjamaah.

Toles sana, toles sini, gak ada teman. Nabi yang melihat langsung. Makanya imam itu biar melihat itu sunnahnya ini lah. Termasuk sunnahnya jadi imam itu adalah...

Setelah Assalamualaikum, hendaknya dia menghadap ke jamaah. Atau begini, meletakkan jamaah di kanannya, keblat di kirinya. Itu sunnah, khususnya anak-anak buya ini.

Kalau mau jadi imam, belajarlah. Ilmu jadi imam, hafalan Quran belum cukup. Itu ilmu menghafal Quran beda. Kenapa belajar jadi imam dari jamaah 10 menit aja gak mau? agar benar bagaimana jadi imam ada ilmu menjadi imam belajar sementara sekarang jadi qaidah yang punya hafalan quran jadi imam, kan begitu belum mengerti ilmu bagaimana jadi imam tinggal di cas 30 menit duduk belajar jadi imam faqih seorang imam harus ayyakuna faqihah Seorang imam harus fakih di dalam bab jadi imam Tukang adan harus fakih di dalam bab adan Biarpun yang lainnya adalah super tidak tau Super bah dulu Tapi karena dia jadi imam harus ngerti imam Selok bulunya tentang jadi imam Tidak hanya sekedar suaranya bagus langsung jadi imam Gak begitu Pembekalan Nah mu'adah sholat yang mengulang itu tadi sunnah Kalau idah tadi semua sholat yang disunnahkan berjamaah sunnah diulang Sholat duhur disunnahkan berjamaah Maka nanti disunnahkan mengulang Tapi mengulangnya tidak dengan jamaah yang sama Itu gak diperkenankan Habis sholat, sholat lagi, nyeksa umat itu nanti Wah, ngamalkan salah, salah ngacinya Wah, ini sunnah Habis sholat duhur, duhur lagi, sunnah Sholat mu'adah, sunnah Bukan begitu Nanti diceritakan ada Orang datang di majlisnya Nabi di masjid Rasulullah Sudah selesai sholat berjamaah Nabi melihat kasihan orang tersebut Ar-Raufur Rahim merasa kasihan Lalu berkata, man saya tasoddak bihadar rajulifal yusallimah Siapa yang pengen sedekah dengan orang ini, solatlah dengan dia Nabi nawarkan dari jamaah yang sudah solat, karena hukumnya sunnah, gak mau maksa Nabi Siapa yang mau, berdirilah ada orang nemeni Maka ini dianjurkan para santri harus punya budaya baik semacam ini Kalau melihat kawannya belum sholat berjamah, saya temani, bergegas, berlomba.

Hadis yang serupa maknanya, kisah tentang dua orang datang ke masjid Nabi Muhammad pas Nabi lagi sholat. Masjid zaman Nabi belum berburu tembok seperti itu, masih kelihatan begitu. Rupanya dia duduk nongkrong di pinggir masjid begitu, tidak ikut sholat. Salah Nabi SAW melihat mereka berdua tidak sholat Nabi bertanya, kenapa kamu tidak sholat berjamaah dengan kami?

Mereka menjawab polos dengan ilmunya Qad sholayna fi rihalina ya Rasulullah Kami sudah sholat di rumah ya Rasulullah Nabi menjawab, kalau seandainya kamu ikut sholat dengan kami tadi Maka akan jadi amalan sunnah untukmu Nah inilah yang jadi sandaran madhab kita Imam Syafi Bahwa saya mengulang sholat dengan berjamaah Guna untuk menolong Yang pertama Orang yang belum berjamaah Yang kedua Kalau kita menemukan jamaah Sholat yang pertama tidak berjamaah Tentunya kita ketemu dengan orang yang sholat berjamaah Maka kita sudah sholat Sendiri Maka masuk lagi sholat berjamaah Atau Kita sudah berjamaah, menemukan jamaah yang lebih besar lagi Tapi jamaah yang kedua beda dengan jamaah yang pertama Jadi menemukan jamaah lagi, itu sunnah Dan mungkin kebayang kita melihat disini Mungkin ada sebagian anak yang membantu sholat fardu lima waktu Pertanyaannya adalah, pernahkah? Solat Rawah Sunnah atau tidak dengan berjamaah? Sunnah berjamaah Pernah ngelihat gak orang mengulang solat Rawah berjamaah? Kayaknya belum disini Di Yaman Buya setiap malam ngelihat Habib Salim Syatiri mengulang solat Rawah berjamaah Sudah sepuh, sakit Solat di Masjid Puftim 20 Rakaat ke masjid ba'alawi 20 rokaat ke masjid muhudar 20 rokaat kok nekmat bener sholat bagi orang kayak begitu kita yang mahasiswa itu sholatnya pun milih yang kita alasannya sibuk belajar, beliau juga sibuk ngajar hanya sebagian dari kita lah kalau pas hari libur ngikut kita kalau gak libur kita belajar kalau pas hari libur malam malam jumat kita langsung ngikut dari masjid ba'alawi Nyekatnya di Masjid Ba'alawi, Masjid Muhtar, nanti Masjid Al-Idrus Ada orang-orang seperti itu, wah hebat Ini terawih aja mau dipangkas, kalau bisa 10 menit, ini kan heboh Dikurangi lagi dari 20, aduh bagaimana ini, pangkat kita dimana itu Muadah, bedah, bolehlah sekali-kali nanti ya santri terawih awal waktu di belakang nanti jam 12 malam ada terawih lagi malam malam subah khurmatan berarti berapa?

40 rokaat 20 dan 20 sampai berapa kali boleh diulang? yang dikukuhkan, yang dikukuhkan ngulang sekali cuman ulama-ulama yang lain dari matab saya mengatakan sampai tidak batas yang penting jangan keluar dari waktu Solat Mu'adah Suami menemani istri Istrinya belum solat berjamaah Istrinya diajak solat dulu di rumah baru pergi ke masjid Idealnya begitu Solat dulu di rumah Sambil jaga anak-anak kan Solat dulu yuk Habis solat pergi ke masjid Solat lagi berjamaah Hebat itu Atau setelah sholat di masjid, kemudian pulang, nemukan istri yang belum sholat, ditemani lagi sholat berjamaah. Yang kedua ini mungkin lebih mudah. Yang pertama susah. Kenapa?

Kalau sudah merasa sholat, nanti nggak akan pergi ke masjid. Sudah sholat. Langsung berhenti.

Sudah sholat, nggak ke masjid lagi. Cuma kalau yang kedua ini masuk dalam wilayah khilaf. sebab diupayakan yang mengulang itu jadi imam yang mengulang jadi makmum yang mengulang jadi makmum bukan jadi imam, diupayakan jadi kalau normal buya sudah sholat berjamaah kemudian anda salah satu santri belum sholat buya nemeni, maka sebaiknya santrinya jadi imam Tapi kalau buliah dengan ummi, masa ummi jadi imam? Tidak. Secara fikir kenapa kok begitu dihimbunya, hendaknya yang belum mengulang jadi imam?

Di dalam sholat fardu ya, dalam sholat sunnah itu aman. Sebab begini dalam sholat fardu, dalam berjamaah itu, yang mengulang itu, Jadi sholat apa? Dalam sholat mu'adah itu.

Bagi yang mengulang itu, mana yang fardu? Kan dua-duanya fardu. Tapi dihukumi sunnah.

Salah satunya dihukumi sunnah. Mana yang dihukumi sunnah? Yang pertama atau yang kedua?

Yang kedua. Kebanyakan mengatakan sunnah. Sebagian mengatakan bebas yang dikatakan sunnah.

Boleh pertama dan kedua. Kalau dikatakan bahasanya... Solat yang kedua dikatakan sunnah, berarti kalau buya yang ngulangkan sunnah, kemudian buya kok jadi imam, jika makmum meyakini apa yang saya lakukan adalah sunnah, tidak mendapatkan pahala berjamaah. Tapi kalau bagi yang mengatakan bahwa, solat mu'adah, solat mengulang itu bebas milih, yang dijadikan fajib yang mana suka-sukaan. Sungguh milih ya, kalau kita pastikan yang kita jadikan sunnah adalah tadi, sekarang adalah wajib, maka kita boleh maju jadi imam, khususnya dengan istri, diulang nanti nih fahami, baik.

Jadi saya jadikan yang sunnah sholat yang pertama, pulang menemani istri, berarti yang wajib adalah sholat saya yang kedua, maka saya jadi imam, aman. Boleh gak? Artinya setelah itu makanya jarang kita bahas, gak usah mikir masalah itu deh. Yang penting bantu orang lain untuk sholat berjamaah, selesai insyaallah.

Ini yang sering ditinggalkan hal-hal kayak begini. Padahal dalam madhab syafi'i diulang-ulang dalam setiap kitab fikih, diulang-ulang dalam bacaannya, tapi bukan diulang-ulang diamalkannya. Kenapa? Menurut kita tidak, tidak sah.

Biarpun menurut dia adalah sah. Ini pendapat yang pertama yang dikukuhkan. Tapi ini berat. Bahasa fikihnya adalah Al-ibrutu bi'tikodil ma'mumi La bi'tikodil imami Ini yang roceh, yang dikukuhkan Yang dianggap adalah anggapan ma'mum Kalau ma'mum menganggap sholatnya imam sah Ma'mum, boleh ngikut Madhab Hanafi yang berpegangan tangan Menurut Madaf Syafi'i pegangan tangan batal atau tidak?

Batal. Karena kita Madaf Syafi'i menganggap bersentuhan sangat batal. Maka kita tidak boleh mengikuti dia. Termasuk ini ilmu.

Biar kesiwawasan gambaran yang pertama nanti kebelakangnya sama kasusnya. Contohnya membaca bismillah. Bismillahirrahmanirrahim dalam atas syafi'i adalah Bismillah, ayat minal ayati fi suratil fatihati ayat di dalam surat al-fatiha, Bismillah ayatun minha, ayat dari surat al-fatiha lah kalau orang baca fatihanya kurang satu surat, sah atau tidak? tidak sah, yakin?

enggak, jangan ragu masa ini belajar fatihah kurang satu huruf saja tidak sah kok ayat yang kurang satu ayat sah atau tidak? tidak sah makanya menurut madhab syafi'i yang tidak membaca bismillah sah atau tidak? tidak terlepas dari madhab yang lain madhab babu khanifah atau madhab malik atau madhab malik samami sebagian madhab rata-rata mengatakan iya Hanya wajib dijelaskan atau dipelankan gitu saja. Kalau matab syafi'i adalah termasuk dari surat al-fatihah.

Baik kemudian, kita bermakmum dengan orang yang yakin gak baca al-fatihah. Allahu Akbar, Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Al-Rahman Al-Rahim. Bismillah hanya ketinggalan tidak sah Maka kita tidak boleh bermakmum Pendapat yang pertama Yang dikukuhkan Al-Ibrah bi'itikotil ma'mumi Tapi Alhamdulillah Ada pendapat yang kedua Al-Ibrah bi'itikotil ma'mumi Al-Ibrah bi'itikotil ma'mumi Nah ini contohnya seperti itu Semua syarat Semua syarat Yang tidak terpenuhi syaratnya Karena uzur, sholatnya sah dan wajib diulang, kecuali masalah menutup aurat.

Yarpun belajarnya Safinah, tapi bisa ngalahin yang belajar gede nanti. Yang belajar gede gak belajar dulu, sini bengong nanti. Safinah, katanya kitabnya. Makanya, kalau memang tadi seperti itu, najis.

Berarti syaratnya tidak terpenuhi, namanya menutup apa? badannya tidak suci, ya enggak? bajunya tidak suci baik dia sholatnya sah atau tidak tapi wajib, ini contohnya boleh enggak kamu yang sempurna imam dengan dia?

ini tidak boleh jadi faham dulu karena apa dia sholatnya harus ngulang? maka kita tidak boleh bermakmum dengan orang yang sholatnya harus diulang Contohnya bukan saja urusan apa tadi? Terkena najis, mungkin tayammum. Ada tayammum yang tidak harus diulangkan?

Ada tayammum yang wajib di? Eik, pertanyaan. Kapan sholat dengan tayammum harus diulang?

Fugudan hisi satu. Di tempat yang biasanya ada air. Kalau sholatnya karena seperti itu, yang gak paham balik lagi bab tayammum nanti. Saya gak akan ngulang disini habis waktunya nanti.

Karena sholatnya harus di-o? Boleh gak kita bermakmum dengan dia? Gak boleh, karena kita sempurna. Tapi kalau sama-sama kayak dia, ENT satu rombongan, sama ya boleh kalau sama-sama.

Tapi kita sempurna bermakmum dengan yang tidak sempurna, gak boh? Boleh. Tapi orang sakit bertayammum, wajib diulang tidak?

Tidak. Boleh kita bermakmum dengan dia? Boleh. Faham dulu.

Kalau faham enak. Jelas ya? Mudah.

Pokoknya ngaji itu kecil-kecil, makanya disini gak usah gede-gede kitabnya. Kecil-kecil sudah. Gak apa-apa, kitab yang paling terkecil sudah. Gak usah ngomong gede-gede.

Biarpun kamu sudah belajar kitab apa? Safina. Ustadz Safina. Kemana-mana Ustadz?

Safina. Tapi faham. Ustadz Minhaj.

Faham? Tidak faham. Selesai? Jelas ya?

Jadi tidak boleh seorang makmum meyakini kalau imamnya sholatnya harus ngulang. Kalau sholatnya harus ngulang berarti boleh gak kita ngikut? Tidak boleh. Selesai. Walaiyakuna makmuman.

Bermakmum dengan makmun gak boleh. Bermakmum dengan makmum gak boleh Oh dia jadi makmum, kita makmum dengan makmum Harus yakin dia imam Ada dua orang salat dua orang ini anggap saja kakak adik cuman kalau kalau orang ngerti fikir ya jelas dong Jadi gak kebayang, cuman yang dicontohkan itu kadang masih subahat, contohnya begini, ada dua orang jadi gak jauh, mungkin anak perempuan, adik perempuannya lima di belakangnya Saudaranya laki-laki dua, sholat di depan, agak remeng-remeng, ya kan? Cuman jajar, kan sholatnya kan jajar, kalau jadi makmum dengan imam kan jajar, barisannya satu baris kan?

Cuman imamnya maju sedikit, karena remeng-remeng gak kelihatan Mana yang jadi imam? Mana yang jadi? makmum, ini anggap saja ini makmunya gak ngerti cara berjamaah, kalau ngerti cara berjamaah pasti tau kalau kiri sama kanan, yang imam yang mana?

yang kiri, pasti, karena kamu sudah ngerti mulanya anggap saja ini masih bahdul belakang, mana yang makmum, mana yang imam kalau kalian sudah ngerti, pasti yang kanan adalah mak, yang kiri adalah i anggap saja ini masih super bahdul, bingung, gak boleh, harus pasti, mana imamnya Mana imamnya? Atau rumah di kota kan lipat-lipat begini, belok, pondok begini, takutnya apa? Ada di gang pekecil itu, ada satu orang yang bisa melihat ke shop yang ke depan.

Tapi hanya sepit begini, untuk masuk satu orang. Sebab agar sah berjamaah, agar sambung nanti. Ini makmum melihat barisan sebelumnya kan?

Barisan memang melihat barisan, biarpun sampai Bandung sana. pokoknya saling melihat terus nah ini karena tempatnya sempit hanya satu orang satu orang pas di pintu kecil kita di belakang murid makmum tapi kita tidak yakin ini kayak makmum karena Allah SWT dia ruku tapi modelnya karena sendirian di belakangnya sendirian tempatnya semedian penyambung saja dia di belakangnya ada barisan satu sob modelnya kayak imam kan dia karena dia sendiri penyambung nih penyambung karena jam cempit tapi kelihatannya kayak imam tapi waktu ada suara Allah dia rukuh nah kalau kita tidak yakin ini bukan imam gak boleh kita bermakmum dengan dia tapi harus yakin ini adalah jadi imam kita meyakini dia yang kita pilih jadi imam dan dia benar Maksudnya tidak ada ragu, bukan makmum, bukan makmum. Jadi dia bukan makmum.

Kalau dia lagi jadi makmum, gak boleh kita bermakmum dengan makmum. Tidak boleh kita bermakmum dengan makmum. Tapi kalau kita bermakmum dengan orang yang gak mau jamaah tetap sah.

Imam di Masjidil Haram gak mau niat berjamaah imamnya. Kita di belakang sholat sah, sholat kita. Tapi yang gak boleh kita bermakmum dengan?

makmum ini yang gak boleh wala ummiya ini perbahasan yang gue bahas tadi ummi di dalam bab sobin Beda dengan ummi dalam urusan baca-membaca Kalau urusan ummi dalam bab baca-membaca adalah buta huruf artinya Ummi dalam bab membaca, baca-membaca buta huruf Yang gak ngerti huruf alibata Itu ummi dalam masalah baca-membaca Tapi kalau sudah kalimat ummi, lafadnya sama Itu adalah orang yang tidak benar di dalam membaca fatihah Jadi setiap istilah itu dilihat di bab apa itu Istilah syat misalnya syal Itu beda-beda Di dalam urusan fikih, pendapat Dalam urusan hadis, hadisnya ini Dalam urusan bahasa yang tidak dijadikan kuat indah Ada syat itu Sama-sama lafat tapi beda Ini babnya apa Kalau bab sholat, yang namanya ummi adalah orang yang tidak bisa benar dalam baca fatehah. Hak jadi kaf. Biarpun dia bisa baca kitab, wah bacanya hebat.

Tapi setiap ngomong hak menjadi kaf. Hak menjadi kaf. Berarti dia ummi. melepotan bacaan fatihahnya nah, bahkan bagaimana kalau kita bermakmum dengan orang yang bacaan fatihahnya ada yang gak bener bukan disengaja yalah kalau sengaja menyalah-nyalahkan bacaan Al-Quran hukumnya dosa tapi bagi orang yang belum bisa lalu salah tidak dosa Orang baru belajar baca Al-Quran itu gak bisa membedakan antara sin, sod, shin, ya sin semuanya Insyaallah, insyaallah, sin semuanya Yang punya shin, shin semuanya Fisha bilillah, wah serem banget Jadi shin semuanya, kan anda ngerti baik, ummi dalam bab sholat lawannya qariq, qariq yang benar bacaan fatihahnya kalau bacaan fatihahnya benar namanya qariq, maka qoidahnya qariq tidak boleh bermakmum dengan ummi jadi ini mu'alif khusnudon sama kita ini, dipikir bacaan kita sudah benar, makanya Allah yakwala ummiyan imamnya tidak boleh ummi berarti dibayangkan kalau kita makmunya sudah hebat bacaannya, tapi kalau ummi plus ummi boleh sama-sama belepotan boleh, satu madhab satu belepotan dengan belepotan oke, tapi yang bacaannya fatihahnya bener Bermakmum dengan yang bacaan fatihahnya gak bener gak sah Menurut pendapat yang dikokokan kembali kepada khilaf yang dia sebutkan Koidahnya nih, matahab yang dikokokan Al-ibroh biktikodil ma'mum Kalau menurut ma'mum bacaannya Sebab gini, kalau merusak fatihah, sah gak? Sah, bagi orang yang bisa baca fatihah Tapi kalau orang bisa begitu?

Sah saja, bacaan fatihahnya gak bener memang bisa begitu Berarti kalau Kalian seorang hafidh, bacaan Qur'annya benar bagus, menemukan seorang imam yang bacaan fatihahnya enggak benar, ha jadi kaf, kemudian sin jadi shin, macam-macam berubah semuanya, tapi memang dia bisanya begitu. Menurut dia, sah enggak sholatnya? Sah, karena memang bisanya seperti itu. Tapi menurut kalian yang hafal Qur'an, menurut fikih yang tadi kita bahas, dia anda kalian kori yang bisa baca benar dia adalah om gak boleh bermakmum dengan di karena asalkan menurut makmum dia tidak sah berarti kita gak boleh ngikut di dia kan sama kasusnya yang pertama tapi kalau pendapat yang kedua sama dengan kasus gak baca bismillah tadi Jadi tolonglah jangan terlalu kenceng-kenceng pegang yang begini gara-gara hafidhul quran sombong bener Salah sedikit saja, gak boleh saya bermaklum dengan dia Padahal salahnya bukan salah yang menjadikan dia ummi Hanya kurang faseh saja deh, kurang jelas ininya lah, ini ada.

Makanya jadi hafidh kalau gak belajar ilmu ini jadi merendahkan orang. Ada suatu ketika kita melihat seorang perempuan hafal Quran, selamanya gak mau berjamaah. Menganggap dia paling bagus semuanya, sendiri terus.

Innalillah, dinasihati gak bisa. Karena hanya sibuk ngafalin Quran, gak mau ngaji. Stres dia, sehingga gak dapatkan fadilah jamaah.

Kenapa? Gara-gara gak jadi. Kalau gak jadi imam, gak mau sholat. Menganggap yang lain salah. Salah membaca ini Umi itu membaca yang mukhil yang merusak makna Tapi kalau memang bacaannya tidak merusak Hanya sah Kalau puja itu standar sah saja Tidak sampai enak-enak Makanya jangan suruh jadi imam nanti Tidak benar ya Standar sah deh Sudah sah cukup kita boleh ngikut Biarpun pendapat yang pertama Biarpun makmum lebih bagus bacaannya sah Yang penting bacaannya tidak rusak Bahkan kalaupun seandainya bacaannya rusak kalau orang ngerti fikir tadi Bacaannya rusak fatihahnya Karena memang dia bisanya begitu Dia sah enggak menurut dia sendiri?

Sah karena bisanya begitu Pendapat yang kedua bagaimana? Al-Ibrahimi itikadil imam Imam sah maka kita boleh ngikuti Karena dia sah Sehingga jangan kaku-kaku Hei anakku yang hafal Quran Jangan kira-kira hafal Quran kamu salah faham fikir Akhirnya setiap sholat berjamah Ngelihat sedikit salah saja langsung Bukan tampak pintermu, tampak bahlulmu nanti tambahan ya, maksudnya apa? Wawasan itu penting, tapi tetaplah kalau orang merasa bacanya enggak benar jangan maksa jadi imam Gara-gara bangun masjid saja kok harus jadi imam terusnya, kiai maksa, kiai maksa kendiri, bacanya belepotan Pernah suatu ketiga, saya sholat jumat di sebuah tempat, saya enggak dengar dia ngomong apa, padahal saya di depan Sampai saya pikir-pikir apa kuping saya yang rusak Habis sholat itu Masya Allah Bajak fatihahnya gak karu-karuan Ini kita sebelum ke Yaman dulu, sebelum berangkat Bajak ini, akhirnya kita tanya Ini siapa? Apa gak ada ustad lain lagi?

Semuanya ini yang bangun masjid Gak ada yang boleh gantikan Dia jadi imam Dia bangun masjid pengen jadi kiai rupanya Bu ajaknya enggak karu-karuan, enggak tahu huruf sotsi enggak jelas, enggak ajaknya, fatehnya enggak jelas sama sekali. Salah kan enggak bisa dicontohkan kan dalam Al-Quran. Masa boleh dicontohkan?

Nah ini ada model begitu, maksudnya itu begini. Kalau kalian orang yang hafal Al-Quran, coba sedikit wawasan. Jangan sampai gara-gara yang imamnya enggak pakai bismillah langsung bubar.

Nah ini kan sudah punya wawasan tadi. Atau imamnya adalah ummi, bacaan fatihahnya belepotan, jangan langsung, karena saya hafal Quran, saya korik Pangkas kesombongan, dengan ilmu tadi, saya sedang ngikuti Cuma, kalau dirimu itu yang belepotan, jangan maksain jadi imam deh Kalau selama ini kamu biasa gak pakai bismillah, ya jangan jadi imam deh Memang dirimu mungkin pindah dari sini, kalian pergi kuyakirim ke Turki Rupanya kamu tertarik dengan orang Turki, langsungnya menikah dengan orang Turki, maksudnya pengen jadi keluarga Turki. Belajar fikir Hanafi.

Ya, kamu pakai di Turki saja. Di sini jangan sampai jadi imam kamu, kalau nggak mau pakai bismillah. Bukan karena tidak pakai bismillah, lalu sesat terjurubos. Enggak. Jaga umat yang di sini.

Pulang dia kirim ke Turki, pulang langsung. Alhamdulillah ini. Wah ini, tak rotan balik lagi Mondo.

Nanti nggak boleh balik ke Turki, jauh dari istrimu nanti. Maksudnya bijak itu loh ya Kalau kita di lingkungan orang yang pakai Bismillah Ya jangan meninggalkan Bismillah Ini bukan masalah dosa Karena masalah khilaf diantara ulama Bijak itu penting Kemudian hal lain lagi Coba kalau kita timbang-timbang Kalau orang tidak membaca Bismillah Ada tidak ulama yang mengatakan sholatnya tidak sah? Tidak membaca bismillah, ada enggak yang mengatakan tidak sah? Ada, matahab siapa? Syafi'i Pertanyaan lagi, kalau enggak pakai bismillah Eh, kalau pakai bismillah Apakah ada matahab yang mengatakan tidak sah?

Tidak ada Biarpun matahab Hanafi, Hanbali, Maliki, kalau pakai bismillah tetap sah Hongti Indonesia kok Maksalus sudah ngerti, berarti menunjukkan kalau kurang bekal. Biarpun dirimu maliki kalau seandainya menjaga umat syafi'i, lalu baca bismillah, nggak disalahkan terang-terangan bismillahnya. Madhab yang lain pakai bismillah tetap sah.

Apalagi jaga umat. Makanya kita heran, dia maliki juga bukan Hanafi, bukan Hamali, bukan. Gara-gara umrah, bismillahnya ketinggalan di Mekah. aneh, ini masalah fikir ini buya biasa ketemu dengan orang yang tidak pakai bismillah, karena guru buya ada yang hanafi ada yang maliki, itu biasa hanya diantara mereka yang tidak membaca bismillah, bukan terang-terangan tapi tetap pelan-pelan baca, ada inilah hikmah ilmu jadi tidak cukup kita punya ilmu tapi harus ada hikmah di dalam mengamalkan ilmu, sampai mana tadi? sudah sampai disini dulu, waktu Semoga Allah memberikan kepada kita ilmu yang manfaat Memberikan kepada kita hikmah Menjauhkan dari fitnah Menjauhkan kita dari ahli fitnah Dan Allah tidak menjadikan kita ahli fitnah Mengampuni dosa kita semuanya Orang tua kita, guru-guru kita Panjang umur, sehat, afiat Khusnul khatimah, al-fatiha Bila Taufiq wal Hidayah, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Baik para hadirin, para hadirat, para pemirsa, juga para pendengar dimanapun anda berada. Demikianlah kajian dan zawiyah doa kita pada kesempatan kali ini. Dan kami sebagai pembawa acara, mohon maaf dan mohon da'at selalu.

Dan mari kita tutup dengan doa kepada tuan majelis. Subhanakullahumma bihamdika. Ashadu an la ilaha ilan ta'as sagur qaw'atuhu buliq.

Wal'afu minkum. Sama-sama alaikum warahmatullahi wabarakatuh.