Transcript for:
Strategi Pendidikan Berbasis Cinta

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya. Salam, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, salam kebajikan. Alhamdulillah, syukurlah, wa sallatu wasallamu ala rasulillah. Sayyidina, Habibina, Syafi'ina, Mawlana Muhammadin, sallallahu alaihi wa sallam. Ma'abat. Tentu yang sama-sama kita hormati, kita muliakan di sini. Para pimpinan LPDP yang telah berhasil mengangkat nama LPDP sebagai salah satu institusi yang paling disegani di Indonesia. Karena bisa menggeser sejumlah pemberi beasiswa yang pernah ada dan... LPDP memang pantas untuk dikenang karena telah menciptakan beberapa terbosan-terbosan yang oleh lembaga pemberi beasiswa yang terdahulu tidak sekomprehensif yang dilakukan oleh LPDP ini. Bukan saja jumlahnya lebih besar, tapi target dan controllingnya juga sangat. well management jadi sangat terukur semuanya dan kita bersyukur pada hari ini bisa berjumpa insyaallah setiap sebelum keluar saya ajak Pak Ending disini ada Pak Dwi dan para direktur yang lain teman-teman para pengurus RPDP ini penting sebab orang bisa saja mencapai tingkat pendidikan akademik tertinggi, PhD. Tetapi kalau tidak melalui lembaga beasiswa, itu tidak ada atau kurang seninya. Saya tadi baru saja MOU dengan Kedutaan Amerika untuk Fulbright, karena saya Fulbrighter. Dulu saya ketemu Direktur LPDP-nya di State Department di Washington tahun lalu, dan setelah mereka menyaksikan saya presentasi di State Department di Washington, langsung... Pokoknya kalau rekomendasinya Pak Nasruddin, kami akan berikan prioritas untuk studi di Amerika. Nah, alhamdulillah semua yang saya rekomendasikan, enggak ada satupun yang tertolak. Tapi saya juga selektif untuk memberi rekomendasi. Amerika itu sangat percaya terhadap sebuah rekomendasi dari orang yang punya otoritatif. Jadi kalau teman-teman nanti punya... Kenalan profesor sangat disegani di luar negeri, terutama di Amerika. Tanda tangannya itu sangat penting untuk menentukan dapat beasiswa atau tidak dari universitinya. Karena profesor terkemuka di sebuah universiti di Amerika, saya kira Eropa juga sama, itu seperti pemimpulah. Saya ingat ada rektornya. Banyak, di rektor Jostan, saya juga kenal teman sekamar, teman dikitakan di situ, dia ada waktu saya visiting profesor di Jostan. Kita ada kamar-kamar khusus untuk para guru besar di situ. Nah, ternyata itu profesor bajakan semua. Di samping kamar saya, profesor Iban Haddad itu guru besar sejarah. di Harvard University, terus dibajak oleh Johnson dengan harga yang sangat mahal. Jadi profesor yang terkemuka itu seperti pemembola, siapa nilai tawarnya lebih tinggi. Nah sekarang ini nilai tawar yang paling tinggi adalah di Dubai. Jadi profesor-profesor terkemuka di Amerika, itu banyak sekali yang kita jumpai sekarang di universitas-universitas yang ada di Dubai atau Emirat Arab. Karena mereka mampu membayar, menebus kontraknya di beberapa universitas tersebut. Jadi saya juga menghimbau kepada anak-anak Kusma. Ini tidak saya memanggil anak, ini kan masih dari segi umur muda dan juga mungkin sebagai panggilan kemesraan. Bagaimanapun juga kalau saya memanggil anak berarti itu ada doa. Siapa sih orang tua yang memendoakan anaknya tidak sukses. Anak itu include di situ expectation untuk menjadi anak yang sukses. Jadi kesempatan ini izinkan saya memanggil kalian semua sebagai anak-anak saya. Dan luhur ini sekaligus mengandung doa. Apapun siapapun, apapun agamanya Anda. Di sini kita tidak boleh membedakan gender. laki-perempuan, etnik, dan agama. Semua, we are the one. And the only one. Nah ini yang saya tadi rintis di Kementerian Agama. Kita akan merintis kurikulum pendidikan berbasis cinta. Negara se-plural Indonesia, Anda boleh lihat, ada enggak negara di kolom bumi ini? yang se-plural Indonesia. Jumlah etnik kita berapa? Jumlah bahasa lokalnya berapa? Jumlah agamanya berapa? Luasnya dari ujung ke ujung berapa itu? Terbang dari Marauke ke Aceh ujung, itu bisa sampai 8,5 jam. Sama kalau kita terbang dari Istanbul ke London, itu 19 negara. Nah ini satu Indonesia nih. Nah luar biasa. Jadi sebetulnya nilai jual yang paling berharga di Indonesia itu menurut hemat saya itu bukan mineralnya, bukan hasil buminya, tapi kerukunannya. Kerukunan antar umat beragama, kerukunan antar etnik, kerukunan antar... pulau antar daerah, tidak bisa kita temukan negara seperti ini di dunia ini. Amerika kan bisa kita hitung berapa etniknya, apalagi timur tengah. Hidungnya juga sama panjangnya kok. Tapi, apa yang terjadi? Indonesia itu sudah diprediksi oleh para futurolog politik Amerika. Itu sudah diprediksi Indonesia ini. Dulu tahun 1998 itu akan hancur seperti Uni Soviet. Lewat. Diprediksi lagi tahun 2001 Indonesia akan di-coupling-coupling menjadi sekian negara. Lewat. Kemudian 2018, udah akan seperti negara Balkan. Lewat. Dan kemarin... Tahun 2022 juga lewat Nah jadi mereka bingung Ada apa di Indonesia ini Ya, kok kenapa Semakin hari semakin kompak Sementara negara-negara lain semakin hari Semakin bubaran tuh Balkan, Uni Soviet Bahkan kayak Sudan Kita enggak tahu berapa negara Sudan sekarang ini. Dan satu persatu negara itu terpecah-pecah. Korea sekarang kita enggak tahu kepala negaranya siapa kan, Korea Selatan itu. Masih penyadraan, demonstrasi dari kepala negara itu sendiri. Nah kita coba, nah kita yang paling harus bersyukur di muka bumi ini. Negara sepuluh Indonesia ini mana ada di dunia ini. Tapi kita tuh nggak terasa ada krismon di sini. Kalau kita ke Spanyol, kalau kita ke Turki. Turki itu inflasinya tuh bulan kemarin itu masih 89. Sebelum bulan dari Mesir itu 6 inflasinya. Kita masih sekitar 1 persen. Pertumbuhannya kita tuh 5, bahkan ditargetkan menjadi 6. Yang lainnya negara-negara besar itu ada tiga, bahkan ada minus. Jadi kita dalam posisi seperti ini, mendengarkan bahwa Indonesia itu menggratiskan makanan bergisi terhadap anak-anak, itu menjadi mata dunia terpanas sekarang ke Indonesia. Orang tua tidak bisa memberi makan anak-anaknya di mana-mana, tapi pemerintah mampu memberikan sekitar 17 triliun dalam tempoh satu semester untuk memberi makan anak-anak yang produktif. Mana ada negara di dunia ini seperti ini. Jadi kita harus bersyukur teman-teman dan Anda semua ya. Jadi kerukunan ini harus kita rawat betul. Indonesia ini lukisan Tuhan. Sebuah lukisan itu tidak indah sekalipun bingkainya adalah emas. Kalau di bingkai itu kain putih. Ada indahnya? Enggak ada. Warna kontras itu diperlukan untuk menampilkan sebuah lukisan yang sangat indah. Maka itu jangan ada yang mau ngacak-acak lukisan Tuhan di Indonesia, sebab itu adalah bonus indahnya. Maka itu saya di Kementerian Agama mencoba untuk membuat kurikulum cinta. Bayangkan anda semua juga, mungkin termasuk produk kurikulum lama ya. Saya ingin tanya, agama apapun agamanya, apa yang diajarkan gurunya tentang agamanya? Wah agama kita yang paling bagus, agama kita paling benar, yang lainnya ya sesat, neraka lah, bahkan najis, jauhi. Ada kesan seperti itu kan? Bayangkan guru agama Islam mengajarkan hal seperti itu. Katolik mengajarkan agamanya juga seperti itu. Protestan. Hindu, Buddha, masing-masing mengajarkan agama, mengatakan agama kita yang paling benar, sementara agamanya itu ya kasihan deh, sesat, dan seterusnya. Anak dalam suasana pelik stage, kalau dalam psikologi perkembangan itu kan ada oral stage 0-1 tahun, ada anal stage 2-3 tahun, dan talent stage 3-... 5 atau 3 sampai 7 tahun, inilah usia yang paling sensitif untuk keseimbangan otak kanan otak kiri. Inilah usia paling produktif untuk merekam culture, budaya, bahasa. Inilah pertumbuhan sel-sel otak 2 miliar per hari. Nah kalau ini kita suguhi mendokterin anak-anak kita perbedaan, apalagi kebencian, maka sampai nanti tua, itu akan... mengendap dalam alam bawah sadarnya, orang yang tidak seagama dengan dia, dia bukan kita. Jadi didokterinkan sebuah perbedaan. Jangan-jangan toleransi kita itu semu. Saya ingin mendefinisikan toleransi dalam definisi baru. Toleransi kan selama ini diartikan sebagai Kesediaan kita untuk menerima orang berbeda dengan diri kita kan. Hati-hatilah. Itu belum tentu toleransi itu. Toleransi itu tidak identik dengan koeksistensi. Koeksistensi Anda hadir di situ, kami juga hadir di sini, you hadir di sana. Kita jangan saling mengganggu ya. Oke, itu koeksistensi namanya. Tapi toleransi yang sejati. Anda hidup di sana, saya hidup di sini. Kita berbeda satu sama lain, tapi rasa harus sama. NKRI-nya harus sama. Itulah konsep toleransi sejati. Jadi kalau kita didoktrin bahwa agama ini kita paling istimewa, yang lainnya salah, sesat, bahkan najis. Coba, begitu kita melihat orang itu, ada azan. Matiin TV-nya, azan tuh oleh agama lain. Ada pengkhutbah dari agama lain. Eh mati itu kok Kristen. Apa jadinya kalau anak kita didokterin dalam situasi psikologi seperti ini. Maka itu kita akan mencoba membuat kurikulum cinta. Boleh berbeda, tetapi kita mencintai satu sama lain. Nanti kita tidak lanjuti. Guru tidak boleh sembarangan mengajar. Kita nanti akan training guru-guru itu jangan mendokteringkan perbedaan, tapi harus mendokteringkan kebersamaan. Itulah nanti yang akan lebih mengutuhkan Indonesia dalam suasana global masa akan datang. Sendi-sendi negara, setiap negara sekarang makin rapuh dengan adanya teknologi canggih ini. Nah kalau kita tidak melakukan gerakan yang berbanding lurus dengan perkembangan IT dan Perubahan sosial yang ada, Indonesia itu bisa sangat terancam. Karena bukan saja plural, kita mendiami posisi silang loh. Kita diapit oleh dua samudera, diapit oleh dua benua. Orang barat mau ke timur pasti lewat Indonesia kan. Orang timur mau ke barat pasti lewat Indonesia, utara selatan. Australia mau ke Singapura itu terlalu mahal ongkosnya kalau harus muter keluar dari Indonesia. Maka harus bayar pajak kalau lewat udara kan. Perahu kapal Australia harus bayar mahal kalau memotong ke Indonesia, mau ke Singapura. Jadi kita punya keuntungan geografis. Ananda semuanya bisa pakai batik 24 jam sepanjang masa di sini. Mana bisa kita pakai batik itu di musim dingin di New York, di Kanada. Saya dulu di Kanada, 42 derajat. minus. Negara apaan ini? Ya, Masya Allah. Ya, enselnya pintu apartemen saya itu copot. Ya, gak bisa tidur. Pada itu kalah. Heaternya kalah. Gak bisa tidur. Pakai selimut berlapis pun juga masih sangat dingin. Diluarkan 42 derajat minus. Akhirnya, kasur saya itu naik di atas saya. Jadi saya tidurnya dibawa ke kasur. Masya Allah negara apaan ini. Bukan tidur di atas kasur, kasur yang menidur kita. Nah ini dia, pagi-pagi bawa skop ke mobil kita mana ini, tertutup salju. Salah skop itu bisa kena kacanya kan, gak bisa kelihatan mobil di pagi-pagi itu. Saya dulu di Montreal, di Mackey University ya. Habis itu pindah ke Leiden. ke Eropa. Jadi tahun 1993 itu saya melamar itu enamnya diterima. Jadi saya ke Shiba University Tokyo itu ya. Harus remedial satu tahun. Waduh habis umur nih. Ada kesempatan ke Mechil. Satu tahun di Mechil ada lagi undangan ke Leiden. Ambil semester antara di Shortboard University waktu itu. Jadi, oleh-oleh buat anak saya, ini bapakmu dulu pernah mengantongi kartu mahasiswa 6. Itu bukan perguruan tinggi kecek-kecek. Jadi, teman-teman, saya ingin menancapkan rasa kebanggaan menjadi orang Indonesia. Kitalah yang paling pertama harus bersyukur. menjadi orang Indonesia. Coba kita lihat di TV itu. Apa yang terjadi di Korea Selatan sekarang? Apa yang terjadi di Sudan? Apa yang terjadi di Syria sekarang? Apa yang terjadi di Israel? 60% warga Israel itu eksodus cari negara aman. Apalagi Palestine, kayak apa itu? Musim dingin kayak gini. Gak ada selimutnya, gak ada rumahnya, gak ada makanannya. Gak ada sekolah apalagi kan. Kita bersyukur. Ada yang beri beasiswa. Beasiswa ini kalau dipakai hidup di Mesir, berpoy-poya loh. Apalagi dipakai ke Turki, Masya Allah. Bawa uang 100 dolar dari sini, itu bisa hidup satu bulan di Mesir. Jadi, Turki, nolnya banyak banget itu uang. Tapi masuk ke McDonald, itu nolnya juga banyak tuh. Nah, jadi inilah Indonesia tetap stabil. Nah, anak-anakku semua, kita harus bersyukur ya. Yang paling Anda harus syukur juga adalah masuk dalam suatu link yang namanya beasiswa. Orang bisa dokter, orang bisa... Sarjana apapun. Tapi kalau biaya pribadi, tapi tidak asyik dan tidak seindah kalau kita punya korps. Biaya siapa tadi mereknya itu ya? Cimpago. Iya. Saya dulu waktu dapat full break di Amerika itu. Mrs. Full Break itu ngajak di pulau, ada sebuah pulau di luar. Philadelphia. Kita speedboat ke situ. Beri pengarahan. Ada sekitar 100 orang lah lebih. Full projecter kumpul. Jadi misi full project itu memberikan pernyataan. Ada lebih 3.000 full projecter yang dari berbagai negara yang berdiri tahun 1964 itu ya. Sudah ada lebih 3.000 menjadi menteri. di negaranya masing-masing. Nah saya berharap kalian yang ada di sini, kata Mrs. Fulbright itu, kalian juga harus nanti kembali minimum jadi menteri. Saya pulang waktu itu, ya bukan jadi menteri, jadi wakil menteri. Nah sekarang baru terbukti. Makanya tadi penandatanganan Fulbright dengan menteri agama untuk mempromosikan. ke komunitas Kementerian Agama untuk mendapatkan beasiswa Fulbright ini. Dan ada Fulbright Connection. Jadi kalau kita ke negara manapun juga, pakai logonya Fulbright, itu tidak akan pernah terlantar. Begitu Anda memperkenalkan dirinya, we are Fulbrighter. Nah, kami juga berharap kemanapun Anda nanti, ini ada logo. Logo LPDP itu jangan sampai hilang. Dan ini koneksinya sangat bagus. Itu ada primordialisme yang sangat kuat di balik beasiswa ini. Saya dulu juga penerima beasiswa Super Semar ya. Ketua, saya pengurus, ketua pengurus keluarga besar mahasiswa penerima beasiswa Super Semar yang disponsori oleh Pak Hartoh Almarhum itu ya. Nah jadi saya ketua, Pak Prabowo itu. Ketua Majelis Pertimbangan. Jadi kami diminta menjadi organisernya untuk membebaskan setiap alumni kita yang baru selesai, diminta untuk menjadi sarjana pendamping di kepala desa yang tertinggal. Kami tiga tahun, setiap tiga bulan kita training di Kopassus ketika beliau menjadi ketua Kopassus. Jadi kami tinggal di rumah beliau selama tujuh tahun. di tempatnya sekarang ini, di situ ya. Jadi sama Pak SBY, kami sering moderator, beliau di baret hijau Pak SBY, baret merah Pak Prabowo. Nah kita punya kebanggaan sebagai penerima beasiswa SuperSmart. Nah itu saling mengangkat. Oh ini ada kawan ini, super smart. Kita ada organisasi KMA PBS. Nah kita juga punya organisasi Full Break, Full Breaker. Jadi ke negara manapun kita akan pergi, buka di memori kita itu ya, ada link. Ada yang, pokoknya Anda jangan tinggal di hotel, saya sekarang jadi menteri. Padahal kita gak pernah ketemu orangnya, hanya persambungan beasiswa tadi itu. Anda juga seperti itu. Angkatan kakak-kakak seniornya juga dapat LPDP itu, itu pasti akan mengangkat Anda nanti. Primordialisme kebersamaan sebagai LPDP itu, itu nanti ada pengaruhnya itu. Begitu Anda selesai, kakak-kakaknya itu nanti sudah jadi menteri, sudah jadi pejabat, siapa yang akan diterima? Oh ini CS kita nih. Itu pentingnya lembaga beasiswa ini. Mungkin tidak seberapa uang yang Anda terima. Mungkin ada di antara Anda ini lebih kaya, lebih banyak uangnya daripada beasiswa yang harus diterima. Tetapi itu bukan itu yang penting. Waktu super semarang jaya-jayanya itu, saya tidak perlu ambil uangnya. Yang penting saya masuk nama anggota KMAPBS. Karena itu primorialisme korps itu sangat dalam. Misalnya kan alumni. UI alumni Gajah Mada. Nah yang lebih dalam dari itu adalah persamaan LPDP. Belum tentu semua alumni UGM itu pintar. Mungkin pintar ketika jadi mahasiswa, tapi sudah tidak pintar lagi setelah selesai. Tapi kalau yang mengikat kita adalah beasiswa, kita tidak gampang menerima ananda itu menjadi penerima beasiswa LPDP. Mungkin lulus, tapi harus diseleksi di lapis atas. Wah ini kalau diterima ini membesarkan anak macan ini, pasti enggak lulus tuh. Dan bagaimana caranya melihat itu kita punya alat ukur untuk itu. Nah inilah tugas saya mendampingi Pak Dwi, ya Pak namanya kawan-kawan kita di LPD ada bidang-bidangnya itu. Jadi saya mohon betul ananda semuanya sadar bahwa menggunakan merek LPDP itu sangat mahal. Itu tidak bisa ditukar dengan uang. Benar. Kemana pun kalian pergi di Indonesia ini, asal Anda memperkenalkan, oh alumni LPDP juga? Oh iya dong. Begitu ada promosi, eh itu ada kawan kita tuh. Junior kita tuh, LPDP tahun berapa? Oh cempago nih. Oh udah, lolos kamu. Jadi kita terima kasih ke Pak Endin, Pak Dwi ini. Nah, ananda semua juga, apa yang harus kita lakukan? Kenalilah zaman. Tidak perlu harus meng-copy-paste. Apa yang dilakukan para seniornya yang sukses. Kalian tetap self-assertive, miliki dirinya sendiri, karena setiap generasi itu punya zamannya sendiri. Dan setiap orang adalah anak zamannya itu sendiri. Jadi baca tren. Misalnya memilih disertasi. Banyak teman-teman kita itu yang kurang pergaulan. Ya, saya nanya-nanya cari disertasi yang murahan, gampangan, selesai cepat. Dalam era sekarang ini, kita harus menciptakan distingsi yang sangat hebat. Saya itu enggak tahu. Tahun 1993 saya menulis disertasi tentang gender perspective in the holy Quran, gender relation in the holy Quran. Binatang apa gender itu tahun 1993 di Indonesia itu enggak ada itu, nomenklatur gender itu belum ada. Tiba-tiba saya sudah melahirkan sebuah disertasi. Pertama disertasi membahas tentang Islam dan relasi gender. Saya keliling dunia diminta untuk menjadi narasumber. disertasi itu kalau marketable itu bisa mengangkat karir kita. Oh itu Pak Jender datang tuh. Jadi buku yang paling pertama yang membahas tentang studi gender yang advance itu adalah buku saya. Dan itu sudah beberapa kali mendapatkan award. Saya ingat betul di... Rockefeller Foundation. Ada tujuh penulis terbaik pada waktu itu diundang ke ke Itali. Tiga bulan. Nah, artikel saya dulu di New York juga. Ada 200 orang. Ada Saimbara artikel. Saya ikut Nimrum. Intisari dari draft disertasi itu belum jadi. Terpilih 40 besar. Terpilih menjadi 20 besar, akhirnya terpilih 4 besar. Di BIY datang ke, apa namanya, di kontes makala itu di Itaka University di New York. Saya mewakili bukan Indonesia, tapi saya mewakili Meckle, Kanada. Satu-satunya makala terpilih di Kanada adalah makala saya yang baru datang di Kanada waktu itu. Jadi saya nangis waktu itu, kok kenapa? Kalau mewakili Indonesia, biasa lah. Mewakili Kanada loh. Karena dipromosikan ini dari Kanada. Nah jadi teman-teman, pintar-pintar mengintip peluang. Cari disertasi yang kira-kira nanti kalau selesai itu pasti akan dicari oleh masyarakat, oleh orang. Bertemanlah dengan orang-orang yang wah ini hebat ini, pintar ini. Dari mana itu negara? Oh iya ya. Akhirnya kita juga dipromosikan oleh beliau. Saya ada satu orang yang saya kenal teman, tiba-tiba ada undangan di White House Gerum Putih. Mimpi apa saya kok diundang ke White House ini. Ya ternyata waktu di Jogja itu salah seorang teman diskusi kita itu, karena kalau di Jogja itu, Perguruan tinggi besar di Amerika itu, ada hari untuk para dosen. Saya di kampus saya dulu itu hari Selasa ya, hari Selasa itu enggak ada kuliah, itu harinya dosen. Jadi mendiskusikan hasil penelitian para dosen. Kalau kita di Indonesia kan habis waktu untuk mahasiswa semuanya. Enggak ada waktu dosen itu mengasah gari gajinya, hanya gari gajinya tumpul ya kan. Jadi harus ada hari di mana dosen itu juga harus mengasah gergaji. Apalagi dalam era seperti sekarang ini, kalau kita kalah dengan mahasiswa berarti kita akan follower kita itu nanti, peminat mata kuliah kita itu enggak ada. Kan sekarang sistem belanja kredit itu kan. Kalau kita diukur oleh mahasiswa, tidak ada hasil penelitian yang canggih, yang baru, tidak ada mahasiswa yang akan memilih mata kuliah kita. Tapi kalau kita rajin melakukan penelitian, rajin membuat sesuatu terbosan-terbosan, pasti mahasiswa itu berkerumun untuk belanja mata kuliahnya ke mata kuliah kita kan. Ini teori kapitalisnya seperti itu. Nah jadi kalau kita tidak punya kejutan-kejutan, jangan harap untuk bisa dipromosikan oleh keadaan. Nah bukan lagi eranya dikarbitkan oleh orang lain. Pendekatan kita sekarang adalah pendekatan potensial. Sehebat apapun bapak kalian, sekalipun Anda anak presiden, tapi kalau tidak punya kejutan, tidak punya kapasitas individual yang hebat, Anda tidak akan laku. Percayalah, kalau sekarang mungkin masih laku-laku dikitlah. Tapi nanti the next, apalagi era sekarang ini, era kebebasan intelektual. Jadi jangan ada hari Diisi dengan pengangguran. Doktrin pokoknya tidak boleh ada hari tanpa membaca 200 halaman. Tidak boleh ada hari tanpa menulis 12 halaman. Jadi rakyat merdeka itu memberi penghargaan. 6.000 artikel non-stop setiap hari dalam tempoh 5 tahun. Kapan waktunya menulis? Jadi sekitar 12 halaman saya harus tulis. Jadi bangun jam 2 malam, sudah sholat, ke masjid, di pesawat, di mobil. Enak kan sekarang karena semua buku-buku itu enggak usah dibawa dulu, bawa koper. Koper saya itu bukan pakaian, tapi buku. Di pesawat, ke Amerika, kemana, itu kita bisa bikin artikel. Bisa 10 artikel sampai Amerika 24 jam ya kan. Jadi enak kirim ke pemerintahnya, Kompas, Rek Merdeka, Republika, dan media-media asing. Sehebat apapun kalian, ananda, kalau tidak punya sarana publikasi diri, enggak akan ditengok. Sehebat apapun, anda kumlaut tetapi tidak ada tulisannya, tidak ada publikasinya, tidak pernah main di media, anda akan ketinggalan. Tidak perlu terlalu pintar, tapi kalau pintar agak sombong-sombong sedikit memperkenalkan diri melalui tulisan-tulisan, Anda akan ditilik orang. Jadi kuasa media dari sekarang. Sekecil apapun karyanya, posting ke Youtube. Youtube nanti akan merekod berapa ini. Hitung-hitung kan kita juga punya uang. Makin banyak tulisan kita bermunculan, followernya berapa. bisa dapat miliaran satu bulan. Itu kalau kita pintar menguasai media itu ya, bermain di media. Nah jadi teman-teman kalau cerdas, sekarang ini kita enggak perlu kesulitan dana. Yang penting rajin, yang penting ada motivasi. Insya Allah bisa hidup dimanapun juga. Jadi. Pertama, nasihat saya rajin memperkenalkan diri melalui tulisan. Melalui talenta-talenta yang ada, misalnya mungkin seni, main gitar, menyanyi, itu olahraga. Jadi banyak sarana untuk memunculkan diri. Kalau orang enggak punya talenta, perteman-perteman masif itu, dia akan jadi penonton pasif. Tapi kalau orang punya talenta, pintar nyanyi, pintar baca puisi, pintar berdebat, pintar buku-bukunya banyak. itu pasti akan naik tuh. Nah kalau hanya menikmati dokter luar negeri misalnya kan, ya hanya sebentar satu tahun dinikmati itu, Anda akan kalah dengan adik-adiknya yang produktif. Ya inilah yang saya sampaikan ini dengan apa yang saya sampaikan tahun lalu. Ini betul-betul saya minta pada Anda semua yang hadir sini, ya jangan ada detik, bukan jam ya, jangan ada detik. tanpa prestasi. Saingan Anda luar biasa banyaknya. Saingan kita bukan Indonesia, saingan kita dunia sekarang ini. Sebentar lagi dokter India itu akan nyuruh Indonesia dibuka karena dokter kita gak cukup untuk mengobati pasien yang sedemikian banyak. Satu banding dua ribu dokter. Jadi pasar luar negeri gak bisa dicegat sekarang ini. Nah kalau kita gak punya keterampilan apapun. Kita akan dilangkahi oleh mereka. Maka itu banyak profesor, doktor, segala macam titelnya itu. Nggak laku. Kenapa? Nggak punya rating dalam masyarakat. Agamanya media itu rating. Kalau Anda nggak punya rating, rating itu artinya grade, popularitas di media. Itu nggak ada yang nengok. Sekalipun berjajar titelnya. Ada orang gak punya titel, tapi nilai jualnya sangat laku di mana-mana. Kenapa? Orang mencari, orang sekarang sangat pragmatis. Jadi betul-betul kita harus mengikuti perkembangan. Dan juga jangan sok akademik, minta-minta pintar. Itu juga harus turun ke pasar nih. Contohnya, Buku yang paling tidak laku di Gramedia itu adalah disertasi. Aneh kan? Berkerut keningnya orang nggak bisa baca tuh. Tapi yang paling laku dicetak sampai 12 kali, itu adalah buku-buku populer. Wah itu kayak pisang goreng itu habis tuh. Coba bukunya A. Agim, Yusuf Mansur, siapa lagi? Dasar Latif. Nggak ada footnote-nya tuh. Tapi kok laku seperti kacang goreng. Tapi disertasi yang berdarah-darah nulisnya, Pak, itu disimpan di gudang. Sudah tiga tahun mandat-mandatin rak, enggak ada yang beli. Jadi kita harus punya siasat. Bagaimana karya akademik itu, yang advance itu, dibikin secara populer. Wah laku. Saya sudah punya 42 buku ya. Ada buku yang saya bikin setengah mati. Hasil penelitiannya luar biasa saya bikin di luar negeri itu. Tapi buku itu yang paling tidak laku. Begitu saya bikin buku santai-santai gitu, malah itu yang laku itu. Jadi kita harus tahu situasi pasar nih. Nah jadi karya advance kita itu dibikin dalam bentuk populer. Karena itu tren masyarakat sekarang ini membaca buku populer kalau perlu buku saku. Kemudian, apa lagi, di Amerika juga sama, teman-teman. Siapa yang pernah baca novel di Da Vinci Code itu kan? Itu kan semula, itu karya akademik tuh. Tapi enggak laku-laku tuh. Begitu dibikin dalam bentuk novel, 5 juta eksemplor di ketika launching pertama. Celestim profesi itu. Itu karya disertasi. Tapi gak laku-laku Begitu dibikin dalam bentuk novel Bukan main, laku sampai 3 juta Eksampler Nah jadi ini juga ada tekniknya cari uang juga Kalau buku kita terjual Sampai 3 juta eksampler Itu pensiun Dini gak apa-apa itu, benar Jadi kenali diri, kenali pasar Jangan asyik menuduh dengan program sulinya, Anda kumlaut. Pilih disertasinya gampang kamu ini. Siapa yang baca disertasi kayak gitu? Jadi betul-betul memilih tesis disertasi itu yang dibutuhkan orang. Anda akan terorbitkan dengan sendirinya kalau menulis tesis disertasi yang benar-benar sangat ditunggu-tunggu orang. Maka itu survei dulu, kira-kira nanti dua tahun akan datang, apa yang akan menjadi trend isu. Wah ini, wah kita. Begitu orang mempersahakan satu masalah itu, kita sudah jawab dengan disertasi. Ya begitu terbit disertasi saya, pemilihan presiden. Kandidat presidennya adalah Ibu Megawati. Indonesia menganggap bahwa perempuan itu haram menjadi kepala negara, nggak boleh. Tiba-tiba disertasi saya lahir, perempuan boleh menjadi kepala negara. Ya, almarhum Pak Taufik Kiema, suaminya Ibu Megawati, dia mau beli buku, mau pesan berapa ratus ribu. disertasinya Pak Nasar kalau saya mau kaya waktu itu bukan main tuh tapi saya katakan, maaf belum selesai, padahal sudah selesai kenapa saya tidak jual kepada beliau karena kalau saya jual kepada beliau wah ini kan Pak Cundang namanya kan wah ini membuat disertasi untuk mempresidenkan perempuan pantas, jadi apa ya Orisinalitas akademik saya itu dinilai orang, wah itu ada maunya. Setelah jadi presiden baru saya expose. Jadi saya tidak terbitkan sebelum, oh itu kan cari-cari muka supaya jadi kepala negara. Mau jadi menteri kali dan sebagainya kan. Nah Ibu Megawati di istiklal itu, kalau bukan Pak Nasar belum tentu saya jadi presiden. Semua orang mengharamkan perempuan jadi kepala negara. Disertasinya lah Pak Nasr, dia membolehkan perempuan menjadi kepala negara. Ayatnya banyak, hadisnya banyak. Jadi cara untuk memperkenalkan diri itu harus pintar-pintar membaca tren. Tapi tren itu kan tidak muncul dengan sendirinya. Ada Tuhan, maka itu ibadah teman-teman. Kalau ada waktunya bagi yang beragama Islam. Jangan pernah tinggalkan Senin Kamis puasa. Jangan pernah tinggalkan sholat tahajud. Jangan pernah tinggalkan sholat duha. Itu celah langit. Kalau Anda bisa melakukan itu pada saat yang bersamaan, juga melakukan ikhtiar. Siapa yang akan dikasihani Tuhan kalau bukan orang yang bersungguh-sungguh seperti itu. Kita akan pulang ya, apa tadi itu, ya kita akan pulang. Artinya pulang di sini, banyak konotasinya kan. Pulang secara biologis, kita kembali ke Cimpago itu kan bahasa Padang itu ya. Kita pulang ke Jawa, itu kepulangan intelektualitas kita. Mungkin juga fisik kita ada di Amerika, tapi... Ide-ide kita itu kita mengalir kembali pulang ke Indonesia. Jadi intelektualitas kita, kita pulangkan ke Indonesia. Saya ingat banyak teman-teman kami di Amerika itu menjadi dosen tetap di Amerika. Tapi pikirannya mengalir ke Indonesia. Apakah itu yang harus dijadikan kriteria oleh LPDP bahwa harus pulang? Bagi saya pribadi yang harus pulang itu pikirannya. Untuk apa fisiknya pulang, tapi isi kepalanya itu Amerika. Memuja Amerika menjelek-jelekkan pemimpinnya sendiri. Orangnya ada di Amerika, tapi pikirannya memberikan suplai intelektual kepada negerinya sendiri. Mana yang kita pilih? Jadi LPDP juga harus agak fleksibel. Dan menurut hemat saya, yang paling penting harus pulang adalah energinya, pikirannya yang cerdasnya tapi kalau memang dua-duanya orangnya juga pulang, pikirannya juga meng-Indonesia bukan membarat gitu kemudian bagian terakhir saya ingin sampaikan kepada anak-anak semua, jadi berapa itu pertama, bersyukur Karena kita menjadi orang Indonesia. Yang kedua, kenali. Pasar, siapa yang tidak kenal pasar, pasti tidak akan laku di pasar. Siapa yang tidak akan laku di pasar, ya datang tidak menguntungkan, pergi tidak mengurangi, alias tidak ada apa-apanya. Habis-habis uang negara, tapi tidak kontribusinya untuk negara, malah jadi beban negara. Nah, kita harus... memberikan kontribusi. Negeri yang pernah memberikan kita beasiswa. Kita menjadi dokter, kita menjadi master di luar negeri lagi kan. Itu karena ada LPDP. LPDP itu uang dari mana? Itu diusahakan oleh negara. Nah kalau kita pulang, menjelek-jelekkan negara seolah-olah negara gak ada positifnya ini. Baru satu tahun tinggal di luar negeri udah tergila-gila dengan pikiran Barat. Seolah-olah negaranya itu gak ada artinya apa-apa. Itu tidak punya nasionalisme orang seperti ini. Jangan tergila-gila dengan Barat atau Timur Tengah. Sebab semua punya kelemahan. Oke lah kita punya kelemahan, apa Barat gak ada kelemahannya? Coba Anda baca di buku-buku trendsetter sekarang di Amerika itu ya. Itu rata-rata mereka itu mengeritik demokrasi. Ternyata demokrasi itu... Bukan solusi yang terbaik. Buktinya, Cina menggunakan sistem keterbukaan, apa ya, istilahnya itu, setengah kamar, demokrasi setengah kamar, itu yang malah justru berhasil mengangkat perekonomian Cina, peradaban Cina, dan kemajuan Cina. Tapi yang negara yang super bebas itu, itu malah justru mentok. Mau diangkat kemana lagi, udah mencapai. Memang gunungnya sampai di situ. Kalau kita di puncak gunung, gak ada lagi atas. Mau naik kemana? Gak bisa lagi kan. Jadi kita juga harus kreatif betul. Nah sebagai pengelola negara, kita lihat Pak, bukan karena saya diangkat oleh Pak Prabowo, saya mendukung betul gagasan beliau itu. Kita harus self-assertif itu. Memiliki diri kita sendiri. Kita gak boleh kaki tangan Amerika, kita gak boleh jadi kaki tangan Cina. Kita harus menjadi diri kita sendiri. Nah, akhirnya nilai tawar Indonesia sekarang ini, baru dua bulan Pak Prabowo, itu sudah punya reputasi internasional. Kenapa? Satu kelebihannya, bahasa Inggrisnya bagus. Kalau kita nggak bisa bahasa Inggris, gimana bisa memperkenalkan diri? Itu jadi penganggur, bahkan stres. Banyak yang mau keluar di sini, tapi nggak bisa terjemahkan ke dalam bahasa asing. Nah jadi tidak ada cara lain kecuali harus menguasai bahasa dunia. Biar salah enggak apa-apa, saya juga enggak belepotan juga bahasa Inggris, bahasa Arabnya itu ya. Bahasa Belanda, bahasa Perancis, terlalu banyak negara yang dikunjungi kan. Satu pun bahasa enggak ada yang fit. Tapi udahlah. Yang penting buat kita itu adalah ide kita bisa dimengerti orang. Nah jangan takut salah. Soal bahasa itu kan masalah komunikasi. Apalagi kan dengan... Teknologi canggih sekarang ini. Artificial intelligence itu luar biasa. Jadi kalian yang anak-anakku yang kuliah di luar negeri, jangan panjang leher, jangan bangga. Benar. Kalau dulu iya. Amerika, Eropa, Mesir. Sekarang kita bisa mengalahkan orang-orang yang kuliah di Amerika. Kami punya pondok pesantren. Kita menggunakan artifisat intelijen. Ada Wahba Zuhail, Usul Fiki dua jilid, berbahasa Arab. Kita menggunakan AA. Jadi Wahba Zuhailnya yang ngajar di The Monitor. Wahba Zuhailnya bukan berbahasa Arab, tetapi berbahasa Indonesia. Jadi bukunya, Bukunya dibaca sendiri oleh yang bersangkutan. Suaranya betul yang keluar. Kemudian ditransfer menjadi bahasa Indonesia. Udah berbahasa Indonesia padahal gak bisa bahasa Indonesia. Jadi kita gak perlu mendatangkan dosen luar negeri untuk mengajar di pondok pesantren. Pakai teknologi canggih yang bersangkutan penulis bukunya itu menerangkan di depan murid kita. Buku saya Bahasa Indonesia kan. Saya hanya baca sekitar 12 menit. 12 menit itu 2,5 halaman ya. Nah, itu direkam oleh kamera canggih. Maka setelah itu dimasukkan dalam sistem. Buku saya 420 halaman itu, saya menerangkan sampai akhir dalam bahasa Inggris. Padahal saya kan tulisnya bahasa Indonesia. Jadi kita tidak perlu menghadirkan dosen tamu. Dosen itu datang dengan bahasa apa yang kita kehendaki. Artifisat intelijen ini sekarang ini luar biasa. Nah kalau orang Indonesia, bahkan di pedalaman sekalipun, asal ada jaringan, itu bisa memahami apa yang dipahami oleh orang yang di Harvard, oleh di Oxford. Jadi jangan nanti besar kepala, wah saya kan alumni Harvard. Saya alum di Oxford di Inggris. Kalau di sana kerjaannya hanya males-males. Sementara di Indonesia itu buka terus menurut Google. Chat GPT, Gemini, dan seterusnya. Banyak sekali mesin-mesin cerdas sekarang ini kan. Anda akan kalah. Benar. Jadi jangan bangga menjadi mahasiswa luar negeri. Kalau kesana itu hanya kerjanya jalan-jalan, rekreasi, nonton, kan banyak fasilitas itu. Sementara teman-temannya di sini kutub buku dan memang betul-betul pegang laptopnya, Anda akan kalah. Kita bisa komunikasi langsung dengan dosennya kan. Luar biasa. Saya baru, ya tahun lalu ya, awal tahun lalu, saya di Berkeley University itu. Ketemu dengan pimpinannya, Pak ini apa libur ya? Enggak, enggak libur. Berkeley yang di San Francisco itu, kampungnya Google, Silicon Valley itu kan semuanya di situ kan. Kok kenapa enggak ada mahasiswanya? Mahasiswa sekarang kan enggak lagi datang ke kampus. Jadi ruang aula pertemuan besar itu. Ruang-ruang kuliahnya itu disewakan ke bisnis center. Karena enggak ada mahasiswanya lagi. Mahasiswa itu tidak datang di kampus lagi, tapi digantikan oleh handphone. Survei membuktikan bahwa anak-anak generasi Z itu lebih masuk pelajaran itu kalau dia belajar sendiri, daripada ada guru mencet-mencet di depan. Kalau kita kan enggak bisa. Generasi saya, mungkin Pak Dwi, Pak Andin, lebih enak kalau kita ada dosen di depan, uh, 80 persen masuk tuh di benak kita. Penelitian di Amerika, generasi Z itu sekarang ini, itu justru terbalik. Kalau ada guru, dosen di depannya menerangkan, itu malah justru nggak bisa masuk. Jadi lebih enak pakai celana pendek, minum kopi, merokok, sambil tidur-tiduran, dengarkan, baca. Kalau kurang paham, bikin Google, tanyakan ke Google. Dia enggak nanya kepada dosen. Chat GPT itu kan lebih ahli, memberikan jawaban macam-macam. Nah kalau teknik belajarnya seperti ini sekarang ini, itu dahsyat. Maka itu dibayangkan di masa akan datang, itu universitas itu akan bubar. Ada satu masa universitas itu akan hilang. Sekarang baru kamarnya disewakan, rektoratnya itu disewakan. Apa yang membuat kita mau datang ke perporsakaan? Bill Gates itu menyumbangkan 65 triliun rupiah, itu kalau di-diriakan, untuk membeli hak patent para penulis. Jadi buku-buku yang ditulis berasa Inggris itu, asal lolos dari timnya Bill Gates itu, maka itu hak patent itu akan dibayar. Nah, begitu kita buka, asal ada kartu mahasiswa kita, itu bisa langsung bisa di-invite. Masuk ke laptop kita, enggak usah bayar lagi dulu kan masih harus bayar. Enggak ada orang yang datang ke perpustakaan. Ngapain datang sewa mobil? Kecuali mungkin ada riset mau kontemplasi di situ ya. Tapi mahasiswa itu lebih senang dilayani oleh laptopnya daripada ke perpustakaan. Nah, jadi teman-teman jangan menganggap kuliah formal itu sebagai... Wah ini starting point saya akan berprestasi, no. Sekarang juga jangan berhenti belajar. Ya benar. Anda di ujung dunia pun juga kalau juga karakternya malas-malasan, Anda tidak bisa menyaingi grade tinggi yang dimiliki oleh orang-orang yang rajin. Nah jadi anak-anakku semuanya, yang ketiga tadi masalah ibadah. Apapun agama kalian, anak-anak, jangan jauh dengan Tuhan. Di manapun kalian berada. Lain itu kalau kita bersih, batinnya bersih pikirannya, dekat dengan Tuhan. Begitu kita baca buku semuanya masuk kok rasanya itu. Tapi kalau overloaded, bebannya macam-macam, ingat pacar segala macam. Nanti gimana, nanti selingkuh, nanti kuputus, oh udah. Udah memang kesediaan kita untuk luar negeri itu ada teman saya. Oh Pak Nasar ini saya gak bisa Pak. Kenapa? Halaman pertama saya baca istri saya muncul. Buka halaman dua anak saya muncul. Buka halaman ketiga itu ibu saya muncul. Jadi konsentrasi saya kebukinan tidak ada. Betul pulang dia dari Belanda itu. Nah ternyata ya almarhum baru saja meninggal. Jadi dokter juga pada akhirnya. Tapi itulah teman-teman. Begitu kita diberi kesempatan untuk belajar. Fokus untuk belajar. Anda kan punya beasiswa, ngapain cari kerjaan lagi itu? Itu yang timur ke tengah Mesir, kuliahnya di Mesir tapi lebih banyak waktunya habis di Mekah. Jadi ngantar-ngantar orang umrah gitu kan. Dapat uang sedikit, tapi hafalan Qurannya yang di Indonesia itu hilang, bahasa Indonesia-nya susah. Dan yang paling penting pergaulan Anda juga jangan. Indonesia menurut lu kemana-mana pergi itu. Ada kawan dari Makassar itu ya, marah orang tuanya. Karena di Los Angeles itu ya, ada satu lorong jalan itu, jalan apa namanya itu, Jawa. Di situ ada rujak segala macam. Satu tahun dia kuliah di, tinggal di LA. Pulang, lancar sekali bahasa Jawanya, tapi bahasa Inggrisnya enggak bisa. Orang tuanya marah, ngapain saya sekolahkan kamu jauh-jauh di sana kalau belajar bahasa Jawa. Orang Bugis tiba-tiba mahir bahasa Jawa, bahasa Inggrisnya enggak bisa. Kenapa dia tinggal di perkampungan Jawa di Los Angeles. Sama juga, sudah enam tahun di Mesir, enggak jalan bahasa Arabnya. Kenapa? Dia tinggal di asrama Bugis di sana. Bahasa Indonesia pun juga masih logat. Sana kemudian bahasa Arabnya enggak muncul. Disuruh beli obat, tisu. Disuruh beli tisu. Dia enggak tahu bahasa Arabnya tisu. Udah 6 tahun di Mesir. Kenapa? Itu pergaulan. Jadi saya mohon kepada anak-anak semuanya. Kalau ingin memperlewati bahasanya, itu jangan bergaul dengan teman-temannya. Cari rumah kontrakan yang sana tuh. Biar bahasanya tuh aktif tuh. Kalau lokal dalam negeri, jangan baca buku bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Arab. Sudah di Indonesia tinggalnya bahasa Indonesia lagi. Terjemahan sekarang ini, ya sekarang sudah lain, karena terjemahan default itu kan agak canggih sekarang. Tapi kalau dulu terjemahan-terjemahan manual, susah. Jadi inilah harapan kepada Anda semua. Ingat apa yang saya sampaikan ini, insya Allah kalau direction ini diingat, kalian akan menjadi the best in the future. Benar. Kalau kalian sukses, Pak Din, Pak Dwi sudah pensiun, ya tengok-tengoklah juga gitu kan. Pak, kalau bukan Bapak, barangkali susah saya mendapatkan prestasi ini. Karena tahun itu mungkin... Anda sudah jadi menteri, kami sudah pada pensiun semuanya. Ingat bahwa dibalik kenikmatan itu ada keringat yang pernah mengucur. Lihat orang-orang LPDP ini paling sering dimarahi oleh pimpinan. Padahal sudah sengmati kita bekerja kan, Anda yang menikmatikan Anda. Baik untuk mengakhiri ini izinkan saya berdoa bersama kita ya, apapun agamanya ya. biar ada berkah. Kita kan bukan mencari yang besar, bukan mencari yang tinggi banget, bukan mencari yang banyak. Yang kita cari adalah berkah. Berkah. Apa itu berkah? Dinikmati. Apa artinya punya istana? Masih muda-muda pakai kursi roda strok. Pak jangan makan pak. Nasi itu gula tuh. Daging pak itu over cholesterol pak jangan. Ya sayur-sayuran pak. Itu asam murah tuh pak. Kakinya bengkak tuh. Minum kopi pak jangan pakai gula. Rasanya kayak apa itu? Jadi makanannya apa? Yang paling dia tidak suka? Kentang. Uahnya banyak. Meja makannya lengkap. Kalau orang miskin gak ada isi meja makannya gak apa-apa. Ini banyak uahnya, banyak meja makannya. Tapi gak bisa makan. Nikmat gak itu hidupnya seperti itu? Banyak uahnya tapi dikejar-kejar KPK, dikejar-kejar polisi. Gak ada ketenangan. Ya, mobil second. Tapi senyum di dalamnya. Ya, gubuk tapi isi syurga. Itu lebih baik daripada istana tapi isi neraka. Mana yang mau orang LPP ya istana isinya syurga kan? Yang tepuk tangan, insya Allah akan berhasil itu. Al-Fatihah Alhamdulillahirrahmanirrahim Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrahmanirrahim Ya Allah ya Tuhan kami Lihatlah kami, inilah kami para hambamu Bersimpu di hadapanmu Di tempat ini Tidak ada lain harapan kami semuanya di sini kecuali memohon berkahmu ya Allah. Ya Allah ya Tuhan kami, terlalu banyak harapan kami, terlalu banyak keinginan dan kebutuhan kami. Yang kami tidak bisa penuhi sendiri tanpa pertolonganmu. Dari lubuk hati kami yang sangat luhur, sangat alam memohon kepada mu ya Allah. Ya Tuhan kami, mudahkanlah seluruh urusan-urusan kami. kabulkanlah doa-doa kedua orang tua kami yang menghendaki anaknya sukses, yang menghendaki anaknya itu menjadi penyingkap wajah suci keturunan yang istimewa di masa depan. Ya Allah ya Tuhan kami, berkahilah ilmu yang kuberikan dan yang akan kuberikan kepada kami, sehingga kami menjadi manusia yang benar mendapatkan berkah. Jauhkanlah segala sesuatu yang bisa memalukan keluarga kami dan kami sendiri. Berkahilah seluruh rezeki, ilmu, atau apapun yang Kau berikan kepada kami. Kami sungguh sangat yakin, Engkau mahasempurna, dan hambamu sangat banyak kelemahannya. Izingkanlah kami menitipkan diri ini sepenuhnya kepada-Mu, Ya Allah. Kami menyerahkan diri ini sepenuhnya kepada-Mu, Ya Tuhan kami. Genggamlah kami, bimbinglah kami, tuntunlah kami, bantulah kami. Untuk meraih cita-cita suci kami. Juga cita-cita kedua orang tua kami. Cita-cita guru kami. Cita-cita sponsor kami. Ya Allah, Ya Tuhan kami. Kebulkanlah harapan, permohonan, dan doa kami. Terima kasih. Sungguh luar biasa penyampaian nasihat oleh Bapak Menteri Agama Republik Indonesia. Tepuk tangan sekali lagi buat Bapak Menteri kita. Bapak Menteri izin, ini mungkin ada beberapa teman-teman yang mau berdiskusi. Apakah diperkenankan Bapak? Boleh ya. Karena keterbatasan waktu, kita buka tiga penanya dulu ya teman-teman ya. Turun dulu. Satu, dua, tiga. Yang belakang, Mbak yang pakai baju coklat. Masih yang pakai baju batik ya? Itu betul baju batik atau baju coklat? Ya betul yang naik tangannya, boleh. Satu lagi. Ya boleh, yang di depan. Mau gue tiga yang tadi boleh mendekat ke sumber mic. Silakan Hananda. Baik, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam Bapak Menteri, saya Risma Hikmawati. Tujuan studi saya ke Universitas PT. IKI Jakarta, program PKUMI. Saya sangat tertarik dengan ungkap... Bapak Menteri terkait dengan bagaimana membuat kurikulum agama berbasis cinta. Ini pernah saya dapatkan juga diantaranya dari teman-teman di NGO, di mana saat itu mereka menyadari bahwa terkadang bukan hanya orang-orang yang memandang antara... agama, bahkan orang-orang yang belajar agamanya sendiri merasa berat dengan belajar agama itu sendiri, bahkan ada yang menyerah gitu ya. Oleh karena itu menurut teman-teman itu sepertinya pembelajaran agama di Indonesia ini saat ini memaksa, tidak berdasarkan cinta, tapi langsung kalau tidak melaksanakan agama dia itu neraka gitu ya. Oleh karena itu anak-anak menjadi kenapa aku seorang muslim harus sholat lima waktu, teman saya yang kristiani tidak sholat lima waktu ya lebih enak mereka. Jadi antaranya contohnya seperti itu. Saat itu rekomendasinya yaitu bagaimana memasukkan aspek cinta itu dari sudut pandang psikologis, jadi melalui pendidikan di keluarga. Akan tetapi ada kekhawatiran di mana pembelajaran berbasis cinta tersebut alih-alih menjadi solusi, malah menjadi sebuah celah yang melemahkan. Bagaimana pandangan Bapak Menteri agar pendidikan berbasis cinta tersebut memiliki tujuan yang tepat, bukan melemahkan tapi memiliki ukuran yang tepat. Terima kasih. Baik izin langsung ke pertanyaan kedua boleh Bapak atau mau dijawab dulu Bapak? Langsung baik, monggo pertanyaan kedua. Baik, Assalamualaikum Wr. Wb. Pak Menteri, mohon izin nama saya Noval Muharrem Nurdin, program doktoral luar negeri di University of Melbourne. Saya merupakan PNS dosen. di Institut Pertanian Bogor, latar belakang di Kedokteran dan juga di Gizi. Alhamdulillah mengikuti PK247 ini dengan banyak ulama dan caron ulama. Pengalaman saya dan sebagai edukasi di bidang kesehatan menyimpulkan pendapat pribadi bahwa edukasi di bidang kesehatan tanpa didukung oleh ulama itu sepertinya sia-sia. Karena perubahan hidup atau perubahan lifestyle itu kalau tidak ada motivasi akhirat atau itu sulit. Kalau ke dokter kalau besok mau meninggal baru mau berubah loh. Berhenti berokok kalau besok dibilang meninggal baru berubah. Tapi kalau misalnya masih sehat-sehat aja sulit. Di sini kami berdiskusi bagaimana peran dari ulama dalam meningkatkan edukasi di bidang kesehatan. Pertanyaannya adalah, Bapak juga sebagai lektor mudah-mudahan juga bisa mendorong adanya tesis atau disertasi kaitan dengan Islam dan kesehatan yang itu bisa menjadi panduan. panduan para ulama untuk mengedukasi kesehatan maupun para dokter sehingga bisa mengedukasi dengan penekatan di bidang agama. Yang kedua juga mungkin adanya suatu kolaborasi seperti ini sehingga ada komunikasi para ulama dengan para tenaga kesehatan sehingga bisa bersama-sama mengedukasi di bidang kesehatan karena kita ketahui misalnya BPJS tahun ini merugi. 2026 ada resiko gagal bayar, sistem kesehatan bisa runtuh semuanya karena terutama di bidang lifestyle dan juga terutama di bidang gizi. Mungkin itu terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirrahmanirrahim. Terima kasih Pak Menteri sudah menyampaikan pesan yang sangat luar biasa. Terima kasih juga Ibu Moderator, Ibu MC sudah memberikan kesempatan dari tiga hari yang lalu saya tidak. tidak mendapatkan kesempatan, Alhamdulillah hari ini diberikan kesempatan. Dan sangat bersyukur sekali materi-materi dari kemarin sepertinya konklusinya itu di hari ini yang begitu luar biasa terhusus dengan tema toleransi dan moderasi beragama yang disampaikan di hari kemarin. Sebetulnya ini sangat menarik. bagi kami yang konsen di jurusan ilmu al-Quran dan tafsir, kemudian kaitannya dengan toleransi antarumat beragama, bukan hanya kita memandang dari sisi agama kita saja yang benar, tapi tentu di antara agama-agama itu memiliki nilai-nilai yang baik untuk menjaga Pancasila. Maka tadi saya menarik dengan pembahasan Pak Menteri. dengan kurikulum cinta. Mungkin saya sedikit teringat dengan Islam yang rahmatan lil'alamin, bahwa dengan kehadiran jurusan ilmu Al-Quran dan tafsir pengkaderan ulama Masjid Istiqlal, ini juga memberikan kontribusi nyata bahwa ulama-ulama kita yang konsen di tafsir khususnya, itu tidak hanya itu-itu saja medannya. tapi juga lebih meluas lagi, lebih internasional lagi. Yang menjadi pertanyaan saya adalah penajaman strategi untuk lebih kepada universal situation, bahwa kita ini dalam kondisi yang sangat modern. Jadi ilmu tafsir itu sekarang itu ada yang namanya living Quran, di mana-mana kita harus memberikan. kalau dalam Islam kita memberikan nilai-nilai kebaikan Al-Quran. Dan saya yakin agama yang lain pun memiliki itu. Tapi tidak ada yang namanya titik temu di antara tengah-tengahnya. Semua agama itu baik, tapi tidak ada yang menengahi sehingga semuanya ini punya tujuan yang sama, tujuan yang baik untuk membangun negeri ini dengan bersama-sama kemudian juga memberikan yang terbaik untuk negeri. Jadi mungkin saya ingin bertanya bahwa bagaimana kira-kira penajaman strategi itu untuk kami khususnya di pengadilan ulama Indonesia. Terima kasih. Dan saya teringat satu pesan Bapak, saya sangat ingat betul ketika berbicara kemudian kami berkonsultasi, apa yang harus dilakukan? Bapak hanya menjawab, Anda harus belajar, Anda harus belajar. Kalau Gibran saat itu menyampaikan kepada Pak Prabowo, saya ada di sini. Saat ini Enok akan merespon kepada Bapak, saya ada di sini untuk belajar. Mungkin itu yang dapat saya sampaikan. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Luar biasa ya. Bagaimana Bapak, maaf. Namanya mbak. nong tadi Pak jadi ananda semua saya bangga ya betul-betul semakin kesini kok semakin kreatif ya mahasiswa kita ya nyanyianya yang lalu kok gak ada seperti ini ya jadi ini pertanda bahwa LPDP ini semakin kreatif semakin melahirkan unsur-unsur kreatifitas dan ananda semua Kurkulum berbasis cinta itu, ini untuk menjawab tantangan. Kalau kita mau jujur agama apapun agama kita itu, kalau berbasis kemanusiaan, humanity is only one, there is no color. Kurkulum mauludin yuja adalah fitrah. Kita itu kan satu. Nggak ada orang yang dibahayai, eh Pak nanti saya mau jadi agama Islam atau agama Kristen. Fitrah kita itu kan sama. Makanya itu harus berbasis cinta. Saya ingin melihat wajah anak-anak semua. Saya di sini Pak. Jangan sampai nanti kita guru agama tapi menjadi provokator. Sering kita lihat kan, mengajari kebencian sejak dini anak kita. Padahal negara kita sangat plural seperti ini. Apa sih yang kita harap dengan menanamkan kebencian kepada anak-anak didik kita? Mana lebih bagus? Menanamkan cinta atau menanamkan kebencian atau perbedaan? Menanamkan encounters. Apa itu encounters? Titik temu. Kita tidak bermaksud untuk menyamakan semua agama. Lantas bisa keluar masuk agama manapun yang dipilih. Tidak. Bagaimana mengajarkan diri anak kita itu. Terbiasa hidup dalam sebuah perbedaan. Bagi saya yang penting mana? Antara mengajak terwujudnya persatuan. Atau mengajak orang untuk membiasakan diri hidup dalam perbedaan tanpa ada konflik. Kan tidak mungkin kita akan menyatukan secara homogen itu. Tidak mungkin. Yang penting buat kita itu adalah bagaimana membiasakan hidup di tengah perbedaan yang ada tanpa ada ketegangan. Tapi malah sebaliknya saling melengkapi satu sama lain. Dan Quran itu kalau kita bawa ke agama Islam. Allah memuliakan anak cucu Adam Tidak ada ayatnya Allah memuliakan orang Islam Tidak ada Tapi siapa Bani Adam itu Apapun agamanya, apapun etniknya, apapun jenis kelaminnya Wajib hukumnya untuk kita muliakan Jangan melihat agamanya Berbeda sehingga kita tidak usah Muliakan itu, tidak Mematahkan tulang rusuk mayat Apapun agamanya mayat itu, sama dosanya kalau kita mematahkan tulang resuknya orang yang masih hidup. Membunuh satu nyawa sama dengan membunuh semua nyawa yang ada. Tanpa membedakan nyawa dengan agamanya itu agama apa. Itu Quran loh. Menghidupkan satu nyawa tanpa melihat agamanya apapun nyawa itu, itu sama dengan menghidupkan semua nyawa yang lain. Itu Quran. Nah kenapa ada teroris? Itu ngajarin siapa itu? Nah, akhirnya juga direspon. Jadi saya betul-betul berkeyakinan, Ananda kalau selesai, mengapa saya penanggung jawab pendidikan kader ulama? Kenapa harus ada shock cost-nya di Amerika? Kami ingin betul-betul, bagaimana calon ulama pemimpin umat Indonesia ini pernah hidup di negara minoritas Islam. Di sini kan tiap saat kita dengarkan azan, begitu ke Amerika, sudah 3 bulan, 6 bulan tidak pernah dengarkan azan. Jadi bagaimana hidup, membiasakan hidup di dalam situasi kebudayaan yang berbeda. Ada satu orang, alumni pertama itu, Pak, saya sebelum ke Amerika, saya menganggap Amerika itu negara satan. Benar. Begitu saya di bandara tertib, bersih, santun, sopan, buka pintu. Dia tidak tutup pintunya sebelum yang lainnya lewat. Saya melihat Islam di Amerika dalam praktek. Tapi saya kembali ke Indonesia, saya melihat Islam itu dalam teori. Di sana ada Muslim. Di sini ada Islam. Jadi artinya apa? Itu mungkin ilustrasinya lah seperti itu. Jangan memandang enteng bahwa Amerika itu ya, Eropa itu ya negara kafir, minoritas muslim. Tapi begitu mereka hadir di sana, Masya Allah, kok santun? Bahkan dibelikan mobil anak-anak kita itu. Karena harus jalan. Musim dingin, yang beli kamu beli siapa? Gabung-gabung. Ada Yahudi, ada Kristen. Nah kalau kita berbuat baik kepada orang lain, pasti responnya juga akan baik terhadap kita. Humanity is only one. Kenapa harus berbeda kalau kita harus bersatu? Karena kalau bisa bersatu kan. Nah itu sekaligus pertanyaan yang kedua juga saya jawab ya. Jadi, Betul Islam itu rahmatalillah alamin dan semua agama itu rahmatalillah alamin. Maka itu pernyataan saya kemarin itu di... Di Kementerian Agama, baru saya dilantik, saya berikan pernyataan. Wah, Kementerian Agama sekarang ini dapat penghargaan WTP wajar tanpa pengecualian, kemudian banyak sekali. Tapi itu potret diri kita. Tapi bagaimana potret orang lain terhadap Kementerian Agama? Kalau kita melihat potret diri kita, pasti bagus semuanya itu. Kita yang lukis kan? Tapi apa kata orang memotret diri kita sendiri? Bagi saya kementerian agama itu sukses, manakala umatnya tidak lagi berjarak dengan agamanya. Semakin jauh jarak antara umat dengan agamanya, semakin gagal kementerian agama. Semakin dekat antara umat dengan agamanya, semakin sukses kementerian agama. Kalau orang, umat apapun, kalau umat itu menyatu dengan agamanya, Kita tidak perlu pintu. Tidak perlu polisi. Karena takut bahwa mencuri itu kan haram. Kalau semua orang kembali kepada substansi ajaran agamanya. Tidak ada kejahatan. Tapi kita kan bukan malaikat. Tapi tidak boleh menjadi iblis. Nah itu. Kemudian. Bagaimana nanti kan terjadi pelemahan dengan kurikulum cinta? No. Coba lihat, Nabi mempraktekan kok itu. Inersirkan Nabi itu, ada beberapa non-muslim. Salman Al-Farisi, itu agamanya bukan agama Islam. Tapi kemana-mana pergi Nabi, itu selalu ikut Salman Al-Farisi. Last minute-nya Nabi baru masuk Islam, itu si Salman Al-Farisi. Nabi. Menerima tokoh-tokoh lintas agama 60 orang di masjid. Nabi Salat Asar di situ, eh rapat Nabi dengan tokoh lintas agama dipimpin oleh Abdul Masih. Ada Yahudinya, ada Kristen Ortodoksnya, ada Zorasternya, ada aliran lain. Menjelang matahari terbenam, interupsi ya Rasulullah, sebentar lagi matahari terbenam, tapi saya belum melakukan kebaktian. Kata Nabi, di sini tidak ada rumah ibadah lain. Lakukanlah kebaktian di situ. Kebaktian di masjid. Perintah Nabi. Kasian tuh. Gerejanya sudah tidak pernah jadi-jadi. Tidak pernah beribadah. Ayo bantu tuh. Ambilkan uang dari hibah. Jangan ambilkan dari zakat atau sodakah. Nabi membangun gereja. Ada dua kali. Satu dalam bentuk surat. Satu dalam bentuk instruksi. Nah kok tiba-tiba kita mengajarkan agama harus berjarak antara satu dengan yang lain. Nabi kan tidak seperti itu. Coba kita lihat konsilipatikan dua itu yang teman-teman yang beragama katolik itu kan. Kebenaran itu juga ada di luar diri gereja itu sendiri. Di masjid juga ada kebenaran. Di candi juga ada kebenaran. Jadi ada titik temu sekarang ini. Jadi kalau ada orang yang orientasinya selalu melihat perbedaan. Maka itu sudah ketinggalan kereta. Bagaimana sekarang kita hidup di dalam sebuah kemejemukan ini. Menekankan aspek kebersamaan. Kan enak kan. Teman-teman disini duduk ada beragama macam-macam. Tapi gak ada orang lain. There is no the others. We are the one here. Tidak ada orang lain. Kita bisa saling merindukan. Saya mencium paus. Dengan penuh ketulusan. Karena saya bayangkan bapak saya tuh. Botaknya juga sama tuh. Jadi secara tulus, begitu saya cium, dia cium tangan saya juga. Jadi the vote of the year di United Nations itu adalah foto imam besar dengan paus. Nah, banyak sekali yang tergugah. Maka itu di Mesir, di Eropa, itu dideklarasi menjadi the vote of the year imam besar dengan paus. Dia enggak ada beban, saya juga enggak ada beban. Itu satu bukti humanity is only one. Nah, teman dari IPB, bagus ya. Education tanpa ulama, jadi begini. Ulama itu kan juga posisinya untuk sementara ya. Sama dengan pendeta, pastor, guru kalau agama Hindu ya. Guru itu bahasa sansakerta. Gu artinya kegelapan, ru artinya obor. Guru, obor. Ia mengusir kegelapan untuk menjadi guru. Itu diperlukan waktu bertahun-tahun untuk bersemedi, masuk ke gua-gua, di padepokan dan seterusnya. Baru bisa menjadi guru. Tidak semua pengajar itu guru. Jadi guru itu bahasa suci, bahasa sakral itu dalam agama Hindu itu. Kalau pada nanya bahasa Arab itu murshid. Murshid itu tidak gampang menjadi sheikh atau murshid. Itu juga harus berkontemplasi sedemikian rupa. Makanya tidak semua guru itu murshid. Sayang sekali murid menjadi... Bahasa Indonesia, padanannya itu Mursyid tidak menjadi bahasa Indonesia kan Murid itu orang yang bersungguh-sungguh Mendapatkan ilmunya Tuhan Kalau tulap, siswa pelajar, mahasiswa Orang yang bersungguh-sungguh itu mendapatkan Ilmunya dosen, mana lebih hebat Ilmunya Tuhan atau ilmunya dosen Kalau murid itu mencari ilmunya Tuhan Kalau siswa mencari Ilmunya guru, nah kalau Murid, munculah Apa yang disebut dengan impersonal teacher? Dosen yang bukan orang. Alangkah miskinnya seorang mahasiswa kalau gurunya hanya orang. Batin kita itu mampu belajar terhadap alam semesta. Otak kita hanya mampu belajar kepada visual yang ada. Alangkah miskinnya seorang mahasiswa kalau hanya bisa belajar kepada orang hidup. Roh tidak pernah mati. Ulama, wali, apalagi para nabi. Itu bisa memberikan pengajaran. Lihatlah, Nabi dalam bahasa Al-Quran, itu menggunakan fi'il mudari, present continuous tense. Jadi Nabi masih bisa mengajari murid-muridnya, kita. Coba lihat ulama para wali itu, diajari Rasulullah dalam bentuk mimpi, bahkan ada yang dikasih buku. Ibn Arabi bermimpi dikasih buku oleh Nabi, buku benaran sampai sekarang, khusus sulhikam itu. Khut Adal Kitab, khusus sulhikam. Ambil buku ini, judulnya khusus sulhikam. Coba, Al-Ghazali yang sangat populer di Indonesia, nulis kitab Ihya Ul-Mudin di Menara Masjid, tengah malam itu. Ada muridnya, ya Sheikh, ini kok banyak hadis yang saya tidak temukan dalam kitab hadis. Nah, saya tidak pernah menulis satu hadis dalam kitab Ihya, tanpa konfirmasi kepada Nabi. Ya Rasulullah, benar enggak engkau pernah mengatakan hadis ini? Sebelum Nabi nganggu, saya tidak nulis. 240 hadis dalam Ihya Ulumuddin, berapa semester itu? Nabi Wafa tahun 632, Al-Ghazali Wafa tahun 1111. Jadi alangkah miskinnya seorang mahasiswa kalau gurunya hanya orang hidup. Para ulama besar kita itu belajarnya dimana langsung? Ke Nabi Musa, ke Nabi Isa, ke mana pun. Roh tidak pernah mati, dia proaktif. Makanya kalau kita punya roh yang bersih, Bisa komunikasi secara batinnya. Bukan hanya kata agama Islam. Coba tanya teman-teman kita. Agama Hindu, agama Buddha, agama Kristen juga. Agama Yahudi. Jadi semua agama memberikan pembenaran. Bahwa kita bisa berkomunikasi dengan orang yang sudah wafat. Nah mereka kan hebat. Coba Ibn Rushd lebih seribu tahun yang lampau. Di pagi hari dia dokter ahli bedah. Kitabutip itu 20 jilid, encyklopedia kedokteran masih ada sekarang di Eropa itu. Di siang hari dia seorang filosof, menulis, mengkritisi dan sekaligus membuat annotation terhadap bukunya Plato dan Aristoteles. Filosofat Yunani 600 tahun sebelum masehi kan. Di sore hari dia seorang kadipukaha, nulis Bidayatul Mujitahid, perbandingan masyarakat yang sangat-sangat rigid, sangat mikro. Malam hari dia seorang sufi. Itabul ikamnya itu. Bagaimana mungkin tanpa laptop, tanpa guru fisik bisa menguasai empat disiplin ilmu yang sangat berbeda. Kenapa? Ya karena dia mampu menggunakan the power of spirituality-nya itu. Kecerdasan emosionalnya yang sangat luar biasa. Ya jadi inilah tadi saya katakan betapa pentingnya kita memperbaiki budi pekerti kehalusan jiwa. Perbanyak zikirnya, baca Quran, baca kitab-kitab suci masing-masing. Dekat kita dengan Tuhan, maka terbuka langit untuk melakukan pencerahan pada diri kita itu. Jadi Islam dan kedokteran sudah banyak. Di PT. IKI itu ada Islam dengan berbagai macam disiplin ilmu. Dan insya Allah, ananda semua, kalau sudah berhasil, kita bisa tukar-menukar informasi tentang masalah perbukuan. Kuasai perbukuan. Jangan ada buku yang tidak pernah kita baca, minimum judulnya. Jadi pertumbuhan... Buku setiap hari itu di internet itu ya, kalau kita lihat di Google buku apa yang hari ini muncul, disiplinnya apa, ya di itu ada pasar buku kan, di berbagai macam pasar di internet itu, judulnya aja. Nah kalau memang sudah tertarik judulnya, bisa kita print out, bisa kita pindahkan ke handphone, ada caranya kok itu. Nah sekalipun tidak dibayar oleh, pokoknya kalau orang ahli di IT. Dia bisa mengkopi apapun yang ada di komputer itu. Buku-buku enggak usah beli buku. Buku itu taruh di handphone, taruh di laptop. Nah inilah anda semua saya berharap betul kalian akan menjadi alumni LPDP inilah nanti akan menjadi pemimpin bahasa Indonesia yang sukses. Iya benar. Sudah kelihatan kok wajah-wajahnya ini. Wajah-wajah. Menteri wajah-wajah profesornya sudah kelihatan. Sudah. Kita bangga ya Pak Andin. Ini generasi pelanjut kita. Insya Allah, ananda apapun kesulitanya, sampaikan ke kami-kami di sini. Kita punya hubungan emosional. Kalian adalah anak-anak kami, kebanggaan kami. Terima kasih. Assalamualaikum.