Banyak nih Kang yang bergabung. Kita masih tunggu lah. Mungkin ya 3 menit sampai 5 menit lagi.
Emang nggak Kang? Siap lah. Kalau gitu saya beralih dulu ke tempat lain nih.
Ini makasih sekali nih Kang Asep. Teman-teman, sahabat semua dimanapun se-Indonesia nih. Sibuk banget gitu.
Jadi fleksibel adaptasi. Menyibukkan dia gitu Kang. Bukan sibuk Kang. Ini emang ketimbang istri Manyun gitu.
Membuat... Jadi tetap happy gitu Seakan-akan kita punya pekerjaan Biasanya Kang Asep ini Saya senangnya Nanti kita cerita Saya senangnya nyetir Karena mantan supir angkot teman-teman Jadi kemana-mana bawa mobil Ngasih pelatihan kemana-mana Ke Surabaya bawa mobil sendiri Kang Asep ini luar biasa Dari mana Kang? Dari kereta ke kereta ya Kang ya? Dari kereta ke kereta Dari bis ke bis diundang kemana-mana siap gitu ya di perjalanan saya tabis pesawat, nanti teman-teman nih yang mau mengundang Kang Asep silahkan silahkan, nanti kontaknya minta Mbah Hai ya, ke admin ya Mbah Hai nih kita silahkan dulu, silahkan ada yang mau nyapa Kang Asep silahkan kita sambil nunggu ya, 2 menit lagi ya izin Pak Iwan saya mau ucapkan terima kasih sama Pak Asep Sepp, alhamdulillah Pak Sepp, tesisnya tentang hipnotera tapi lulus, nilainya sempurna lagi.
Nah itu dipedefkan, dikasih, dibagi ke kita dong. Oh iya, insya Allah nanti saya ngedefin. Udah pedefkan, dibagi ke kita.
Iya, akhirnya UI menerima hipnosis akhirnya ya. Oh zoomnya nggak? Berarti Anda bisa menaklukkan Pak Dekan itu. Ya, kalau rejeki masuk.
Yang nguji Bu Perotol Uyun. Oh, Bu Perotol Uyun. Ya, Bu Perotol Uyunnya nanya-nanya dulu ke saya sebelum nguji kamu. Saya bilang ke Bu Uyun, kalau Bu Uyun nggak meluluskan anak ini, rugi UII. Gitu aja.
Pokoknya terima kasih. Akhirnya saya dapat abulet untuk tesis tentang hipnotis. Baik, sama-sama, Mas. Terima kasih. Halo, Pak Sepp.
Halo. Ini Mr. Dewi Batman, Pak Sepp. Atau Nung juga yang punya forgiveness therapy.
Nah, ini Batman, tapi nggak darah hobinya gimana ini? Batman harus darah hobinya dong. Ya Robinnya ini ada Masih kecil ini Masih kecil ya Salam lah buat Robin yang masih kecil itu Oke siap guys Kita siap belajar Sami-sami kan Bentar dulu Kak Saya mau disaed Kang Asep, salam takjin dari Jogja, Kang Asep.
Silahkan. Salam takjin itu, salamnya udah tinggi banget nih, pakai takjin segala. Kangen nih sama Kang Asep nih. Wah, cuman omongan doang tuh.
Menimbah ilmunya lagi. Assalamualaikum, Kang Asep. Waalaikumsalam, warahmatullahi wabarakatuh. Saya Aseptis, nak. Jadi Anda bergabung dalam Dalam paguyuban asep sadunya Berarti ya Murid Akang waktu di Inner Child UI Oh iya iya Terima kasih ilmunya Assalamualaikum Assalamualaikum Assalamualaikum Ya silahkan Kita satu menit lagi ya Apa kabar Pak Seb?
Kabar, Alhamdulillah baik. Alhamdulillah senang sekali melihat Pak Seb dari kejauhan. Terus itu maksudnya ketawa itu apa maksudnya gitu? Lucu gitu.
Senang aja sebenarnya. Ada orang setelah itu mentertawa gitu. Tertawanya maksudnya apa itu?
Aduh, bentar Pak. Senang aja luar biasa, Bapak. Nggak berubah, luar biasa. Senang banget. Wah, saya justru khawatir kalau nggak berubah.
Terima kasih ya. Sudah mengadakan kegiatan ini, saya jadi bisa melihat Pak Aset langsung. Terima kasihnya, Kang Iwan.
Saya emang nggak punya aplikasi Zoom. Ini juga alhamdulillah, Kang Iwan, jaringan yang biasa unstable jadi stable ini lumayan. Alhamdulillah.
Baik, kita mulai ya, Kang, teman-teman. Ya, dimulai aja, Kang. Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kang Asep, Atunuhun, makasih nih sudah meluangkan waktu satu jam. Kalau lebih bonus ya Kang Asep ya, lebih dikit ya teman-teman. Lebih dikit boleh lah.
Ini teman-teman banyak yang minta nih, Kang Iwan, Pak Iwan undang dong Kang Asep siap dengan senang hati. Nanti kita undang di asal ini. Makasih nih teman-teman yang sudah bergabung.
Kang Asep, tema hari ini adalah Asep. Utila, Inggris Indonesia, Asep Utila. Tapi sebelum kesana, kita cerita dulu nih kan, banyak teman-teman yang sudah kenal Kang Asep, jauh-jauh lah, udah pada deket saya juga termasuk yang deket. Cerita dulu nih Kang Asep, yang pertama dari si Holo, terus belajar hipnotafik, ceritanya gimana kan, gak semua nih, ada teman-teman yang si Holo juga, yang gak mau belajar hipnotafik, mengenal pun gak mau gitu, bahkan takut mengenal kata hipnotis tuh gitu.
Cerita dulu lah sedikit kakak step gitu. Lata belakang nih masa lalu. Baik ya, jadi saya kuliah dulu.
Dulu saya sekolah di Sekolah Pendidikan Guru Kang Iwan. Jadi pada waktu setelah SMP dari SMP Negeri leles, saya masuk ke Sekolah Pendidikan Guru di Satu Setiap di Jakarta. Dan di Sekolah Pendidikan Guru, saya membaca ada di perusahaan, ada buku tentang, buku kuno sebenarnya, buku Mesmer. Kedul gitu ya kakak. Jadi buku Mesmer.
Jadi buku Mesmer. Dan ada buku hipnotismnya yang ditulis oleh gurunya Freud. Jadi buku kuno itu. Nah, saya mengeksplorasi saja buku itu.
Lebih ke tema-tema pembelajaran ke murid. Jadi bagaimana pendekatan ke murid. Dan saya karena kita eksplorasi, mau tidak mau kita adaptasikan beberapa tema-tema yang syarat dengan budaya.
Kita coba. dialih budayakan. Nah, kemudian mungkin Kang Iwan itu yang lain-lain dimatikan dulu kali.
Kang Iwan itunya apa namanya? Diminta dimatikan aja itunya. Jadi coba kita berdua. Nah, ya. Jadi, ulatu damai tuing lah, Pak Iwan.
Maka, Kang, dilanjut. Di sisi lain saya senang dengan budaya. Di dalam budaya-budaya Sunda, khususnya budaya Sunda ya, itu saya menemukan mantra, Kang Iwan.
Jadi mantra. Mantra jampe dan segala macam. Jadi mantra itu bagaimana adalah orang sebenarnya, orang pengen pede, ada mantra pede.
Orang pengen misalnya menaklukkan perempuan, ada mantra penakluk perempuan. Orang pengen bekerja, ada mantra bekerja. Orang pengen misalnya menaklukkan bos, ada mantra penakluk bos.
Itu. Saya hidup di dalam tradisi seperti itu. Dan saya juga adalah punya kakek, menarik nih Pak Iwan, dari pihak ibu saya, kakek saya Kiai.
Dan itu juga syarat dengan ilmu hikmat yang ada kaitannya dengan pemilihan kata. Nah dari kakek dari pihak ayah adalah Dukun, ya Iwan. Ya walaupun Kiai juga, tetapi Dukun, dianggap Dukun ya.
Bahkan Dukunnya Gubernur Jawa Barat di pada era itu. Saya pernah nanya nih sama kedua orang kakek ini, yang lain kan kalau pengen belajar sesuatu harus mandi dulu. Mandi tujuk kembang ya Kang? Ah, mandi tujuk kembang. Harus kungkum.
Kalau saya malah dimarahin sama mereka, jangan, kamu mah gak usah pakai kungkum. Kungkum mah buat orang goblok dan tolol katanya. Kamu mah udah pakai pikiran aja, pikiran kamu cukup pinter lah katanya.
Kamu pikirkan aja apa yang kamu inginkan, pasti terjadi. Saya diajarin itu oleh dua kakek. Dua kakek itu yang satu menggunakan ilmu-ilmu kepesantrenan, yang satu karena dia juga adalah kiai sekaligus juga senang dengan ilmu-ilmu budaya menggunakan tema-tema ilmu budaya.
Sehingga bagi saya, melihat antara timur dan barat jadinya nih kaya Iwan. Sehingga saya melihat hipnoterapi, hipnosis bukan hal-hal yang perlu ditakuti. Itu sudah, kalau kita bicara di dalam budaya Nusantara, itu sudah bagian dari kesaharian kita. Nah, bahwa ada teman-teman psikolog yang takut, ya kasihan saja. Mereka takut, tetapi sesuatu yang mereka belum kenal.
Nah, makanya... Saya seringkali kalau misalnya kekalangan-kalangan psikolog seringkali menjelaskan hipnosis menggunakan mata kuliah psikologi umum Kang Iwan. Nah di dalam mata kuliah psikologi umum itu ada tentang tema kesadaran, consciousness. Nah itu di dalam seluruh buku tentang consciousness itu ada di dalam tema, di dalam buku itu ada tentang hipnotism. Itu yang pertama.
Nah yang kedua. Yang kedua, kemudian juga kalau misalnya kita cermati dalam tema-tema psikologi, di dalam American Psychological Association itu ada divisi kesekian, itu divisi hipnotisme. Kemudian menaklukkan teman-teman di psikologi, saya cuma tanya. Saya bilang, kita di mana nih Universitas Indonesia? Jurnal tertuanya dari Universitas Indonesia dikeluarkan tahun berapa?
Mereka kan akan mengatakan tahun 60. Taukah Anda bahwa jurnal hipnoterapi pertama kali? dikeluarkan oleh perguruan tinggi yang namanya Oxford Harvard University dan Stanford University dan tokoh-tokoh hipnoterapis yang saya bilang, saya tanya tuh beberapa nama tokoh yang seringkali tidak ada di dalam tokoh psikologi kognitif keinginan tahukah anda nama-nama orang ini? nah, kata mereka tahu tahukah anda penelitiannya apa?
mereka pasti tidak tahu penelitian mereka tentang hipnotism orang ini judul disertasinya ini, orang ini judulnya disertasinya ini dan mereka melakukan penelitian hipnoterapi hipnosis eksperimental. Nah baru itu, kemudian saya kasih tuh jurnal-jurnal hipnoterapi dari Stanford University, dari Harvard University. Baru mereka menganggap bahwa oh ternyata ilmiah ya hipnosis itu kira-kira gitu, Kang Iwan. Kalau sekarang saya alhamdulillah Kang Iwan, karena UNPAD, Universitas Pajajaran itu sudah mempunyai central of studi-studi jadi saya rasa diantara seluruh perguruan tinggi di Indonesia saat ini yang benar-benar berani diklarir adalah empat disitu ada Kang Jimmy ada Dokter Gilang kemudian ada Dokter Aulia walaupun ya biasa lah kalau kafilah akan tetap berlalu walaupun aja menggonggong selalu ada nah tadi saya mau nanya ke Kang Asip gimana nih apa yang mau disampaikan ke si Allah Si Allah-Allah termasuk juga ini ada aluni-aluni juga Yang si Allah-Allah disini yang mungkin belum sempat Ketemu Kang Asep nih, tapi udah dijawab Sebenarnya gitu sama Kang Asep Yang tadi ada banyak tes Bahkan di Amerika sendiri Ada negara-negara bagian Yang gak boleh tuh belajar hipnoterapi Atau belajar hipnosis Kalau misalnya pendidikannya Tidak S2, kalau gak minimal S2 Dan pendidikannya harus di bidang Kesehatan, konsol, si Allah Ini beberapa negara bagian seperti itu ya Kang ya?
Betul. Bahkan memang Kang Iwan kalau menjadi menarik di Amerika itu sendiri kan kalau kita lihat ada beberapa aturan negara bagian yang pertama misalnya saja nanti aplikasi hipnosisnya ada yang melarang penggunaan hipnosis di dalam rangka forensik tetapi ada yang membolehkan menggunakan forensik. Nah yang melarangnya, yang dilarang mereka menggunakan public interviewing. Padahal kognitif interviewing itu Eta-etake nih Pak Yuwan Siap ya Kang Nah Kang kita berhari ya Kang Ini Kang Asep kan terkenal nih Dan saya tahu bacaannya banyak Ini buat teman-teman nih yang mau belajar Masih banyak yang muda-muda nih Saya udah senilai, Kang Asep udah lebih senilai lagi Banyak teman-teman yang muda 20-an, 25 lah ya Yang gabung disini juga Yang mungkin nanti lihat di Youtube Apa nih kiat-kiat Kang? Kok bisa jadi sihoho loh terkenal Senio dan kalau boleh jujur nih siho-hollo di Indonesia nggak banyak yang seperti Kang Asep.
Tips-tipsnya apa Kang? Pengalamannya gimana? Boleh berbagi. Silahkan Kang.
Karena ini penting banget nih Kang. Saya sendiri mungkin karena ini latar belakangnya. Latar belakang saya sama latar belakang Kang Iwan sama lah.
Sama kan maksudnya sama-sama susah gitu Kang Iwan. Sama-sama susah. Yang itu jangan disebutin.
Udah pasti. Nah, jadi pengalaman-pengalaman hidup itu menempa kita relatif lebih cepat dibandingkan orang lain. Sehingga artinya gini, kalau misalnya orang lain itu mendapatkan tekanan-tekanan itu baru di usia setelah sarjana, kita memang sudah sejak SD, Kang Iwan.
Cuma bedanya mungkin kita alih-alih menjadi traumatik dengan pengalaman-pengalaman sulit itu, justru kita belajar menjadi mampu mengolah itu menjadi sumber daya dan kekuatan bagi kita. Sehingga karir saya sebenarnya ternama sih, Pak Iwan, sebagai Direktur HR. Jadi berkaitan dengan bagaimana kita dari mulai merekrut.
sampai membina orang, sampai kalau misalnya orang yang bersangkutan sudah tidak ada warna lagi di kita, dulu saya termasuk orang yang suka menjualin karyawan kita, Kang Iwan, ke perusahaan-perusahaan orang lain. Misalnya orang itu... Itu bukan membina, itu membinasakan.
Enggak, misalnya... Kan sangat tidak memungkinkan perusahaan kadang-kadang juga kan nggak cepat, gitu, Kang Iwan. Misalnya kalau kita posisi manajer, misalnya kan tetap satu, sampai kapanpun.
Katakanlah manajer akunting ini ada orang yang bagus nih bisa jadi calon manajer akunting. Nah sementara si atasannya kan masih di situ kan gak mungkin dia ditentalkan. Maka saya seringkali itu apa namanya ngajarin tuh anak-anak buah itu.
Bagi saya kamu berhasil adalah kalau kamu bisa berkarir. Karir itu jangan diartikan di sini bisa dimanapun. Nah sehingga dulu saya dikenal itu oleh karyawan-karyawan saya itu adalah sebagai orang-orang yang mempunyai prinsip mengembangkan orang itu tidak hanya di perusahaan itu bisa dimanapun.
Atas dasar itu, saya melihat bahwa walaupun saya melakukan pekerjaan di dalam dunia psikologi industri, tetapi saya melihat gini, Kang Iwan, banyak manajer-manajer macet, banyak direktur ngaco, banyak supervisor ambudadulu pekerjaannya disebabkan oleh tema-tema pribadi. Nah, saya kan berarti harus mempengaruhi ini orang-orang super produktif. Nah, saya kan belajar agama pendekatan. Dan saya lihat pendekatan hipnoterapi tercepat.
Artinya dari segi waktu terefisien, dari segi pendekatannya juga bisa relatif lebih mudah. Asalkan syaratnya tadi, kita banyak gaul. Kalau kita banyak gaul, karena sejak anak-anak gaul dengan beragam macam orang, dari dunia hitam sampai dunia putih, dari dunia golok sampai dunia tasbih, maka kita jadi tahu, orang-orang seperti ini harus dilakukan pendekatan seperti apa. Sehingga kita punya pilihan kata, pilihan ekspresi, pilihan cara bicara, pilihan cara kemudian mengutarakan yang relatif tepat dengan orang yang bersangkutan. Nah, jadi pengalaman-pengalaman itulah.
Jadi saya aktif, ya Alhamdulillah, Kang Iwan, di ragam lini dari dunia psikologi industri, kemudian di Kadin, di Kamar Dagang dan Industri, itu dengan para pengusaha, di Apindo, di Asosiasi Pengusaha Retail. Kemudian juga di kelompok-kelompok Kadang-kadang saya seringkali juga Diajak di kelompok-kelompok putih Misalnya Majelis Ulama Kemudian Lakbesedam NU Belum lagi Muhammadiyah Jadi kadang-kadang saya juga gak jelas Ini saya Muhammadiyah atau NU saya gak jelas Kalau diundang ke situ Apa yang disampaikan? Biasanya diundang tentang apa? Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu Yang akan melengkapi mereka Misalnya katakanlah di NU, saya lihat nih celah yang belum pernah mereka ada, nggak ada ahlinya bicara tentang tema-tema itu.
Saya masuk di tema-tema yang memang akan memperkuat organisasi mereka dan yang tidak terperna terpikirkan oleh mereka. Nah sehingga saya tetap bisa berkontribusi dan disimak gitu omongan saya gitu Kang Iwan. Siap Kang. Jadi Kang kalau disimpulkan tadi, pengalaman-pengalaman tadi komunikasi dengan berbagai kalangan itu sangat bermanfaat juga di dalam apa? konteks hipnoterapi atau di teapi ya Kang ya?
Ya, betul. Apalagi kalau saya kan hipnoterapinya impro-impro-hipnoterapis kan, Bang. Jadi hipnoterapis yang pertama, nggak dibayar.
Yang kedua, berkaitan dengan masalah-masalah yang rumit, rolik, nggak sempat pikir dulu, kemudian nggak akan. Kan banyak-banyak gitu. Misalnya saja di beberapa perusahaan, saya sering kali dipinjam nih.
Dipinjam oleh presidium-presidium perusahaan lain. Saya, tiba-tiba ada peributan di begini. Tapi dong, kita nggak sempat terlena dulu, mikir dulu, harus impromptu.
Nah, di tema-tema impromptu dadakan seperti itu, mau tidak mau seluruh pengetahuan-pengetahuan terbaik kita muncul. Oke, siap. Ya, Nuhun nih, Kang.
Ini buat anak muda dulu nih, pesen apa nih? Kayak tadi sebelum ke materi, satu lagi nih, Kang. Pesennya apa?
Oh, kan teman-teman gini, Kang. kita udah tahu bahwa setiap sukses itu kan meninggalkan jejak nih Kang Asep itu kan meninggalkan jejak-jejak yang bisa di modeling lah kalau kita ngomongin NLP gitu ya gimana nih Kang buat anak-anak muda nih Ya kalau saya sih ngamatin begini, gaulah dengan ragam tema, bergaulah dengan ragam orang, bergaulah dengan ragam kultur, bergaulah dengan orang dengan ragam keyakinan, bergaulah dengan ragam budaya. Nah sehingga dengan demikian kita bisa melihat bagaimana keunikan itu dipandang oleh mereka dirinya masing-masing. Setelah itu kemudian kita menjadi tahu persis, oh bagi orang Sunda yang dikatakan baik akan berbeda dengan orang Jawa mengatakan baik.
Dengan orang Batak mengatakan baik. Oh bagi seorang Muslim maka sesuatu yang dikatakan indah bisa jadi agak beda penggambarannya dengan seorang Katolik, dengan seorang Protestan, dengan seorang Hindu, dengan seorang Buddha. Oh ternyata misalnya saja di bersendawa di daerah tertentu justru adalah...
bentuk penghormatan, sementara di tempat lain adalah justru bentuk penghinaan. Nah tema-tema itu hanya akan kita pahami kalau kita belajar untuk beragam. Jadi bukan seragam. Jadi yang dibutuhkan di bangsa kita yang multi-etnik dengan kredonya Bineka Tunggal Ika justru adalah belajar keragaman itu.
Itu yang pertama kanak-kanak muda. Yang kedua Mau terus bereksplorasi mungkin, Kang Iwan. Mau terus bereksplorasi.
Nah, kadangkala eksplorasinya ini yang males. Jadi, belajar bereksplorasi. Kemudian, jangan percaya omongan orang sebelum Anda membuktikannya sendiri atau sebelum Anda membantahnya dari pengalaman-pengalaman Anda.
Jadi, semua teori-teori yang Anda pelajari dari buku, anggap saja wabung kosong. Sebelum Anda merasakannya sendiri, membuktikannya sendiri. Dan, barangkali nasihat dari beberapa psikoterapis di Amerika itu lebih saya ambil, Kang Iwan, dibandingkan nasihat-nasihat dari dosen-dosen saya ketika di psikologi. Nah, kenapa itu Kang? Gimana?
Karena gini, kalau nasihat-nasihat dari dosen-dosen saya di sini begini, kamu itu bukan ahli, jangan coba-coba. Kamu itu bukan ahli, jangan coba-coba. Ya gitu. Sehingga nakut-nakutin.
Nah, tapi kalau misalnya guru-guru saya di Amerika itu ngomongnya begini, saya tidak mengerti. Orang yang datang ke kamu itu pastinya adalah sudah digerakkan oleh Tuhan. Dan itu jarang. Jadi artinya gak usah takut kamu akan salah. Kalau salah mah udah pasti.
Nah cuman, yuk mumpung klien percaya sama kamu. Kamu juga ada di situ. Yuk bolehkan diri kamu adalah mengeksplorasi seluruh keterampilan terbaik yang kamu miliki untuk membantu klien kamu.
Kan beda kak Iwan nasihatnya. Kalau yang satu kamu bukan ahli, udah jangan ngapa-ngapain. Akhirnya sampai kapan.
Akhirnya kan, jadi kalau boleh jujur di Indonesia nih Kang, psikologi, psiholog klinis itu sedikit dibandingkan psiholog di pengembangan dia. Nah, itu ada alasan lain. Karena tadi, yang pertama, tidak sedikit.
Banyak psikolog klinis romantik, Kang Iwan. Si holonya tahu bagaimana nih. Lah, saya bisa mengatakan begitu karena saya banyak kebantu adik-adik kita yang jadi psikolog klinis itu yang mengalami kemaju sama profesornya, sama dosennya.
Termasuk juga mendapatkan labeling-labeling negatif bahwa kamu nggak layak jadi psikolog, kamu nggak becus jadi psikolog, kata-kata kejam lah. Nah, jadi bayangkan mau gimana orang mempunyai rasa pede kalau misalnya saja guru besarnya, profesornya ngomong seperti itu. Nah, cukup banyak, Kang Iwan.
Dan ini, bagi saya... Jadi kayak keampunan dipotong. Untung saya gila.
Kenapa? Karena pertama kali 2010 ketemu hipno. Belajar hipno. Calon dokter gitu ya. S3.
Dan disebut gila sambil begini. Dan saya cuma menyebutkan. Alhamdulillah Profesor tahu saya gila. Tapi saya perlu sampaikan.
Saya gilanya udah 2 tahun yang lalu. Jadi saya kekel aja. Terus aja belajar hipno. Kalau nggak, nggak akan ada di sini sama Kang Asif. Nggak ketemu Kang Asif.
Kalau saya langsung dibilang gila. Tapi langsung berhenti. Tahu mah ya kan ya.
Ya iya. Silahkan Kang. Ini ini.
Ini aja, Kang. Bundlenya saya, gitu ya. Iya, nah itu yang seringkali terjadi.
Jadi saya mengamati, oh pantas. Yang kedua, seakan-akan juga, apa namanya, menjadi kalimat yang berulang-ulang. Itu seringkali muncul, diomongkan di fakultas psikologi. Jadi psikolog klinis itu nggak ada duitnya.
Psikolog klinis nggak ada duitnya. Nah, saya ngeliat kenapa? Ya yang omongnya yang memang nggak berduit, gitu. Dan saya coba buktikan. Saya bilang, saya jadi psikolog klinis bisa kaya.
Lebih kaya dari psikolog industri. Wah, itu saya ngomong gitu, mereka pada marah kan. Gimana lu buktinya?
Ya udah gini deh, kita buka-buka rekening aja lah. Lu orang TIO, gue orang... Gue sekarang menjalankan tema-tema psikologi klinis nih. Dari sejak 2009, saya bilang, saya menjalankan... menjalankan profesi saya lebih banyak ke psikologi klinis.
Kita sekarang buka-bukaan aja rekening. Berapa rekening koran kamu, berapa rekening koranku. Nggak ada yang berani, Kang Iwan, ditanya begitu.
Kang, saya simpulkan dulu, Kang. Ini penting buat teman-teman. Jadi banyak yang belajar.
Dan ini, Kang, masalah lagi kenapa saya akan simpulkan ini. Banyak yang sudah belajar. Hipno belajar, NLP, coaching.
Tapi belum mau praktek nih, Kang. Ilmunya udah numpuk banget. Tadi Kang Asep sampaikan bahwa Tuhan bisa jadi Allah. bisa jadi sudah menggerakkan pasien tersebut klien tersebut, orang tersebut untuk ketemu teman-teman untuk teman-teman sudah dapat ilmunya ya ekspor lah tadi lah nah nolak dulu ya nolak lagi, berulang-ulang datang nolak dulu, dibuka lah, kalau bahasa saya udah hajar dulu aja, sambil mencoba gitu, sambil mencoba saya gak, gimana kan ya betul, yang diperlukan itu adalah justru kebolehan kita menerima bahwa kita jadi murid dari si klien Jadi saya ingin menyampaikan kalau di dalam melatih teman-teman, saya bilang, guru Anda sebenarnya bukan ACPR Lugani, guru Anda sebenarnya adalah klien Anda.
Klien Anda itulah guru yang sebenarnya, karena klien itulah yang tahu tujuan dia datang kepada Anda, klien juga tahu bahwa cara Anda efektif atau tidak. Jadi saya sekalipun melatih Anda, tetapi bukan the real guru, the real guru adalah klien Anda. Nah, jadi kalau misalnya Kak Iwan... Kalau ada orang-orang yang sampai sekarang ketakutan menghadapi klien, waduh, kasihan banget itu orang. Guru aja ditinggalin, gitu kan.
Padahal guru yang paling mahal itu kliennya itu, Kang Iman. Betul, Kang. Dan teman-teman, ini asik nih.
Karena kita mulai masuk ke materi. Di dalam konvensional hipnoterapi, ahlinya adalah kita, hipnoterapis. Tapi dalam elektronian hipnoterapi, yang ahlinya siapa, Kang? Klien, teman-teman.
Yang belum belajar nih, harus belajar. Ada Kang Asem. Kita bikin kelas lagi aja Kang Iwan lah, kita bikin kelas berdua lah. Siap Kang.
Ini sebelum masuk nih kita memori dikit Kang, 5 tahun, pinginnya 5 tahun nih, saya 5 tahun harus berangkat lagi dengan Kang Asep ke Malaysia, pakai mobil keliling lagi. Kita penuh 2 orang gila dari Indonesia, kenapa? Karena tebang 24 jam teman-teman dari Indonesia ke LA ya Kang ya? Dari LA nyetir mobil ya? Nyetir mobil ke Pinik, Arizona.
ke Arizona, ke Punik itu 7-8 jam ya. Jadi belum tidur langsung nyetir. Besoknya paginya langsung pelatihan. Gimana Kang?
Belajar apa? Sebenarnya Kang Asyif sudah masternya, bukan mau belajar. Mau lihat rumahnya Milton, gimana kesannya waktu di rumahnya Milton? Apa yang didapat Kang dari pengalaman Milton? Jadi saya berterima kasih sekali sama Kang Iwan dan Bunda Nisa sebenarnya.
Karena nggak ada Kang dan Bunda Nisa, mungkin saya cuma menggunakan. pesawat ke pesawat saja dan tidak mengalami pengalaman-pengalaman menarik termasuk dimaksud orang jadi bagaimana dari setir kiri ke setir kanan gitu ya Kang Iwan ya dari setir kanan ke setir kiri kalau dilihat dari ukurannya itu rumahnya itu mungkin kurang lebih kalau dia di rumahnya itu di sisi jalan raya kira-kira rumahnya itu rumah-rumah di sana itu di dalam kompleks itu itu ukurannya sekitar 20 meter kali 20 meter lagi, 400 meter persegi. Jadi ada halaman, mungkin sekitar 10 meternya sudah diambil sama halaman, kemudian rumahnya sendiri kecil.
Rumahnya itu kalau dilihat cuma 8 kali 10, kemudian di belakangnya itu ada sebuah, disengaja dibuat taman, kemudian ada sebuah ruang yang ukurannya... kurang lebih sekitar 3x5 3x5 jadi ada 2 ruang ukuran 3x5 biasanya dipakai untuk menerima klien dan disitu masih ada kartu nama jadi kartu namanya Milton itu memperkenalkan diri di kartu namanya adalah Family Therapist jadi bukan hipnoterapist tapi terapi keluarga itu yang menurut saya cukup menarik jadi betapa humble nya Milton Kemudian di kamar Milton itu, kalau kita masuk ke kamarnya Milton dan ke kamar mandinya Milton, di kamarnya ada tali kapal. Jadi ada tali kapal, jadi kalau misalnya naik kapal laut, selalu ada tali-tali besar begitu. Tali kapal itu diikat di tembok, dekat pintu. Dan tali kapal itu adalah sampai ke kamar tempat tidurnya.
Apa gunanya tali kapal itu adalah supaya Milton tidak menyusahkan orang lain sehingga dia bisa bangun. Karena dia lumpuh ya, lumpuh. Dia polio.
Nah supaya dia bisa bangun tanpa menyusahkan orang lain. Itu luar biasa. Kemudian dia pindah ke kursi roda, dari kursi roda kemudian ke kamar kecil.
Dan di kamar kecil juga ada tambang kapal itu. Jadi betapa unik nih pribadi Milton. Dan yang menarik kita menemukan banyak warna ungu. Saya curiga nih, warna ungu kan warna psikologi nih.
Tetapi saya lebih curiga, jangan-jangan Milton adalah orang yang buta warna. Ternyata betul, Milton adalah orang buta warna. Dan orang buta warna itu memang cenderung menyukai warna-warna ungu.
Karena memang warna ungu itu agak sulit ya. Antara membedakan warna biru dan merah itu kan agak sangat sulit. Dan bagi saya sebagai Muslim, yang paling kagum saya ada kitab tafsir.
Ya di dalam perpustakannya Milton. Ada kitab tafsir di perpustakannya Milton. Dan ada buku-buku tasaw.
Ya buku-buku sufisme. Di perpustakannya Milton. Bagi saya ya sama saya pulang kandang. Dan kemudian juga di dalam beberapa ayat-ayat Al-Quran itu.
Ada yang ditandai oleh Milton. Yang ada kaitannya dengan tema-tema koulan. Koulan.
Jadi di dalam Al-Quran itu ada kata koulan karima. Koulan syadidah. Koulan layinah. Koulan.
Muntakobbala Jadi kata-kata kaulan itu kan artinya kata-kata Kaulan itu artinya kata-kata Kata-kata yang baik, kata-kata yang ma'ruf Kata-kata yang lembut, kata-kata yang tegas Nah menjadi menarik, ada kata-kata itu yang diberi tanda Di dalam Al-Quran Tentunya saya ditajamakan ke dalam bahasa Indonesia Dan ada kitab-kitab Rumi Ada buku-buku Rumi Di dalam Mohonnya dimatikan ya, teman-teman yang nggak, ini tonglimatikannya. Tolong apa namanya, di-mute supaya tidak mengganggu ya. Jadi kalau Anda tidak bicara, di-mute saja.
Nah, bagi saya menjadi menarik ketika Rumi pun, di dalam kitab Rumi itu kan ada buku Rumi ya, Jalaluddin Rumi. Dan di Jalaluddin Rumi itu kalau kita cermati, itu kan kitab-kitab Rumi itu berisi adalah kisah-kisah. kisah-kisah, puisi, kisah-kisah, puisi, kisah-kisah, puisi. Jadi saya cukup mengerti kenapa misalnya Milton memang adalah kaya dengan metafora, termasuk juga di rumah itu banyak metafora-metafora yang dia pakai.
Termasuk juga misalnya saja bagaimana misalnya tenun. Jadi ada tenunan yang mungkin merupakan metafora. Saya ambil juga tenunan ini.
Siap. Besar bayar, teman-teman ya. Ini.
Nah, jadi ada tenunan seperti ini. Jadi ada tenunan seperti ini. Tenunan ini ada dari suku Indian.
Dan ada di rumah-rumah Milton. Milton menggunakan tenunan ini Tenunan seperti ini adalah sebagai metaforik Jadi sebagai metaforik bahwa perubahan itu ya Ya perlu keseriusan Perlu kesabaran Perlu perjuangan Kemudian juga Milton Dengan keterbatasan tenaganya ke Napoleon Dia suka Bahasa Sundanama ngorek-ngorek Menggunakan pisau Ada kayu dikit Kemudian dibuat Menjadi benda-benda tertentu. Jadi, unik sekali memang pribadi Milton ini. Jadi, dengan keterbatasannya, dia hobinya juga akan aneh.
Misalnya, membaca kamus. Dari membaca kamus itu, dia kemudian melihat bahwa kata ini nantinya akan berkaitan dengan kata apa. Kata ini akan berkaitan dengan kata apa. Sehingga dari membaca kamus itulah kemudian kenapa Milton memang kuat di dalam kata-kata, kuat di dalam kalimat, kuat di dalam ... bahasa kuat di dalam metafora, apalagi juga kalau kita lihat dari bacaan-bacaannya Milton.
Di mana juga banyak bacaannya tentang mitologi, bacaannya juga banyak tentang metafora, bacaannya juga banyak tentang sastra, selain di dalam tema-tema psikologi. Jadi itulah yang saya pikir adalah membentuk Milton menjadi seperti itu. Nah, kenapa teknik-teknik Milton menjadi kooperatif? Kalau misalnya pendekatan-pendekatan di teman-teman MGH, sekitarnya...
atau konvensional hipnosis karena adalah masih memungkinkan kita untuk menggunakan posisi tubuh berdiri kemudian memegang kepala klien yang bisa mengatakan tidur. Milton tidak memungkinkan untuk melakukan itu secara fisik. Jadi karena itu Milton mencari sebuah teknik yang memungkinkan bagi dirinya.
Jadi bukan tidak mau. Milton mencari ragam cara supaya memungkinkan pendekatan. Dan Milton ini...
Orang yang terpengaruh juga di tahun 19, jadi pada waktu ada seorang tokoh hipnoterapi Eropa, itu adalah temannya Freud, muridnya Brun, cuman temannya Freud ini berhasil. Kalau Freud kayaknya nggak begitu berbakat, sehingga Freud agak memusuhi hipnosis. Freud itu akhirnya hanya menggunakan hipnosis dalam rangka analisis keperbedaan saja, tetapi tidak menggunakan hipnosis dalam rangka terapi. Nah ini temennya Freud, inilah yang ke Amerika, yang Milton Erickson ini belajar dari orang itu, ngeliat hipnosis pertama kali.
Dan hipnosisnya masih gaya-gaya authoritarian seperti itu. Milton ngeliat, gak memungkinkan dia menggunakan gaya kayak gitu karena secara fisik gak memungkinkan. Jadi untuk ngebetot kepala orang sampai melakukan shock induction juga tidak memungkinkan lah gitu ya. Nah sehingga dia melihat.
Dengan keterbatasan yang ada, berarti aku harus menggunakan kekuatan apa. Sehingga kalau ada memang tema-tema yang berkaitan dengan fisiologi, Milton hanya memanfaatkan saja. Jadi nanti kita akan bahas.
Itu yang saya pikir adalah pribadi Milton. Jadi menariknya pribadi Milton, dia adalah seorang, dia lulusnya dari dokternya, dari medical doctor. Jadi dia adalah psikiater, dia adalah dokter. Tetapi juga dia adalah... S2 dalam bidang psikologi klinis.
Jadi sebenarnya dia psikolog sekaligus psikiater nih, Milton ini. Jadi menjadi menarik. Dan dia juga mendapatkan penghargaan dari dua asosiasi itu, dari asosiasi psikologi Amerika, American Psychological Association, dan dia juga mendapatkan penghargaan dari American Association of Psychiatry America.
Jadi dia mendapatkan penghargaan dari... Dua lembaga itu yang deketan sebenarnya. Yang satu lebih ke bidang kedokteran, yang satu adalah lebih ke bidang psikoterapi. Nah, menjadi menariknya Milton adalah buat para psikiater sebenarnya adalah satu-satunya orang yang walaupun dia dokter, walaupun dia psikiater, tetapi hampir tidak pernah menulis resep. Tidak pernah menulis resep dalam pengertian memberikan medikasi.
Jadi Milton adalah lebih memilih pendekatan menggunakan ... bener-bener psikoterapi jadi kalau misalnya ada sejumlah teman-teman dari psikiater yang memusuhi hipnosis mungkin ya bisa belajar kepada Milton nah Milton ngelihat ini Kang itu ada yang mukanya kehalangan dikit Kang ada kertas atau apa di kamera aja nah udah tadi ada Kayaknya kesalahan bukan pada pesawat pipi Anda nih Ada yang lewat tadi kayaknya teman-teman nih Tadi ketutupan Hoyong masuk gitu Silahkan Kang Lanjut Kang, maaf Nah, kita kembali Nah, jadi kalau kita cermati sebenarnya Nah, Milton ini kan juga Dia bekerja di Membantu di salah satu rumah sakit Di sekitar Phoenix Dan pada waktu dia membantu di beberapa rumah sakit itu, dia lebih banyak sebenarnya adalah lebih sebagai psikoterapis, alih-alih sebagai psikiater. Kalau saya cermati dari kita ngobrol dengan pembantu Milton yang asisten rumah tangga Milton di situ bercerita.
Nah, jadi tibari unik inilah yang menyebabkan, jadi saya rasa kenapa pendekatan Milton begitu ya... suka tidak suka dipengaruhi oleh pribadinya Milton dengan radang kesejarahan dia termasuk ya termasuk tadi ya bahwa dia polio kemudian bahwa dia juga mengalami kesulitan secara gerak gitu dan pembicaraan Milton juga kenapa dalem gitu Kang Iman ya karena memang tadi dia mengalami kesulitan bicara nah jadi kalau saya mohon maaf ini kalau ada teman-teman yang memodel cara bicara seperti Milton kalau kata Milton ngapain? Gak perlu dimodel, kalau kamu ngomongnya campreng ya campreng aja gitu. Betul.
Nah, jadi kan banyak tuh teman-teman kalau dalam rekam hipnosis menggunakan menggunakan kalimat-kalimat galum gitu suaranya kemudian tidak menjadi suara dirinya. Itu malah pernah ditanyakan hal itu kepada Milton, ditertawakan oleh Milton. Aku ini begini karena alat ujarku begini. Bukan karena itu yang memberikan efek. Jadi kalau kalian cempreng, ya cempreng aja.
Nggak usah diubah-ubah. Jadi gunakan keunikan diri kita dalam rangka misalnya saja pada waktu kita memilih kata atau memilih kalimat pada waktu dalam proses hipnosis atau hipnoterapi itu. Nah ini yang barangkali dan cara pandang Milton memang agak beda gitu ya. Dengan cara pandang.
para psikoterapis di zamannya. Jadi artinya dia udah anti mainstream lah. Karena di dalam di zamannya misalnya saja pendekatan terapi itu harus ada teorinya. Milton mengatakan membantu orang itu gak usah pakai teori. Kemudian di zamannya pendekatannya masih medical model.
Medical model itu gimana? Pendekatan-pendekatan yang mencari akar masalah. Kata Milton gak perlu orang, orang kliennya sendiri yang udah tahu masalahnya. Dia datang bukan sering masalah ke sini. dia datang adalah untuk mempunyai tujuan yang lebih baik daripada sekedar tahu masalah dia nah di dalam pendekatan-pendekatan sebelumnya ada diagnostik Milton gak pernah pakai diagnostik-diagnostikan nah jadi boleh dikatakan pendekatan ini yang boleh dikatakan anti-mainstream sebenarnya di zaman itu ya nah tapi kelak walaupun pada awalnya disibir, kelak kemudian di era 80-an, 90-an Milton ini kemudian dimodel oleh beberapa psikoterapi-psikoterapi sejumlahnya, kemudian juga termasuk oleh Kim Soberg, dan sehingga lahirlah kemudian adalah yang dinamakan solution-focused brief therapy.
Nah, itu solution-focused brief therapy itu memodel Milton. Jadi prinsip-prinsipnya, filosofinya adalah memodel Milton. Jadi akhirnya banyaklah orang yang memodel Milton, termasuk misalnya saja kalau kita bicara clean language, Itu juga model Milton juga.
Jadi banyak nih para ahli, karena saya adalah senang ngotak-ngatik teknik, termasuk prinsipnya, maka saya melihat, karena saya pernah mengikuti The Evolutionary of Psychotherapy, itu adalah kegiatannya beberapa kali di Amerika. Itu kalau kita lihat ratusan judul sebenarnya psikoterapi itu. Tapi kalau kita pre-technik, tekniknya cuma itu saja. Dan Milton adalah menjadi penyumbang banyak di dalam tema-tema prinsip, pendekatan, teknik untuk psikoterapi modern. Dan karena itu wajar saja kalau dinyatakan bahwa Milton Eriksen ini adalah dinyatakan sebagai the father of modern hipnoterapi.
Jadi bapak hipnoterapi modern. Karena juga hipnosis atau hipnoterapi tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang... menakutkan, menyulitkan, terlalu banyak mitosnya, dan hipnoterapi bisa diterima.
Demikian, Kang Iwan. Siap, Kang Hatun Huning. Mohon maaf nih teman-teman, tadi ada gangguan teknis dulu nih. Supaya lebih interaktif, Kang, kita buka dulu ya pertanyaan, komen, atau ada yang mau ditampaikan ke Kang Aset supaya lebih nyaman. Enggak, enggak, enggak.
Silahkan dari teman-teman. Boleh di-chat aja ya, di-chat nanti saya bacakan. Silahkan ada yang mau disampaikan atau ada yang ditanyakan. Nah Kang, tadi saya agak telat nyambungnya nih. Jadi balik lagi nih ke tema kita accept, utilize nih.
Apa nih maksudnya? Tadi udah dijelaskan belum nih Kang? Accept, utilize dulu. Sambil nunggu teman-teman yang nanya, kita jelasin dulu nih. Oke, jadi saya akan bercerita dulu nih kisah dengan Kang Iwan.
Jadi kita kan waktu itu... Waktu itu kan ingat banget bulan Agustus, kak Iman ya? Kita ke Amerika itu ya? Betul, betul.
Agustus. Kita kan ngurus visa segala macemnya sekitar bulan Mei, kak Iman ya? Betul. Mei.
Nah, jadi pada waktu bulan Mei itu kita ngurus visa. Jadi kalau kak Iman kan udah punya ya? Betul, betul. Nah, pada waktu itu kan berarti saya, istri saya, dan bunda Nisa. Nah, itu kita lihat itu kan di...
pada waktu diantrian di Kedutan Besar Amerika itu kan di depan rombongan kita itu Kang Iwan semuanya ditolak wah jadi kalimat yang saya dengar itu gini you are not accepted to go to America, waduh itu kayaknya kalimat sakti banget, kemudian sejumlah orang keluar dari ruangan itu dengan wajah senduh gitu ya senduh sedih ya Kang Iwan kesel juga udah 2 juta setengah 2 juta setengah melayang gitu ya Nah saya pada waktu itu melihat, oh terlupanya nih si para orang-orang ini kan ada wawancara sebenar kemudian mengambil keputusan. mengambil keputusan singkat, berangkat dari data-data yang ada. Saya sih percaya aja lah, saya nggak punya data-data jelek, kalau nggak ada itu belum.
Dan data-data kita ke beberapa daerah yang teman-temannya Amerika kan udah banyak lah, terus rampian. Oke-oke aja catatan kita. Jadi para pembawa wawancara itu, saya ingat banget, what is your name?
Pembawa wawancaranya adalah orang, apa namanya, orang... Ini nih orang Filipina lah, tapi pakai bahasa Inggris. What's your name?
My name is Assef. What? Assef? Your name Assef? Yes.
My name Assef. My name Assef Haibul Ghani. Oh, you Assef? Yes.
Jadi itu lah, harus ayo aja terus Assef, Assef, Assef gitu ya. Nah, lama-kelamaan dia, okay Assef, why you want to go to America? I want to learn about hypnotism. Phoenix, Arizona. Oh, oh, oh.
Oke, oke, oke. You are accepted to go to America. Accept. Nah, jadi itu salah satu prinsip.
Accept you to life, saya bilang. Oke. Jadi itu praktisi betul lah. Praktisi betul dipakai lah. Karena ada kata accept.
You are not accepted. You are accepted. Ya, udah dipakai aja lah. Nama kita juga kan emang dipokalisasi. Paling juga accept juga dibacanya mereka.
Pas gitu. Jadi, teman-teman, artinya apa? Sebenarnya Kang Asep lagi menanamkan bahwa kata accept masuk ke pikirannya si perwawancara tadi. Acceptnya yang dimasukkan tanpa disadari oleh si perwawancara tadi, ya Kang?
Betul. Nah, karena gini, Kang Iwan. Kenapa saya bisa yakin begitu? Kan itu orang diterima ke Amerika itu macam-macam waktunya, Pak Kang Iwan.
ada yang cuma 1 bulan, ada yang 3 bulan, ada yang 6 bulan, saya kan dikasihnya 5 tahun betul iya kan jadi alhamdulillah kerombongan kita 5 tahunan tuh dan kayaknya kita pergi ke Amerika lagi, kayaknya udah habis nih harus diperpanjang lagi oh iya bener ya 5 tahun Kang sampai Agustus ini gak perlu wawancara kalau mau diperpanjang Kang Nandika baik, nih siap Kang Sep sebelum kita masuk nih ada Pak Sep Dulu pernah juga belajar mantra. Apakah mantra masih dibutuhkan dalam kita melaksanakan terapi? Mohon penjelasannya.
Dari Pak Nyuman. Jadi, Pak Yuhan. Justru, apa namanya kalau menurut saya, mantra itu wajib dimiliki oleh kita. Bahkan keterampilan membuat mantra di zaman modern itu wajib. Karena menurut saya, apa kehebatan mantra dibandingkan kata-kata subyeksi para hipnoterapis.
Kata-kata subyeksi para hipnoterapis itu kering, Pak Yuhan. Ya, kering. Artinya...
Padahal ini kan yang subliminal itu dipengaruhi oleh nada. Subliminal itu dipengaruhi oleh para lengis. Yang dikata. Apa itu nada, irama, hikmah, kemudian keindahan kata, permainan bunyi. Mantra mempertimbangkan aspek-aspek itu.
Dan metaforanya. Berarti para hipnoterapi suku haji belajar mantra itu. Agak lucu lah kalau hipnoterapis nggak bisa bikin mantra.
Nah, apa gunanya bagi hipnoterapis kalau bisa belajar mantra? Bisa ke kiri, ke kanan, Pak Iwan. Ke orang model yang bisa, ke orang yang senang dengan cara jadul, bisa. Yang cara jadul bahkan, waduh bayarannya lebih besar, Pak Iwan.
Bisa bayar pakai sapi. Betul. Apalagi di Bali ya, Pak Nyoman.
Ini Pak Nyoman yang nanya di Bali. Apalagi di Bali. Ini mic-nya kayaknya terlalu deket, Kang.
Jadi agak gesek-gesek. Oke. Sambil nunggu pertanyaan lagi.
Kita ke tema, kan. Jadi balik lagi lanjutin. Accept Utilize itu gimana?
Ini kan kalau ini apa? Silahkan, Kang. Jadi kalau misalnya saja gini. Bagi rekan-rekan yang muslim, ada...
dua kalimat kata Nabi begini. Berbicara kamu dengan sebuah kaum atau suatu kelompok kaum menggunakan bahasa kaum. Sebenarnya prinsip peseritilai sudah ada di situ. Artinya adalah berbicara, jadi di kandang domba, di kandang kambing mengembik, di kandang singa mengaum.
Itu adalah prinsip peribahasa yang sesuai dengan peseritilai. Atau misalnya saja dalam bahasa Sunda, si tisa bumi, sarasa desa. Atau dalam bahasa Minang, di Sina bumi di tijak, di Sina langit di junjok.
Nah itu juga termasuk adalah ciri sabumi cara asal desa atau tadi, aset litil lain. Jadi artinya... Jangan pernah melawan orang lain. Jadi kalau saya ketemu dengan preman, sudah. Berarti saya gunakan kepremanannya.
Dalam rangka mempengaruhi dia. Kalau saya ketemu dengan kiai, jangan sangka kekiaiannya. Saya gunakan kekiaiannya untuk mempengaruhi dia. Kalau saya ketemu dengan manajer, manajer akunting, dengan istilah-istilah akunting, maka saya perlu menggunakan gaya manajer akunting dengan sistem akunting, dengan dengan cerita tentang akunting dalam rangka mempengaruhi nah, jadi accessibility risk itu begitu sehingga, dengan demikian kalau kan begini, kak Iwan kalau misalnya di dalam, mohon maaf nih kalau kita belajar konvensional hipnosis kan yang paling ditakuti itu karena adalah klien menolak kayak kak Iwan ya, risknya nah, itu kan kayaknya apalagi apalagi tuh kayaknya di dalam perkulian perkulian itu seringkali dituliskan begini oh, sekian persen berdasarkan penelitian adalah tidak bisa dihipnosis, sekian persen.
Kan ada tuh yang gitu ya? Betul kan? Itu sebaiknya gak usah ditayangkan. Karena akhirnya banyak orang yang belajar hipnosis tapi gak mau hipnosis orang kayak gila.
Karena takut nelayan dia, terus termasuk orang yang gak mau dihipnosis. Nah, Milton ngelihatnya itu membahayakan gitu. Kalau orang belum apa-apa udah ketakutan gitu. Nah berarti kan...
Kenapa orang bisa menolak? Karena orang dipaksa masuk ke dalam sesuatu yang bukan dirinya. Karena itu Milton melihat, berarti satu-satunya cara orang tidak menolak adalah dia diperlakukan dengan cara dirinya ingin diperlakukan.
Karena itu, accept saja keunikan dia. Dia jawara, accept kejawaraannya. Saya seringkali memanfaatkan, mempraktekan tema-tema begitu dalam kerjaan karyawan.
Suatu kali, dulu saya kerja di Cilegon, hari pertama saya kerja sebagai director HR. Saya sudah dikasih tahu oleh stimulan orang bahwa jawara-jawara sekitar Cilegon itu seringkali mengganggu perusahaan ini, seringkali datang ngobrak-ngabrik. Datanglah seorang jawara bawa golok masuk ke dalam ruangan saya. Kemudian yang dilakukan oleh si jawara itu adalah, dia numarana aset! Saya satu penadanya.
Haaa! Aing numarana aset! Dia saharana! Itu dia harus keluar, Pak Iwan. Padahal kan saya cuma menggunakan dan nadaan dia aja.
Dia bisa ngomong dengan nada itu, gue juga bisa nada-nada itu. Kemudian orang itu keluar dari wangang, kemudian berderita kepada para satpam, manajer direktur yang sekarang, walaupun badannya kecil tapi kebenarannya luar biasa. Padahal cuma kata-kataan itu doang. Saya pikir udah selesai kebodaan, besoknya adalah bijak warna lainnya yang lebih berpengaruh.
Nah itu datang, dia masuk ke dalam ruangan saya, kemudian saya persilahkan duduk, kursi dibanting sama dia. Nah saya kemudian beranjak dari kursi saya duduk, kemudian saya ambil kursi yang tadi dijatuhkan, saya dididikan kembali. Orang itu kan memperhatikan apa yang saya lakukan, sambil kuda-kuda dia. Setelah itu apa? Saya banting lagi, ada kursi itu, kawan-kawan.
Dia kan pamer bahwa dia gerakan motorik kasar. Saya juga memamerkan juga bahwa saya juga bisa melakukan, kalau cuma banting-banting kursi orang-orang. Apa yang menjadi menarik setelah itu dia nyembah-nyembahkan mengatakan, Akan hapun tentang nasaburus ilmu jangan ganggu. Asep Yudhiraisi itu hal-hal seperti itu.
Jadi enggak usah ribet-ribet amat. Sama juga dulu ada seorang anak-anak, ini dalam rangka terapi ya, ada seorang anak yang fobia air. Setelah saya selidiki, ternyata gara-gara ayahnya juga. Anak dilelepin gitu. Kepalanya ke air.
Sehingga anak ketakutan. Nah lalu apa yang saya lakukan? Saya main ke rumah si orang ini nih.
Salah seorang direktur di perusahaan di Cilegon waktu itu. Saya main ke rumah dia. Dan saya ngeliat si anak ini.
Si anak ini punya kura-kura. Punya kura-kura kecil gitu. Oh dia geten banget dengan kura-kura.
Saya lihat nih. Anak dengan kura-kura. Berarti anak sudah terasosiasi dengan kura-kura. Berarti saya ngeliat.
Apapun yang terasosiasi adalah bisa dijadikan sebagai alat induksi. Maka, enggak panjang lebar lah saya bilang. Jadi saya membuat itu.
Apa namanya, tanpa sepengatauan si anak, saya buat makanan-makanan si kura-kura itu adalah menuju ke kolam renang. Kebetulan di rumahnya itu ada kolam renang. Kemudian saya bilang, ini kura-kura siapa nih? Oh ini rakyatku nih, kata dia. Ketua kalau rakyatnya, rajanya siapa?
Aku. Oh kamu berarti raja kura-kura ya? Iya aku raja pura-pura Baik Kalau raja pura-pura berarti kalau pura-puranya pergi Harus ikutan juga dong Iya gitu dong om Masa raja Tidak sayang sama rakyatnya.
Itu diirisasi saja. Baik. Kalau gitu apa namanya.
Sekarang ini kita lihat kura-kuranya mau kemana. Cuma dilepas. Kura-kuranya kan ikuti terus ke air. Anak ini ikuti terus ke air.
Nah pada waktu ketemu dengan air. Saya bilang. Dari situ saya kasih mantra. Aku raja kura-kura.
Aku jago sama seperti kura-kura. Kura-kura berani air. Aku berani air. Aku mau mainkan air seperti kura-kura.
Aku raja kura-kura. Nah si anak ini. Aku raja kura-kura. kemudian itu diubat-ubat yang tadi sudah takut air, jadi tidak nyamah air lagi di dalam teknik seperti itu, aseptic healing itu tidak terasa sebagai sebuah psikoterapi jadi tidak jelas kapan masa pre-induction-nya, kapan masa induction-nya kapan masa depth leveling test-nya, kapan masa kemudian number of suggestion-nya Nah sering kali di dalam pendekatan Milton Erickson, kalau orang yang memang belum mempelajarinya ya susah gitu, ini kapan sih gitu ya. Padahal kan sebenarnya kalau bagi kita yang belum mempelajarinya kita tahu persis gitu, dia black link, testnya itu bisa pakai apa.
Kira-kira begitu kak Iwan, kalau dalam bentuk teraparnya lah dari accept, utilize. Oke, siap kak Asep. Jadi accept itu terima aja apapun keunikan klien, karena masih ingat apa yang disampaikan Milton nih di setiap... everyone is a unique one gitu ya setiap orang itu unik, sehingga teknik yang dipakai kata Milton maka harus sesuai dengan apa?
dengan keunikan si klien tadi atau si pasien tadi ya Kang ya? Betul siap, nih ada teman-teman yang mau bertanya silahkan atau menyampaikan apa pendapatnya, silahkan Budian tadi ada yang mau ditanyakan Bu Tadi Bu Dian tanya, saya kepotong ya. Saya ulang. Atau Bu Dian aja silahkan. Tadi apa yang, apakah Ereksonian sama dengan client center ya Bu?
Silahkan Bu, Bu Dian. Dari Bontang, alumni Kang Asep. Oke, menjawab pertanyaan Bu Dian.
Sebenarnya apakah Amin Tan Ereksonian sama dengan client center? Saya, kalau client center itu kan berangkatnya dari pendekatannya Rogerian ya. klien center karena dipandang seperti itu.
Tapi saya lebih cocok, lebih setuju menggunakan kalimat Milton sendiri. Milton menggunakan istilahnya kooperatif. Jadi karena yang dinamakan kooperatif berarti tidak melulu-melulu bersenter kepada klien.
Jadi hasil yang namanya terapi itu adalah hasil kerja bersama. Karena itu ada kooperatif di situ. Jadi hasil kerja bersama.
Klien mempunyai keunikan, klien mempunyai tujuan, kemudian terapis mempunyai pendekatan, terapis mempunyai ragam wawasan, ragam pengetahuan untuk memanfaatkan keunikan klien untuk mencapai tujuannya. Dan dalam rangka itu, terapis perlu membimbing klien supaya mau melakukan kooperasi, jadi melakukan operasi bersama. Jadi tidak hanya sekedar berfokus pada klien, tetapi juga...
bahwa terapis itu atau perubahan itu adalah hasil kerja bersama. Kita begitu, Pak Iwan. Siap, Bu Dian.
Mudah-mudahan menjawab ya, Bu Dian. Kalau ada yang masih ini, oke. Boleh, Pak, silakan.
Ya, tadi terkotong tadi. Oh iya, benar Pak. Tanya Pak Iwan.
Iya, Pak Wiji. Silakan Pak Wiji. Silakan. Pak Asyed, ini saya. Kebetulan menitnya Pak Iwan ini.
Saya punya anak, saya tahu dia ada apa ya, misalnya kurang mau bergaul. Bagaimana mengajak dia untuk mau diterapi? Dia itu nggak pernah saya tanya, nggak mau dia diterapi.
Jadi saya bingung juga gimana caranya. Baik Pak Wiji, yang pertama semua orang kalau mendengarkan kata terapi, Pak Wiji dipandang bahwa dirinya bermasalah. dan orang nggak ada yang mau dianggap dirinya bermasalah hehehe betul itu dulu Pak Wiji yang harus kita ketahui nah karena itu sering kali, sering kali saya misalnya begini Pak Wiji jadi ada 3, saya lulus tahun 1993 jadi sekarang berarti 2020 ya berarti 27 tahun saya sebagai psikolog klien saya itu ada 3 kelompok Pak Wiji klien yang pertama adalah complainer klien yang kedua adalah akibat rujukan. Klien yang ketiga adalah yang sifatnya karena dia customer. Nah klien yang complainer, ya dia datang cuma untuk complain, tidak untuk melakukan perubahan.
Nah ini juga, karena di sini banyak orang yang belajar hipnoterapi, jadi kita juga harus tahu. kalau kliennya adalah complainer, ya Anda mau kasih subesti apapun, percuma lawang dia nggak mau berubah, dia cuma pengen tahu bahwa dirinya itu memang bermasalah tuh buktinya, gimnoterapis gua juga nggak bisa ngubah gua gitu nah itu banyak klien yang begitu nah yang kedua, klien tipikal rujukan, nah rujukan ini artinya adalah dia sendiri nggak ngerasa bermasalah Pak Wiji, tetapi orang lain yang memandang lu itu bermasalah Jadi kalau Pak Wiji ngirim anak Pak Wiji ketemu saya, dia menganggap saya itu antek-anteknya Pak Wiji. Saya ini pesudarnya Pak Wiji.
Nah Pak Wiji tidak musuh sama anak Pak Wiji. Saya lebih musuh lagi. Jadi peluang anak Pak Wiji memusuhi saya, menolak saya adalah dua kali, tiga kali, empat kali lipat dibandingkan menolak Pak Wiji.
Nah, saya seringkali, untuk saya tema klien yang tipikal kedua ini adalah seringkali nggak begitu approach-nya. Approach-nya adalah harus alaminya dia. Jadi misalnya Pak Wiji ingin membantuan Pak Wiji nih.
Caranya misalnya gini, Pak Wiji mohon maaf rumahnya di mana Pak Wiji? Di Cibubur, Pak. Ah, di Cibubur.
Gak apa-apa ya. Jadi gini, itu nggak jauh dari, nggak jauh dari, ini kan Pak Wiji apa namanya, Cibubur yang baru, mal yang baru yang teras. Trans di bubur itu kan? Ya. Nah, minta Pak Iwan kalau lagi ke Jakarta, suruh mampir ke situ.
Jangan pakai pakaian kebesarannya Pak Iwan. Nah, ajaklah anak Pak Wiji, kita makan-makan yuk. Nah, sambil makan itulah proses pelan-pelan untuk memberikan masukan sugesti itu terjadi.
Kira-kira untuk tipikal-tipikal anak Pak Wiji harus approach-nya begitu Pak. Jadi jangan menggunakan kata-kata yang serem Kalau pakai kata-kata yang serem Kayak gitu, yang pertama kali dimusuhi Ayahnya pak Siap, mudah-mudahan menjawab ya Pak Wiji Jadi abrusnya harus halus Sehingga tidak dirasakan Kan kalau dia ajak makan, apa susahnya dia ajak makan Nah, pada waktu makan itulah Pak Ilan sudah seeding, sudah terbaru, itu dari mulai obrolan-obrolan awal. Saya utilize itu, ya kan Pak Wiji?
Ya. Makasih Pak Wiji pertanyaan. Kak Kasep ini ada sama-sama dari Mr. Dwi Batman. Kak Kasep, kapan saat yang tepat untuk utilisasi?
Itulah pertanyaannya. Kapan saat yang benar kalau ada sudah aset? Jadi tantangannya di dalam pendekatan aset utilize itu, sehingga kita yang bermasalah itu selalu tidak klien, Kang Iwan.
Selama saya memilih teman-teman belajar hipnoterapi, belajar psikoterapi, baik dari kalangan hipnoterapi sebagai dari kalangan psikolog, baik dari kalangan teman-teman yang counseling, tantangannya itu ternyata bukan di klien, tantangannya di diri psikoterapi sendiri. tantangannya sendiri, hipnoterapi sendiri. Jadi seringkali para hipnoterapis atau para calon-calon psikolog, calon-calon konsul ini yang seringkali sudah membawa barier tentang keunikan pelayan.
Misalnya kadang-kadang kita sudah terstigma pelayannya kebetulan berpatok, kita sendiri sudah ketakutan sama orang yang bertakut. Jadi, yuk belajar justru adalah kita sendiri. Kalau kita aset, maka nilai-nilai itu mudah. Seperti saya tadi dengan anak kecil saja. Hai asetnya agak ini agak apa ini micnya Kang coba cek dulu nggak jelas coba silakan coba-coba ingat apa Rebek ya kalau langsung Rebek rumahnya Halo Ya Kang silahkan di Masih Masih ya Ini mah berarti dari Saya kan yang bersalah Siap Oke nah itu bagus kan oke kita lanjut aja jadi tadi kan resep utilize ya saya kasih contoh satu lagi deh Suatu kali saya datang ke, ada diskusi dengan seorang dokter gigi di Bandung.
Nah dokter gigi ini sudah men-specialiskan dia untuk dokter gigi anak. Nah suatu kali dia nanya, Kak Sepp, emang hipnosis bisa dipakai nih dalam rangka dokter gigi? Oh bisa, saya bilang.
Nah kebetulan di situ sudah ada anak-anak yang dia praktek sekitar jam 2, dan sudah ada beberapa pasien anak-anak di luar. Nah saya bilang, saya tanya, Anda kalau menentukan pasien pertama Anda gimana caranya? Dia bilang ya berdasarkan urutan datang. Wah kalau kayak gitu repot. Harusnya berdasarkan urutan keberanian Anda.
Karena kalau berdasarkan urutan datang, satu anak nangis itu udah langsung tuh. Anak-anak yang lainnya langsung kabur. Dia ketawa tuh karena sering kali kejadian katanya.
Nah yang kedua saya bilang, coba perawat bibi yang membantu Anda, apakah mungkin... Apa kesenang dengan dunia anak? Enggak. Oh enggak. Bahkan banyak orang ketakutan dengan peralat bibinya.
Kalau bisa, coba diganti lah. Yang ketiga, yang diganti bukan orang yang sederhana ganti pendekatan terhadap anak. Sama dengan pendekatan terhadap orang dewasa.
Sekedar info saja, Kang Iwan, yang namanya Hercules, Hercules itu kan jago, supaya lah. Iya. Reman jago lah.
Hercules aja kan takut sama Jansun, Kang Iwan. Nah, jadi apalagi? Nah, yang lainnya lagi, anak-anak yang di dalam, di kedokter gigi itu kan kebanyakan juga korban sugesti orang tua. Nanti kalau kamu macam-macam, saya bawa ke dokter gigi, kan banyak gitu.
Sehingga dokter gigi udah disuggestikan adalah makhluk yang paling menakutkan di muka bumi. Nah, yang berikutnya, apa yang paling ditakuti oleh anak-anak sebenarnya adalah suara, suara denginya, bored. suara denginya Boy itu, coba ketelinga itu kan mengerikannya luar biasa.
Jadi saya waktu itu adalah seringkali ngomong begini, coba kamu main cara berpikir anak-anak. Anak-anak itu misalnya apa? Oh senang dengan helikopter.
Jadi perkenalkan itu tempat duduk itu sebagai seakan-akan naik helikopter. Bisa naik, bisa turun. Dan kemudian juga pada waktu... si klien kena kanan itu suruh nutup mata.
Pada waktu nutup mata, dengerin, helikopter itu kan punya baling-baling, bunyi baling-balingnya seperti ini. Nah, sehingga terasosiasi yang namanya seluruh kegiatan di klinik gigi itu seperti bermain helikopter. Nah, aseptilis antara lain juga adalah begitu.
Bagaimana kita memanfaatkan cara berpikir anak dan membuat asosiasi baru dengan sebuah kegiatan-kegiatan baru. Begitu, Pak Iwan. Siap, Kang.
Kita lanjut ya. Mohon pendalaman tentang keistimewaan atau kelebihan pendekatan Milton dengan hipno-konvensional selain struktur yang dinamis. Silahkan, Kang Saib. Mungkin begini. Masyarakat, gini mungkin.
Saya tidak mengatakan yang satu lebih baik daripada yang lain. Enggak lah. Saya sih ngeliatnya adalah dalam konteks, Anda sangat tergantung ketemu dalam konteks apa.
Jadi, saya... Sering juga menggunakan pendekatan konvensional Kalau konteksnya itu menurut saya Akan relatif lebih efisien Dan dibutuhkan oleh pasien Misalnya gini, saya ketemu preman Garut Jagger Garut Di hipnosis gue Saya jarang pakai liksenian Di tema-tema kayak gitu Karena udah preman, preman kan biasa Kepalanya dipukulin dan segala macem Ya pakai pendekatan-pendekatan konvensional saya Tema-tema kayak gitu Karena bagi dia dipukulin udah biasa Kepalanya di apa dibuat shock kayak gitu udah biasa. Jadi mungkin bagusnya kita tidak mengatakan satu lebih baik daripada yang lain. Jadi artinya setiap pendekatan pasti punya prinsipnya. Jadi selama prinsip itu dipertimbangkan, maka pendekatan itu bagus di tema itu.
Nah, saya bicara dulu konvensional. Jadi konvensional itu kalau misalnya di dalam pendekatan-pendekatan Milton kan dipandangnya adalah sebagai authoritarian approach. Jadi authoritarian approach itu berarti memandang bahwa terapis itu mempunyai kewenangan yang sangat. Dan klien adalah samina wa'atona.
Jadi dengar dan taat kepada terapis. Nah, untuk tipikal-tipikal klien yang begitu, cocok tuh. Saya seringkali juga menggunakan pendekatan konvensional kalau misalnya tipik klien yang begitu. Di mana akan aja saya menurut, mau dibawa ke hitam ayo, mau dibawa ke putih kayu, bahkan mau dibawa ke lubang semut pun ayo. Nah yang kayak gitu mah pendekatan konvensional cocok.
Nah semua orang-orang yang biasa datang ke dukun, kawan-kawan, cocok menggunakan pendekatan konvensional. Saya ulangi lagi karena saya. Semua orang yang terbiasa datang ke dukun, ngikutin maunya dukun.
Dukun kan seringkali meminta syarat yang aneh-aneh. Nah, jadi saya kadang-kadang seringkali tuh, kalau ada klien gini, manap, ini tolong dijawab. Kalau Anda jawabnya jujur, saya bantu.
Kalau Anda jawabnya tidak jujur, saya tahu bahwa Anda tidak jujur. Pernah ke dukun nggak? Pernah.
Udah, pakai konvensional tuh kan, kalau saya nggak gitu. Siap. Ya, karena apa?
Dia udah di dalam benaknya. jadi itu seriutilize juga dia udah terbiasa ngikutin tanpa bertanya tetapi ketemu dengan klien yang yang pertama orang yang bersangkutan punya wibawa tinggi, orang yang bersangkutan punya Oke, sinyal lagi, Kak Ngasep. Oke, mahae. Kita tunggu aja, nggak apa-apa. Biarin dulu, kayaknya Kak Ngasep sinyal lagi.
Teman-teman, tadi kita bisa simpulkan bahwa artinya apa? Kita yang harus menyesuaikan, Pak, pakai konvensional artinya tidak perlu. Wah, yang konvensional lebih hebat, Newton lebih hebat.
Tapi kalau teman-teman yang sudah jadi hipnoterapis, yang jadi terapis, bisa keduanya. Maka teman-teman bisa memilih pakai pendekatan yang mana, persuasifnya ala Milton, atau pakai otoritatif, gayanya konspensional. Kenapa?
Karena bagi saya, mungkin saya yakin bagi Kang Asep juga, tidak ada suatu teknik yang paling hebat di dunia ini. Teknik yang paling hebat adalah teknik yang paling sesuai dengan klien-klien kita. Jadi kita dengan... Kalau saya bahasanya jadi dianalogikan, teknik-teknik tadi adalah alat-alat.
Ada palu, ada kampak, ada golok, ada pisau, ada gunting, dan lain sebagainya. Nah, masalah yang dihadapi oleh klien kita apa? Perlu golok, perlu gunting, perlu pisau, perlu kampak, perlu pedang, atau perlu apa? Kita yang harus memilih alat-alat tadi sehingga bisa mempermudah klien kita menyelesaikan masalahnya. Dan mempermudah kita juga menyelesaikan masalahnya.
Hai baik bahaya monitor tolong dikontak lagi Kang Asep eh nuheng kayaknya selama saya mempelajari dan mengaplikasikan eriksonian segala tapi jadi fleksibel baik tempat dan waktu karenanya karena keren kerennya lagi kayak Magic karena dari obrolan biasa bisa sangat powerpull keren dan kakak dari Pak Muhammad hujahirin Makasih Pak eh Aji testimoninya Oke, dari Kang Tisna, accept, utilize, seperti pacing Pak Asep. Bagaimana saat kita accept, utilize? Misalkan tadi seperti kepeman tadi, tidak ngaruh buat dia, berarti resiko kembali ke kita. Adakah cara lain? Terima kasih.
Pak K. Terima kasih Pak K. Asep, Pak. Oke, Kang Tisna, terima kasih. Ini pertanyaannya ke Kang Asep sih. Kita tunggu dulu Kang Asep.
Pak Asep, sama nggak accept, utilize dengan? Pacing gitu. Mbak Hayani, teman-teman.
Oke. Mohon maaf ada gangguan teknis lagi. Gimana teman-teman komen dulu apa lumayan? Lumayan. Banyak yang didapat dari Kang Asep.
Lumayan. Gimana nih silahkan. komen dulu atau ada yang ditanyakan atau mau disampaikan ke payuan silahkan kita ngobrol santai dulu Pak Aji mana Pak Aji ada Pak Aji Pak Aji sudah belajar eleksonian budian siapa lagi yang sudah banyak belajar dan boleh berbagi Pak Aji Pak Hujairin silahkan di di unmute sedikit berbagi sambil kita nunggu Kang resep berbagi apa nih Kang Oh Ericksonian lah yang didapet dari Kang Asef Gimana pengalaman-pengalaman Pak Aji Membantu klien-kliennya Silahkan Makasih Kang kesempatannya Aduh saya disuruh ngomong lagi Silahkan Dulu saya barengan Bu Dian nih belajarnya Sama Bu Dian Sama Pak Ajung Di kalus ini ya Terus Saya lupa ya siapa yang banyak.
Waktu itu ikut kelas yang 4 hari 3 malam kalau nggak salah ya Pak ya. Betul, betul. Dan belajarnya sampai subuh ya?
Dari pagi sampai subuh. Dari jam 6 pagi sampai jam 4 pagi. Ya, belajar Eriksonian gitu.
Iya, dari jam 6 pagi sampai jam 4 pagi. Tetapi dari siksaan selama 4 hari 3 malam itu ternyata mendapatkan pemahaman yang luar biasa. Yang tadinya saya mengira bahwa teknik-teknik itu harus seperti itu, seperti gaya klasik, ternyata enggak juga. Dulu mungkin kendala saya juga sama ya, mungkin sama-sama ketika saya waktu baru belajar yang klasik dulu bahwa teknik hipnosis itu harus dengan cara ya gitu-gitu aja gitu loh.
Ada yang kelompok misalnya 10% sulit, terus ada yang 10% gampang, itu saya sekarang udah lupa prosentasenya. Yang sekian persen moderat ternyata dengan metode ini dengan... Ericksonian ini, ternyata enggak ada yang sulit kok Gitu, terus enaknya Lagi akhirnya saya lepas Sorry ya, bukan yang lepas, maksudnya Ya sudah saya ganti gaya aja, saya kalau ngobrol Sama orang, ya bisa di mobil Bisa di mana aja, yang penting bisa bantu aja Gitu aja lah prinsipnya Pak Makanya saya bilang lagi, fleksibel ya gitu Makasih Pak Iwan Siap, makasih nih Pak Haji, ini Kang Hasef, Pak Haji lagi bercerita nih Di siksa Kang Hasef Empat hari, tiga malam ya Dari jam enam pagi Dan ini militer, Pak Aji ini mayor ya, major intanti, disiksa oleh Kang Asep, ini dukun dari kampung.
Termasuk saya yang takut jarum suntik. Termasuk Pak Aji ini yang takut jarum suntik nih, Kang Asep silahkan disambung. Tadi kita ngomongin ini, ini ada tentara yang disiksa oleh Kang Asep gitu.
Nanti ledekin gara-gara takut jarum suntik. Herannya dalam waktu cuma beberapa menit hilang tuh ketakutan saya terhadap jarum suntik. silakan, kak ngasep udah masuk lagi nih pak haji silakan kak ngasep dijawab nih assalamualaikum kak, monggo eh bentar micnya di mood kak ngasep oh iya iya iya, emang gak?
emang gak? saya enggak baik ya, jadi itu tadi ada seorang mayor kak saya inget jadi mayor, inget ada orang yang kehilangan posisi jari general gara-gara jadi mayor pengen jadi ketua partai ini ya Oke, Kang Iwan, jadi tadi kalau kita cermati memang apa yang dinyatakan oleh Pak Haji ya, cuma Pak Haji gini, kalau misalnya ketemu dengan klien ya, pengen menggunakan pendekatan ediksenian, tarif harus dibayar di muka Pak Haji. Kalau enggak, dia nggak ngerasa dia ngapain. Betul.
Saya udah Kang, udah begitu Kang. Sebelum masuk ke uang terapi, udah bayar dulu Kang, transparan dulu kan. Nah iya, kalau enggak ya rugi kita.
Kata dia kalau udah selesai begitu aja, gitu rugi. Saya hampir dikatakan nggak pernah nonton. Hantu orang aja. Baik.
Ya, jadi silakan. Kalau ada pertanyaan-pertanyaan dari Akang dan Tete, ya monggo. Oke, Kang. Kita lanjut ya, Kang.
Tadi ada keputus. Ada pertanyaan dari Kang Twisna. Sebentar. Accept utilize seperti passing, Pak Asep.
di dalam NLP, bagaimana cara kita accept utilas? Misalkan tadi seperti yang Playman tadi, tidak ngaruh buat dia. Berarti risiko kembali ke kita. Ada kaca lain. Terima kasih, Kang Asep.
Ya, makanya penting sekali kalau gini, apa yang dilakukan oleh Milton itu, Milton itu adalah orang, ya karena dia akademisi, maka dia juga termasuk orang yang melakukan survei cukup lama, Kang Iwan. Jadi artinya adalah itu yang barangkali jarang kita lakukan. Jadi, Survei terhadap pribadi orang jauh relatif lebih banyak dilakukan oleh Milton.
Ketimbang memikirkan nanti mau ngomong apa. Nah, di situ yang saya rasa adalah kelemahan kita itu di situ. Kita kurang melakukan survei atau mencari data intelijen yang cukup banyak tentang si klien. Nah, Milton mau berlama-lama di dalam tema itu.
Jadi, begitu misalnya dia sudah tahu, oh kliennya begini. Sehingga di dalam benak... di dalam benak Milton, maka gak akan kaget.
Gitu. Gak akan kaget. Orang ini kalau nolak ke sini, dia punya, punya ragam rute, gitu, untuk segera aset utilize, aset utilize, aset utilize, gitu. Jadi katakanlah kalau saya misalnya kenal sama Kang Iwan, saya kenal 35 keunikan Kang Iwan, maka akan saya siap, gitu, dengan 35 jurus, gitu. Bukan cuma satu jurus ambrol, setelah itu, wah, emang nih.
Lionnya nih apa namanya, resisten? Enggak begitu. Ya jadi artinya...
ragam itu. Jadi kalau misalnya teman-teman di NLP itu mempelajari misalnya itu kan mandala ya. Leveling itu kan mandalanya dari Virginia Satir itu sebenarnya. Jadi bukan temuan orang-orang NLP sebenarnya.
Mandala yang dari mulai behavioral sampai ke dalam spiritual itu kan sebenarnya itu personal mandala yang dibuat oleh Virginia Satir. Nah kalau menggunakan Virginia Satir, saya harus kenal orang itu sampai ke enam mandala itu. sampai ke 6 level itu.
Sehingga saya, oh, saya kayaknya di dalam tema ini saya akan accept behavior-nya. Di dalam tema yang lain saya akan accept belief-nya. Di dalam tema yang lain saya akan accept spiritual-nya. Di dalam tema yang lain saya akan accept, utilize identity-nya.
Jadi kira-kira begitu, Kang Iwan. Siap, dikasih nih. Nah ini yang barangkali tantangannya bagi kita adalah penting kita mempunyai pengenalan terhadap klien yang baik.
Saya pernah membuat sebuah surat kepada Mark Zuckerberg. Walaupun tidak dijawab, tidak ada masalah bagi saya. Tetapi surat itu pernah dibaca.
Saya berterima kasih karena apa? Thank you very much terhadap Facebook. Karena dari Facebook saya belajar tentang kepribadian orang jauh sebelum saya ketemu dengan kliennya. Di Facebook kita bisa belajar keunikan orang, Kang Iwan. keunikan dia memilih kata dan dia suka dengan kata apa kita bisa lihat kita udah bisa lihat dari Facebook dia misu-misunya dengan orang yang tidak se-ide dengan dia apa jadi kita juga tahu, oh orang ini senang dengan ide apa, kita bisa baca di Facebook kita lihat orang-orang ini yang suka melikenya orang-orang tipikal kayak gimana yang tipikal kalimat-kalimat pemuja-nya kayak gimana saya udah tahu jadinya kemudian Tema-tema behavioral, tema-tema identity, segala macamnya di Facebook ada data itu.
Nah, kalau saya misalnya sebagai psikolog harus menggunakan pendekatan Big Five Personality, nanti Akang dan Tetes silakan googling ya, Big Five Personality. Big, besar, five, lima, personality. Jadi, kepribadian lima besar.
Itu ada disingkatnya O-C-E-A-N, O-ZEN. O itu openness. C. Consentuousness E. Extroversion A. Adaptability N. Neuroticism Wah itu kalau kita melihat kayak gitu Ozen itu datanya ada Di Facebooknya orang yang bersangkutan Nah sehingga dengan demikian Sebenarnya sebelum saya ketemu dengan klien Asalkan klien memberikan Kepada saya akun Facebooknya Saya sudah punya Ragam jurus dalam rangka Approach klien Gitu kan Iban?
Siap, Kang. Ini teman-teman jadi penting banget. Observasi, pengenalan, gitu.
Nyari tahu dulu lah. Jadi bin dulu berarti itu, Kang, ya? Oh, jadi bin.
Wajib kita jadi bin. Jadi bin dulu ya sebelum klien datang, gitu ya. Oke, kalau di konvensional saya biasanya meminta klien untuk mengisi data dulu, selain data semuanya.
Jadi itu dikirimkan sebelumnya lewat email dan dari situ juga bisa pelajari. Dan ini ide bagus nih, dari Facebook juga bisa ya, Kang, ya? Betul.
Karena di dalam Facebook, Pak Iwan, kalau menurut saya, kelebihan Facebook dibandingkan medsos lain, di Facebook itu lengkap data-data, Pak Iwan. Data tertulis ada, data gambar ada, data kebiasaan-kebiasaan orang ada. Jadi, kalau misalnya kita, kita udah tahu misalnya Ozen tadi ya, oh orang ini ternyata tidak terbuka di dalam tema tertentu.
Ya udah di-accept di tema itu. Oh orang ini ternyata tidak rapi. Tidak rapinya pun dibuat.
Bahkan, Dulu, mohon maaf nih, pada waktu saya di Jakarta itu kan saya seringkali ngebantu teman saya namanya Cassandra. Ya beliau cantik, rapi. Nah kalau saya ngeliat kliennya nih, klien yang akan datang adalah tipikal tidak rapi.
Maka ruangan pun tidak serapinya itu, saya buat sedikit acak-acakan. Saya tahu klien ternyata adalah di dalam Facebooknya seringkali menggunakan warna-warna nuansa ungu. Maka saya pinjam ke Cassandra, aku pinjam dong apa namanya, sal kamu yang berwarna ungu.
Ada tuh, diambil aja, dilacin nomor sekian. Kata dia, yaudah. Saya, walaupun pakaian saya apa, saya pakai shawl berwarna ungu.
Jadi, pada waktu saya datang ketemu dengan klien, si klien bilang, nih, orang ini sama. Ini suka dengan gue, warna ungu. Nah, jadi, tema self-utilize itu bisa kemana-mana. Jadi, unconsciously itu bisa kita kelola sampai ke cara berpakaian, term yang kita gunakan, nada omongan, gitu ya.
Bisa kita mulai dari situ. dengan demikian, tiada penolakan karena kamu ungu, aku ungu Kita dipersatukan oleh ungu. Dan apapun yang kamu katakan adalah pasti cocok. Karena kamu adalah ungu. Kan jadi begitu.
Nah, asik nih. Ayo, teman-teman. Kalau saya di, apa, Igo ngajarin bahwa jagonya Milton tuh ngapain? Dia jago menutupi semua jalan tadi.
Karena jalan apapun kita mau lewat, Milton sudah nutupin semuanya, gitu. Jadi nggak ada tuh. Mau keluar kemanapun, sudah dijagain sama Milton. Poinnya itu ya Kang, nggak siap ya? Ya poinnya tadi disuruh, Kang.
Poinnya karena Akang Iwan ini dokter, jadi riset lah. Poinnya riset sebenarnya. Nah, itu yang barangkali banyak orang-orang tidak sampai ke sana. Karena itu kenapa hipnoterapis di Amerika wajib S2, kan Kang? Nah, itu alasannya.
Karena orang-orang yang S2 kan nggak perlu lagi diajarin riset. Mereka udah tahu riset itu penting. Betul.
Siap. Oke, ada yang ditanyakan lagi? Silahkan teman-teman. Ada yang mau menyampaikan langsung atau diketik juga boleh? Dari Kang Ijma dari Bandung.
Haha jadi ingat kata klien, ih cuma gitu doang. Oh ini bayaran mungkin. Bayaran oh ini yang mungkin.
Itu saya rasa Kang yang mengatakan itu doang itu ya tadi. Makanya kita kembali. Kalau klien tertentu perlu efek dramatis ya di lama-lamanya dikit lah.
Itu mah strategi aja. Strategi lah itu mah. Oh iya, oke Kang ini Ya satu lagi nih sambil nunggu teman-teman yang lain Kan udah selesai nih, kadang-kadang Tidak perlu induksi formal Tidak perlu hipnoterapi formal juga Gitu ya, sudah selesai nih Dengan election yang tanpa, bahkan tanpa tutup mata Tapi si klien, kapan Pak Iwan Saya diajak tidurnya, kan begitu Pertanyaannya, kalau gitu Gimana? Sebentar, itu Pak Iwan gila banget Ngomong kapan diajak tidurnya Klien itu klien itu kak Iwan Astagfirullahaladzim kawan diajak nih, jadi harus di mau gak mau harus dihipnosis formal juga ya kak ya menjawab pertanyaan kak Iwan penting sekali dari awal klien itu ditanya tujuan kak Iwan jadi gini ya klien pertama kali ditanya tujuan kamu apa misalnya klien mengatakan tujuan saya X menurut kamu, tanya juga supaya X itu kamu bayangkan saya akan melakukan tindakan apa nah kalau si klien mengatakannya gini, saya gak tau pokoknya terserah Bapak, saya mengikuti yang paling penting saya mencari tujuan nah yang kayak gitu kan boleh tuh, gak usah pakai tidur tapi kalau klien mengatakan gini saya sih ngebayangin saya akan ditidurkan bukan ditiduri loh kawan-kawannya akan ditidurkan saya ngebayangkan akan ditidurkan oleh Bapak dan dalam keadaan ditidurkan itulah saya kemudian apa namanya, nah Kalau itu mau nggak mau harus pakai gaya tidur tadi.
Oke, konvensional ya Kang Yang. Siap. Oke, ini dari Kang Pak Id nih. Saya pernah pakai eliksonian, pas udah selesai kata klien mana hipnotisnya?
Sama ini kayaknya Kang Yang. Ya itu salah dia. Jadi makanya karena kan klien udah punya sudah punya asumsi tentang hipnosis.
Karena klien sudah punya asumsi tentang hipnosis, asumsi kliennya dipuaskan langsung. Karena banyak klien yang justru bukan pengen semul, pengen dapat sensasi hipnosisnya. Sensasi, betul. Pak Iwan, menyebut pertanyaan Pak Wit tadi, bagaimana pendekatan kepada anak, atau menterapi anak?
tadi, kalau tidak salah pertanyaannya seperti itu ya tadi ya kemudian begini Kak Asep ada suatu pendapat gitu ya ketika kita mau menterapi anak itu artinya kan kedekatan anak dan orang tua itu secara emosi, secara emosi kan dekat sekali ya Kak Asep ya sehingga halo Bisa tidak, bisa tidak. Sangat tergantung itu. Nggak otomatis karena orang tua pasti punya kedekatan emosi.
Banyak orang tua nggak punya kedekatan emosi dengan anak, malah mereka cair dengan anaknya. Ya, artinya anak kan sudah mengetahui segala kelebihan orang tua dan kekurangannya. Sehingga karisma orang tua itu di mata anak. itu ada yang positif, ada yang negatif.
Sehingga kalau pendekatan konvensional mungkin... Agak sulit ya. Justru pendapat saya mungkin ke pendekatan militan ini yang lebih pas gitu ya, Kak Asep.
Ya, saya jawab pakai kasus saja. Jadi memang kalau misalnya apalagi ibu menggunakan pendekatan konvensional kan, yang bersangkutan kan harus ready. Nah, yang bersangkutannya juga kan tahu bahwa ibu ini akan ngapain saya. Jadi, karena artinya peluang, kalau misalnya hubungan antara orang tua dengan anak tidak begitu dekat, anak makin curiga, ibu akan ngapain gue nih maka di dalam pendekatan-pendekatan seperti itu kan perlu yang sifatnya relatif halus sehingga anak tidak tahu bahwa sebenarnya orang tuanya sedang melakukan fasilitasi perubahan terhadap perilaku anak jadi dalam tema-tema seperti itu memang pendekatan Milton akan kita pilih ketimbang pendekatan konfesional ya, betul baik, makasih ya, Sef sami-sami Oke, teman-teman ada yang ditanyakan lagi? Ini Kang Asip sudah jam 3 mungkin.
Kita tunggu bentar lagi ya. Sambil Kang Asip mungkin penutup apa nih Kang? Kaitan dengan accept, utilize, keep. Kesimpulan akhirnya Kang. Kesimpulan akhirnya sih kalau menurut saya Kang Iwan, kita, ya mari sekarang adalah kita belajar banyak dari kiri, dari kanan, dari depan, dari belakang, dari atas.
dari bawah dari mana. Dan kita belajar adalah untuk membuat diri kita menjadi lebih fleksibel. Sehingga dengan belajar diri kita lebih fleksibel seperti itu, peluang kita untuk mengenali keragaman menjadi besar, sehingga dalam benak kita juga mempunyai beragam amunisi yang beragam juga. Dengan demikian adalah peluang kita untuk membantu klien dengan keunikan klien adalah besar.
hanya karena kamu belajar kita bisa melakukan aset utilization tapi kalau kita tidak pernah mau belajar seperti itu susah aset utilization apalagi orang yang merasa benar sendiri akan sangat sulit jadi diperlukan kita belajar luas misalnya Pak Wijiono perlu belajar keunikan dari anaknya justru supaya bisa melakukan approach terhadap anaknya dengan cara yang disukai oleh anaknya demikian Kang Iwan Siap, Kang Asep. Terima kasih. Ada teman-teman yang masih mau menyampaikan pertanyaan atau komen, silakan.
Kita kasih waktu nih sampai 3 menitan sampai 5 menit, teman-teman. Silakan. Oke, jadi Kang Asep, ini yang saya, mungkin teman-teman saya harus sampaikan bahwa Kang Asep ini pembelajar. Artinya apa? Terus mau belajar gitu ya.
Belajar dengan banyak orang, dengan bukan hanya belajar langsung juga, tapi bacaannya ini luar biasa. Jadi saya pernah ke rumah Kang Asep yang di, mana Kang? Di tangga Ang ya, bukan di Jakarta ya.
Dan rumahnya isinya buku Pak Balatak, Pak Balatak. Di mana-mana buku gitu. Dan saya nggak kebayang bacanya.
Oh di Ciputat ya, dengan Pak Aji ya waktu itu ya. Di mana-mana buku dan saya nggak kebayang bacanya gimana gitu. Dan Kang Asep ingat semua tuh buku-bukunya gitu.
Gimana nih Kang, ini buat yang masih muda-muda nih. Kang Asep sudah seniwa gitu. Saya nggak mau mulang tua ya.
Kita udah tua nih. Ya harus mewariskan sesuatu nih ke teman-teman kita nih. Yang sudah seniwa aja bacaannya luar biasa sekali.
Jadi kalau teman-teman belajar pelatihan dua hari setelah itu cukup gitu ya. Nggak baca lagi, nggak update ilmu lagi. Ya tadi apa nggak. Ya gimana mau jadi.
lebih besar lagi. Gimana Kang Asep? Silahkan.
Yang pertama mungkin saya sampaikan bahwa sebuah buku itu terlepas apapun adalah hasil ekstrak pengalaman penulis buku. Jadi kalau misalnya penulis buku itu usianya 70 tahun, maka pada waktu saya membaca buku itu berarti itu ekstrak dia 70 tahun. Nah berarti kalau saya mau membaca buku dia, itu sama dengan saya hidup 70 tahun.
Sehingga semakin saya banyak baca buku orang, berarti usia saya akan bertambah. Itu yang pertama. Yang kedua, saya adalah orang yang ngalamin kariwan. Karena saya dengan kariwan waktu kanak-kanaknya adalah mengalami kesulitan.
Tema yang menyembuhkan saya pada waktu kanak-kanak, walaupun mengalami tema-tema kesulitan hidup adalah buku. Buku itu mengajarkan kepada saya adalah banyak skema bagaimana cara menghadapi hidup. Jadi saya pada waktu kanak-kanak sudah dikasih ibu saya.
Buku Pancatantra, Kaliwan. Buku Pancatantra itu isinya adalah cerita-cerita febel. Kemudian buku Kalilah Wadina, itu waktu masih SD. Kemudian pada waktu menjelang kelas 6, saya dikasih buku Mahabharata.
Mahabharata yang lengkap. Saya berterima kasih betul termasuk juga cerita Seribu Satu Malam. Apa yang saya baca dari buku itu sebenarnya skema.
Skema itu maksudnya begini. Di dalam peristiwa begini, para pelakunya adalah kelakuannya begini-begini. Maka Anda akan menang kalau Anda melakukan begini.
Di dalam buku cerita itu ada skema begitu. Dan saya berterima kasih pada waktu kanak-kanak sudah banyak baca buku-buku kayak gitu. Sehingga di dalam kehidupan, di dalam benak saya itu banyak skema. Nah sehingga kalau ada ketemu masalah, saya tahu, oh kalau ngadepin kayak gini berarti gue harus jadi sakuni. Oh kalau dalam keadaan kayak gini gue harus jadi duri dana.
Oh kalau dalam keadaan kayak gini akan salah, aku kalau jadi Yogi Shira, aku lebih baik misalnya menjadi Bima. Nah buku-buku yang kita baca itu memberikan ragam skema. Nah jadi orang yang baca bukunya jarang, kebayang keinginan skemanya terbatas, gitu aja. Jadi kalau dia jadi hipnoterapis...
Kasian, hipnoterapisnya mejel, mandul, karena skemanya sedikit. Gitu aja, Kak Iwan. Siap.
Jadi pentingnya membaca buku bagi saya adalah, kita nggak cukup waktu untuk kuliah, tetapi kalau kita cukup membaca buku dan mau mengeksplorasi dari buku, waduh, paling tidak kita udah menghemat banyak waktu dibandingkan si penulis. Jadi, yuk. Semakin banyak membaca buku dan mengamalkannya, semakin banyak skema kita. Nah, dan bagi hipnoterapis, sangat diperlukan hipnoterapis yang banyak skema. Sehingga kata-katanya itu akan mengalirnya dengan lancar.
Hipnoterapis yang jarang baca buku, ngomong aja susah, Kang Iwan. Betul. Oke.
Siap. Oke, Kang. Jadi, teman-teman, tadi pesan ini, Kang Asep banyak baca buku. Dan Milton di rumahnya, tadi Kang Asep udah cerita ya.
Ada buku-buku tentang Bali juga, Kang. Buku yang Bali ya. Tentang Indonesia juga.
Di tahun itu ya. Berarti tahun 70-an tuh. Tahun 60-an itu, Kang Ivan.
Tahun 60-an, 70-an itu. Penelitinya itu adalah Margaret Mead. Margaret Mead itu adalah seorang antropolog terkenal dari Amerika. Dan itu salah satu buku yang dibaca oleh Milton gitu ya.
Jadi Milton belum pernah ke Indonesia, tapi saya yakin Milton tahu tentang Indonesia, karena judulnya ada satu judul yang judulnya Indonesia, dan Bali ya Kang ya? Ada beberapa buku. Oke, ini. Sang Asep, kalau seandainya minat anak baca kurang, bisa lewat film juga bisa? Bisa.
Bisa lewat film, bisa dongeng, bisa cerita, bisa cerita radio, bisa audio, bisa video, bisa apapun. Yang paling penting anak kita adalah mempunyai ragam skema tidak terbatas dari skema orang tuanya. Ini kan satu lagi nih, karena Milton bacaannya banyak banget dan salah satu pola yang dipakai di dalam eleksi menyen adalah memainkan drama. Jadi Milton itu bermain pean di situ ya. Artinya bacaan-bacaannya harus banyak juga karena memainkan drama jadi si A, jadi si B, jadi banyak banget.
Dan tadi, metaporanya, ceritanya, indirect story-nya kan luar biasa sekali, Kang. Jadi, kalau bacaan kita kurang banyak, kayaknya kurang bisa bercerita juga, gitu, Kang. Oke, ini dari Pak Semir Nunggukan. Kang Asep ada nomer WhatsApp Kang Asep yang bisa dihubungi, nanti boleh nanti di-sharing di sini ya.
Ini oke, dari teman-teman ini hatunun Kang Asep, Kang Iwan ilmunya hasil di... Diskusi bermanfaat dan bisa membantu dari Pak Jen, Dr. Jen. Kalau sih, Kang Asep, saya motivasi membaca lebih banyak buku bermutu saat menggugah dan mengubah. Terima kasih. Menarik sekali, Kang Asep, materinya.
Satu lagi, pentingnya membaca banyak buku dan memperluas ruasan untuk memperkaya skema. Oke, ini Panitia Seminar, Pak Teguh nih. Ada nomer WA Kang Asep, bisa dihubungi.
Boleh nanti. Bisa, Rolakaniwan aja lah itu. Siap.
Nanti di-share ya Boleh kontak Mbak Hai Yang kemarin di pengumuman ada Mbak Hai Nanti minta ke Mbak Hai aja Nomor Kang Asep Itu kan teman-teman ada yang disampaikan lagi cukup ya Nih Kang, sekali lagi terima kasih nih. Jadinya bukan satu jam nih kita kepotong, mungkin sejam lebih. Teman-teman boleh dong kasih aplaus dulu ke Kang Asep. Tepuk tangan biar kelihatan gitu. Makasih Kang Asep, silakan teman-teman ucapkan makasih juga.
Mudah-mudahan kita bisa berbagi lagi. Silakan teman-teman yang mau ngucapin makasih di unmute saja. Terima kasih Pak Sepp. Siap, Bu.
Insya Allah nanti di ini. Oke, di apa? Kita buat lagi. Oke, teman-teman.
Makasih sekali. Mudah-mudahan. Saya yakin sekali, bukan mudah-mudahan. Saya yakin sekali yang tadi disampaikan Kang Asep tentang Asep Utilize, Milton Erikson, Eriksonian, akan bermanfaat buat teman-teman.
Dan tadi ada teman yang belum ketemu Kang Asep. Saya ingin belajar dari Kang Asep. Bisa jadi belum jodohnya, dan sekarang ketemu Kang Asep di sini, silahkan dikontak Kang Asepnya.
Jodohnya dicari nih. Kalau kemarin belum ketemu karena belum jodohnya, belajar dengan Kang Asep, sekarang dikejar jodohnya. Jadi cari nanti kontak Mbahae, kontak Kang Asep, bisa belajar mungkin setelah pandemik, atau bisa ikut kelas online-nya Kang Asep.
Oh, dan Kang Asep juga ikut. Kang, boleh cerita kan sebelum ditutup, ada kelas-kelas online yang masih bisa pendapatan atau gimana? Karena ada kelas rumah apa nih?
trademarknya Kang Asep adalah forgiveness therapy ya teman-teman ada satu lagi family therapy ada kalau logo therapy jadi inget Pak Aji logo therapy yang family therapy silahkan Kang agar putus-putus kan orang-orang yang terkena dengan silakan akan dantet pilih perserahan komunitas dan akan bisa gabung dengan grup program saja ada namanya sehat mental you Hai ah gitu ada juga tidak pada masanya psikoterapi dan kesehatan mental dan beberapa materi ada di sana dan silakan atang dan tete unduh kalau memang diperlukan. Termasuk materi tentang psikologi pemaafan ada di sana dalam bentuk voice notes, ada dalam bentuk video voice, ada dalam bentuk text. Silakan dikunjungi saja. Sehat mental yuk. Seleganya.
Nah kemudian kalau Anda kebetulan ini juga dalam Selama dua bulan ini ada kuliah daring, delapan pertemuan untuk tema terapi keluarga pimpinnya Satir, kemudian tentang menjadi konselor bagi keluarga dan kolega, kemudian tentang bagaimana pengelolaan kebincanaan, kemudian mengelola stres, psikologi sufi, kemudian materi tentang psikologi trauma, dan psikologi tempat. Terima kasih. sedang berlangsung. Jadi silahkan kunjungi Facebook saya, Asep Herugani.
Oke. Baik, teman-teman. Tuh, banyak banget tadi.
Kang Asep begitu aktif di Facebook ya, Kang. Tinggal cari Asep Herugani yang baru ketemu Kang Asep. Nanti bisa di-japri juga. Yang perlu WhatsApp-nya nanti kontak Mbah Hai yang ada nomer Mbah Hai di undangan ya. Atau kalau nggak di Youtube juga ada kontak Mbah Hai juga di Youtube.
di cek juga ya baik itu ya teman-teman Kakak Sep mungkin ditutup dengan apa itu dengan hamdallah ya Alhamdulillah ya terima kasih ya sekali lagi karena kita semuanya orang berikutnya kita Klien yang datang ke kita itu digerakan oleh Tuhan. Klien yang datang ke kita itu digerakan oleh Tuhan. Jadi tugas Anda adalah menjaga penyalurannya dari berkat kita. Sehingga kira-kira bagaimana cara mengikapi klien itu?
Mungkin doa ini apa makranya? Ya Allah, kau telah kirimkan orang ini datang kepadaku. Ya Allah, berikanlah ilham kepadaku sehingga aku tidak malu oleh klien ini karena tidak bisa membantunya. Dengan begitu. Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam. Baik, teman-teman.
Tadi apa yang disampaikan Kak Asep. Mbah Hay di-unmute dulu. Teman-teman, terima kasih kali lagi. Dan tadi sebagai penutup bahwa tentunya klien yang datang ke kita minta bantuan kita, Allah yang ngilainya.
Terjadinya Allah yang mengizinkannya. Jadi sebisa mungkin ya dengan keahlianya dibantu. Kalau tidak rekomendasikan ke teman atau ke apa ya, apa lain yang bisa membantu.
Itu saja mudah-mudahan apa yang kita lakukan diberikan pahala yang terbaik oleh Allah SWT. Allah memberikan balasan yang terbaik buat kita. Balasan belajar ilmu, berbagi ilmu ya Kang Asep ya.
Terima kasih Kang. Nanti kita kontak-kontak lagi. Terima kasih. Kita tutup dengan membaca. Alhamdulillah.
Alhamdulillahirrahmanirrahim. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Sampai ketemu. Terima kasih. Silahkan kita pamitan ya.
Sampai ketemu lagi ya di lain kesempatan. Sama-sama. Sama-sama.
Terima kasih Budwi, Pak Imam, Maktia. Sudah gabung di... Sama-sama. Jadi mohon kalau ada sesi lagi. Sangat valuable.
Thank you. Siap. Terima kasih ya. Terima kasih sama-sama.
Insya Allah. Terima kasih Pak Irwan. Sama-sama.
Pak Ali silahkan pamit teman-teman. Mas Imam, Pak Dasmawan, Pak Irwan. Terima kasih Pak Irwan. Terima kasih semuanya. Pak Jul, Bu Siti, terima kasih ya.
Terima kasih Pak Irwan. Sampai ketemu di kelas Ericksonian Pak Imam. Sampai ketemu di klub keleksonian Pak Sawiji ya. Siap belajar ya. Kang Ijma nanti kontak saya ya.
Saya mau bikin janji ya. Saya takut nomornya ini. Yang lama nih.
Kang Ijma nih. Mohon dicatat. Masih yang lama kok nomornya.
Siap. Kita berbagi tentang anak-anak nih. Ditunggu. Oke.
Pak Mr. Dwi, makasih. Bu Iyani, alhamdulillah. Makasih ya. Semangat terus, Bu.
Paktek hipnonya. Pak Jul, Pak Wiji, kita ketemu nanti di kelas EJS ya. Siap-siap ya. Makasih. Pak Ijma, Kang, nanti kontak ya, Kang.
Kita tutup nih. Pak Iayu, terima kasih ya. Sudah kita, Mbak Hei, makasih ya.
Makasih, Mbak Hei. Silahkan. Pak Wiji, saya pamit.
Assalamualaikum. Assalamualaikum.