Jangan lupa subscribe youtube channel Metro TV News dan jangan lupa nyalakan notifikasinya. Jal silam, ahakulah pendukungmu, patriot proklamasi, sedia berkembang untukmu. Terima kasih pemerintah Anda masih bersama kami di Selamat Pagi Indonesia dan tadi sudah kita hadirkan fakta-fakta mengenai hari lahirnya Pancasila yang juga sudah dirayakan ataupun diperingati pada hari ini dan untuk pengetahuan lebih lengkapnya pemirsa Pancasila sebagai ideologi bangsa ini wajib hukumnya menjadi identitas bagi setiap elemen bangsa. Namun di tengah globalisasi bagaimana Indonesia mampu menjadikan Pancasila sebagai jati diri dan ideologi utamanya bagi generasi penerus bangsa. Pada momen spesial di hari lahirnya Pancasila ini, kami akan ajak Anda berdiskusi mengenai Pancasila di tengah globalisasi bersama guru besar psikolog politik Universitas Indonesia, Prof. Hamdi Muluk.
Selamat pagi Prof. Hamdi, apa kabar hari ini? Selamat pagi Abdi Bangsa, selamat pagi seluruh Indonesia. Assalamualaikum, Assalamualaikum Sejahtera bagi kita semua. Amin.
Gimana kabarnya Prof hari ini? Alhamdulillah sehat. Yang paling penting di tengah pandemi ini sehat fisik dan mental.
Itu yang lebih penting. Baik, Profesor di tengah banyaknya informasi teknologi yang sudah semakin canggih, bagaimana Profesor melihat nilai-nilai Pancasila ini yang diterapkan oleh para generasi milenial di Indonesia? Karena mereka sebagai generasi penerus bangsa, apakah mereka sudah menerapkan nilai-nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa secara seutunya Profesor? Ya begini, kalau kita lihat substansinya Pancasila itu sebenarnya itu nilai-nilai yang hidup secara dunia. Itu pertama misalnya nilai-nilai ketuhanan.
Jadi kita memang menganut negara yang berketuhanan. Yang kedua prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal. Humanisme yang universal.
Ketiga, nasionalisme yang tidak sempit, ya, itu nasionalisme keindonesiaan kita, ya, dan itu sudah mengatasi nasionalisme yang bersifat kesukuan, sektarianisme, kedaerahan, ya, itu namanya etnonasionalisme. Kita nasionalisme Indonesia bersatu. Keempat, nilai-nilai demokrasi. Jadi dalam demokrasi perbedaan pendapat harus dihargai. Kita dalam mencapai kesepakatan itu berbufakat, bermusawarah, ada prosedur-prosedur supaya kita mencapai seluruh kesepakatan.
Kelima, masalah nilai-nilai universal lagi, keadilan, keadilan sosial yang merata buat semua. Itu kan bukankah sehari-hari itu sudah ada. Cuma yang istimewa dari kita, itu kita eksplisitkan menjadi Pancasila yang kita kenal sekarang itu. Sila pertama, sila kedua, sila ketiga, sila keempat.
Jadi sebenarnya, orang harus tahu itu dieksplisitkan. Tapi kadang-kadang juga, nggak perlu juga hafal satu dua katanya. Kadang-kadang salah-salah ucap itu biasa. Kadang-kadang orang terlalu agak lebay juga.
Wah, dia nggak hafal Pancasila. Sebab begini, dalam psikologi pendidikan, itu ada namanya taksonomi bloom. Jadi kalau orang mengerti sesuatu itu, ada level-levelnya, memang level pertama itu mengetahui atau mengenal dulu, dan dia bisa menghafal misalnya, apa sila itu.
Tapi setelah itu lanjut tahap berikutnya, dia paham apa maksud dari tadi sila satu, sila kedua itu, dari tekstnya itu ya. Nah setelah dia paham, dia mungkin bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan tahap berikutnya, tahap keempat, dia bisa mengevaluasi kapan digunakan. Kapan tidak, kapan itu bisa dipakai untuk membuat kemajuan dalam hidup, untuk mencipta, berkreasi. Nah, itu tahap-tahapannya.
Nah, jadi anak-anak muda sekarang, tapi ya, generasi minal lihat ini, karena informasi itu sudah banyak, jadi mungkin nggak perlu juga kita mengatakan ke mereka, eh, kalian hafali Pancasila itu, baca bukunya, mereka udah tahu dari mana-mana kok ya. Jadi tantangan kita ke depan, bagaimana menyadarkan pertama anak-anak muda itu, bahwa Pancasila itu penting. Nah mungkin kita bisa mengugah dengan pertanyaan secederhana ini. Coba kalian bayangkan, kalau tidak ada Pancasila, di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia ketika Indonesia ini mau dibentuk, ada beragam macam agama, beragam suku, beragam kepentingan, wilayah.
Yang pluralitasnya besar Kalau tidak ada Pancasila Apa mungkin negara ini berdiri Sama juga sekarang Coba kalian bayangkan Kalau tidak punya Pancasila Apa tidak mengerikan Kelompok-kelompok agama Kelompok kedaerahan Saling bentrok satu sama lain Yang membuat itu bertemu di satu titik Ya Adalah Pancasila Jadi Pancasila itu titik kulminasi Jadi Dalam bahasa lainnya disebut dengan ideology of tolerance. Jadi sebenarnya dia membuat basis toleransi dari seluruh perbedaan kemajemukan yang begitu besar di bangsa ini berdasarkan... Agama, kedaerahan, kepentingan-kepentingan politik dan segala macam, ketemu di satu titik.
Nah ini yang mencegah kita untuk berkonflik. Ini yang mencegah kita tidak pecah, belah menjadi terberai-berai, menjadi macam-macam. Baik keperpecahan bangsa, misalnya kalau orang menganut etno-nasionalisme kedaerahan saya yang lebih penting.
Nah itu pecah itu menjadi separatisme daerah. Sama juga, kalau dimanggap agama saya lebih penting, nanti jadi negara agama. Artinya Pancasila ini sebagai semangat toleransi di tengah keberagaman bangsa kita ya Pak ya, artinya harus terus digalakkan.
Tidak terhadap sana itu sebenarnya, betul. Paham dulu baru bisa diterapkan, itu tadi yang saya ambil sebagai kata kuncinya. Kita paham dulu baru bisa diterapkan khususnya kepada generasi muda. Kemudian pertanyaan berikutnya, Prof, ini lantas...
Bagaimana, seberapa urgensinya, seberapa penting untuk memasukkan Pancasila ini di sekolah-sekolah sebagai kurikulum utama? Karena kalau kita lihat pada bulan Maret yang lalu, ini sempat ada Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2021 tentang standar nasional pendidikan yang tidak dimasukkan, tidak memasukkan Pancasila ke dalam kurikulumnya, namun kemudian direvisi. Sebenarnya urgensinya seberapa penting sih, Prof?
Iya, aja begini, saya mengatakan tadi. Bahwa secara kebangsaan itu sudah dieksplisitkan menjadi Pancasila sebagai dasar bank. Pancasila dimuat di preambul undang-undang dasar kita. Dan Pancasila... Aturan legislasi juga wajib menjadi pedoman untuk membuat pembuatan kebijakan.
Artinya sebenarnya Pancasila itu berusaha untuk dieksplisitkan. Nah, apakah itu misalnya mau dieksplisitkan langsung dalam sebuah kurikulum pelajaran khusus Pancasila, ataukah dimasukkan ke dalam pajalah pelajaran yang ada, itu menurut saya sebenarnya sama saja. ingin bangsa Indonesia ini, generasi mudanya lupa bahwa kita punya nilai-nilai dasar, 5 prinsip itu yang adalah dasar bernegara kita, identitas bernegara kita, atas dasar itu negara ini bisa didirikan dan tanpa itu sudah pasti kita sudah tercerai berai, nah itu yang harus disadari gitu loh Bahwa misalnya metode-metode pembelajarnya harus mengikuti cara-cara kekiniannya itu memang harus.
Kalau enggak dia menjadi membosankan. Kalau membosankan secara psikologis, orang tidak berminat untuk ikut serta mendiskusikan, membahas. Dan itu tidak menjadi passion dari siswa misalnya begitu.
Tapi bahwa itu harus diajarkan, iya. Kita setuju itu harus diajarkan. penting harus diajarkan kepada generasi muda.
Baik, terima kasih Prof. Hamdi Buluk sudah bergabung bersama kami di Selamat Pagi Indonesia. Selamat kembali beraktivitas, Prof.