Transcript for:
Pemahaman tentang Kewalian dalam Islam

Sekarang kita masuk ke Al-Wali wal-Khati'ah, halaman 213. A'wabil khusus kepada Imam Al-Hakim al-Tirmizi, beliau hafizul sunnah, zahiratan wa batinah. Dan juga Imam yang mutafak atas kewaliannya. diakui sebagai ahli hadis, maka saya suka kitab beliau karena ahli hadis iya, wali juga iya. Untuk beliau kita kirimkan, lahu al-fatihah. Al-Auliyah, ciri-ciri wali, Alkitab, warruh, pengangkatan kewalian, karamatul awliya, kemudian apakah wali bisa mengetahui dirinya?

Sa'iyudun aw shaqiyah, wali atau tidak wali, kita sudah bahas juga ya. Sekarang kita masuk ke al-wali wal-khaati'ah, halaman 213. Awa bil khusus kepada Imam Al-Hakim al-Tirmizi, beliau hafizul sunnah, zahiratan wa batinah. Dan juga Imam yang mutafak atas kewaliannya, diakui sebagai ahli hadis, maka saya suka kitab beliau karena ahli hadis ia.

Wali juga iya, gitu. Untuk beliau kita kirimkan, Lahu al-Fatiha. A'udhu Billahi Minash Shaitanir Rajeem.

Bismillahirrahmanirrahim. Apa perbedaan keyakinan Ahlus Sunnah dan Syiah dalam meyakini kewalian dan keimaman? Perbedaannya pada bab ini, perbedaan utamanya.

Syiah juga berbicara kewalian, Ahlus Sunnah juga berbicara kewalian. Bedanya di mana? Bedanya di bab al-walaya wal-khatiyah, kewalian dan masalah dosa atau kesalahan. Khatiyah bisa diartikan kesalahan. Syiah meyakini para imam ma'asumuna minal khatiyah.

Para imam itu terpelihara dari dosa dan kesalahan. Ini yang disebut Ismah, Ma'asum. Masih ingat konsep itu ya?

Bagi kita ahli sunnah wal jamaah, ya kita boleh beda dong. Apa perbedaan hakikinya? Kita meyakini yang Ma'asum, yang terpelihara Ismah, cuma Nabi Yunan Muhammad SAW dan para Nabi. Ada pun selain Nabi, Hatta Abu Bakar, hatta Omar, hatta Osman, hatta Ali, itu masih bisa salah.

Kalau tidak begitu, mana mungkin terjadi perang antara Aisyah dan Ali. Mana mungkin terjadi perang antara Ali dan Muawiyah. Omar kurang nyaman dengan Ali. Itu riwayatnya silahkan ada di kitab-kitab yang sahih. Tapi itu kan urusan pribadi sahabat.

Urusan pribadi sahabat tidak boleh dijadikan sebagai persoalan syariat. Urusan pribadi ini kemudian dibawa ke ranah politik oleh syiah dan dijadikan sebagai doktrin. Itu perbedaan kita dengan mereka.

Bagi kita, sudah ya. Apa yang terjadi, al-musyajarah bainas sahabah, pertengkaran di kalangan sahabat, Itu urusan mereka. Kita meyakini bahwa mereka udul, aparti udul, mereka semuanya baik. Adapun kalau orang baik salah, bisa nggak?

Bisa, masa nggak bisa? Kalau sahabat saja bisa salah, apalagi para imam, lebih bisa salah. Sahabat ketemu nabi bisa salah, antu bisa bayangkan.

Maka orang yang meyakini mursidnya maksum tidak salah, ini tidak disadari sudah jadi syiah. Hati-hati loh ya, di satu bab doang, satu bab, tanpa dia sadari. Tapi diakui syiah nggak?

Kalau mau jadi syiah berat urusannya ya. Antum harus memahami syiah yang mana dulu nih? Syiah Zaidiyah, syiah Imamiyah, apa syiah Gulad?

Ini beda loh ya. Dan yang paling lucu dalam perkembangan pemikiran, karena saya mengajarkan aliran-aliran pemikiran dulu selama 7 tahun di... Kampus UIN, sampai kitab-kitab filsafat kita ikut mengajarkan dulu, sampai Ibn Sina waktu ngajar S2, S2 di fakultas.

S1 saya ngajar kitab-kitab kalam, Al-Farku Ben Al-Firok, aliran-aliran, perbedaannya hlusunah apa, Al-Milal Wanihal, Sharafiqul Akbar. Dulu kita ngajarnya pakai kitab, nggak main ngoce-ngoce doang, alhamdulillah Allah bimbing seperti itu. Perbedaannya apa?

Perbedaannya yang paling mencolok nanti, itu udah bab Ismah ini. Ismatul A'imah. Jadi, kalau kita, pasti setiap antum ini punya mursid. Punya guru.

Mursid artinya apa? Arsada yursidu irsadan. Mentor rohani, kira-kira begitu. Pembimbing rohani. Punya ya?

Kalau kita punya pemimping rohani, baik adanya di kampung kita, di tempat kita tinggal, atau jauh, antum meyakini dia suci tidak pernah salah, atau bisa saja salah? Bisa saja salah? Bisa berdosa?

Inilah jawaban Imam Junaid. Apakah wali mungkin berdosa besar? Beliau jawab, itu takdir dari Allah, udah ketetapannya.

Kalau bukan wali pasti begitu. Kalau bukan nabi pasti bisa kena. Ini perbedaan penting nih, jangan sampai salah. Maka nanti kalau kita melihat Qiyai, Sheikh, Mursid, salah dan berdosa, Antum bilang apa?

Ah percuma aja nih bertorekot, apa gitu? Masa mursid begitu? Hati-hati. Kalau udah ngomong begitu berarti meyakini mursid suci, hati-hati.

Mursid itu suci cuma hatinya. Fisiknya, nafsiyahnya gak sama kayak sama orang biasa. Hatinya Allah jaga. Dengan apa Allah jaga? Dengan pandang Allah kepadanya.

Kenapa Allah selalu memandang kolbu seorang mursid? Karena qalbu dia setia kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Kalau kita kan kurang setia sama Allah.

Setia gak antum sama Allah? Atau masih meragukan Allah? Setia pertama keyakinan, tasdik namanya.

Percaya aja dulu. Yang kedua naik. Apa? Setelah kita percaya, Baru naik, kalau kepercayaannya itu dipupuk-dipupuk baru jadi tawhid. Tauhidnya dipupuk, tawhid kan meyakini bahwa Allah itu benar-benar ada dan esah.

Tauhid, dipupuk terus baru jadi ma'rifat. Ma'rifat dipupuk terus baru jadi waliullah. Maka standar wali itu dalam kitab-kitab ulama kita dan ajaran-ajaran mereka apa. Orang yang mengenal Allah SWT, itu standar yang diajarkan oleh guru-guru kita ya.

Guru kita ya dari gurunya, guru itu sampai ke Rasulullah sama. Nah itu perbedaan istilah aja. Jadi kenapa Allah menjaga kolbu para mursyid?

Karena dia setia kepada Allah SWT. Semoga kita dijadikan hamba-hamba yang kalbunya setia. Meskipun setiap hari bernumluaran dosa, setiap hari kita bisa salah, setiap hari kita bisa keliru, terjebak lagi, terjebak lagi. Semoga Allah tidak mencabut pandangan rahmatnya dari kita. Amin.

Qala al-musannif, qala lahu al-qail, fa ma halu hadha alladhi tasifuhu bihadhi sifat fi waqtil maqdur alihi minal ma'asiyah. Qala haluhu la yusaf. Jadi ada orang nanya, wali itu kalau sedang ma'asiyah, takdir dia ma'asiyah, itu masih wali nggak?

Itu keadaannya apa gitu? Hal hulayusof. Halnya tidak disifatkan. Maksudnya, kalau wali bermaksiat, orang biasa dulu ya, antum saya nih, antum maksiat.

Kita kan orang biasa. Kita orang biasa bermaksiat, mu'min. Dalam akidah halusunnah disebut mu'min asi.

Paling tinggi mu'min fasid. Mu'min yang durhaka, yang fasid. Ya, marhaban. Sedangkan mu'tazilah, ini ingat-ingatnya.

Betapa moderatnya akidah halus sunnah. Karena bahasa saya mempertahankan dan bagi saya yang rasional memang halus sunnah. Tadinya memang sempat tertarik dengan akidah mutazilah. Sampai saya baca kitabnya Al-Qawdi Abdul Jabbar, bolak-balik.

Saya mau cari mana rasionalitasnya. Ternyata rasionalitasnya cuma satu doang. Al-Qawdi Abdul Jabbar itu satu doang. Menurut ini yang dulu. Mbah gurunya orang-orang UIN, IIN se-Indonesia, Prof. Harun Nasution.

Beliau terkagumkan oleh kalimat Al-Qadi Abdul Jabbar, bahwa sumber pertama hukum itu bukan Quran, tapi yang pertama bagi dia akal. Al-aklu al-kitabu as-sunnah al-ijma'Pateh. Akal, kitab, sunnah, ijma'.

Prof Harun, dengan segala hormat kita kepada beliau, beliau kan ngajarin muridnya supaya bisa mengkritik. Nah ini sekarang kita kritik beliau. Bagi ahli sunnah, itu kan yang akal dipindahin ke belakang.

Bukan akal sendiri, akal kerjanya ngapain? Membuat analog-analog, perbandingan-perbandingan, permisalan, sehingga muncullah rumusan-rumusan. Kaedah-kaedah. Kalau kaedah ini disepakati, atau banyak dipakai orang, baru namanya, kalau disepakati semua, ijma. Jika hanya sebagian, tapi relevan untuk kebanyakan, disebut nanti kias.

Jadi bagi ahlu sunnah, kias akal yang di depan oleh Mu'tazilah ditaruh nomor 4. Jadi bagi ahlu sunnah, alkitab, sunnah, ijma, kias. Jadi enggak, cukup akal, dia harus jadi kias. Kalau kias berarti akalnya sudah diuji.

Itu sebabnya Al-Qadir Abdul Jabbar kitabnya dikritisi kembali oleh imam-imam kita. Imam Ghazali. Imam Fakhruddin Al-Razi ini paling kenceng.

Di situ nanti. Berikut sampai hari ini. Makanya gak kedengeran lagi itu akidah Mu'tazilah kecuali Indez Zaidiyah. Jadi akidah Mu'tazilah itu masih nyempil di mana?

Masih tersirat di Zaidiyah, tersirat di Imamiyah, ada kemiripan dalam usul khumsah mereka, tapi berbeda dikit ya. Bagi Mu'tazila, kelompok yang tadi ini, yang mendewakan akal nomor satu, apa kata mereka? Mumin kalau berdosa, maka disebut mu'min, enggak disebut mu'min, disebut fasik.

Dia tidak beriman dan tidak kufur, namanya apa? Fasik. Status fasik ini, kata Al-Qawd Ibn Jabbar, disebut al-manzilah mainal manzilatain. Oh, status antara dua status. Status mu'min, status kafir.

Bukan mu'min, bukan kafir. Namanya apa? Bagi dia fasik.

Berarti istilah fasiknya Mu'tazilah beda dengan istilah fasik versi Ahlus Sunnah. Saya menganggap diri saya fasik, karena saya berdosa tiap hari. Tapi, apakah saya menganggap diri saya kafir? Kan enggak. Maka Mu'atazila menyebutkan orang yang meninggal dalam keadaan berdosa Mungkin nih.

Maka nanti kalau masuk ke akhirat, kemana perginya? Bukan di sorga, bukan di neraka. Bukan begitu. Itu pemahaman yang salah. Tanda nggak baca kitab Mu'tazilah.

Cuma sayangnya hampir di semua UIN, IAIN, bahkan di kampus-kampus timur tengah, yang dipahami seperti itu. Ada tempat antara sorga dan neraka. Itu khotok jali.

Buka aja kitab dia, kitab dia sudah ada pdf juga kok, kita sudah cetak juga ya. Terakhir, anak-anak kakida filsafat saya bacain ini, satu semester. Sebelum saya bilang ke mereka, habis ini saya mau pindah.

Mereka bingung mau pindah kemana, bayang gak jauh-jauh, deket-deket sini juga. Kan pindah kampus aja ya. Apa yang tertulis dalam kitab Al-Qawdi Abdul Jabbar, Al-Mu'adazili, anehnya dia mazhabnya syafi'i loh secara fikih. Apa kata dia?

Orang mu'min yang berdosa dia jadi fasik, maka dia statusnya bukan mu'min, bukan kafir, khalidan fidnar. Kekal di dalam neraka. Gimana?

Modrat gak tuh? Sibak Antum, siapa yang mau bilang ini modrat? Ini rasional gak mutazilah begini? Ada siapa yang bilang mutazilah ada gak?

Mutazilah rasional. Ini kita uji. Jangan terpedaya oleh teks bagian depan.

Baca sampai ke tengahnya. Ya? Orang cuma berdosa.

Mati belum sempat tobat. Kata dia apa? Khalidina finnar. Kekal di dalam neraka. Adil gak?

Padahal Mu'tazilah punya kaedah namanya Al-Adlul Ilahi. Keadilan Allah. Enggak adil ini. Terus amal sebelumnya memang enggak dianggap.

Ternyata Mu'tazilah itu tekstualis juga. Ya. Terus belakangnya. Khum biha khulidun ya.

Jadi dia ambil ayat ini, sebenarnya, ini kan ayat tentang orang-orang ahli kitab. Bahwa sebenarnya, orang-orang yang kasa bahasa iya, melakukan, mengusahakan suatu kesalahan, lalu dia meninggal dalam keadaan gitu, itu terjemahnya Muta Zila. Maka mereka, khulidina fiha. Humfiha Khalidun bagaimana ayatnya?

Tolong ditaseh. Humfiha Khalidun. Saya tidak tahu, karena ayatnya mirip-mirip kan? Bisa jadi kita salah. Mereka di dalamnya neraka Khalidun.

Ini bagaimana menurut Anda? Jadi saya mengimbau kepada pembaca kitab-kitab kuning, ini terutama Dr. Isney ini. Isney lagi ngantuk.

Atau lagi meresap-resapi ini. Antum yang jago-jago baca kitab nih, yang ngajar di kampus, tolong dicek lagi. Katanya, ihya'u li'ilm, menghidupkan ilmu.

Tapi ternyata teks ini aja gak dibaca kan. Kalau gak paham, diskusi sama yang paham. Jangan dibiarin aja ke... Al-akhtar al-muqalladah.

Kesalahan yang ditaklidi. Udah salah orang taklit. Ya, ini persoalan besar ini. di dunia-dunia kampus hari ini.

Semoga ini bisa jadi renungan kita nanti. Menurut Antum, jadi kalau di kampus-kampus, ini kampus UIN, kampus IIN, lain-lain sama. Sebagian dosen yang mengira, saya kan bagian dari mereka, tadinya, mungkin nanti juga bagian lagi, bahwa Mu'tazilah itu lebih rasional dari halus sunnah.

Saya bantah itu berkali-kali, karena mereka nggak mau dengar. Kita udah tulis beberapa artikel waktu itu. Cuma salah saya, saya gak publish ya.

Pas kita cari filenya udah hilang. File ini lengkap, kita tunjukin semua ini. Di seminar-seminar saya sampaikan.

Tapi sudah masuk ke alam bawah sadar. Mu'tazilah lebih rasional. Nah ini yang kemudian harus kita kritisi. Ini pemanasan daisnya ini.

Ahlu sunnah mengatakan apa kalau ada orang dosa, mu'min dosa? Mu'minun falsikun. Orang ini masih beriman, tapi disebut falsik.

Kalau saya nggak nyebut itulah yang aman, asli. Mu'min tapi durhaka dikit gitu. Atau mu'minun yang paling ringan, mu'minun muznib. Orang beriman tapi punya dosa.

Semuanya kita punya dosa? Punya. Nah kita masuk semua itu.

Nah ini versi halus sunnah. Maka dalam makhidah halus sunnah, orang kalau salah, Belum sempat tawabat, masih ada harapan dia masuk surga setelah dikasih syafaat Rasulullah SAW. Baik.

Ini penting nih teman-teman. Kenapa seorang wali kalau terjebak dosa, belum tentu disebut fasik? Kalau kita, fasik kita. Kalau wali, enggak.

Kenapa? Karena wali, jika dia berdosa, hatinya langsung berteriak untuk kembali kepada Allah, dan dia sadar. Tusrihu ilallah bikulli sya'ratin nadman.

Maka ia berteriak, menjerit kepada Allah minta ampun dengan setiap helai rambutnya. Merinding, dia menangis, dia sujud, dia tersungkur. Ini perbedaan antara orang beriman biasa dengan wali kalau dosa.

Kalau kita dosa, yaudahlah tenggelam-tengelam sekalian. Itu kita. Tapi kalau wali, jika dia berdosa, satu hulai rambutnya bergetar nangis kepada Allah SWT.

Maka di saat dia bertobat, itu tobatnya jika dikumpulkan, satu kota Jakarta itu tobatnya kekosor sama tobatnya. Ini kalam nabi dulu, ketika ada orang bertobat dari satu dosa, lalu dia minta dihad, diberi sanksi. Orang-orang menghina orang yang minta disangsi ini.

Apa kata Nabi? Wahai sahabatku, seandainya rasa taubat yang ada di kolbunya wuzzi'at ala ahli madinah lakafat. Aukamakallah s.a.w. Seandainya ditebar itu rasa taubatnya untuk seluruh penduduk madinah, maka rasa ini mencukupi semua dosa ahli madinah. Kenapa? Karena setiap halai rambutnya, setiap tetes darahnya bersikir.

Inilah yang disebut dalam Torikonak Shabandia dan Qadiria dan Shatoria, Shazilia. Zikir. Al-Jami'atau kullul jasad.

Semua jasadnya bersikir. Zikir tingkat kedua dalam kurikulum Naqshabandiya, itu zikir la ta'if, ada namanya zikir la ta'if, menzikirkan seluruh yang ada dalam tubuh kita. Kadang-kadang begitu cara Allah untuk membuat seseorang terbuka hijabnya. Ta'at, terus gak dibuka-buka.

Kenapa gak dibuka? Dia merasa sesuatu dengan ta'atnya, maka Allah sedikit senggol dia, jatuh ke maksiat. Di saat itu ruhaninya menjerit. فَكُلُّ شَعْرَةٍ مِنْهُ تُسْرِخُ إِلَى اللَّهِ نَدْمًا Seluruh puluh romanya berteriak kepada Allah meminta ampun.

Menyesal. Dan itu ditandai dengan nangis. Tandai dengan nangis. Maka beruntunglah kita yang masih dikasih tangisan-tangisan itu. Ya, wa kullu uruqin ya'inu ilaihi alaman, wa kullu mufassalin minhu yatatayaru hawlan wa duhulan, wa nafasuhu dahsyatan, wa qalbuhu a'imun.

Bulu Romanya merinding. Apa lagi? Setiap petesan yang ada dari badannya, keringatnya kaitu, air matanya, itu semuanya merasakan perihnya, sakit di rohaninya.

Orang kalau nangis biasanya karena kejepit ya. Sakit? Nangis gak? Orang susah hidup nangis. Orang terharu nangis juga, tapi biasanya karena kejepit.

Karena rohnya merasa terjepit, dia menangis kepada Allah SWT. Maka semua keringatnya yang panas, air matanya mengalir. Itu adalah taubat.

Inilah makna dari nadem. Nadem itu penyesalan. Setiap anggotanya, lemes. Tersungkur sujud, lemes di hadapan Allah SWT.

Ini rasa orang tobat. Antum kalau tobat begitu enggak? Kayaknya harus kena maksiat dulu kayaknya.

Enggak lah ya. Nafasnya dahsyat. Nafasnya berat. gitu orang kalau nangis gimana?

nanti antum kalau diajak istighfar jamaat jamaatan begitu tuh nanti kita buat insyaallah maka yang hadir yang lama yang baru yang lama amalkan zikir yang sudah ada yang baru datang atau yang sebelumnya off online amalkan setiap 5 waktu 40 kali Amalkan dulu itu sampai terasa ringan. Barik Antun sudah bisa ditalkin zikir. Biar masuk nama Allah di kolbu kita. Mengamalkan sunnah talkin zikir.

Yang Nabi ajarkan kepada sahabat-sahabat. Nah ini masih sama nih, ketika dia memperhatikan jalalnya Allah. Nah perhatikan, apa beda jalal dengan jamal? Jika seseorang mendapatkan nur jalal, maka orangnya berasa takut terus kepada Allah.

Ada rasa yang dirohani kita dua, khawf rasa takut, yang kedua rojak, rasa haram. Jika Allah memandang kita dengan al-jalal, dengan sifat jalalnya, keperkasaannya, itu bikin orang ketakutan. Dulu pernah punya guru killer gak? Bener istilahnya killer ya? Guru wow, killer nih.

Di pesantrennya udah begitu loh. Apalagi di sekolah-sekolah umum. Kalau orang itu mandang kita gimana? Berkeringet gak? Ketakutan?

Pasti ketakutan. Saya masih ingat ya, ada guru saya begitu. Cuma kita gak nakal.

Parah lah ya. Teman-teman kita ada yang parah nakalnya. Guru kita ini pulang, sebelum pulang dia pura-pura minta izin. Ambil, pinjem jarum jilbabnya. Teman-teman perempuan, dia ambil tiga, tusukin, kemana?

Ke roda, ke bannya, motor sang guru. Jadi setiap sekret datang itu, seminggu ada tiga kali lah dia dorong. Itu saya kasihan. Kalau berarti jalal dia muakad, mahdud.

Jalalnya guru, guru-guru galak, itu wibawanya cuma kalau dia marah. Tapi jalalnya Allah setiap saat, tapi kita hati-hati butai, kita nggak ngerasa. Satu kali, Umar tidak memandang jalal Nabi, yang dipandang jamalnya Nabi, terlalu berlebihan ngomongnya.

Akhirnya beliau tobat. Ada sahabat yang pertanyaannya nggak penting-penting. Wahai Rasulullah, siapa nama Pak saya? Nanya Nasab.

Tidak ada lagi, Rasulullah nama Bapak saya siapa? Akhirnya Omar mengatakan, Astagfirullah, syadu'allah ilallah, natubu ilallah. Begitu, jadi Omar nengkur mereka dengan cara taubat. Karena Pak Omar saat itu melihat Nabi gelisah, muncullah jalalnya Nabi. Biasanya Nabi kan pakai jamal, pakai mahabbah menghadapi sahabat.

Tapi kan Nabi manusia. Jika jalal Allah yang terpandang dalam diri, maka orang akan ketakutan, nangis juga. Jika jamalnya Allah, mahabbah Allah yang terlihat, nangis juga. Tapi rasanya apa yang muncul? Haram.

Ya. Faya rifuhu anhu dalik. Faya rifa'uhu anhu dalik.

Kalau seorang yang tadi wali itu, taubat, lalu dia merasakan tadi, jalal dan jamal. rasa takut dan harap, maka saat itu hatinya bergojolak, dia hanya berharap saat itu Allah lah yang akan menyelamatkan dan mengangkat semua kesedihannya. Itu sebabnya Sayyidina Omar 40 hari 40 malam, nggak tidur malamnya, nggak berbuka siangnya. Dia puasa tiap hari, cuma karena merasa menyinggung Rasulullah.

Cuma nyinggung Nabi aja begitu. Itu Umar, kita nyinggung Allah, nyinggung Rasulullah tiap hari ya. Ada yang teman 40 hari nggak? Nggak ada ya.

Wajar iman kita nggak sampai kepada darjat Sayyidina Umar. In the kitab ya Ibn Sulehin, fadl ikramah di mikrofon. Tidak, tidak, tidak ada hal. Tidak ada hal.

Ya, silakan. Panji bin Salihin. Fahdah Sayyidul Awliya. Fahdah Sayyidul Awliya.

Fadats abaratuhu wija'an wa haya'an Hatta ya'tifullahu alaihi fayatmasu thalika minhu Qala lahul qail Innaka latasifu amran ala ghairi sabili ma'ashara ilaihi Yahya ibn Mu'adh Rahimahullah Kala Rahimahullah, Yahya Ibn Mu'adh, Qad arafta makana Yahya min hadhal amri. Qana Yahya, Qad araftu makana Yahya. wa mulkil bahjati makrumin bimulkil jamali fa kama iyahu yulahidhu wa anhu yantiku wa kadhalika shuyukhu alladhi sahibahum sahibahum ya, dulu ada seorang imam namanya Yahya ibn Mu'az al-Razi Yahya ibn Mu'az al-Razi inilah yang mengatakan, mana arafa nafsahu Fakata'arufarab bahu. Tapi beliau gak bilang ini dari siapa. Berkembanglah kalem itu sampai ke zaman Ibn Arabi.

Ibn Arabi kemudian bingung. Beliau alih hadis juga. Sebagian gurunya alih hadis mengatakan ini hadis.

Sebagian gurunya mengatakan ini bukan hadis. Maka beliau teliti, betul, secara ilmu hadis ini bukan hadis Nabi. Tapi, seorang Ibn Arabi punya metode kedua. Dia bertanya langsung secara rohani kepada Nabi. Bermimpilah beliau ketemu Nabi, lalu bertanya.

Karena Nabi mengatakan, Man rohani fil manam fakad rohani. Siapa yang mimpi bertemu aku, dia telah melihatku. Jadi antum, kalau ngotot gak mau belajar atas awuf, gak akan pernah paham bab ini. Begitu aja terus. Sibuk dengan lembaran-lembaran yang tertulis.

Yang penulisnya sudah wafat semua. Sudah wafat kan? Imam Hakim Dermidhi sudah wafat, Bukhari sudah wafat. Muslim sudah wafat semua. Al-Hadis yang paling suka mengeksplore mimpinya itu Imam pengarang mu'jam.

Al-Imam Al-Hafiz Al-Tabarani. Itu paling sering ngomong tentang mimpi. Tapi itu difiksikan nanti oleh Ibn Arabi dan Ibn Arabi.

Kemudian, mengubahkan ada cara mengetahui hadis ini secara hakikat berasal dari siapa. Apa kata Nabi dalam mimpinya dia? Ini kalamku.

Maka adab rohaninya seorang wali seperti Ibn Arabi tetap mengatakan ini hadis. Tapi adab seorang ahli hadis, dia mengatakan ini bukan? Hadis, sudah gitu. Jadi jaga-jaga adab masing-masing aja.

Kenapa? Ini dua hal yang berbeda. Ahli hadis hanya meneliti yang tampak.

Yang nggak tampak, itu bukan urusan ahli hadis. Maka antum jangan tanya tasawuf ke ahli hadis yang nggak mengerti tasawuf. Bisa-bisa dia menzindikan tasawuf. Itu problemnya selama ini.

Bertanya bukan ke ahlinya, itu udah melanggar sunnah. Fas'alu ahladhikri inkuntum la ta'lamun. Kalau nanya ke ahlinya. Masa nanya zikir kepada ahli pembid'ah zikir? Nanya Tarekat Naqsyabandi ke orang anti-Tarekat.

Nanya tentang Syekh Nazim kepada orang yang menyesatkan Syekh Nazim. Nggak ngerti Syekh Nazim. Dulu saya lebih dari 10 tahun mengatakan Syekh Nazim itu musyrik dan kafir.

Lama kan? Karena terpengaruh fatwa Syekh Abdullah Al-Harari. Belum alih hadis. Karena kemampuan ilmu hadisnya lebih dominan dari kemampuan tasawufnya, belum nulis risalah dan risalahnya disempurnakan oleh murid-muridnya.

Walhasil, murid-murid Syekh Abdullah Al-Harari, Ya, mengatakan Syekh Abdullah Faiz, gurunya Syekh Nazim, itu zindik, fasik, sanatnya terputus. Bagi saya cek, sanatnya nggak terputus kok. Kita cek juga kalem mana yang dianggap bagian dari kefasikan.

Ternyata itu potong-potongan yang tidak sahih, gitu ya. Atau pemahaman si yang menuduh zindik ini, dia nggak paham. Dan nanti perlu tahu, yang menuduh zindik bukan orang wahabi salafi.

Syabdul Harori, dia juga bertorikot, dia mursi torikot Rifaiyah dan ahli hadis. Di Indonesia, beliau punya pengikut, nama organisasinya Syah Hamah. Saya dulu sekitar 1-2 tahun ngaji kepada murid-murid Syabdul Harori, Syekh Salim, Syekh Khalil, ada juga ustad-ustadnya di sini. Jasa mereka menyelamatkan saya dari...

Liberalisme lah sama syiah ya. Dulu sempat tergoda-goda kan dikit-dikit. Ketemu mereka ini, tapi saya tambah ragu. Masa akidah Ash'ariyah begini? 2006 Allah takdirkan saya bertemu Maulana Sheikh Hassan Hitu.

Muhammad Hassan Hitu, Hafizahullah Masihidub. Ash'afi'i ala Ash'ari. Beliau guru juga dari guru kami. Kiai Haji Ali Mustafa Yaakub.

Belum ngambil juga ke situ. 2006, 2007, 2008 kita telak di Akidah Halusunnah, Usul Fikih, dan Fikih kepada beliau. Alhamdulillahirrahmanirrahim.

Sampai beliau kemudian buat jamiah syafiah di Cianjur. Ada yang dari Cianjur gak nih? Ada? Ada yang pernah ke sana? Pernah dari sini?

Oh kayaknya harus ke sana. Itu para asatisnya 90% kayaknya dari Suria. Ya, syafi'i, hafiz, hafiz Quran mereka ya.

Hafal, matan, zubat itu mereka berdapal. Kayak kia-kia kita, sheikh-sheikh kita dulu. Ada yang bakal kira asaba'ah, wah masha'Allah.

Dahsyat-dahsyat ya. Kembali ke al-imam Yahya ibn Mu'az al-Razi. Jadi ada arrazi-nya loh ya. Yahya ibn Mu'az al-Razi.

Nama Al-Razi ini memang antara unik dan gak unik. Ada Yahya Abu Bakar Al-Razi dianggap zindik, karena dituduh mengingkari kenabian. Kita cek, oh gak juga.

Orang salah baca. Dia tidak membahas kenabian, tapi dituduh nolak kenabian. Ada Yahya bin Mu'az Al-Razi, ahli kezuhudan, ahli hadis, tapi zuhudnya lebih terkenal.

Disebut Imam Ahlur Raka'iq. Kalam-kalamnya itu menyentuh kolbu. Ada Ibn Abi Hatim Al-Razi.

Ibn Abi Hatim Al-Razi. Beliau imam dan ayahnya Abu Hatim Al-Razi. Ahli mengkritisi hadis.

Jadi orang ini kalau disebutkan silsilah hadis dia tahu. Ini orang do'if sahih. Do'if sahih. Namanya siapa?

Abu Hatim Al-Razi dan anaknya Ibn Abi Hatim Al-Razi. Anaknya Ibn Abi Hatim Al-Razi. Nurus kitab judulnya Al-Jarhu Ta'dil. Kritik terhadap orang-orang yang ada dalam daftar nama riwayat hadis. Selesai dia nulis kitab, kitabnya nyebar, datang seorang sufi yang ahli kashaf.

Apa kata sufi ini? Hei Ibnu Abi Hatim, ente tau gak orang yang ente kritisi riwayatnya sekarang sudah di taman-taman surga. Digituin nangis beliau.

Tapi abis nangis senyum. Awalnya sedih, habis itu bahagia. Sedih karena membicarakan itu, bahagia kenapa? Alhamdulillah.

Kamu datangnya sekarang, coba kamu datangnya kemarin. Kitabku belum jadi. Sekarang kita udah jadi, udah nyebar.

Sampai sekarang kita punya ya, ada yang 6 jilid dan yang 4 jilid. Gak tau yang dari sunnah berapa jilid? Ali, 4 ya?

Itu ajib. Kalau mau paham kaedah mendoifkan rawi, Men-sohihkan rawi antum wajib baca jilid pertamanya. Wajib. Men bilang sohih gak sohih aja ya.

Ntar di-jewer mau daisnya ini ntar nih. Berat ilmu tentang men-sohihkan dan men-to'if hadis. Jadi kalau ada orang ngomong, ini hadis sohih, men-to'if. Saya geli dengernya. Karena kami ditempahnya lama untuk bisa itu.

Tahun keempat baru boleh, itu pun cuma satu hadis. Sama guru kita, baru satu hadis yang kita jelasin hukumnya apa, berkembang, berkembang, berkembang baru kita berani. Ini kan ada anak dari sunani yang paham maksud saya ya.

Penjelasan ini berbeda mazhab dengan Imam Yahya bin Mu'az al-Razi. Jadi, Imam pengarang kitab ini menjelaskan ahwal wali ketika maksiat, itu berbeda dengan Yahya bin Mu'az al-Razi. Bagi Yahya bin Mu'az al-Razi, wali nggak seperti ini.

Maka dibantah oleh seseorang. Apa kata beliau? Kata orang ini?

إِنَّكَ لَتَسِفَى أَمْرًا أَلَّا غَارِ سَبِيلٍ لَذِي أَشَارَ إِلَيْهِ يَهْيَا بِالْمُعَزَرِ رَزِي Kamu kok menjelaskan wali dan masalah dosa berbeda dengan Yahya? Apa jawaban mu'alif Imam Al-Hakim Al-Tirmizi? رَحِمَ اللَّهُ يَهْيَا Semoga Allah merahmati Imam Yahya. Qad araftu makana Yahya min hadhal amr. Saya tahu maqomnya Yahya.

Wali ketemu wali kan? Wali ngementerin wali. Wakana Yahya rajulan min awliya illa.

Wali bukan nih yang ngomong. Menurut imam ini, Yahya ibn Mu'az al-Razi adalah wali Allah. La ya'riful wali illal wali. Gak kenal wali kecuali? Wali, beliau wali gak nih?

Al-Hakimat Trimizi, wali ya? Al-Qutub beliau. Yahya bin Mu'az juga pernah jadi Al-Qutub.

Qutub al-Auliyah. Walakin Allah Azawajal Fathalahu fil Ghayb min mu'azal. Mulkil Jamal wa Mukil Bahjah Markrunun Bimulkil Jamal Fakana Iyahu Yulahiz wa Anu Yantik Wa Kazalika Syuyuh Jadi maqamnya Yahya kata beliau kok beda? Jadi ternyata Yahya Ibn Mu'az Ar-Razi ini dibaca maqamnya oleh Imam Hakim Tirmizi Apa maqamnya beliau?

Orang ini telah Allah masukkan ke kerajaan jamalnya Allah. Ini alam Jabarutul ya. Wa bahjah wa mulkil bahjah makrunun bi mulkil jamal.

Kerajaan kewibawaannya Allah yang diiringi dengan kerajaan keindahan Allah. Maka dari situlah dia berbicara. Dari situlah sumber ilmunya.

Jadi beliau kalau ngomong, itu ngambilnya dari sana. Jadi teman-teman kalau mau, kalau sekarang itu kayak gini. Kita kalau mendownload sesuatu artikel, itu dari situs-situs tertentu. Ada servernya.

Server itu anggaplah itu perpustakaan online. Atau situsnya dianggap sebagai perpustakaan online. Ini analog. Kalau antum tahu cara buka handphone, tahu kosa kata, kata kunci, keyword untuk masuk, bisa bahasa Arab, maka akan keluar teks bahasa Arab. Bisa bahasa Inggris, keluar teks bahasa Inggris.

Kalau bisanya cuma bahasa Indonesia, ya keluarnya cuma bahasa Indonesia. Paling nyempil-nyempil dikit bahasa Inggris. Sama, wali juga begitu. Wali, ketika mau mendownload ilmu dari alam Jabarut, mirip-mirip begitu. Ada kaifiatnya, ada keywordnya.

Ada torikohnya. Ada jalan masuknya. Ada pulsanya. Dicas juga, ada handphonenya juga, ya.

Jadi sekarang tuh paling gampang untuk menjelaskan kok Wali bisa tahu tanpa belajar. Ini, Laduni namanya. Kok bisa? Karena dia punya handphone di dalam kolbunya, smartphone-nya itu terlalu cerdas.

Ya, Antum mungkin masih RAM-nya RAM 3 gitu ya, kalau dia RAM-nya udah 10. Kita belum ngerti, udah membaca, udah membaca. Kira-kira begitu. Sekarang kan yang paling tinggi berapa? 6, 8?

Ram-nya? Gak tau ya? Gapek semua nih.

Sama saya juga ya. Sahibu hadhal mahal, al-unsuhu ghalibu na'la qalbih. Jadi Imam Yahya ini merasakan mahabbahnya Allah itu lebih tinggi. Orang kalau sudah mahabbahnya tinggi, maka muncul namanya... Orang kalau udah cinta, mesra gak?

Mesra tuh bahasa Arabnya uns. Unsiya. Maka ada sahabat yang sangat bisa bermanja dengan Nabi, itu Anas bin Malik. Namanya udah Anas ya. Anas, termasuk Anis.

Itu pecahan dari itu. Tapi gak tau kalau Anis Jakarta ya. Kita doakan semoga Allah bantu semuanya. Amin. Al-unsu ghalibun ala qalbi, kemesraan bersama Allah itu meliputi qalbunya.

Wal-ma'nus munbasid wa yukhrijuhu in bisatuhu ilal idlal fa'il lam ya'asimhu Allah wa ya'idhu saqad. Li'anna al-jamal yuzibuhu fa yufkidhu. Wal-bahjatutujishu faturmi bihi misluhu kamasaluhu kamasali qadrin.

Qadra fiha min kulli shai'in min al-ata'ib, wa man tahtaha lahbu'l-nar, fa'idha sada'a ghaliyan al-qadr, jasha bima fiha faramat bi'ata'ibihi wa dasama. Wufi hadhal maqam yuskimul qawl, wa man aradallahu bi'khairan, qaddamahu min mulkil jamal ila mulkil jalal, ila mulkil kibriya, ila mulkil haybah, hatta yukdimuhu ila malikil mulk, ila mulkil fardaniyah. Dulu masih ingat, mungkin kajiannya masih ada yang di-record.

10 hijab wali, masih ingat ya? Silahkan dicari di kajian ribat. Itu masih ada.

10 itu bukan tertib. 10 itu bisa aja orang masuk dari tengah, bisa dari kiri, bisa dari bawah, bisa dari atas. Jika seorang seperti Imam Yahya bin Mu'az al-Razi, maka dia mulai masuknya dari mana?

Dia mulainya masuknya tadi, mulkil Jamal, lalu mulkil Bahjah, lalu mulkil, balik ke Bahjah dengan Jamal, dan selanjutnya. Tapi beliau mengatakan ya, فِي هَذَا الْمَسْقَامُ يُسْكِمُ الْقَوْلِ Kalau orang sudah sampai di makam ini, maka kata-kata akan keluh. Kadang-kadang kata-kata nggak tepat. Maka Allah itu jika mau diperjalankan orang dari Jamal, Kejalal, Kibriya, Haibah, terus Malikul Muluk, dan Fardaniyah.

Kalau nyampe di Fardaniyah teman-teman, ini agak sedikit berbahaya. Nyampe di Fardaniyah. Fardaniyah itu artinya keesaan, ketunggalan. Orang kalau sampai keketunggalan, tapi akalnya nggak Allah. Jaga, yang terjadi seperti Halaj dan Sesti Jenar.

Maka muncullah Fardan, itu kan artinya apa? Itu ketunggalan. Di saat itu, seorang hamba tidak memandang dirinya. Saat itu yang terlihat cuma Allah.

Maka si hamba ngomong, Anallah. Bahaya nggak? Bahaya ya?

Kenapa? Akalnya nggak dibalikin saat itu. Ini yang disebut sakr, dia mabuk dalam wahdaniyatullah, keesaan Allah. Dia masih hamba nggak? Masih.

Tapi dia merasa diperjalankan ke sana. Tapi dia tetap hamba. Inilah teguran Ibn Arabi mengatakan, Al-abdu wa'abdun wa'r-rabbu rabbun.

Hamba ya hamba. Tuhan ya Tuhan. Allah ya Allah.

Walaupun sudah begitu, Syekh Siti Jinnah rahalat jadi Allah nggak? Nggak. Tetap terjadi, menjadi hamba Allah.

Itu sebabnya, secara al-adab al-Muhammadi, Sesi tujena halat itu kena. Apa buktinya? Di zaman hidupnya mereka sudah diadili. Apalagi di alam barzah.

Ada pengadilan loh di alam barzah. Ditanyain tuh kenapa ente ngomong, Anallah, aku Allah gitu. Kenapa dia ngomong begitu? Nanti dia bisa jawab.

Jawaban dia nanti akan diselesaikan. Karena mereka berbicara sesuai dengan mahkom yang Allah berikan. Sedangkan orang-orang nyelneh sekarang, ngomongnya asal-asalan. Zat aku, zat Allah. Itu dia lagi sadar ngomong begitu.

Gak boleh. Itu baru tazan daka. Orang zindik begitu.

Mulhid. Lanjut. Panji Ibn Sulehin.

Fa'idha astaddad, fa'idha astaddad, fa'aihaat, fa'aihaat, fa'aihaati, ayyakturadhalikalakalamu bibalil muqaddim, muqaddamadhikrihi, waqad'arafna dhalikalqawla wa huwa qawlun faqimun, ghairun makbulin mimman qawlahu wa in kanaluhadzun minal wilayati. Ghoir makbul mimman qalahu wa inkanallahu hazzul walayah Jadi bisa saja wali, dia wali nih. Tapi kata-katanya tidak diridhoi.

Nggak diterima oleh ahli akidah. Itulah kasusnya Syekh Siti Jenar. Antum coba lihat. Yang mengadili Syekh Siti Jenar, wali juga bukan?

Siapa walinya? Sunan Kali? Cuma Sunan Kali jaga yang bisa. Yang bisa mengimbangi beliau cuma Sunan Kalijaga.

Itu Sunan Wali, tapi dari Indonesia. Ini uniknya. Orang Tuban ya. Tapi kuburannya di Demak ya.

Walau alam saya nggak tahu mana yang asli ya, karena kuburannya banyak sekali. Jadi Wali ngomong, bisa nggak diterima, ini contohnya. Ini bukti bahwa akidah al-sunnah dalam bab kewalian sangat mudrat. Jadi wali ini walaupun rohaninya wali, tapi kata-kata dia belum tentu dari bab kewaliannya. Ataupun dari bab kewalian, dia lagi mabuk dalam bab itu.

Apa istilahnya? Manunggaling kawulugusti. Kan dari kata Fardan itu.

Terjemahan Fardaniah ini. A'iba, waliyaral malaikata a'iba qawlihim. A'udzubillahimnashaytanirrojim.

Attaja'alu fiha mayyufsidu fiha wa yasfikut dima'a. Lama Qala, inni ja'ilun fil ardi khalifah, inni a'lamu ma la ta'lamun, fa'arada li mithli hadhal wali, ayyaj'ala ahwalahu jali'atan ala ayyunil malaikati, wa hujjatan ala al-khalqi, la liyaj'anahu ibratan fil dhunubi, summa Qala lahu Irfa'bala dhunubi an qalbika, fa'adihi waswasatu shaytan, wa'iyyaka an tasgha'uzhunaka ila hadhal qawli. Fa'ayyu habibin lahu sadaqal muhabbah fi qalbika, wa'anta tajhadu nafsaka ala mukhalafatihi, fa'in badats minka jahwatun. La tashkhu nafsuqa an tastakirra hatta tu'tibahu, wa mislu hadha yukliluka fi adamiyyin.

Wa kaifatatahanna bitta'amin aw bisharabin qabla an tu'tibal karimal jalil, fa innahu Lalu lam yurfa'thalika zikra'l ma'usiyyah an qalbika bilut'fi wa rahmatihi ba'da hinin wa ba'din mahtarakta fi hubbihi fa kaifatajidul qarara Kenapa wali harus terjadi pada dirinya ma'usiyat? Enggak, enggak terjaga dari dosa. Apa jawaban beliau tadi?

Supaya menjadi ibrah untuk para malaikat. Tapi ini pertanyaan juga. Allah kan ngomong, Wahai para malaikat, inni ja'ilun fil ardi khalifah.

Wahai malaikat, aku ingin menjadikan di bumi khalifah. Apa jawaban malaikat? Ataja'alu fiha, mayufsiru fiha, wa yasvikut nima. Ya Rab, kenapa engkau menciptakan di bumi, menjadikan di bumi khalifah yang merusak di bumi, yang menumpahkan darah? Pertanyaannya, malekat berarti udah lihat dong.

Gimana? Itulah sebabnya ada muncul teori Adam sebelum Adam. Tapi itu diperdebatkan ya, Allahualam.

Jadi malekat sudah lihat, ada manusia suka bunuh-bunuhan. Kalau di bumi ngerusak. Yang ngomong siapa? Malekat. Malekat nggak mungkin dia tahu, kalau dia nggak lihat.

Nggak mungkin cuma ngelihat di takdir, bab takdir nggak mungkin. Kira-kira begitu. Mungkin ada Adam sebelum Adam kali, wallahu'alam ya. Nah ini jadi perdebatan panjang. Saya tidak mau masuk ke sana, tapi Imam Ibn Kasir pernah menyinggung itu dalam tafsir Ibn Kasir.

Bahkan Ibn Qoyim, sahabat dan juga seniornya, pernah membicarakan sorga yang bukan sorga. Manusia yang sebelum manusia ini. Dalam kitab Hadil Arwah sebagiannya. Wallahu'alam.

Maka teman-teman yang melakukan Allah, فَأَرَضُ لِمِسِحَذَ الْوَلِيَ جَعَلْ أَحْوَالُهُ جَلِيَةً عَلَىٰ عَوِيَ الْمَلَيْكَةِ Jadi ini dijadikan ibrah kepada para malaikat. Atau jadiin bukti untuk malaikat bahwa manusia memang begitu. Ini kitab Khatmul Awliya. Kita langsung ke kitab yang kedua aja.

Bawa kita bapak. Subat. Ya, bismillahirrahmanirrahim.

Terakhir apa, Panji? Daizne ini nih, apa yang terakhir nih? Webab cinta ya? Oh, yang akidah.

Jadi sebelumnya kita membahas, teman-teman. Ada tiga tingkatan kurbiya, ada kurbul arkan, ada kurbul jinan, ada kurbul arwah. Kedekatan fisik, taat secara fisik, ada kedekatan secara kolbu, ada kedekatan secara ruh.

Dekatnya tubuh kepada Allah, itu gimana caranya? Allah kan bukan fisik. Maka kedekatan fisik itu maksudnya taat. Lalu kita suka di rumah-rumah yang menjadi simbol dari syiarnya Allah.

Suka ke masjid, suka ta'lim, itu antum lagi mendekatkan diri dengan arkan. Dan yang hadir hari ini, ini pertanda kalau kurbul arkannya sudah lolos. Masalahnya sekarang kurbul... Kolbu, jinan pajanan.

Kurbul kolb, kedekatan kolbu. Kedekatan kolbu cuma dengan satu hal. Ala bi zikrillah tatma'inul quluh.

Hanya dengan menyebut nama Allah. Kalau nama Allah sudah masuk ke dalam kolbu, maka otomatis sifat-sifat buruk akan berkurang, berkurang, berkurang. Bukan berarti dia suci.

Nah orang ini kalau dia istiqomah, dia jadi wali. Inilah wali yang disebut wali umum. Jadi wali itu, kalau sudah bertahta nama Allah di kalbunya. Kenapa dia jadi wali? Wali artinya kekasih.

Antum, senang gak sama orang yang di hatinya senang sama kita? Di hatinya kayaknya mengeluh-eluhkan kita, kita seneng. Secara nafsiyah. Walillahil masalul a'la.

Analog prioritas. Allah lebih, lebih sempurna dari itu. Allah ketika pandang, yang dipandang kan kolbu.

Gak dipandang, antum bisa baca kitab, gak dipandang. Makanya yang gak bisa baca kitab gak usah sedih. Antum kesini, fisik sudah oke.

Sekarang kolbunya. Kolbunya apa niatnya kesini? Mau sakti?

Salah alamat. Saya gak ngajarin kesaktian. Mau ngapain? Mau debat? Udah lewat ya.

Masa debat saya udah lewat. Kecuali Antum datang 5 tahun lalu. Saya ladenin. Sehari semalam juga kita ladenin kalau debat. Mau debat kitab aja boleh.

Mau adu apa boleh. Tapi itu... Sekarang saya malu kalau ingat kalau saya suka debat.

Kalau ada yang nantang, kadang-kadang terpancing juga. Terpancing juga. Kita debat itu bukan masalah benar dan salah. Orang debat itu masalah diberani aja berargumentasi. Maka jangan percaya kebenaran ada dalam perdebatan.

Nggak ada. Wallahi. Wallahi. Wallahi.

Nggak ada kebenaran dalam perdebatan. Saya nggak ketemu. Yang ada apa?

Saya ini debat sama Daesne ini. Doktor ini ya. Dilihat sama orang lain, mau kalah gak?

Gak mau kalah lah, ya ngeles kalau gak bisa jawab ngeles, saya akan ngeles, jaga image dong, ya kan? Akhirnya seperti itu, inilah bedanya wali, Imam Syafi itu wali, apa kata beliau, jika aku debat, aku berharap ada kebenaran muncul dari lawanku, lalu aku ambil. Nah kalau sudah begitu Antum debat, ayo datang sini lah ya, kita akan ambil nanti ilmunya Antum. Tapi kalau enggak, enggak usah. Jadi ketika orang sudah takarub bilkol, dengan kolbunya, berarti dia sudah mulai rutin berzikir dengan kolbu.

Maka sebelum masuk ke zikir talkin, nanti mizikir dulu ya, hayu ya. Sampai itu udah ringan, udah enak, lapor. Ya, boleh lapor nanti ke Sidi Musa, boleh ke Ustaz Panji, boleh ke siapa nanti, ke teman-teman ribat.

Nanti kita bimbing, kita ambil tabarruk, ngambil sanat zikrullah dari Rasulullah SAW dengan sanat yang masih ada sampai hari ini. Masih ada, sholat aja kita pelajari dari guru, masa zikir kolbo nggak diambil dari guru, hebat amat ente. Hebat sekali sekarang orang-orang yang mengatakan, saya nggak perlu guru, saya cukup kitab. Yang pakai kitab, dia ada gurunya. Jadi di kampus kita dulu, ada yang ngomong Imam Ghazali nggak ada guru.

Berarti dia nggak baca kitabnya. Imam Ghazali di hampir semua kitabnya mengatakan dia berguru. Kecuali kitab filsafat, dia nggak ada gurunya.

Jadi dia tidak berguru dalam satu bab, yaitu babul filsafah. Dan kedekatan yang ketiga itu di ruh. Ruh itu kedekatannya adalah... Zawqul ma'arif Jadi beda zawqul asma dengan zawqul ma'arif itu beda Kedekatan kolbu menyebut nama Allah Sebut nama Allah enak Biasanya guru-guru tarikat tertentu sudah ngasih ijazah muridnya Padahal belum itu Dia harus sampai ke babul ma'rifah Kedekatan ruh Baru permanen itu orang Ya, dulu nyebut nama dengan kolbu, sekarang mengenal yang punya nama, itulah yang disebut ma'rifat.

Ma'rifatul musamma. Jadi kalau torikot kolbu, zikir kofi, nyebut nama Allah. Ya Allah, Ya Allah, Layla Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, itu kita sebut namanya. Sekarang antum tau gak siapa itu Allah?

Kan Allah bukan benda, maka gak bisa diceritakan. Maka hanya bisa dirasakan, disebut dhawq. Oleh karena itu, orang-orang ini berhak dapat gelar arifin.

Arif, orang yang bermakrifat kepada Allah. Jadi tolong jangan sembarangan bilang, Sheikh al-arif, Sheikh al-kutub al-wali. Jangan sembarangan, ini berat.

Nggak semua orang dapat gelar itu, ya. Itu urusan Allah Rasulullah dan wali-wali besar. Kita aja yang mengasih-ngasih gelar, ya.

Kalau mau bilang mursid, bilang mursid aja, nggak usah bilang. Wali, yang pasti wali apa? Wali murid, wali kelas. Bismillahirrahmanirrahim.

Al-Imam Zuddin bin Salam dengan sanat kita kepada beliau. Beliau berkata, Semua alam anna sayyidal bar al-latifa yulatifu abdahu dhu'ifayu amiluhu bisifatil ifdal, la bisifatil ijlal, la bisifatil jalal. فَإِنَّهُ لَوْ عَامَلَكَ بِسِفِتِ جَلَالِهِ لَا تَقَطَّ عَتْنَيَاتُ قَلْبِكَ لِفَقْدِ الْوُصُولِ إِلَيْهِ Teman-teman yang mulakan Allah. Allah itu kenapa di Quran lebih sering menyebut Bismillahirrahmanirrahim, bukan Bismillahidhiljalaliwalikram. Kenapa?

Bismillahilkaharilmuntaqim. Serem gak dengarnya? Dengan nama Allah yang maha memaksa muntakim yang membalas siksaan seseorang. Kalau itu kita sering baca kira-kira gimana?

Serem ya? Bismillahilmuntakim. Gimana?

Bismillahidzi zintikamin. Aduh, serem ya. Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Allah yang menyiksa. Gak ada tuh ayat begitu, gak ada.

Gak ada permulaan ayat tuh begitu, gak ada. 114 ayat. Ada 113 permulaan basmala.

Kenapa? Karena Allah ingin berbicara dengan kita dengan Bismillahirrahmanirrahim. Al-Quran itu adalah satu-satunya cara kita berdialog dengan Allah. Ini mau Ramadan.

Antum latih dari sekarang baca Qurannya. Latih dari sekarang. Murokabah Quraniyah namanya.

Membaca Qurannya lalu merasa berdialog dengan Allah. Itu pintunya cuma Qurannya. Dan coba lihat semua surat kecuali Al-Bara'ah dimulai dengan Bas malah, kecuali Musaf ibn Abbas, tapi Musaf itu sudah gak ada. Berarti Allah, Allah itu ingin berkalam-kalam dengan kita, itu dengan rahmahnya.

Bukan dengan keperkasaannya, jalalnya. Jadi tolong jangan minta keadilan Allah. Antum sering ngomong gak Allah gak adil? Itu kafir langsung.

Ini pernah ngomong nih, kita syahadatin langsung di rumah. Untungnya dokternya dicopot saat itu, mau dia ngomong hasyadu laila, kalau nggak pasti pergi langsung. Alhamdulillah. Kenapa? Kalau Allah ingin berbuat adil, coba antum hitung.

Setiap satu detik, berapa niman Allah kita terima dari ujung rambut sampai ujung kaki? Ada gerak jantung yang tak terhingga? Coba tanya bapak-bapaknya, kakak-kakaknya yang sudah pasang ring. Satu ring berapa harganya? Tanya aja.

Berapa, Pak? Ada seratusan juta? Ada yang lebih?

Wallahi, ya. Kalau kita minta keadilan Allah SWT, mampus. Itulah maksudnya, Nabi mengatakan, kamu masuk sorga dengan rahmat Allah, bukan dengan...

Masuk sorga, di sorga itu orang masuk sorga. Balasan terhadap apa yang mereka lakukan. Allah menyebut kita beramal, padahal amal itu Allah yang ngasih.

Nah itu rahman namanya. Orang azan, Tapi Allah kasih hadiah. Qad aflahl mu'minun, alladhinahum fi salatihim khasiyun.

Orang beriman beruntung, apa beruntungnya? Mereka di dalam sholat mereka. Allah menyebut sholat yang kita katakan tadi, Ya Allah aku tidak sanggup sujud dan ruku keculi dengan bantuanmu. Sekarang Allah sebut, ini sholatmu.

Itu pahala yang paling gede kata Ibn Tayla. Jadi pahala paling besar bukan antum nanti dapat bida dari 72. Yang mau dicapai oleh teman-teman teroris itu. Emang masih teman kita ya? Iya masih teman lah, dia masih syahadat.

Cuma sayang, salah paham. Sorga dia sorga seksual. Doang.

Mau sih ya. Cuma sorga kan bukan itu doang. Cuma mau mendapatkan sorga 72, 72 bidadari, dia bunuh orang.

Adil gak? Itu preman atau wali Allah? Ya, itu kekasih Allah atau musuh Allah? Aneh ya, aneh.

Kok ajaran itu bisa diterima oleh orang berakal gitu? Itu yang disebut punya akal, punya kolbu, nggak mikir. Ya, na'udzubillah minalik.

Dan yang bisa menghadang itu, teman-teman, cuma ajaran Tasawuf. Makanya Tasawuf ini mau dihancurkan oleh mereka. Mereka masuklah dan diperalatkan satu kelompok-kelompok yang menzindikan ajaran Tasawuf.

Dan itu dikatakan oleh Muhammad bin Salman. Apa kata Muhammad bin Salman? Salafi Wahabi itu adalah senjata mesin perang dinginnya Amerika melawan Rusia.

Yang ngomong Muhammad bin Salmanan tuh melihat sendiri videonya. Kenapa? Karena Amerika tahu mereka sudah jalan ke seluruh wilayah di dunia dan semua mujahid itu adalah sufi.

Ada tarikat yang paling terkenal sebagai sufi. Al-Imam Muhammad bin Ali al-Sanursi al-Idrisi di Libya. Maka raja terakhir kan masih mursid plus raja. Mujahid bisa bililah muhaddis.

Anda bisa bayangkan. Raja, ahli hadis, sufi, mursyid. Dulu guru mereka Muhammad ibn Ali as-Sanusi. Beliau, anaknya, turunannya semuanya mursyid. Tapi karena dulu penjajahan Perancis takut sama nama Sanusi ya, karena itu pergerakan jihad, diganti namanya dengan nama gurunya lagi.

Jadi Imam Sanusi bukan Sanusi pengarang kitab. sanusi suhro akidah ya, ini sanusi yang Libya, yang sufi. Menyebut dengan toriko idrisya. Nah itulah yang dipakai sekarang di Indonesia.

Ada toriko idrisya, itu toriko jihad itu tadinya. Di mana? Di Libya.

Terus ke ujung-ujung orang bilang tasawuf anti jihad. Antum kalau sudah belajar tasawuf, masuk nama Allah di kolbu, itu gak ada takutnya sama musuh. Gak ada takutnya sama musuh. Sama orang kaya aja gak respect lagi.

Sama pejabatnya gak respect lagi. Respectnya cuma dengan malikul mulk. Raja diraja Allah subhanahu wa ta'ala.

Gak ada respect. Dia hormat ya, tapi ta'zim seperti yang dikatakan oleh Imam Nawawi. Haram ta'zim kepada orang kaya karena kayanya.

Raja karena kerajaannya. Haram. Ini yang ngomong siapa? Imam Nawawi.

Berarti Imam Nawawi makomnya saya itu udah makom walaya. Inilah makamnya Imam Bukhari ketika diundang oleh Ahmad bin Khalid, itu gubernur yang ada di Uzbek, itu belum gak mau datang. Gak mau datang. Bukan berarti antum kalau nanti ada yang jadi ulama nanti diundang presiden ya, itu urusan sendiri ya. Istigharah dulu, ini bener apa enggak gitu ya.

Jadi Allah SWT, La bil jalal. Allah itu lebih banyak berinteraksi dengan kita, dengan kasih sayangnya, dengan keindahannya, bukan dengan keperkasaannya. Nah ini salah satu yang kita syukurkan.

Oleh karena itu, salah satu torikoh yang paling cepat mengantarkan orang kepada Allah, torikoh basmalah. Baca Bismillah aja kerjaannya. Itu cepat tuh nyampe kepada Allah. Kenapa?

Karena nama tidak terpisah dari yang punya nama Jadi dalam tradisi ahli sufi Al-ismu'ainul musamma Nama itu yang punya nama ya Gak jauh-jauh lah dia-dia juga Maka orang yang baca nama Allah di kolbunya Ya Allah kemudian mendekati dia ke kolbunya Terus antum berani sakiti orang yang kolbunya bersama Allah. Baru zikir pagi sore, orang ini zikir dari pagi sampai sore, sore sampai pagi lagi. Dengan apa?

Bikolbihi. Keliatan gak sama mulut? Gak keliatan. Orang ini yang anti mata sawuf, taunya lisit, cuma pakai zikir, cuma pakai lisan. Zikir pagi sore.

Zikir pagi sore mah itu cuma... Apa ya? Batuknya sufi.

Sufi kalau batuk, ya itu zikir pagi sore. Namanya al-Wirdul Asas, Hizbul Bahar, Wirdul Latif. Eh, Ahmadiyah, dicari lagi kesalahannya. Karena di luar sana ada orang-orang hikmah.

Bukan hikmah yang tinggi, hikmah rendahan. Menggunakan zikir-zikir sufi untuk kepentingan kebatinan. Hizib Bahar, Hizib Nasar untuk perang. Perang dengan perang gaib. Akhirnya apa yang terjadi?

Muncullah penyelewangan, hezip, dan rotip-rotip ini. Dijadikan rajah di punggung, ditulis, diminum. Apa yang terjadi? Akhirnya kita kemudian menanam sesuatu yang gak pantas kita tanam dalam diri. Dan Alhamdulillah ini teman-teman sudah banyakkan tobat dari itu ya.

Ini ada pakarnya nih. Jadi teman-teman, zikir pagi sore yang kemudian dibahasakan oleh anak-anak pergerakan hari ini, Mak Surot. Mak Surotnya Sufima, bejibun.

Mak Surotnya pergerakan hari ini cuma berapa? Kita kan juga lama ngamalin Mak Surot dulu, zaman-zaman baru hijrah ya. Maksurot, pagi, sore, pagi, sore, pagi, sore, pagi, sore. Itu maksurot baru satu, maksurot Hasofiah Hasan Albana. Kalau maksurotnya, Sajiliah ada berapa yuk?

Pagi ada Hizib Nur, Duha ada Hizibul Bar. Sore itu ada Hizibul Bahar. Malam ntar ada Hizib lagi, Hizib Quran, ada Hizib Nasr, macam-macam Hizib. Puyang ngantum kalau dikasih izin-izin.

Maka kita kasih dikit-dikit. Zikir pembuka kolbu aja cuma Yahya Qoyum. Padahal aslinya, Yahya Qoyum, birahmatika astagisla ilahil anta.

Kita diskon udah. Torikoh ruhsoh. Torikoh akhir zaman. Karena Allah itu sangat baik kepada kita.

Maka kalau ada torikot itu saklek. Dia sudah keluar dari inti kewalian. Ya, kalau ada orang ngajarin Toriko, ngajarin Vicky, ngajarin apa, itu saklek.

Keras. Dia sudah keluar dari nurwalaya. Karena Allah lebih banyak berinteraksi dengan rahmah.

Kenapa dia berinteraksi dengan? Dengan kekasaran. Maka antum kalau mau tahu, ciri-ciri wali yang paling gampang satu aja, rahmah. Rahmah aja udah.

Jadi nggak perlu dia kiai, nggak perlu dia ini, tapi kalau orang biasa nggak dikenal. Tapi dia nggak pernah benci sama orang, dia sayang sama semua orang. Ada semut mau keinjek dia, dia menghindar. Itu ada nur walayah di kolbunya.

Kalau tikus boleh, Daishneni. Ya, lanjut. Dikit lagi.

Daishneni, baca. Oke. Bismillahirrahmanirrahim.

Fakullama Fakullama zadatuhu ta'ziman, zadaka takriman. Anjut. Wakullama fatamil abdu nafsuhu anjir.

Terima kasih. Fala-u-qata'ta til-kal bala-yata min-asliha wa-man-batiha la-baqaita bi-baqail karamati tan-mu binumuhiha wa-tahdur Coba langsung lancat ke Qala Rasulullah SAW Inni anastu ka'ahadikum Inni abaitu Inni abitu inda Rabbi yud'aimuni wa yus'fini. Faleysa haza min ta'amin bikhabzin wa idamin.

Wa innama huwa ta'amun wa innama huwa ta'amu birrin wa in'amin. Wa fatlin wa ikramin wa muhabbatin wa ihtiramin. Wa kana sallallahu alaihi wasallam yash'guluhu maya. yafidu alaihi minal in'amil wahyi wal imdadil ghaibi wa syuhudil qurba anitta'ami wa syarabi memang asli lulusan parabe ya mantap kitabnya sama ya Masya Allah Itu bukan ngetes loh ya, dokter.

Pengen tau sih ya. Baik. Rasulullah itu kadang-kadang Menampilkan bahwa dirinya itu manusia.

Apa kata beliau? Ana basyarun mislukum. Saya manusia seperti kalian. Ini yang dipakai oleh orientalis sama sekebanyakan salafi dan ahli zahir di kalangan alifiki. Ini sama nih, mereka memanusiakan nabi, sangat manusia.

Jadi nanti antum kalau baca buku biografi nabi yang ditulis oleh orientalis, itu memanusiakan nabi, tapi manusianya super gitu. Hebat, tapi tetap dia manusiakan Nabi. Mereka gak mengerti dan tidak mau mengerti. Itu masalahnya, gak mau mengerti. Bahwa Nabi ini punya ahwal lain.

Kan gak berhenti di anabasarum mislukum. Kan ada kalimat berikutnya. Yuhal iliyah. Maka di halaman berikutnya, dikatakan apa?

Rasulullah itu terkadang menunjukkan bahwa dia seperti manusia. Basyariyah, kadang-kadang beliau menampilkan bahwa dirinya bukan seperti manusia. Ketika para sahabat pada makan, makan, makan, makan, beliau nggak makan. Apa kata beliau?

Allah yang telah beri aku makan. Ata'amani rabbi wa saqani. Allah lah yang beri aku makan dan beri aku minum. Tuh, tadi makan.

Sekarang enggak? Makan. Tadi bilang saya seperti kalian. Tapi ketika kepepet begitu, Nabi harus menunjukkan sisi lainnya. Masih ingat?

Bani-bani makhluk, Bani cahaya, Bani nur, Bani ruh, Bani malaikat, Bani insan. Sampai empat aja ya. Bani jin, lima.

Bani cahaya, ini para nabi. Rasulullah itu cahaya. Maka disebut nur. Maka beliau cukup diberikan saja nurullahnya, dia kenyang udah. Pewaris mereka disebut bani ruh.

Mereka bukan makhluk-makhluk fisik. Fisik ini cuma kendaraan, mereka hidup di bumi. Maka jika Allah berkehendak suatu saat, maka lebih dominan ruhnya daripada fisiknya.

Maka jadilah mereka sampai 309 tahun hidup. Itu bani ruh. Siapa itu? Ashabul kaf.

Uzair. 100 tahun. Itu yang bisa bertahan apa?

Ruhnya. Jadi antum gak usah khawatir kalau gak makan sebenarnya. Ini kita nakutin ya. Nanti ketika Dajjal keluar.

Sebelum Dajjal keluar. Seperti Nabi dulu pernah berjuang 3 tahun. Paceklik. Barangkali nanti juga akan 33 tahun pacaklik sebelum dajjal keluar.

Ini kan kita menganalogkan dari siroh nabi. Seandainya nanti terjadi gimana kira-kira. Maka kita harus kenal ruh kita siapa. Kalau kita gak kenal ruh ini siapa, nanti mau makan gimana? Bisa antum nanti makan anak sendiri nanti kan?

Gak tahan, ngeliat bayi, kayaknya dagingnya lumayan nih. Nanti bakal banyak orang jadi kanibal selama itu. Selama fitnatu dajal itu bakal menjadi puncak.

Dan nanti sudah kabarkan itu. Ini yang saya takutkan. Maka ma'rifatun nafs, ma'rifatun ruh, lazimun wajibun fardu ainin.

Jadi mengenal diri itu bukan sunat lagi, teman-teman. Kalau berto rekod, oke lantum. Gak usah berto rekod deh.

Gak mau to rekod naik sebandi, gak apa-apa. Kamu otorikot sajili, gak apa-apa. Tapi harus kenal ruhnya siapa. Kalau emang itu yang jadi hijab, gak apa-apa.

Tapi kenali ruhnya. Ruh itu makannya apa? Enggak kolbu yang makannya zikir.

Ruh makanannya apa? Anta'budallah. ke anak kata roh.

Maka sahabat nanya ketika nabi mengatakan nanti dajjal keluan 40 hari, 1 hari sama kayak setahun. Apa kata sahabat? Sahabat gak mikirin makan loh.

Antum masih mikirin makan. Apa kata sahabat? Wahai Rasulullah, apakah cukup sholat kami 5 kali atau gimana?

Gitu, pertanyaannya gitu. Jadi yang kepikiran oleh mereka adalah makanan ruhani. Untuk bisa bermuajah, berhadap-hadap dengan Allah, itu sholat kan? Anta'budallah ka'anaka tara.

Engkau sholat seakan memandangnya. Yang dipikirkan sahabat itu. Kebayang kualitas rohani mereka. Terus antum berani bilang sahabat itu fasik.

Seperti kolombok-kolombok tertentu ya. Kualat orang begitu. Ya, sulhutimah antar itu. Jadi kenapa ada orang 309 tahun gak mati-mati karena ada ruh?

Ini ruh musannya, selama ada ruh di badan, antum gak makan juga masih hidup. Apakah tujuh, bukan tujuh, enam ya, enam ashabul kahfi, itu ketika bangun mukanya kurus, kan gak disebutkan. Nggak disebutkan kok.

Apakah mukanya kayak tengkorak kan? Nggak ada juga. Ada nggak riwatnya? Malah digambarkan cakep-cakep begitu ya.

Makanya Dajjal itu benci sekali dengan Ashabul Kahfi. Masuklah ke ilmu rukyah. Ilmu rukyah ini kan ilmu campur-campur majinologi. Akhirnya sekarang orang-orang yang tidak bersanat rukyahnya, itu menjadikan kaligrafi nama Ashabul Kahfi itu Sebagai bahan olok-olokan, dianggap itu sumbernya setan.

Yang bilang itu sumber setan, dialah setannya di dalam dirinya. Kan banyak tuh rukia-rukia sekarang begitu, bener gak? Hati-hati loh ya, kita ngeliat di Youtube dan itu berkembang.

Pukul-pukul dihancur-hancurin kaligrafi-kaligrafi nama Ashabulkaf. Mereka gak tau, wali itu namanya udah sakti. 6-nya udah bujarap, apalagi orangnya.

Baik, jam-jam berapa nih? 5? Oke, 6 kurang 5. Mau tanya jawab? Ada? Ada apa enggak?

Sebelum ada tanya-jawab, Imam Izzuddin bin Salam mengatakan bahwa Nabi itu, kalau sisi ruhaninya datang, itu biasanya muncul ahwal. Ada keadaan, tiga. Dan beliau berarti sedang dapat kabar-kabar dari alam Jabarutka, Malakutka, dan itu ada tiga jenis.

Pertama, Al-Arwahus Salasah Ar-Ruhul Amin, yaitu Jibril. Waruhul Qudus, Waruhul Rumuz. Jadi ternyata ruhul kudus itu dalam bab tasawuf berbeda dengan Jibril.

Itu dibedakan. Jadi yang datang ke beliau itu kadang ruhul al-amin, ada ruhul kudus, ada yang ketiga ruhul rumus, rumusan. Ya, wallahu'alam biswa'at. Fadha.

Ya Syekhi, hal yang mungkin wuku'un musyahadah dikaitkan dengan mukasafah al-basariyah di abdin dikaitkan dengan mukasafah al-basariyah al-basariyah Al-Basariyah. Al-Basariyah, oke. Ini suaranya yang bagus, kesana kesini kurang bagus. Benar, jelas gak disitu? Kalau disini agak gemak-gemak.

Mungkinkah terjadi, mukashafah, Allah buka, tapi bukan Basariyah, gitu ya? Oh, langsung Basariyah? Oh ya, oke.

Mungkinkah terjadi, tersingkap alam gaib, Itu dengan mata. Mata ini kan cuma alat doang. Coba yang melihat mata ini atau ada satu chip di dalam diri kita namanya basor. Basor itu disebut dalam bahasa Arab sifat.

Tapi kalau bahasa Indonesia sifat penyabar ya. Pemarah, ngantukan, bosenan, itu bahasa Indonesia. Tapi sifat dalam bahasa... Apa?

Dalam bahasa Arab, itu salah satu karakter manusia. Basor melihat, disebut basir. Mungkinkah saat jaga?

Mungkin, pakai hadis Suhaib Bukhari. Hadis Antum sudah apal. Kalau seorang wali sudah mendekatkan diri dengan... Amal-amal yang nawafil, kuntu sama'ahu alladhi yasma'ubih.

Maka aku ganti, yang denger bukan telinga ini, tapi cip di dalamnya bukan basordia, tapi basori. Basorullah. Yang denger, sam'ullah. Yang melihat, basorullah.

Tapi alatnya, mata ini. Loh kok mata manusia? Emang manusia siapanya Allah? Manusia kan perbuatannya Allah. Suka-suka Allah dong mau ganti kapan?

Ribet amat. Jadi, mungkin gak kasaf mata teranjang mungkin. Dan itu sering terjadi. Itu terjadi pada Habib Umar.

Lalu bagaimana dengan Imam Syafi'i yang mengatakan, tidak diterima persaksian orang yang aku melihat. jinn itu kalau dia ngaku saya ngeliat jin saat yang aku begitu nggak diterima tapi kalau dia ngaku yang lain yang bisa dilihat pakai mata empirik namanya baru diterima Kenapa al-jin layuroh di Quran juga bisa dilihat dengan kasat mata hukum yang dipegang oleh Imam sufi itu hukum Zahir bawl kombatin Hukum hakikat atau hukum syariat? Kalau hukum syariat berlaku nggak, Kasaf? Nggak berlaku. Jangan-jangan mau Kasaf seribu kali, itu dibawa ke pengadilan nggak laku.

Itu sebabnya, al-mukasafat laisat bihujah. Kasaf itu tidak boleh dijadikan hujah, hanya dijadikan ibrah. Bisa dibedain ya, mimpi apa lagi, mimpi kan bagian dari mukasyafah sugroh, jadi mukasyafah ini ada yang sugroh, ada yang kubroh, yang sugroh yang lagi mimpi, ada yang wusto, lagi zikir tiba-tiba trans, nah itu maksudnya wusto itu, tapi kalau yang sudah oke, yang top itu.

Lagi begini, dia tahu. Ngerti dia. Itu sudah kubur orangnya. Biasa aja.

Muka syafah itu gak serem-serem amat. Biasa aja. Halas.

Udah ya? Ada yang mau ditanyakan? Bismillah. Ada yang mau nanya tapi malu. Ya udah, simpan aja dulu ya.

Baik teman-teman, yang bukan Allah, kita baca akhir surat Hashar. Subhanallah bihamdihi subhanallahil azim ala zakhalki wa zinat al-rasi wa rada al-rasi wa midada kalimatihi Yaqad ja'akum rasulun min anfusikum azizun alayhim anittum hadisun alaykum bil mu'minin ra'ufur rahim Fa'in tawallahu faqul hasbi Allah la ilaha illa hu alayhi tawakaltu wa huwa rabb Alhamdulillah Terima kasih.