Transcript for:
Tragedi dan Kontroversi G30S 1965

Intro gerakan 30 September atau G30S 1965 merupakan peristiwa kelam yang mengingatkan kepada kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Cakra Birawa dan sejumlah tokoh penting kepada 6 jenderal TNI Angkatan Darat dan 1 perwira TNI Angkatan Darat. Mereka tewas dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur lubang buaya hanya dalam semalam. Sebagian pihak mengatakan ada sejumlah tokoh internal sendiri yang sengaja merancang peristiwa G30S karena pertarungan politik kala itu. Sebagian tokoh lain mengatakan adanya sejumlah pihak luar atau pihak asing yang memanfaatkan momen dan menunggangi tragedi G30S dengan tujuan terselubung. Salah satu pihak asing itu yang menjadi versi dalang utama tragedi G30S adalah Inggris dan Amerika Serikat dengan berbagai operasi intelijennya yang dimotori oleh Ali Murtopo maupun tokoh elit militer Indonesia lainnya. Teori ini dikemukakan oleh Greg Paul Green dalam bukunya The Genesis of Confrontation Malaysia Brunei and Indonesia Dalam catatan sejarah Republik Indonesia benar-benar berdeka atau terbebas dari jangkraman Belanda adalah pada tahun 1949 yang mana hal ini karena kiprah pemerintah Amerika Serikat dan Inggris yang menganggap diantara di awal kemerdekaan, Indonesia bukanlah sarang komunis. Dalam buku Britain's Great Propaganda War mencatat, sebenarnya Indonesia punya nilai strategis bagi Inggris dan Amerika, baik secara ekonomi maupun geografis. Namun, prediksi ini kemudian menemui kekeliruannya dalam beberapa tahun setelahnya, terutama di Indonesia. berkenaan dengan bangkitnya Partai Komunis Indonesia atau PKI dan gerakan kiri lainnya di Indonesia. Kesadaran akan pentingnya negara Indonesia sebagai negara yang bisa dimanfaatkan dan dalam situasi panasnya perang dingin antara blok barat dan blok timur, dalam hal ideologi Amerika dan Inggris ingin mencegah komunisme agar tidak berkembang di Indonesia maupun di Asia. Seiring berjalannya waktu, pada awal 1950-an, Soekarno dengan kebijakan nasionalis radikalnya menjelma menjadi sosok yang sangat mengancam investasi negara-negara barat di bumi Nusantara. Presiden Soekarno hanya ingin Indonesia menjadi negara yang berdikari atau negara yang berdiri di atas kaki sendiri. Tidak lama kemudian, pada tahun 1956, Muhammad Hatta sebagai wakil presiden mengundurkan diri dari jabatannya karena Hatta tidak tahan dengan sikap Soekarno yang cenderung. ...terlalu otoriter dan terlalu ambisius pada kata revolusi. Presiden Soekarno yang berubah menjadi pimpinan tunggal setelah mundurnya Hatta bersifat sangat idealis dengan menolak bantuan-bantuan asing dan juga semakin condong ke kiri atau komunis. Dikarenakan orang-orang kiri adalah orang yang sangat anti-nekolim atau neokolonialisme dan imperialisme. Presiden Soekarno menganggap Inggris dan Amerika sebagai antek mekolim. Ayo bangsa Indonesia, dengan jiwa yang berteri-teri, mari berjalan terus, jangan berhenti, kepolisimu belum selesai. Hal ini membuat pemerintah Amerika dan Inggris semakin bulat untuk menyingkirkan Presiden Soekarno. Mereka khawatir jika Indonesia maupun negeri-negeri jirannya seperti Malaysia misalnya, Amerika dan Inggris tidak mau hal ini terjadi sebab keduanya akan kehilangan pasokan utama sumber daya alam seperti karet, timah, minyak bumi, dan komoditas penting lainnya. Seiring berjalannya waktu Pada tahun 1964 Permusuhan Inggris terhadap Soekarno Semakin memuncak pada Pertarungan era konfrontasi Indonesia-Malaysia. Presiden Soekarno menuduh pembentukan Federasi Malaysia sebagai plot neokolonialisme Inggris dan kemudian Presiden Soekarno juga atas nama Indonesia memutuskan hubungan diplomatik kedua negara serta melancarkan serangan darat kepada Malaysia dengan semangat Ganyang Malaysia. Karena itulah Inggris dan Amerika berusaha menyingkirkan Presiden Soekarno dan akan menghabisi PKI. Hal inilah yang menjadi alasan kuat kenapa Inggris dan Amerika terlibat dalam peristiwa G30S. Kesadaran akan khawatirnya terhadap negara Indonesia yang semakin condong ke kiri, akhirnya Inggris dan Amerika bersepakat untuk menyingkirkan Presiden Soekarno dan PKI dengan berbagai misi. Dalam melaksanakan misinya, Norman Redway yang merupakan sosok intelijen rahasia Inggris menerima imbalan sebesar 100 ribu pound sterling dari pemerintahan Inggris. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan intelijen rahasia Inggris atau SAS dan intelijen Amerika atau CIA untuk bekerjasama menyingkirkan Presiden Soekarno dan menghabisi PKI. Di sisi lain, Norman Redway juga menjalin hubungan erat dengan beberapa elit militer di Indonesia. Salah satunya dengan Ali Murtopo, tokoh intelijen penting kesayangan Soeharto di era Orde Baru melalui kantor kedutaan besar Inggris merancang skenario. seiring berjalannya waktu kesempatan itu kemudian datang pada akhir September 1965 ketika usaha kudeta Dewan Jenderal yang dikenal sejarah sebagai gerakan 30 September 1965 atau G30S. Akhirnya, Inggris dan Amerika pun menunggangi peristiwa G30S untuk kepentingan utamanya yang kebetulan selaras dengan visi Soeharto dan Ali Murthopo. Setelah peristiwa G30S, 5 hari kemudian, tepat pada tanggal 5 Oktober 1965, Alec Adams, penasehat politik Kerajaan Inggris, menasehati Kementerian Luar Negeri Inggris agar tidak ragu untuk melakukan apapun agar supaya PKI dibuat sebersalah mungkin, baik di mata kaum militer maupun rakyat sipil Indonesia. Akhirnya, Kementerian Luar Negeri Inggris tuju dan memerintahkan pihak Intelligent Norman Redway dengan CIA dan Intelligent Rahasia Inggris atau SES untuk melakukan misi ini dengan dua tema propaganda. Pertama, membuat propaganda bahwa PKI itu kejam. Kedua, membuat propaganda bahwa adanya intervensi Cina dalam pergerakan PKI di Indonesia. Kedua, membuat propaganda bahwa adanya intervensi Cina dalam pergerakan PKI di Indonesia. Untuk propaganda pertama, dalam buku bayang-bayang PKI, CIA, dan SES, melalui media lokal dan internasionalnya, rajin menyebarkan kisah horror tentang manuver kelompok. komunis militan dan juga membuat propaganda narasi tentang dampak dari aksi radikal komunis yakni menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar dari kalangan orang-orang lokal terhadap termasuk dalam tragedi G30S. Untuk propaganda kedua, tujuan utama CIA dan SAS adalah agar orang-orang keturunan Cina di Indonesia, agar dia dikait-kaitkan dengan PKI. Dampaknya, mereka menjadi sasaran utama perburuan selama periode 1965 hingga 1990. 1967 yang dikenal sebagai genusida pasca G30s alhasil berbagai propaganda yang dilakukan oleh SES dan CIA ini sangat berhasil sehingga perburuan simpatisan komunis selama periode itu tak ada bedanya dengan konflik antaretnis. Usai sukses diisolasi, fase kedua dalam misi penyingkiran Soekarno adalah penajaman citra bahwa sang pemimpin besar revolusi Indonesia, Presiden Soekarno, punya hubungan mesra dengan PKI. Sehingga otomatis muncul keterkaitan antara Presiden Soekarno dan PKI yang menyebabkan adanya rumor bahwa Soekarno juga terlibat dalam kudeta berdarah G30S. Cita-cita Inggris dan Amerika untuk menyingkirkan Presiden Soekarno akhirnya terwujud setahun setelah huru hara kudeta. Tepatnya pada tanggal 11 Maret 1990. 1966 ketika Soekarno menandatangani Super Semar atau Surat Perintah 11 Maret kepada Jenderal Soeharto surat itulah yang menjadi senjata Soeharto untuk menjadikan Soekarno sebagai tahanan politik akhirnya Presiden Soekarno dilengsarkan pada tahun 1968 dalam sidang istimewa kelima MPRS dan digantikan oleh Soeharto dengan yang membuka keran investasi asing selebar-lebarnya dan akhirnya masa depan bisnis Inggris dan Amerika di Indonesia berhasil diamankan Itulah versi pertama dalam utama G30S yaitu Inggris dan Amerika yang dikemukakan oleh Greg Holgren Namun masih banyak lagi versi dalam utama G30S terutama G30S yang masih menjadi kontroversi. Dengan adanya sejumlah kontroversi yang masih menyelemuti sejarah G30S, sebuah upaya yang sungguh-sungguh dan berintegritas untuk menguap sebuah kebenaran sejarah tersebut sangat diperlukan. Sebab hanya dari sejarah yang jernih bertutur, kita bisa mendapatkan kebenaran. pelajaran yang sangat berharga dari masa lalu Salam Jasmer