Transcript for:
Perjalanan Sejarah dan Modernisasi Jepang

Apakah kalian percaya Jepang adalah negara yang tertutup, kuno, atau bahkan negara yang terbelakang? Namun kita telah mengetahui bahwa kini Jepang adalah negara yang sangat maju. baik dari segi industri, ekonomi, dan teknologi. Bahkan budaya dan tradisi Jepang pun hingga kini juga masih dilestarikan oleh masyarakatnya. Semua fakta ini tentunya menyimpan sejarah panjang negeri matahari terbit itu. Negeri yang pernah menutup dirinya selama ratusan tahun dan kemudian bangkit menjadi negara besar yang berambisi untuk menguasai dunia. Video ini adalah episode pertama mengenai sejarah panjang Jepang yang berambisi untuk menguasai dunia. Secara hirarki, Jepang yang kala itu menganut feudalisme dipimpin oleh Kaisar yang diakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Sementara posisi Sogun berada di bawah kendali Kaisar sebagai panglima angkatan bersenjata. Namun, sejak abad ke-12, terutama setelah Perang Genpei, pemimpin tertinggi Jepang berada di tangan Shogun. Sementara itu, kaisar hanyalah sebagai simbol seremonial yang tidak memiliki suara dan suara yang berbeda. Pada masa itu, banyak pelaut Jepang mengunjungi ke belahan dunia hingga ke Asia untuk melakukan perdagangan. Bahkan, tidak sedikit pula yang menjadi bajak laut. Otomatis, banyak komunitas-komunitas Jepang tersebar di belahan dunia. Namun, pada tahun 1630-an, saat Eropa melakukan ekspedisi ke Jepang yang kemudian menyebarkan ajaran Kristen dan filsafat Barat, membuat kesogunan Tokugawa khawatir akan lahirnya reformasi di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, pada tahun 1633, Kesogunan Tokugawa mengeluarkan rangkaian kebijakan dengan melarang rakyatnya keluar dari kepulauan serta melarang kedatangan bangsa asing ke wilayah Jepang. Dan 7 tahun kemudian, atau pada tahun 1639, Imatsu Tokugawa membuat kebijakan Sakoku, atau politik isolasi secara nasional. Tujuannya untuk menghindarkan Jepang dari pengaruh luar dan tradisi barat. Alhasil, Jepang menjadi negara terisolasi, atau negara yang menutup dirinya dari pengaruh luar. Kebijakan ini berlangsung selama ratusan tahun. Selama berlangsungnya politik isolasi di Jepang, segala peraturan kesogunan harus ditaati. Jika kesogunan mengetahui terdapat rakyatnya yang keluar, maka mereka akan dieksekusi mati. Bahkan, kesogunan Tokugawa melarang tradisi dan budaya asing, sekalipun terhadap orang-orang yang beragama. Tak sedikit orang-orang Kristen di Jepang sering mengalami diskriminasi. Hari demi hari, kesogunan Jepang semakin otoriter terhadap rakyatnya. Jika mereka melawan, pastinya akan dilenyapkan. Memang hal ini berdampak positif bagi rakyat Jepang dengan munculnya rasa nasionalisme yang tinggi dan terjaganya budaya serta tradisi Jepang. Ironisnya, kebijakan ini juga berdampak negatif terhadap Jepang sendiri. Kala itu, masyarakat Jepang sangat tertinggal, baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan bahkan masyarakatnya dinilai sangat konservatif terhadap dunia luar. Selain itu, Jepang yang hanya bergantung pada sektor pertanian harus menjadi negara yang sangat terbelakang dan lambat laun hal ini juga mematikan ekonomi Jepang. Hal yang di kemudian hari menjadi babak akhir bagi era kesogunan. Seiring dengan berjalannya politik isolasi, pada abad ke-18, kondisi ekonomi Jepang sangat mengalami kemerosotan. Bahkan korupsi di Kesogunan juga merajalela. Alhasil, berbagai pemberontakan dan perang saudara pun terjadi. Di Lensisi, sejak tahun 1850-an, negara-negara barat meminta kepada Ksyogunan Jepang agar membuka diri dan menormalkan hubungan perdagangan dengan negara-negara barat, terutama dengan Amerika Serikat. Dan, pada tahun 1853, perwira Angkatan Laut Amerika, Komodor Mateo Calbrek Perry, bersama empat kapal perangnya, berlabuh di negara Jepang. Tujuannya untuk melakukan sebuah kesepakatan dengan Jepang agar Jepang membuka diri untuk berbisnis dengan Amerika. Setahun kemudian, atau pada tanggal 31 Maret 1854, Jepang dan Amerika melakukan perjanjian dan kesepakatan dalam Konvensi Kanagawa. Alhasil, Jepang pun bersedia membuka pelabuhan Shimoda dan Hakodate untuk Amerika sebagai wilayah perdagangan. Melihat kondisi ini, Inggris, Perancis, Soviet, dan negara-negara barat lainnya tidak ingin ketinggalan dan ikut membuka hubungan dagang dengan Jepang. Bagi kesogunan Tokugawa, kebijakan ini adalah sebagai pilihan untuk mempertahankan kekuasaan seiring bantuan dari asing. Namun, bagi oposisi kesogunan yang dipimpin oleh Daimyo Chosu dan Daimyo Satsuma, Konvensi Kanagawa merupakan hal yang memalukan bagi Jepang, karena Amerika telah melecehkan harga diri Jepang. Hal inilah yang kemudian membuat kedua kelompok bangsawan ini untuk menciptakan berbagai isu kepada masyarakat Jepang bahwa kesyogunan Tokugawa telah mempermalukan Jepang di depan Amerika. Alhasil, berbagai pemberontakan terhadap kesyogunan Tokugawa sering terjadi. Bahkan, kelompok Daimyo Chosu dan Satsuma membunuh seorang diplomat Inggris dan seorang penerjemah untuk Amerika. Selain itu, kapal-kapal bangsa barat yang berlabuh ke Jepang kerap mendapatkan serangan oleh masyarakat Jepang. Kini, kondisi Kishogunan telah mencapai titik kehancuran. Satu sisi, ia harus mempertahankan kekuasaannya dari tangan oposisi, dan di sisi lain, kondisi ekonomi Jepang sudah hampir lumpuh. Kemiskinan, kelaparan, hingga perang saudara kian mewarnai Jepang. Akhirnya, pada tahun 1867, para bangsawan yang berada di lingkaran kekaisaran memaksa Sogun Tokugawa Yoshinobu untuk mengembalikan mandat pemerintahan ke tangan Mutsuhito atau yang dikenal dengan Kaisar Meiji. Kini, Jepang sepenuhnya berada di bawah kendali kekaisaran. Memang, para bangsawan benci terhadap pengaruh asing. Namun, lambat laun mereka menyadari bahwa politik Sakoku ini mengakibatkan Jepang mengalami ketertinggalan dalam berbagai sektor. Oleh karenanya, para bangsawan kekaisaran meminta kepada Kaisar Meiji untuk melakukan revolusi dengan meniadakan politik Sakoku demi kemajuan kekaisaran Jepang. Akhirnya, pada tahun 1868, Kaisar Meiji meniadakan politik Sakoku secara nasional dan membuka kembali negara Jepang. Peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan peristiwa Restorasi Meiji atau Modernisasi Jepang. Kini, Jepang resmi menjadi negara yang terbuka. Negara yang diidam-idamkan masyarakat Jepang selama ratusan tahun. Sehingga banyak kapal-kapal bangsa barat datang ke Jepang untuk melakukan perdagangan. Hanya saja, Kekaisaran Meiji harus melakukan berbagai tahapan untuk memodernisasi Jepang menjadi negara yang maju. Pada saat baru diperintahkan, raja itu dikenal sebagai Meiji, atau Ruh Yang Menyelidik. Dia menjadi simbol untuk Jepang baru yang akan berubah dalam 40 tahun dari sebuah negara dengan pati nasi ke sebuah kekuatan militer dan ekonomi yang bisa mengembangkan ke West. Untuk menjalankan modernisasi Jepang ini, setidaknya para bangsawan Kekaisaran dan Kaisar Meiji harus melakukan lima langkah. Pertama, Jepang memindahkan ibu kotanya dari Kyoto ke Tokyo untuk dijadikan pusat perdagangan dan perusahaan-perusahaan. Kedua, Jepang mereformasi pendidikan dengan melakukan pertukaran pelajar, yang mana para pelajar terbaik Jepang dikirim ke luar negeri. Sementara Jepang menginpor guru-guru Eropa untuk membina murid di Jepang. Ketiga, Jepang meningkatkan sektor industri, baik dalam pertanian, industri tekstil, besi baja, hingga meningkatkan produksi perkapalan sampai dua kali lipat. Keempat, Jepang memodernisasi militer dengan mengimpor senjata dari barat serta memasukkan samurai ke dalam badan militer Jepang. Dan yang kelima, industrialisasi senjata. Setelah mengimpor senjata, Jepang memproduksi rancangan senjata sendiri guna menyaingi senjata dari Barat. Lambat laun, Jepang yang dulunya negara yang sangat terbelakang, hanya kurang dari 50 tahun, berubah menjadi negara yang sangat maju dan modern dalam berbagai sektor. Bahkan, Jepang adalah negara non-Eropa pertama yang melakukan industrialisasi dalam berbagai sektor. Ketua Birokrat Meiji memperkuat kekuatan mereka. Sekarang mereka bergerak untuk menggabungkan Jepang terhadap kekuatan barat dari kekuatan barat di barat. Mereka melihat bahwa barat di barat itu kuat karena industri dan sains memproduksi senjata yang tidak ada di Asia. Mereka menciptakan slogan baru. Fukoku Kyōhei. Kebuatan kaya, militer kuat. Lebih dari itu, Kekaisaran Jepang juga berkeinginan untuk tampil sebagai negara besar untuk menguasai dunia. Namun ada masalah kecil yang harus diselesaikan, yakni kurangnya sumber daya alam untuk menopang modernisasi Jepang dalam jangka panjang. Hal yang di kemudian hari membuat Jepang menjadi negara penjajah yang ingin menguasai dunia. Terima kasih