Intro Baik teman-teman berikut ini cerita yang tidak kalah menarik berkaitan dengan anak muda yang sudah sekolah jauh-jauh, sekolah tinggi-tinggi pulang-pulangnya memilih bisnis yang Mungkin sebagian dari kita gak percaya. Kok mau ya? Kok begitu ya? Apa yang terjadi dibalik pilihan usaha yang dia tekuni? Siapa dia?
Kathleen Gondo Utomo. Baik Kathleen Boleh tau umur gak? 32 Kamu sekolah dimana formalnya?
Saya S1 Saya ambil food science dari Cornell University di New York Sama kita sama Sama sama Saya di LA Lenteng aku Oke, sorry Kathleen. Tapi tunggu dulu, S1 di? S1, di Cornell University di New York. Oke, kamu punya prestasi lulus bagus atau pas-pasan?
Summa cum laude, IPK 3,99. Sampai disitu masih sama kita. Saya 299. Oke, S1, S2, katanya lanjut kuliah ya? Iya, jadi setelah S1 sempat kerja sebentar di pabrik keju.
Terus saya S2 di London Business School ambil Master of Management Business. S2 saya dua kali, satu kali lagi di Fudan University di Shanghai. Ambil Master of Science in International Business.
Seraka sekali kamu ya Sementara aku gak pernah lulus Sarjana kamu udah banyak sekali Tunggu dulu, yang S1 Jurusan apa? Food Science Food Science, oke Teknik pangan lah Duduk dulu, aku mulai grogin yang ngadepin S2 nya yang 2 itu kamu kemudian pulang ke Indonesia iya betul dan kemudian memilih membuka usaha ujung-ujungnya jualan S jualan S Jualan es. Jualan es.
Berapa es mo harganya? Jadi saya membangun High Cups. High Cups ini adalah perusahaan F&B dengan misi khusus yaitu pemerataan gender. Di High Cups ini kita punya berbagai varian makanan dan minuman. Sekarang kita jualan minuman dari harga 5.000 rupiah.
Kenapa kamu memilih itu? Sebenarnya High Cups itu lahir karena saya gemes gitu. Saya frustasi gitu dengan kenyataan. bahwa perempuan di Indonesia itu tidak diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki. Jangan lihat aku, siapa laki-laki di sini?
Awas kalian ya, kasih kesempatan dong yang sama. Oke, jadi dari mana kesadaran bahwa kamu merasa perempuan tidak diberi kesempatan yang sama dengan laki-laki? Dari mana?
Saya lulusan tahun 2014, pada saat itu saya lulus dari New York. Saya sempat kerja, tapi pulang kerja waktu saya di Amerika kan pulang kerja malam disini pagi gitu kan. Jadi saya berkeinginan gimana caranya kita give back untuk Indonesia.
Jadi waktu itu saya sama teman-teman, mereka juga ada yang sekolah di Kanada, sekolah di Amerika. Kita semua away dari Indonesia, tapi kita sama-sama membangun yang namanya Diaspora Ikhlas. Diaspora Ikhlas itu non-profit organization yang khususnya mengajar bahasa Inggris.
Jadi kita kerjasama dengan beberapa panti asuan, ada di Aceh, ada beberapa di Jawa Tengah, ada beberapa di Jawa Timur juga. Waktu itu, teman-teman kayaknya gak tau nih Skype. Ada yang tau Skype gak? Oh, pasti tau ya. Jadi kita pake Skype untuk simply ngajarin bahasa Inggris ke anak-anak SD, SMP, SMA.
Yang saya notice adalah ketika saya ngajarin bahasa Inggris ke anak-anak SD, SMP, SMA. ngajar untuk adik-adik yang ada di SMP dan SMA, kok kebanyakan cowok semua? Apalagi di SMA sangat wajar kalau gak ada ceweknya sama sekali.
Ketika saya tanya, loh ini kok banyak cowoknya, ceweknya kemana? Saya ditanya balik, loh kok cewek sekolah? Kok cewek SMP?
Ngapain? SD aja. Intinya gitu, kira-kira.
Malah saya bingung, gitu. Saya yang dianggap aneh sama mereka. Lo kok kakak kuliah? Jadi dari situ saya pun sadar bahwa masih ada aja daerah-daerah di Indonesia yang perempuan dari Indonesia. Dari kecil, mindsetnya sudah diajarin, ujung-ujungnya kamu pasti, pasti akan beribu rumah tangga, gak usah sekolah tinggi-tinggi.
Nah itu tuh, saya gemes banget disitu. Itu trigger saya kenapa saya tertarik di bagian ya woman empowerment ini gitu. Tapi kita kembali dulu ke awal high cap scene-nya ya.
Karena waktu kamu pulang dengan tiga gelar itu, kesarjanaan, kemudian kamu mulai merintis usaha jualan es. Persisnya es apa yang kamu jual hari itu? Oke, jadi waktu itu saya jualan berbagai variannya kayaknya cuma 5 waktu itu. 10 ribuan semuanya. Ada varian susu dengan stroberi, ada susu coklat.
Jadi lebih ke banyak varian-varian susu di situ. Merknya sudah High Cups? High Cups.
Oke. Zaman dulu ya? Itu kamu cara jualnya bagaimana?
Saya buka, gerobak sih gerobak. 2x1 gitu saya beli gerobak. Bekas, dicat ulang. Saya buka waktu itu store pertama di Serang. Serang, Banten.
Dua kali satu, saya sendiri sama ada satu lagi waktu itu staff, kita berdua kita jualan aja. Kathleen, ini agak gak masuk akal di pikiran teman-teman. Kamu sekolah tinggi-tinggi, anak-anak muda yang sekolah tinggi-tinggi kan langsung berpikir wah nanti aku punya bisnis yang kurang yang besar dan seterusnya. Kamu jualan dengan gerobak gitu dan kamu langsung... Operasional juga disitu Mau gak mau Apa yang ada dalam pikiranmu hari itu Memang aku tau tadi kan kamu jelasin Bahwa kamu ingin membantu kaum perempuan Tapi dimulai dengan jualan es Dan kamu yang jualan langsung Dengan modal berapa hari itu Waktu itu 10 juta Dari mana uangmu 10 juta itu Sebelumnya kan saya kerja Saya kerja saya ada tabungan Oh ada tabungan 10 juta kamu beli kerobak lain-lain Itu kamu cat sendiri Bahan baku Terusnya bahan baku Kamu jualan Betul Oke apa yang ada dalam pikiranmu hari itu Jadi gini Pada saat memulai Waktu itu saya tidak mikir terlalu kompleks, pokoknya saya punya visi ini, saya ingin membangun, saya ingin memperkenalkan bahwa wanita punya opsi, punya pilihan hidup.
Ujungnya adalah kita ingin membangun satu komunitas wanita-wanita yang... Merdeka wanita-wanita yang berani untuk berambisi dan bermimpi. Jadi ya saya tahu untuk ke sana gak mungkin langsung ada di level situ.
Pasti semua ada prosesnya. Dan kalau prosesnya itu pertama saya harus terjun sendiri ya terjun aja gak apa-apa. Karena kan gak mungkin kita buka suatu outlet, restoran yang gede tanpa ada pengalaman juga.
Jadi mungkin disitu adalah starting point saya. Saya mau jalan dulu aja deh, eksekusi dulu aja deh. Terus nanti kita reiterate, kita evolusi. Jadi sekarang pun high caps yang sekarang secara packaging, menu, harga, penampilan, booth, outlet itu berbeda jauh. Cara kita mendistribusikan barang, menjual itu berbeda jauh dengan high caps yang dulu.
Omong-omong orang tuamu ini pekerjaannya apa? Mama saya ibu rumah tangga, papa saya juga entrepreneur, tapi bukan FNB. Terus apa kata mereka ketika melihat anaknya setelah disekolahkan jauh-jauh?
Ini kan sekolah bukan beasiswa. Bisa bayar sendiri kan? Betul.
Nah ini pasti orang tua yang bayarin kan? Betul. Apa mereka gak frustrasi liat anaknya pulang-pulang jualan es yang growbacknya 2x1 itu tadi?
Apa reaksi orang tua? Sama seperti reaksi Bang Andi. Ya kan normal ya.
Saya anak tunggal, orang tua pasti mau pertanyakan. Ngapain sih gitu. Udah enak kok kerja yang kemarin di kantor.
Keren. Di SCBD. Ngapain jualan es? 10 ribu lagi.
Sehari omsetnya berapa? Pertama. pertama-tama juga banyak gak lakunya ya, kan gitu. Pulang juga, tiap hari kan saya keserang tuh.
Ongkos keserang berapa? Dibandingin omsetmu emang masuk, kan gitu. Tapi yang namanya orang tua kan mereka mau yang safe ya. Dan mungkin definisi sukses tiap orang juga bisa dibilang berbeda-beda gitu kan.
Jadi ya typical respon orang tua lah saya rasa, masih normal. Jadi berapa lama kamu jualan seperti itu tadi? Jualan sendiri mungkin 6 bulanan aja.
6 bulanan? Dalam 6 bulanan. Lama itu.
Gitu. Karena disitu saya banyak melakukan kesalahan awal-awal. Jadi saya ketika saya jaga sendiri saya tahu kenapa produknya gak laku. Kita ngobrol sama customer. Kok gak beli?
Rasanya kemanisan. Oh tunggu dulu ini produk gagal ini ya? Dulu awal-awal gagal banyak gak lakunya.
Oke. Gitu. Ya terus apa?
Jadi dari produk. Oh jadi saya tahu ini gak laku kenapa? Rasanya gak enak. Porsinya kekecilan. Saya kira saya kan tinggal di Jakarta.
Saya kira 10 ribu tuh semua orang udah pasti beli. Gitu. Ternyata enggak, mereka masih mikir.
Mereka mikir kualitas, mereka mikir porsi. Oh, jadi porsi kualitas penting sekali. Terus banyak juga cara selling, hospitality.
Jadi kasir kan ada caranya. Jadi mungkin 6 bulan pertama itu saya baru benar-benar... Dapet real life lesson tentang F&B bisa dibilang reset market lah gitu. Itu harga untuk riset tadi ya?
Riset betul-betul. Nah tapi kan waktu itu kalau gak salah pandemi itu ya? Iya betul.
Apa yang terjadi? Dengan bisnismu ini Kira-kira 2019 Desember Saya bangun High Cups Saya masih ingat betul Kita mulai lockdown itu Maret 2020 Tapi saya beruntungnya Adalah di saat 2020 itu Jadi High Cups itu kan Memang start di luar kota kota tier 2, tier 3. Tapi saya bukanya di banyak pasar sualayan. Di pasar sualayan ini justru pada saat covid kan yang tidak tutup.
Jadi malah growth kita bagus tuh. 2020 bagus sampai 2021. Jujur waktu di 2021 pun saya waktu itu listed Forbes 30 under 30 Asia itu bener-bener bikin saya jujur jadi sombong, sombong sedikit gitu. Jadi saya malah brutally expand. Sampai ke Jawa Tengah, sampai ke Jawa Timur.
Nah itu saya dapet lesson yang sangat-sangat Sangat berat di 2022 awal terutama. Karena ternyata dengan ekspansi yang brutal ini, tapi saya nggak punya sistem accounting yang kuat. Saya nggak punya sistem kasir yang kuat. Saya nggak punya sistem distribusi yang kuat. Jadi bisa berani sampai Jawa Timur itu bagai mendayung kapal bocor.
Berat sekali. Jadi saya pun sempat ada momen di mana di 2022 awal itu saya banyak tutup, sekitar 30 toko. Uh...
Tapi akhirnya kita mulai masuk ke Jabodetabek itu di 2022 Agustus tuh saya ingat gitu. Dan sekarang kita strengthen ya, strengthen our basis di Jabodetabek area dulu gitu. Sebagian orang kalau gagal seperti itu kan berhenti ya Apa yang membuat Kathleen maju terus?
Apa itu? Jujur waktu itu Waktu sempat Udah banyak tutup toko Waktu itu saya ngobrol sama suami saya Steven Ini saya banyak tutup toko, saya banyak mengecewakan orang. Duit tinggal 6 bulan lagi, bangkrut abis gitu.
Gimana ini? Saya jadi ingat kembali gitu. Kenapa saya start High Cups?
Saya start High Cups dengan visi... tertentu, kembali lagi ke perempuan-perempuan yang memang saya berkomitmen pada diri saya, ayo kita sama-sama maju, jadi saya ngobrol sama tim saya justru saya ngobrol sama tim saya yang udah dari awal, dari 2019 jatuh bangun sama saya, dari ngobrol sama tim itu makes me feel better sih, jadi saya jadi inget lagi visi saya jadi saya bilang, ini last fight kita harus last fight, 6 bulan lagi bangkrut-bangkrut, ayo kita kumpulin jadi 30 toko, barang-barangnya saya kan saya tutup, saya tarik, saya... loakin semua, saya kumpulin dana, saya buka toko di Jabodetabek.
Dirangkas waktu itu. Jadi saya buka toko di Jabodetabek dan ternyata malah bagus, malah sukses, makanya sekarang kita lagi banyak ekspansi pun lagi di Jabodetabek. Gitu sih kira-kira.
Kalau sekarang variannya ada berapa? Masih tetap di jualan produk es ini tadi ya? Masih tetap, tapi sekarang kita menjual berbagai varian teh, kopi, dan kita ada pastry juga sekarang. berkembang seperti itu.
Jadi High Cups ini sudah ada di berapa kota tadi? Kita di Jabodetabek. Jakarta, Bogor, Banten. Di berapa outlet? Sekarang kita di 30 outlet.
Berapa perempuan yang berdaya di situ? 150 perempuan. Oke, nah disini ada cerita sedikit mengenai Prof. Dr. Aryawan Gunadi SHMH Ketua Yayasan Tarumanegara Ini juga menarik kisahnya ya, perjuangan, disiplin, tentang bagaimana menghargai proses Nah, boleh berdiri Prof. Aryawan Kita berikan aplaus ya Maria Oke, Prof. Aryawan, cerita sedikit bagaimana Anda bisa sampai posisi sekarang.
Karena Ketua Yayasan itu menawungi sejumlah lembaga-lembaga di bawah Yayasan, Taruman Negara, kemudian... Anda juga bisa mendapat gelar Profesor, Doktor, SA dan MH Kemudian Anda juga lahir Bukan dari orang yang kaya-kaya amat Nah Soal proses mencapai Tahapan seperti sekarang Bagaimana Anda menjelaskan itu? Iya, terima kasih Bang Andi yang sudah hadir di Kick Andy Goes to Campus di Taruman Negara.
Jadi memang tadi seperti yang Kathleen sampaikan, hidup itu apa sih yang menjadi esensi? Yang menjadi esensi itu kan bagaimana kita bisa berimpak kepada orang banyak. Jadi sama seperti Kathleen, kalau ditanya misalnya historical sejak dulunya, apa yang saya set itu?
Ada empat pak, so if we want to achieve our lives, pertama memang dari kecil kita harus punya mimpi, jadi set goalsnya itu sudah dari awal itu sudah harus ada. Minimal saya selalu sampaikan kalau mimpi kita itu gak bisa tercapai, paling tidak mimpi sampai ke langit. paling ke satu dua di bawah langit itu kita masih bisa achieve.
Kedua adalah kita harus set roadmapnya. Jadi peta jalan untuk kita menuju achieve mimpi kita itu. Nah yang ketiga adalah network.
Jadi dari sejak sedini mungkin kan disini banyak teman-teman mahasiswa. Jadi network diperluas sehingga jejaring itu kita kumpulkan, sama seperti yang Bang Andi atau Kathleen lakukan. Nah yang keempat adalah passion.
Misalnya passionnya di bidang entrepreneurship ya sudah ditekuni, sehingga bisa menjadi entrepreneur yang handal. Nah artinya kesemuanya itu saya tekuni Pak, memang sejak dulu untuk bisa memberikan impact bagi banyak orang. Nah pertanyaannya untuk Yayasan Taruman Negara. Ya memang Yayasan Taruman Negara ini kan sebagai salah satu yayasan yang bisa saya katakan salah satu yang... yang terbesar di Indonesia dengan memiliki beberapa unit usaha dan unit sosial.
Ada UNTA, Rumah Sakit Royal Taruma, ada Institut Taruma Negara, perusahaan-perusahaan dan sebagainya. Ada hospital dan yang lain-lainnya. Menarik ya. Dan Prof. Aryawan ini termasuk profesor termuda di Indonesia ya.
Pernah mendapatkan penghargaan muri di usia 38 tahun. Jadi ini pencapaian yang luar biasa juga. Tapi kita kembali ke urusan kewirausahaan di dunia entrepreneurship apakah ada perhatian khusus Taruman Negara untuk mendorong anak-anak terjun ke dunia usaha untuk menjadi wirausaha jadi Yayasan Taruman Negara itu kan lahir dari tahun 59 itu salah satunya banyak entrepreneur yang menirikan bahkan dulu ketua Yayasan Taruman Negara sebelum saya ada nama-nama seperti Pak P.K.O.Yong pendiri Kompas Gramedia ada Pak Ciputra pernah menjadi menjadi chairman juga, ketua juga di kita. Nah darah entrepreneur itu sudah mengalir sejak pendiri-mendirikan yayasan-yayasan ini. Yang kedua adalah kita punya values Pak, atau kita punya nilai, yaitu yang namanya IPE, Integrity Professionalism and Entrepreneurship.
Nah itu yang menjadi pegangan dasar, backbone kita untuk bisa meng-drive unit-unit yang ada di bawah kita untuk mendorong entrepreneurship yang ada di lingkungan mereka. masing-masing. Ketiga adalah salah satu unit itu ada yang namanya Taruman Negara Enterprise Pak. Jadi Taruman Negara Enterprise kita banyak kerjasama dengan NUS Enterprise, banyak dikerjasama dengan kampus-kampus yang ada di China, kolaborasi dengan industri.
Itu kita harapkan bahwa apa yang sudah diajarkan di kuliah atau di perkuliahan bisa di-apply kepada industri. Seperti mereka kan kemarin lagi mengadakan CEO Bootcamp. Bagaimana ideas yang mereka dapat bisa di-implementasi implement dengan membuat produk-produk tadi seperti yang Kathleen sampaikan. Misalnya mereka tertarik di bidang IT, digital, atau di bidang FNB, semua itu di-apply.
Nah, mata kuliah-mata kuliah yang ada itu memang terjabar. Seperti di hukum ada legal partnership. Mungkin di ekonomi dan bisnis ada di bidang mata kuliah kewirausahaan. Tapi kan memang gak cukup sampai situ. Makanya kita buat yang namanya Taruman Negara Enterprise untuk inkubator bisnis, juga untuk menghimpun expert-expert yang ada di lingkungan kita untuk memperbaiki Menyirikan unit-unit usaha dan unit-unit yang ada di bawah kita Baik, terima kasih Kita berikan aplaus untuk Profesor Aryawan Jadi kita bisa tahu Kita berada di tempat yang tepat Bagaimana Kampus ini juga mendorong Anak-anak untuk berwirausaha Baik, Kathleen Sebelum kita berpisah Sesuatu perlu kamu sampaikan kepada anak-anak muda Apa saja yang kamu pikir Menarik atau penting untuk disampaikan Berkaitan dengan apa yang kamu ceritakan tadi Oke Silahkan berdiri di sini.
Iya, ini saya nge-quote sedikit ya dari Mbak Najwa Sihab gitu. Dia tuh punya sebutan namanya perempuan merdeka. Dan saya rasa ini adalah sangat relevan untuk kita sekarang ini.
Terutama yang perempuan-perempuan yang di sini. Kita tinggal di Jakarta, otomatis kan kita melek tentang isu-isu feminisme. Kita semua juga sekolah tinggi, artinya kita ada kesempatan gitu.
Dan sebagai perempuan merdeka... Mari kita sama-sama menggandeng Perempuan-perempuan lainnya Bukan saling menjatuhkan Tapi mendorong mereka Memberitahu mereka Bahwa perempuan itu berhak Perempuan itu layak Untuk mau jadi ibu rumah tangga Mau berkarya Atau mau semua Jadi maksud saya Perempuan mau berumah tangga dan berkarya Itu juga boleh Bahwa perempuan boleh bermimpi Boleh berambisi Itu sama sekali tidak melawan kodrat ataupun tradisi. Terima kasih.
Setuju. Aku dari dulu sangat setuju. Kalau kita melakukan pemberdayaan pada perempuan, kalau mereka akhirnya berhasil sejahtera, yang dipikirkan pertama, anak-anak dan keluarga. Jadi, kalau mau bantu, bantulah perempuan. Oke, setuju.
Terima kasih Kathleen, sukses.