Taukah kamu, sarafmu ada di mana-mana lho, memenuhi seluruh tubuh? Ini nih yang terpenting, saraf yang terdapat di sepanjang tulang belakang sampai otak. Kumpulan saraf tebal ini disebut sistem saraf pusat atau SSP.
Perannya, mengendalikan semua aktivitasmu dari bernapas sampai mengatukan jari pada ponsel, selagi menungguku masuk ke pembahasan inti di video ini. Saat sinyal dari suatu bagian tubuh memasuki SSP di dalam otak, otak akan menginstruksikan respons sesuai dengan situasi. Nah, coba cubit tanganmu. Iya, cubit saja.
Au! Area bekas cubitanmu juga punya banyak saraf. Saat kamu mencubitnya, sarafnya akan aktif, lalu mengirimkan informasi rasa sakit ini menuju otak. Selanjutnya, otak akan merespons dengan mengirimkan pesan rasa sakit. Prosesnya berlangsung selama sepersekian detik.
Meski sinyalnya bergerak sejauh bermeter-meter. Lanjut ke sum-sum tulang belakang. Yuk, sedikit bereksperimen. Dalam hitungan 1, aku akan memutus koneksi antar sel saraf di area sini.
Memangnya apa yang akan terjadi? Perhatikan baik-baik ya. Sudah siap? 1 Nah kan, kamu jadi mati rasa dari area pinggang sampai tubuh bawahmu.
Itu karena SSP-mu tidak bisa memperkirakan sumber rasa sakit. Oke, tenang saja. Sudah kukembalikan koneksi sarafnya seperti semula kok.
Oleh sebab itu, otak dan sum-sum tulang belakang terlindung oleh tulang, tengkorak, dan tulang belakang. Di dalam tulang belakang juga terdapat cairan cerebrospinal, yaitu zat cair yang berfungsi melindungi saraf, memperlancar proses pengiriman sinyal, dan membuang zat limbah. Oke, yuk kita beralih ke saraf lainnya.
Kita mulai dari saraf yang ada di jemarimu. Semua saraf yang tidak termasuk SSP disebut sistem saraf tepi atau SST. Coba, lambaikan tanganmu.
Ya, bagus. Hal ini bisa terjadi karena otak secara sadar mengirimkan berjuta sinyal ke saraf tepi yang ada di bahu, lengan depan, pergelangan tangan, dan tanganmu. Secara sinergis, Saraf-saraf ini menjalankan tugas yang sama, mengangkat lengan, mengatur posisinya, dan melambaikannya.
Semua aktivitas ini berada di bawah kendali sistem saraf sadar atau somatik. Alismu terangkat saat mendengar fakta ini, gerakannya pun dikendalikan oleh saraf ini. Apa kamu menghitung jumlah helahan napasmu saat mendengar penjelasanku tadi? Atau mungkin jumlah detak jantungmu? Pastinya tidak, kan?
Nah, kalau aktivitas semacam ini... dikendalikan oleh sistem saraf vegetatif atau otonom. SSP-mu mengirim sinyal ke saraf tepi dan memerintahkan jantung untuk berdetak, sistem pernapasanmu untuk menyirkulasikan udara, serta perutmu untuk mencerna makanan.
Sekarang, coba embuskan udara kuat-kuat dari paru-parumu. Lalu tahan napas selama mungkin. Memang diperlukan waktu yang agak lama sih.
Jadi, ayo kita percepat prosesnya. Mengembuskan udara dan menahan napas merupakan aktivitas yang kamu sadari. Kamulah yang memerintahkan otak untuk mengirim sinyal ke organ pernapasan.
Tapi, saat kamu mulai kekurangan oksigen, otakmulah yang memerintahkanmu untuk segera mengambil napas. Oh-oh! Wajahmu mulai membiru. Segera hirup udara. Oke, oke.
Aku perlu minta maaf dulu sebelumnya. Aduh, maaf, maaf. Ponselmu jatuh ya?
Karena sudah kuberi muatan listrik. Intinya, tanpa sadar, kamu membiarkan ponselmu jatuh saat kamu merasa sakit. Tapi, saat kamu mencubit dirimu sendiri, kamu mengaktifkan sistem saraf sadar sehingga kamu sudah mengantisipasinya.
Sedangkan sengatan listrik yang kamu rasakan? muncul tanpa kamu antisipasi. Akibatnya, sistem saraf otonomu tersentak, lalu secara refleks membuatmu menjauhi ancaman. Artinya, instingmu untuk menghindari bahaya juga dikendalikan oleh saraf. Tubuh akan berupaya menyelamatkan diri dari bahaya meski tanpa kamu mau.
Wah, kok terasa gatal ya? Tolong bantu garuk dong. Uff, makasih.
Gatal terjadi saat benda asing hingga di kulit. Misalnya, serangga dan bekas gigitannya. Saraf yang ada di situ akan aktif, lalu otakmu segera. Segera mengirimkan sinyal respons. Saat menggaru gatal, kamu bisa merasakan dua sensasi yang berlawanan.
Secara sadar, kamu lega karena gatalmu reda. Tapi secara tidak sadar, otak mengidentifikasi garukan sebagai rasa sakit, sehingga mengalihkan fokusmu dari rasa gatal. menuju garukan. Dengan menggaruk, sebenarnya kamu sedang mengecoh otak untuk tidak terlalu menghiraukan rasa gatal itu. Kok di sini agak gerah ya?
Wah, keningmu juga dibanjiri keringat. Saat suhu di luar tubuh naik, SSP-mu akan merespons. Peliaran sinyal di seluruh tubuh akan aktif. Kemudian, kelenjar keringat segera menerima sinyal tersebut dan mulai bekerja ekstra.
Keringat pun bercucuran di permukaan kulit untuk mendinginkan suhu tubuh. Wah, sebaiknya turunkan suhu AC-nya. Sedikit saja ya.
Eh, aku bilang sedikit saja lho. Yah, kamu jadi kedinginan. Otakmu bingung tapi bekerja secara cepat dalam merespons perubahan ini. Sekali lagi.
Otak mengirimkan miliaran sinyal ke semua sel saraf pada otot, lalu memerintahkannya untuk segera berkontraksi. Selama proses ini, terjadi gesekan yang menghasilkan panas. Jantung juga mulai berdetak lebih cepat, mempompa darah ke seluruh anggota badan agar tidak kedinginan.
Semua kondisi ini juga akan membuat otakmu berpikir, ah, sebaiknya suhunya lebih hangat saja. Selsa Raff juga berperan dalam proses berpikir. Misalnya saja, kamu baru menonton video ini untuk pertama kalinya. Kamu tentu tidak tahu menau dengan apa yang selanjutnya akan kulakukan maupun kukatakan.
Mungkin aku akan koprol atau dibaca. Tiba mengakhiri videonya, koneksi sel saraf yang diperlukan untuk mengingat kejadian selanjutnya cuma terbentuk saat ini juga. Sehingga, kamu masih saja mau menonton.
Iya, karena kamu ingin tahu. Tapi, setelah menonton, kamu masih masih ingin menonton. Nonton videonya sampai selesai, rasa ingin tahu itu segera lenyap.
Koneksi antar sel sarafmu sudah cukup terhubung, jadi kalau kamu memutar ulang videonya, sel-sel sarafmu akan memberitahukan isi video. Tapi jalurnya memang sangat sederhana. Misalnya begini, kamu ingat apa yang kukatakan di menit 3.05 di video ini?
Tentu saja tidak, karena koneksi sel sarafmu tidak cukup kuat untuk memberitahukan info sedetail itu. Tapi... Semakin sering kamu menonton, akan semakin banyak serta kuat koneksinya.
Bahkan, kalau berusaha berkali-kali, kamu akan bisa mengingat setiap kata pada naskahnya. Sama halnya saat kamu belajar keterampilan baru, misalnya roller skating. Awalnya, kamu tidak bisa menggerakkan satu kaki pun. Otakmu harus berhadapan dengan aktivitas yang beda dari biasanya. Akibatnya, sinyal-sinyalnya aktif.
Kamu juga jatuh, tapi kemudian berdiri dan mencoba sekali lagi. Saat inilah, berjuta sel saraf sudah terhubung dan SSP-mu segera membuat koneksi baru. Kamu jatuh lagi, dan lagi, dan sekali lagi.
Tapi, setiap kali bangkit dan mencoba lagi, otakmu semakin beradaptasi. Akhirnya, pada upayamu yang kelima, ke sepuluh, atau ke lima puluh, kamu bisa bergerak. Gerak maju. Otak menangkap momen saat kamu tidak jatuh lagi, kemudian memperkuat koneksi sel saraf agar kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Dengan latihan keras dan koneksi SSP-mu, kamu bisa bermain skating seperti seorang pro. Sambil keheranan, kok sebelumnya geraknya sangat kaku ya? Hebatnya lagi, koneksi ini tidak akan benar-benar terputus. Meski kamu belajar skating saat masih anak-anak dan tidak mencobanya selama 10 tahun, tak perlu waktu lama kok untuk mengingat kembali cara melakukannya.
Jadi, ya kalau kamu ragu untuk mengambil gitarmu yang berdebu itu, setelah tergantung di dinding selama bertahun-tahun, jangan takut, petik saja senarnya dan semuanya akan kembali dalam sekejap. Hmm, siap-siap juga ya, jarimu akan kapalan. Hey, jika kamu belajar hal baru hari ini, klik tombol suka di video ini, lalu bagikan pada teman-temanmu. Inilah beberapa video menarik lainnya yang bisa kamu tonton. Klik saja video di salah satu sisi layar, dan ingat, tetaplah di Sisi Terang Kehidupan.