Halo, kali ini kita akan membahas bagaimana cara menulis skenario film bersama saya, Edi Cahyono. Apa itu skenario? Skenario adalah blueprint atau kerangka tulisan yang terdiri dari imun.
ide dan gagasan, ruang dan waktu, tokoh, aksi, dialog, dan juga alur cerita. Skenario akan menjadi acuan bagi para pekerja film, yaitu produser, sutradara, juru kamera, aktor, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam produksi film. Sebelum menulis skenario film, harus mencari pengetahuan. harus dipahami bahwa film mempunyai berbagai macam bentuk atau genre. Ada drama, komedi, horror, action, dan lain sebagainya.
Jadi, Kita harus menentukan genre apa yang akan kita pilih. Ide pokok atau premis adalah satu kalimat perenungan, kesimpulan filosofis, atau pesan yang ingin disampaikan pembuat film kepada penonton. Lockline merupakan rumusan kalimat tentang siapa atau karakter yang mempunyai keinginan dan ada hambatan apa untuk mencapai tujuan. Jadi, Lockline adalah inti dari sebuah cerita.
Yang kedua, menentukan latar. Latar adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita. Latar memiliki makna sosiologis seperti adat istiadat, agama, ideologi, teknologi, dan lain sebagainya.
Latar tidak selalu mengacu pada tempat dan waktu yang realistik. Pada film fiksi ilmiah, latar bisa bersifat Imaginat. Penokohan adalah upaya menampilkan gambaran dan watak para tokoh dalam sebuah cerita. Ada protagonis, ada antagonis. Kedudukan para tokoh ini adalah yang paling penting dalam sebuah cerita.
Yang keempat adalah basic story. Basic story adalah garis besar cerita. Di dalam basic story terdapat latar, Pengenalan tokoh, apa permasalahan yang dihadapi si tokoh, bagaimana mengatasi permasalahan, gambaran hambatan yang dihadapi si tokoh, dan diakhiri berhasil atau tidaknya si tokoh menyelesaikan permasalahan.
Yang kelima adalah plot atau alur cerita. Plot atau alur cerita adalah peristiwa-peristiwa yang disusun sedramatik mungkin untuk mencapai efek tertentu bagi penonton. Ada dua plot, yang pertama adalah plot linier. Plot linier adalah peristiwa-peristiwa yang disusun berurutan berdasarkan waktu.
Sedangkan plot non-linier adalah peristiwa-peristiwa yang disusun tidak berurutan berdasarkan waktu. Yang ke-6 adalah sinopsis. Sinopsis adalah pengembangan dari basic story.
Sinopsis merangkum rangkaian peristiwa atau adegan yang dibutuhkan. dalam film. Yang ketujuh adalah membuat treatment. Treatment adalah kerangka skenario di mana sinopsis dikembangkan dengan penjelasan yang lebih detail. Penuturan dalam treatment sudah berupa penuturan filmis.
Dalam treatment sudah terdapat deskripsi tempat dan waktu berlangsungnya adegan, karakter, aksi, garis besar dialog, dan terkadang sudah dimasukkan sudut pengambilan gambar ataupun tipesot. Saat membuat treatment inilah, sketsa penataan struktur dramatik harus dikuasai. Struktur dramatik dapat diartikan sebagai susunan aksi-aksi yang membangun keseluruhan film. Ada struktur dramatik klasik yang lazim digunakan, yaitu menggunakan struktur tiga babak.
Babak pertama, babak kedua, dan babak ketiga. Awal, tengah, dan akhir. Babak 1 atau babak awal, ini adalah babak perkenalan elemen cerita di mana tokoh-tokohnya diperkenalkan.
Karena tidak mudah membuat sebuah pemaparan tanpa membuat penonton bosan, maka semakin cepat babak awal selesai, semakin baik struktur dramatiknya. Ada istilah turning point atau titik peralihan yang mesti kita perhatikan agar dapat menyusun struktur dramatik yang baik. Turning point pertama yang merupakan peralihan babak awal ke babak tengah adalah satu titik yang membawa tokoh pada awal permasalahan muncul.
Aldi, makan dulu. Maaf sih ya, gak biasanya begini. Antarkan ayah hari ini ke Jogja.
Ke Jogja? Yah, gak bisa ya. Aku ada produksi. Ini udah tinggal 4 hari lagi.
Ayah naik mobil sendiri. Gak bisa. Kamu harus ikut ayah hari ini. Babak 2. Di babak ini, tokoh melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah. Ya, halo, Do.
Aduh, Do, sorry. Hari ini gue mesti ngantarin bokap gue ke Jogja. Ya... Gini aja deh.
Lo kasih gue dua hari. Itu kerjaan gue beresin semua. Gimana?
Ayo dong, Do. Please, Do. Gue minta pengertian lo.
Rido! Di babak ini juga akan lebih menarik jika ada permainan emosi penonton. Ayah hanya ingin dekat sama kamu. Lebih dekat?
Kemarin-kemarin mana aja? Ayah lupa tiap pengutaran filmku. Cuman ibu yang datang. Ini bukan waktunya untuk berdebat.
Ayah sudah mulakan waktu untuk kita. Sudahlah, habiskan makanmu, biar kita cepat berangkat. Gak langsung!
Misalnya dengan menarik ulur keberhasilan tokoh menyelesaikan masalahnya, akibat dari kompleksnya permasalahan, muncul konflik, muncul krisis, adanya sub-alur cerita, Menjelang babak akhir atau babak tiga, diciptakan situasi seolah-olah tokoh akan berhasil menyelesaikan masalahnya. Namun, ternyata ini hanya sementara, karena setelahnya muncul situasi baru di mana sang tokoh ternyata harus berjuang lebih keras lagi. Disinilah terjadi turning point kedua. Jadi, aku ninggalin ayah. Ngapain?
Minta maaf. Bapak 3. Bapak ini terjadi setelah klimak. Klimak adalah titik tertinggi di mana terjawab sudah keraguan penonton akan keberhasilan tokoh menyelesaikan masalahnya. Ayah.
Ya bangun ya Ya bangun ya, udah mau subuh ya Ya Ya Ya Ya bangun ya Iya, iya, iya Setelah terjadi klimaks, maka akan diikuti oleh penurunan nilai dramatik yang dinamakan anti-klimaks. Klimaks diletakkan sesaat sebelum film berakhir. Karena itu, anti-klimaks hendaknya singkat saja. Karena pada dasarnya cerita berakhir setelah klimaks tercapai.
Secara keseluruhan, margin tulisan adalah 1 inci dari tepi atas, tepi bawah, tepi kiri, maupun tepi kanan kertas. Pilih huruf yang sederhana dengan ukuran 12. point gunakan jarak spasi 1 dan format rata kiri satu halaman skenario film biasanya menggambarkan satu menit film bila ingin membuat film berdurasi 90 menit artinya kita harus membuat 90 halaman skenario hai hai Ini adalah halaman judul atau cover, dituliskan dengan huruf kapital, dapat ditambahkan dengan tanda petik atau garis bawah. Empat spasi di bawahnya ditambahkan skenario oleh. Dua spasi kemudian dituliskan nama penulisnya. Tuliskan draft 1 bila skenario tersebut adalah draft pertama.
Bila nantinya terjadi revisi, maka tuliskan draft 2 dan seterusnya sesuai banyaknya revisi yang terjadi. Umumnya, nomor halaman diletakkan pada sisi kanan atas. Kita mulai dari scene 1. Scene adalah sebuah adegan yang terjadi dalam suatu lokasi yang sama dan berlangsung pada saat yang sama.
Scene bisa terdiri dari satu shot atau lebih dengan angle yang berbeda. Secara prinsip, jika berubah tempat, waktu, atau berubah keduanya, maka berubah pula scenenya. Sehingga, diawali dengan penomoran baru.
Rangkaian scene ini nantinya akan membuat sebuah sekuen yang menggambarkan adegan utuh. Setelah nomor scene, ada judul scene yang dituliskan dengan huruf kapital. Judul scene terdiri dari keterangan interior atau eksterior, lokasi, dan keterangan waktu. Pada jarak dua spasi di bawah judul scene, ada deskripsi visual. Deskripsi visual terdiri dari deskripsi tempat, tokoh, dan aksi.
Deskripsi ini penting saat ada tempat Tokoh atau aksi yang baru pertama kali dimunculkan Khusus untuk nama tokoh yang baru pertama kali muncul Atau dimana terdapat deskripsi suara Dituliskan dalam huruf kapital Selanjutnya, ada dialog yang dituliskan Pakai Ada jarak 2 spasi dari deskripsi visual. Awali dengan nama tokoh yang ditulis dengan huruf kapital dan berjarak 4 inci dari tepi kiri kertas. Jarak isi dialog dari tepi kiri adalah 3 inci, sedangkan batas kanan isi dialog adalah 2 inci dari sisi kanan kertas. Apabila ada dialog yang diucapkan, namun tokoh tidak terlihat di layar, dituliskan OS, Offscreen, atau VO voice over di belakang nama tokoh yang mengucapkannya.
Bila tokoh melakukan sesuatu atau diperlukan petunjuk cara pengucapan dialog, maka perlu diberi petunjuk pengucapan. Petunjuk pengucapan ditulis di dalam tanda kurung menggunakan huruf kecil berjarak 3,5 inci dari tepi kiri dan 2,5 inci dari tepi kanan kertas. Teknik pergantian scene dituliskan bila ada pergantian scene yang dianggap khusus seperti flashback atau timelapse. Penulisan teknik pergantian scene menggunakan huruf kecil. Huruf kapital dengan jarak 6 inci dari tepi kiri kertas, dengan jarak 2 spasi dari akhir scene sebelumnya, dan 2 spasi dari judul scene berikutnya.
Apabila skenario telah selesai, maka dapat dituliskan kata selesai di tengah-tengah baris setelah akhir deskripsi scene terakhir. Penulis skenario tidak perlu menuliskan istilah teknis pengambilan gambar. Namun demikian, memiliki pemikiran yang filmis akan mendorong seorang penulis untuk menuliskan deskripsi yang menggambarkan shot.
Demikian cara menulis skenario film dari saya. Semoga bermanfaat dan selamat berkarya.