Transcript for:
Pentingnya Niat dan Ilmu yang Bermanfaat

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah hamdan katiran taibun wabarakatuh Fikamayuhiburakbuna wa iradah Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdul Ya ayuhaladzina aman attaqullaha haqqatu qatih wa la tamutunna ila wa antum muslimun Ya ayuhal nasu attaqurakbakum alladzi khalaqaku min nafsin wahidah wa khalaqa minha zawjaha wa batha minhuma rijalan kathiran wa nisa'a wa attaqullaha alladzi tasa'aduna bihi wal arham inna allaha kana alaikum raqiba Ya ayuhal-ladhina amanu attaqullaha wa qulu qawlan sadidah yusrih lakum a'malakum wa yakfir lakum dhunubakum wa ma yuti'illaha wa rasulahu faqad fa'aza fawzan azimah Allahumma inna nas'aluka ilman nafi'a wa na'udhu bika min ilmi la yunfa'Allahumma a'alimna ma yunfa'una nfa'na bima'alamtana Allahumma ansurna wal muslimin khasatan al-madlumina minhum fi filasin wa fi kulimakan Allahumma asli lana umuruna kullaha wa aslih wa lata umurina innaka wali wa thalika wal qadiru alih Hadirin ya Allah muliakan jamaah sekalian Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat yang Allah berikan kepada kita Sehingga kita bisa bersuah di majelis yang semoga Allah berkahi ini dalam rangka belajar, menambah ilmu, dan juga menambah iman. Karena kalau kita hanya berhasil menambah ilmu secara wawasan pada hari ini, kemungkinan besar kita gagal dalam ibadah kita. Karena ilmu itu tidak menjadi ilmu nafi, hanya menjadi wawasan. Tugas kita di hari ini atau di kajian ini adalah bagaimana menjadikan atau bagaimana memahami ilmu lalu bagaimana mengamalkan dan menjadikan ilmu itu bermanfaat untuk kehidupan kita di dunia dan di akhirat. Dan itulah keberhasilan. Itulah keberhasilan kita. Dan itulah salah satu kunci agar kita terhindar dari penyakit ujuk sebagaimana yang sedang kita bahas. Karena jemaah ya Allah mulia kan. Malik bin Dinar mengatakan man tolabil ilm lil amali wafakuhullahu Barang siapa yang belajar dengan niat ingin mengamalkan apa yang dia pelajari maka Allah akan memberikan taufik kepada dia. Allah akan memberikan taufik dan dia akan berhasil. Dia akan berhasil. Dalam keterangan ulama yang lain, Imam Zahabi mengatakan, kasaruhul ilmu, dia akan jadi tawadu, dia akan merendah. Jadi kesannya simpel ya, tapi coba kita tanya diri kita, siapa di antara kita yang datang dari rumah? Atau datang dari tempatnya ke sini, tujuannya bukan aku mau ngaji gitu loh, atau bukan sebatas aku mau kajian. Atau motif fantom datang ke sini apa hadirin? Ngaji, kajian, terus apa lagi? Nyari jodoh? Astagfirullahaladzim. Jadi mau belajar ya, mau belajar, mau ngaji. Lalu koma tuh gitu. Dan aku ingin mengamalkan ilmu yang aku pelajari hari ini. Jadi gak cukup datang mau kajian, gak cukup. Tapi datang mau kajian dan nanti ilmu yang disampaikan oleh Oleh guru kita atau ustad kita, saya ingin amalin. Dia sudah tekat, saya ingin amalin. Terlepas nanti kita mampu apa tidak. Karena kaedah fikir mengatakan adalah wajib, mahal aja. wajiban kalau kita gak mampu. Tapi punya tekat dulu gitu loh. Punya semangat dulu, punya niat dulu, punya nawaitu dulu gitu ke bahasa kita. Pokoknya apa yang saya dapatkan saya ingin amalkan. Kalau pas ternyata gak bisa. Ternyata misalnya ada kajian tentang berinfak 7 miliar. Kira-kira kan bisa. Kok masih bisa di sini? Boleh juga antum ini. 7 miliar masih bisa ya, oke. Misalnya berinfak 20M gitu lah. Aduh gak bisa. Gak masalah, yang penting datang niatnya untuk ngamalin gitu. Datang niatnya untuk amalin. Maka kalau itu yang kita kita rasakan dalam hati kita dalam pada saat kita keluar rumah, dalam perjalanan, nanti selesai kajian, Allah akan buat kita tawadu. Merendah. Allah akan buat kita tawadu. Allah akan kasih taufik buat kita. Allah akan kasih taufik buat kita. Tapi kalau, lanjutkan ya, kata Malik bin Dinar, Barang siapa yang menuntut ilmu, bukan untuk diamalkan. Bukan untuk diamalkan. Maka, maka yang terjadi, setiap bertambahnya ilmu, dia hanya digunakan untuk berbangga-bangga dan semakin ujub dengan dirinya sendiri. Jadi semakin tambah ilmu, semakin bangga dengan dirinya. Nambah lagi, bangga lagi dengan dirinya. Nambah lagi, bangga lagi dengan dirinya. Paham misalnya bab bersuci, bangga sama dirinya. Ternyata gue bisa, ternyata gue luar biasa, ternyata aku hebat. Ternyata aku paham semua, ternyata semua dalil-dalilnya gampang. Ternyata konsepnya cuma begini doang. Jadi tambah bangga dengan dirinya. Jadi gak dapat ilmu nafi. Masalahnya cuman simple. Cuman gara-gara gak punya niat ngamalin. Gak punya niat ngamalin. Makanya ini penting. Jadi kita datang ini untuk apa? Kalau kita hanya niat untuk untuk apa? Untuk ngerti. Bahkan kata Imam Zahabi Rauhimahullah Ta'ala, beliau menyampaikan, kata beliau, فَمَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِلْعَمَلِ كَسَرُهُ الْعِلْمِ Barang siapa yang belajar untuk diamalkan, maka dia akan tawadu. Kesombongannya akan pecah berkeping-keping, akan patah berkeping-keping. Jadi tawal itu jadi merendah, jadi humble. Jadi merasa diri kecil, merasa diri hina di hadapan Allah SWT. Tapi dia enggak minder ya. Jadi bukan rendah hati, eh bukan rendah diri ya. Kalau dalam bahasa Indonesia bukan rendah diri, bukan. Dia rendah hati. Dia enggak minder. Jadi dia merasa kecil aja di hadapan Allah SWT. Wabaka ala nafsihi. Dan dia sering nangis karena dosa-dosa. Sanya itu Sering nangis karena dosa-dosanya. Makanya apa kata Imam Sufyan Al-Thawri rahimahullah, barang siapa yang ilmunya tidak pernah atau tidak bisa membuat dia nangis, ilmunya tidak bermanfaat. Itu kata Sufyan Al-Thawri. Kalau ilmunya tidak bisa membuat dia menangis karena dosa, karena kesalahan, karena khilafan, ilmunya tidak bermanfaat. Jadi ilmu yang bermanfaat ciri-cirinya bisa membuat seseorang itu meneteskan air mata. Bukan karena cengeng. Bukan karena takut terhadap masa depan dunia. Bukan. Tapi karena tahu betapa kerdilnya, berapa kotornya dia di depan Allah SWT. Dan kunciannya adalah di saat dia awal belajar. Jadi belajar mau ngapain? Dan kita akan dapatkan itu kalau tujuan kita belajar untuk diamalkan. Simpel ya. Kita datang ke kajian atau kita ikuti sebuah kajian online, niatkan dari awal saya bertekad ingin ngamalin isi kajian ini semampu saya. Sebisa saya, semaksimal saya. Selama itu adalah kebenaran. Itu benar didukung oleh dalil dan keterangan para ulama. Saya mau amalin. Ada pun bisa atau tidak bisa itu urusan belakangan. Wajib ma'al, ajis. Tidak ada kewajiban kalau tidak mampu. Terus Imam Zahabi melanjutkan. Rahimahullah wa ta'ala. Simak baik-baik. Kata beliau. Wa man talabal ilmah. Lil madaris. wal-iftah, wal-fakhr, wal-riya'tahamaqa wa-khtal, wasdara bin-nas wa-ahlakahul ujud Barang siapa yang belajar tujuannya untuk mengajar Untuk jadi guru, jadi ustadz. Untuk keren-kerenan. Untuk bisa fatwa. Untuk bisa jawab pertanyaan. Biar pinter. Lalu biar dipuji, biar berbangga-bangga. Saya mau jadi ustad paling jago, ustad paling pintar, ustad paling banyak jamaahnya, ustad paling ini atau guru. Saya ingin buat sekolah dan sekolah saya harus jadi nomor satu di dunia atau di segala macam. Itu ambisinya, fahar. Nanti sekolah saya sekolah terbaik di Indonesia, terbaik di Jakarta. Lalu riak biar dipuji orang, biar dikagumi sebagai seorang Ustadz yang Masya Allah segala macam atau menjadi ahli fatwa yang hebat, yang sudut pandangnya tajam, yang fatwanya itu akurat. Jadi tujuannya agar dipuji dan untuk berbangga-bangga. Maka tahamakot, dia akan jadi orang dungu kata para ulama. Dan dia akan bermasalah dan dia akan hancur dengan ujuk. Dia akan kena penyakit ujuk. Itu poin. Jadi makanya hati-hati loh. Jadi kalau kita datang ke kajian, niat kita hanya biar pinter saja. Biar ngerti titik. Anda akan wujud ke depan. Bukan kata saya, kata al-imam al-Zawirahim Allah Ta'ala. Salah satu ulama hadith dari madhab syafi'i. Jadi ini enggak simpel. Makanya kuncian pertama adalah pada niat. Apa niat kita datang? Niat kita datang hanya untuk ngerti, hanya untuk belajar, hanya untuk tahu, atau untuk mengamalkan. Kalau niat kita untuk mengamalkan, kita lepas sekali lagi. Nanti kita bisa aja gak mampu. Atau kita khilaf, siapa diantara kita sempurna? Dan kita gak dituntut jadi orang yang sempurna juga. Tapi niat dulu, saya ingin amalin, saya ingin berubah, saya ingin menjadi lebih baik. Nanti Allah akan kasih taufik kata Malik bin Dinar, rahimahullah. Dan Allah akan membuat kita tawadhu, Allah akan membuat kita rendah hati, jadi humble, jadi pribadi yang menyenangkan, merendah di hadapan Allah dan rendah hati di hadapan manusia. Tapi kalau tujuan kita hanya ingin menjadi ulama yang hebat atau guru yang jago, yang menerangkan itu luar biasa, yang membuat orang terpukau, lalu punya sekolah yang bagus, punya pondok, atau punya tempat pendidikan yang terdepan. Dan memang-memang niatnya untuk berbangga-bangga saja. Lalu agar dipuji orang, maka kita akan jatuh dan kita akan hancur dengan sifat wujud kita. Dan kita jadi orang dungu kata para ulama. Ya karena kan kita udah bahas bahwa definisi wujud apa? Kedunguan yang, kok lupa, kedunguan yang apa? Overstock, overdosis. Siapa tadi overstock? Nah ini, jadi dungu yang kelebihan gitu loh. Bingung mau taruh di mana, akhirnya taruh diri dia. Ya akhirnya jadi ujub, karena keterlaluan, gak pantas kita ujub. Siapa yang dungu overstock tadi? Angkat tangan. Loh kok angkat tangan? Kan pertanyaannya siapa yang dungu overstock? Bukan siapa yang menjawab pertanyaan tersebut. Kok angkat tangan itu loh? Tapi enggak, itu tawa. Tawadu, tapi terlalu tawadu jangan. Gitu lah. Karena ini menunjukkan enggak wujud lah insya Allah. Karena orang wujud enggak mau ngaku. Tapi ini terlalu ini lah. Pertanyaan saya siapa yang dungu overstock? Eh jangan angkat tangan. Kecuali pada siapa yang jawab tadi, baru angkat tangan. Nah itulah. Hadirin lah. Jadi hadirin Allah Mulya kan. Niatkan untuk mengamalkan Walaupun berat, walaupun nanti tergelincir Walaupun nanti jatuh Semua kita demikian hadirin Setiap anak-anak banyak melakukan kesalahan Tapi harus tekat dulu, saya mau mengamalkan Saya dapat ilmu tentang iman, saya mau ngamalin. Dapat ilmu tentang tawhid, saya mau ngamalin tawhid. Dapat ilmu tentang kesyirikan, pokoknya saya memuatan tidak pada kesyirikan. Gimana caranya? Itu tadi. Nanti Allah kasih taufik. Allah akan buat kita berubah. Dan hati kita akan lembut. Makanya banyak, misalnya banyak kita-kita yang merasa setelah ngaji bertahun-tahun, kok hati semakin keras ya? Dulu tuh kayaknya gampang nangis, gampang menitaskan, tapi sekarang gue udah beristighfar, kok sekarang? susah, ah evaluasi ini oke kita rutin ngaji tapi apa niatnya, masih ada spirit mengamalkan ilmu tersebut ketika kita datang kajian atau kita kajian sebagai rutinitas atau kemen ketemu teman nanti janjian sama partner baru dikajian jadi niatnya udah mencar kemana-mana maka niatkan untuk menggabalkan ilmu tersebut, ini penting dan buat kita semua, termasuk yang berbicara, kita bicara dan seterusnya itu apa niat kita Kalau hanya untuk menyampaikan, nanti kita jadi sombong Tapi kalau kita ingin mengamalkan dan kita ingin berusaha menjadi lebih baik lagi Maka Allah akan rendahkan hati kita, semua kita tanpa terkecuali Dan Sekali lagi ilmu ini kata Imam Malik, kata para ulama lain, kuntu ata'allamu li nafsi, saya ini belajar untuk memperbaiki diri. Jadi kita belajar ilmu seperti ini bukan untuk kita tembakan ke saudara kita. Kita lihat ada Ustadz yang jamannya banyak, ah itu ujub tuh kayak gitu. Kemarin baru belajar, bukan jangan begitu. Justru gampang memfonis itu salah satu bentuk ujub juga. Karena terpukau dengan kepala pikirnya sendiri. Gitu. Jadi sekali lagi kita perbaiki diri kita dan kita husnudhan dengan saudara kita. Husnudhan, baik sangka dengan pihak lain. Dan itulah akhlak seorang muslim. Allah SWT Semoga Allah memberikan kita ilmu nafi dan semoga Allah menjauhkan kita dari ilmu yang tidak bermanfaat Semoga Allah mudahkan segala urusan kita dan memperbaiki segala urusan kita, urusan pemimpin-pemimpin kita dan semoga lo menolong kita dan umat khusus yang terzalimi di palestin dan di berbagai macam tempat Allah Ta'ala, alam udah selesai usat kerjanya lo ini baru mokot 5 ini loh ini kan baru mokot 5 oke kita lanjutkan materi kita Jamai loh mulia, kan sekali lagi kita masih bicara tentang ujub. Dan ujub sangat berbahaya dan harus terus kita ulang-ulang. Karena ini penyakit gitu, penyakit khususnya penyakit orang-orang berhasil. Justru gini loh, masalah ujub. Seringkali kita lebih butuh pada saat Kita sudah sukses dibanding pada saat kita di awal-awal bisa jadi. Ujub sekali lagi penyakitnya orang-orang berhasil. Penyakitnya orang-orang punya kelebihan. Lebih artinya mereka atau orang-orang berhasil lebih berpeluang terjangkit ujub dibanding orang-orang gagal atau newbie. Benar gak sih? Kalau hadirin sekalian, baca al-fateha saja masih lahan jali atau belajar masih terbatas-batas. Kira-kira potensi ujubnya besar atau kecil? Pokoknya berantakan deh gitu. Al-ikhlas berantakan gitu loh. Potensi ujubnya besar atau kecil? Kecil. Kalau Jam'at baru berani jadi imam di masjid yang umum saat sholat duhur dan asar aja. Kalau maghrib. Antum lah, antum-antum. Tapi kalau potensi wujudnya masih kecil. Tapi kalau sudah hafal Jus 30, lalu hafal Jus 29, lalu masuk ke Jus 28, masuk ke Jus 27, lalu sudah mulai... Tajwidnya sudah hafal Asyatibiyah dan seterusnya Itu baru, semakin besar potensi untuk Wujud, terpukau dengan diri sendiri Bangga dengan diri sendiri Maka ini harus diulang-ulang terus Dan semakin kita Melakukan Perbaikan atau kita punya improvement Atau punya kemajuan Maka kita harus semakin ingat lagi materi ini Karena semakin bahaya Justru kalau kita belum punya Apa-apa, belum punya Keberhasilan maka akan lebih mudah untuk ini tapi kalau kita mulai status, kita punya ini, beda itu poin potensi ujub ketika seseorang lagi persiapan masuk apa apa univers negeri misalnya itu Dengan peluang ujub ketika dia sudah masuk dan sudah lolos dan sudah pakai jaket kebasaran dan warna kebesaran kampus tersebut, sama atau beda? Beda. Lalu ke potensi ujub ketika dia masih jadi anak baru dan belum ada dengan potensi ujub ketika dia sudah mendapatkan nilai dan IPK-nya kumlaut potensi ujub sama atau beda? Beda juga, terus begitu Jadi ini bahaya, jangan pernah remehkan ini Justru kita harus semakin hati-hati, semakin hati-hati, semakin hati-hati dalam masalah ujub Sangat mengerikan, sangat menakutkan. Dan hadirin Allah Muliakan, dan gak heran kita tahu bahwa dalam riwayat Salatun Muhlikat ada tiga hal yang menghancurkan Yang pertama syuhun muta'wa hawan mutaba wa ijabul mar'i binafsih Yang pertama pelit yang diikuti, lalu hawa nafsu yang ditaati Dan yang ketiga ujub, ketika seseorang terpukau dengan dirinya sendiri Sebelum kita masuk atau kita lanjutkan, saya ingin menjelaskan keterangan sebagian para ulama Kenapa ujub itu menghancurkan kita? Dari sisi apa hadirin? Ujub itu menghancurkan kita itu dari sisi apa? Dari berapa sisi? Sisi apa aja? Takdir pada di sini dan takdir pada orang lain. Insyaallah. Itu pembahasan tentang hasad. Oh gak apa-apa, dapat hadiah. Berani gitu, bagus. Salah itu biasa, kita harus belajar terbiasa dengan kesalahan. Lalu diperbaiki, jangan ngotot. Enggak usah, anak yakin. Udah adanya diambil, yakin juga. Enggak bisa. Enggak apa-apa, salah enggak apa-apa. Itu hansat. Dari sisi apa, enggak ngancurin ya? Hadirin. Dari dua sisi. Sisi yang pertama, ujub itu. Ujub adalah hal yang membuat kita tidak mendapatkan taufik dari Allah. Dan pertolongan dari Allah. Orang yang ujub tidak akan ditolong sama Allah. Orang yang ujub tidak mendapatkan taufik dari Allah. Walaupun tolongan atau clue atau kunci-kunci pertolongan itu depan mata kita. Itu Allah tutup kalau kita ujub dan kalau kita sombong. Itu yang bikin masalah. Makanya orang akan hancur. Begitu Anda ujub, Anda hancur. Kenapa? Karena tidak tolong Anda. Sekali lagi, orang yang ujub. Orang kalau sudah terpukau dengan dirinya sendiri, itu walaupun jarak antara dia dengan kunci pertolongan depan mata, tidak bisa melihat. Jadi orang yang ujub kalau bahasa kita itu clueless. Padahal cluenya depan mata dia. Depan mata dia. Gak bisa bahasa itu. Kenapa? Tepukau dengan dirinya sendiri. Kagum dengan dirinya. Dia gak akan melihat ke kanan, dia gak akan melihat ke kiri, dia gak akan melihat ke depan. Makanya Allah berfirman pada ayat 46 Aku akan palingkan Ayat-ayatku Dari orang-orang yang kiber Yang sombong Dan kita tahu salah satu definisi ujub apa? Kiber. Ujub secara bahasa kiber. Ujub secara bahasa adalah sombong. Dan ujub adalah anak tangga menuju kesombongan. Setelah ujub, anda akan sombong. Itu poinnya. Itu yang dijelaskan para ulama. Makanya wujud masuk ke spesies sombong gitu lah. Jadi masuk ke itu. Apa katakan saya akan palingkan anda, saya akan palingkan dari ayat-ayatku orang yang kiber di atas permukaan bumi tanpa hak. Ini baik. Walaupun dia melihat semua ayat-ayat tentang kebenaran, dia gak akan beriman. Walaupun dia melihat semua ayat, dia gak akan beriman. Dia gak bisa ambil manfaatnya. Dia gak akan beriman. Walaupun dia melihat jalan kebenaran, dia melihat jalan petunjuk, itu petunjuk depan mata dia. Tapi dia tidak menjadikan. Sebagai jalan dia. Dia gak mau meniti jalan itu. Padahal depan matanya. Dia lihat. Tapi dia gak mau. Kenapa? Terpukau dengan diri sendiri. Kagum dengan pola pikir sendiri. Kagum, tenggelam dengan pencapaian pribadi. Kalau nanti ngeremehin orang. Kalau tolak kebenaran. Gak mau dia. Wa'iyarau sabi'ilal ghayy Yattakhidhu sabi'ila Lalu ketika dia melihat Jalan kesesatan, jalan penyimpangan Jalan salah, jalan menuju neraka Eh dia pilih jalan itu sebagai Jalannya itu Itu ngerinya ujub. Ujub itu membuat hidayah tidak masuk, taufik tidak masuk ke dalam diri kita, dan pertolongan tidak sampai ke diri kita. Walaupun depan mata, itu masalahnya. Itu kenapa riwayat mengatakan, Salatun muhlikat. Ada tiga hal yang menghancurkan Anda. Menghancurkan kehidupan Anda. Tidak masuk. Jadi hadirin Allah muliakan. Kalau sudah demikian, gimana kita mau dapatnya? Pertolongan Allah tidak dapat. Makanya kan kata para ulama apa? Lau lam yakun Lau lam yakun Awnun minallahi lil fata Fa awwalu ma yajni alihi Ijtihaduhu Apabila Bukan karena pertolongan Allah kepada seseorang Maka yang pertama kali menghancurkan dirinya adalah Blundernya sendiri Ini kainah hidup catat baik-baik. Kalau bukan karena pertanah Allah yang menghancurkan kita, bukan kompetitor kita, bukan haters kita, bukan orang yang hasad kepada kita, yang menghancurkan kita, diri kita sendiri, manuver kita yang keliru, blunder kita yang konyol, pola pikir dan pandangan kita yang salah. Orang yang ujuk gak dapat pertolongan, berarti ketika dia memutuskan, dia memutuskan dengan apa? Dirinya sendiri, ketika dia melangkah, dia melangkah dengan bertumpu pada kakinya sendiri Sedangkan manusia diciptakan dalam kondisi lemah, kata Allah dalam surat an-Nisa 28 Dan Allah katakan juga dalam surah Al-Azhab, Inna hukana dholu manjahula. Manusia itu, dholimnya minta ampun, bodohnya luar biasa. Lalu jadi makhluk yang dholimnya luar biasa, bodohnya minta ampun, ketika hadapin masalah, membuat keputusan. Begitu menghadapi ujian, membuat keputusan. Dan kalau dia berdoa gak diterima sama Allah. Karena dia ujuk. Allah gak kasih pertolongan. Gimana orang itu mau berhasil? Gimana orang itu mau selamat? Orang itu gak selamat. Hancur. Ini fakta yang harus kita jelaskan. Orang yang ujuk. Dia akan hancur karena pertolongan Allah. Tertahan dengan ujuknya. Gak mau masuk. Walaupun. Kunci-kunci pertolongan, jalan-jalan tersebut, clue-clue tersebut itu depan mata dia. Walaupun dia lihat seluruh ayat, dia tidak mau mengikutinya. Kenapa? Terpukau dengan dirinya sendiri. Orang itu kalau udah kagum sama disini, gak akan dengar orang lain. Gak akan dengar pihak lain. Kalau bahasa parulama Dia laki-laki, saya laki-laki Dia pakar, saya pakar Oke dia pintar, saya juga pintar Dia punya logika, saya punya logika Dia punya paradigma, saya punya paradigma Dia punya pengalaman, saya juga punya pengalaman Gak mau denger orang dia Dia terpukau dengan dirinya sendiri Maka pertolongan Allah tidak masuk Kayak orang tersebut Ditinggalin sama Allah Makanya sekali lagi. Cara Allah menghancurkan kita. Gak perlu utus burung ababil hadirin. Kita bukan abroha gitu loh. Gak harus pakai gitu. Cukup Allah tinggalkan aja. Allah gak kasih pertolongan. Allah tinggalkan. Allah gak kasih taufik. Allah gak kasih taufik. Berantakan kita. Berantakan. Habis. Makanya kita lihat orang-orang sombong dan orang-orang yang ujub. Itu kan melakukan atau hancur karena blunder-blunder konyol. Lihat Firaun. Kurang kagum apa sama dirinya sendiri. Ngaku Tuhan. Ngaku Tuhan. Lihat bagaimana. Melakukan blunder konyolnya minta ampun. Saya pun mau tanya hadirin sekalian. Kira-kira ini kalau pakai logika ya. Hadirin lagi ngejar seseorang sampai ke pantai Ancol. Hadirin kejar terus orang itu udah di situ. Tiba-tiba itu laut Ancol terbelah. Terus dia lewat. Pertanyaan simpel secara logika. Antum mau masuk gak ke lantau tersebut? Mau masuk? Fir'aun. Lu gimana sih? Bayangin. Ini orang di depan matanya dipukul-pukul. Itu lah tancul ke belah. Bukan satu malah dua belas kalau Nabi Musa. Satu, dua, tiga, empat, lima. Sesuai dengan Qabila Bani Israel. Dua belas ke belah. Kok masuk itu loh? Ini lu ukul. Mana logika? Mana akal sehat? Bisa dipercaya kan? Kita aja yang tidak pintar-pintar amat, tenang kita juga tidak pintar-pintar amat, kita kan juga mikir, ini orang bisa berbelah. Alasannya apa? Sakit perut, migrain kabuk, banyak begini. Cuma jangan masuk, itu kekonyolan. Laut terbelah, dia bisa kabur. Kok ada masuk? Itu kan kekonyolan. Blunder besar. Bener gak sih hadirin? Hadirin mau masuk gitu. Oh enggak gitu. Udah nanti dulu deh gitu. Biarin, biarin. Musuh masih banyak, cari yang lain aja. Gak usah ngurusin dia. Ngeri kita. Semua orang yang punya akal sehat akan mengatakan gak sih gak masuk. Itu Firaun masuk hadirin. Lihat orang yang terpukau dengan dirinya sendiri. Buat akhirnya mati disitu. Semua demikian. Belunda-belunda banyak, terpukau dengan diri sendiri. Itu kan pelajaran bagi kita semua. Makanya udahlah, kita gak secerdas mereka, kita gak sekuat mereka, mereka saja ujuk, berantakan hidupnya. Dan aku kan belum, makanya, Kalau bukan karena pertolongan Allah kepada seseorang, yang pertama kali menghancurkan dia adalah blundernya sendiri, pandangannya sendiri. Jadi hadirin, dan contoh seperti itu banyak dalam sejarah, baca sejarah manusia Baca orang-orang yang terpukau dengan dirinya sendiri, kagum dengan, suka muji-muji diri sendiri Gimana endingnya? Hancur hadirin, gak dapet hidayah, gak dapet petunjuk dan gak dapet taufik dari Allah Itu pertama Membuat ujub itu menghancurkan hidup kita. Ada pun yang kedua kata para ulama. Athani. Annahu yufsidu la amala soleha. Ujub itu merusak amal soleh. merusak amal soleh sebagaimana yang sudah kita sampaikan bersama-sama ujuk itu menghancurkan amal soleh Jadi udah Allah enggak kasih taufik, amal soleh kita hancur. Apalagi mau dibanggain, apalagi bisa membuat seseorang itu selamat di dunia dan akhirat. Allah enggak kasih taufik, amal soleh hancur. Amal soleh hancur. Itu bagaimana yang sudah kita bahas sebelumnya. Ini hulas saja biar kita sadar. Amal soleh hancur. Amal soleh capek-capek kita kerjakan. Begitu kena ujub, hancur ujub. Hancur amal solehnya. Jadi, itu hal yang perlu kita renungkan bersama-sama. Makanya kata para ulama, betapa banyak para ahli ibadah, itu amal ibadahnya rusak gara-gara ujub. Rusak gara-gara ujub. Itu yang membuat hancur. Jadi ujub menghancurkan di dua sisi. Sisi yang pertama, Allah enggak kasih taufik, Allah enggak kasih hidayah, Allah enggak kasih pertolongan. Dan yang kedua, ujub menghancurkan amal soleh. Ujub menghancurkan amal soleh. Itulah yang membuat ujub itu begitu berbahaya. Nah, lalu kembali kita, bagaimana pengobatannya? Bagaimana pengobatannya? Kita sudah jelaskan bahwa yang pertama, bahwa kita meyakini atau dengan meyakini bahwa apa yang kita kerjakan, gak akan bisa kita kerjakan tanpa taufik dari Allah SWT. Tanpa taufik dari Allah SWT. Maka orang yang meyakini hal ini, mereka akan menghabiskan waktu mereka bukan dengan ujub, tapi dengan bersyukur. Tapi dengan bersyukur, bukan dengan ujub, tapi dengan bersyukur. Terima kasih, Pak. Saya akan bacakan kata dengan Ibn Hazm rahimahullah ta'ala tentang masalah ini. Kata Ibn Hazm rahimahullah ta'ala. Jika Anda terpukau Ujub dengan ilmu Anda Ini ujub karena ilmu nih Dan ujub Karena ilmu salah satu ujub yang paling sering Menjangkit banyak pihak Jika Anda ujub dengan ilmu Anda Anda terpukau karena Anda ngerti sana, ngerti sini Punya ini, punya hafalan banyak Hafalan Quran banyak khafalan hadith juga banyak. Ketahuilah Anda itu tidak punya bagian dari ilmu tersebut. Karena ilmu Anda itu pemberian dari Allah. Pemberian dari Allah. Pemberian. Anda tidak punya. enggak punya hak untuk untuk kagum kan itu bukan diri anda itu pemberian dari Allah itu pembelian dari Allah jadi itu pemberian dari Allah makanya hadirin Allahuliakan Ketika Allah berbicara tentang ulama atau ahli ilmu, bahasa yang Allah gunakan apa? Bahasa yang Allah gunakan apa? Utul ilmah. Utul ilmah. Yaitu orang-orang yang dikasih ilmu, dikasih, bahasa Allah.. Masih ingat surat al-Muja di layat 11 Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman Dan yang dikasih ilmu Dikasih Itu dikasih Makanya Imam Ahmad juga mengatakan ilmu itu dikasih sama Allah Makanya kata Ibn Hazm, Anda tidak punya hak untuk ujub, karena ilmu itu dikasih. Oleh yang kasih. Fala tukabil habimayus Itu Maka ketika udah dikasih Buat yang tau diri Jangan Merespon dengan hal yang membuat Allah murka Yaitu ujub Ada orang dikasih, hadirin gini loh, ada simple aja ya, hadirin kasih orang 10 miliar, tiba-tiba besok dia buat konten, dia bilang dia dapat 10 miliar karena kerja keras dia. Enaknya orang ini diapain? Nah itu pikirin aja. Kemarin kita kasih 10M, free of charge, free of charge, gratis udah. Gak usah ini ya. Nengi keras, eh besoknya dia buat konten katanya dia kerja keras, dia gak tidur semalaman, segala macam bisa ini. Terus sampai sosok bijak, makanya lu semua pada belajar yang benar kerja keras. Dia kan gue kasih 10 miliar. Kok dia kerja keras gitu loh. Om gue saya kasih tuh. Gimana? Nyebelin gak hadirin orang kayak gitu? Jadi sadar ya betapa menyebalkannya kita kalau kita ujuk. Kan Anda dikasih. Kok merasa pinter? Saya ini punya ilmu karena saya belajar yang rajin. Saya hafalan saya banyak. Karena saya itu rajin belajar. Suka menambung, tidak sombong. Apa ini orang ini? Jadi hadirin Allah mulia kan? dikasih. Lalu kata Ibn Azam ingat, فَلَعَلَّهُ يُنسِيكَ ذَٰرِكَ بِإِلَّةٍ يَمْتَحِنُكَ بِهَا تُوَلِّدُ عَلَيْكَ نِسْيَنَا مَعَلِمْتَ وَحَفِظَّ Tidak menutup kemungkinan, Allah mencabut ilmu tersebut dan membuat Anda lupa. Karena penyakit, karena sebuah masalah kecelakaan amnesia segala macam. Untuk menguji Anda. Atau ada kejadian atau sesuatu yang membuat Anda lupa. Apa yang Anda pernah pahami, apa yang Anda ketahui, dan apa yang Anda hafalkan. Tidak bisa. Karena daya ingat itu dari siapa? Allah. Kemampuan memahami. Oke. Kita belajar. Dan mengulang-ulang. Pembahasan tersebut. 20 kali. Hadirin. Ada orang 30 kali. Tidak paham-paham. Jangan kan 20 kali. 30 kali tidak paham-paham. Kenapa? Dia tidak dikasih daya. Apa? Dia tidak dikasih. Kemampuan memahami. Sebagaimana kemampuan kita. Jangan sombong. Lalu Ibn Hazm bercerita, contoh ini kasus nyata. Beliau mengatakan, akhbaruni Abdul Malik. Beliau dapat cerita dari seseorang yang bernama Abdul Malik. Beliau adalah salah satu ahli ilmu pada zaman tersebut. Dan orang yang jenius. Dan orang yang objektif. Dan orang yang proporsional dalam banyak hal. Dan kalau meneliti sesuatu, akurat. Dan ia punya daya ingat yang sangat luar biasa. Bayangkan. Jenius, lalu objektif, lalu kalau membahas sesuatu akurat, lalu penuh dengan kaedah-kaedah ilmiah, proporsional, lalu daya ingatnya, hafalannya luar biasa. La yakadu yamuru ala sam'ihi shay'i yahtaju ilasti adatih, wa annahu ya rakibal bahar. Pada saat itu, ini orangnya sosok ini cerita, Abdul Malik rahimahulah cerita. Bahwa kalau dia mendengar sesuatu, seringkali dia gak perlu minta diulang untuk memahami dan menghafal itu. Bayangkan, dengar sesuatu gak perlu minta diulang. Siapa yang punya daingan seperti itu dan punya kemampuan memahami demikian? Gak perlu diulang. Bayangin, misalnya hadirin belum hafal annaba misalnya Tiba-tiba sholat isya, imamnya baca Selesai sholat isya, hafal annaba Siapa coba angkat tangan, dapat hadiah Dan gak perlu diulang, langsung hafal Gara-gara imamnya baca, annaba, langsung hafal Ada dikit-dikit Ada? Ada? Coba ada? Yang ada yang gak ngaku siapa? Angkat tangan. Yang ada tapi gak ngaku. Siapa kita punya daingan seperti itu? Mungkin ada satu dua, tapi secara umum, bayangkan. Dengar sesuatu, gak perlu diulang. Langsung paham, langsung hafal. Kita diulang-ulang gak hafal-hafal Diulang-ulang terus Diulang-ulang gak hafal-hafal Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Lalu beliau berlayar kejadian sesuatu. Ada kecelakaan mungkin salah satu. Yang menyebabkan beliau lupa mayoritas apa yang beliau hafal. Lupa. Mayoritas. Dan membuat lemah hafalan beliau. Sampai pada titik yang cukup parah. Dan semenjak itu kecerdasannya tidak pernah kembali lagi. Allahu Akbar. Kecerdasannya tidak pernah kembali lagi. Itu poin, adik. Itu kenyataan. Kalau Allah mau cabut, apa susahnya? Kalau Allah mau ambil dari ingat kita, apa susahnya? Kalau Allah mau ambil kecerdasan kita, apa susahnya? Kalau Allah mau pecahkan pembuluh darah di otak kita, apa susahnya? Udah gak ada yang nganggep kita. Siapa yang bisa mengklaim ini karena saya, karena saya, karena saya? Enggak bisa. Kalau buat kecelakaan selesai hidup Anda. Bisa jadi. Sisa akhir hidup kita hanya berbaring saja dan dikesianin orang-orang. Allah buat kita umur panjang, tapi Allah buat kita kecelakaan dan kita gak bisa ngapa-ngapain. Udah. Bayangkan orang bisa, kalau Allah mau, orang itu bisa 30 tahun hanya berbaring aja. Allah gak wafatkan, tapi Allah gak buat produktif juga. Dia begitu aja. Sekali lagi, sadarlah. Bahwa apa yang kita dapatkan. Bisa sholat, bisa zikir, bisa ngaji, bisa sholat maghrib, bisa sholat isya. Itu taufik dari Allah. Itu pemberian dari Allah. Bukan karena kemampuan kita. Dan ini contoh. Ini nama-nama besar menyampaikan. Anda gak punya hak untuk mengklaim. Gak punya hak. Itu pemberian. Orang banyak kita yang langsung ngerti ketika kita, kok kamu bisa sih langsung ngerti? Ya gak tau, ya langsung ngerti aja. Sering ketemu orang kayak gitu gak? Tau orang seperti itu? Siapa? Ya saya Pak Ustadz. wujud lagi, baru lagi pelajar enggak, enggak itu tapi ada orang-orang kayak gitu jadi dia sendiri tuh enggak ngerti, kok dia bisa cepat banget memahami, padahal enggak pakai ini, enggak pakai itu ditanya gizinya, berantakan semua semua kaedah ahli gizi enggak ada yang cocok sama dia tapi begitu disampaikan paham, disuruh hafalin cepat, itu pemberian dari Allah Jadi marilah kita merendah dan kita tinggikan rambul alamin. Kita akan lanjutkan pada salat maghrib. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi Rabbil Alamin wa bihin astain ala umuril dunya wa din wa salat wa salamu ala ashrafi anbiya wa mursalinu ala alihi wa sahbihi ajmain Hadirin yang Allah muliakan kita lanjutkan diantara obat penyakit ujub Apa yang dijelaskan oleh para ulama seperti dijelaskan oleh Al-Faqih As-Samudakandi atau At-Tusi atau Barani dan para ulama yang lain bahwa Hendaknya kita mengerti bahwa Jadi hadirin ya Allah mulia kan Amal kita itu, ibadah kita itu baru memiliki nilai jika Allah terima dan jika Allah ridul. Kalau tidak Allah terima, enggak ada nilainya. enggak ada nilainya jadi amalan kita sholat kita puasa kita pikir kita kajian kita ini misalnya ini kalau Allah enggak terima enggak ada nilainya sama sekali cuman dapat capek letih gitu loh Masih ingat hadith Nabi SAW tentang orang yang puasa? Rubba sal'i min hadduhu min siya mihil ju'u wal'atash. Betapa banyak orang yang puasa itu, setelah puasa ini dapat hanyalah lapar dan haus. Gak ada artinya. Jadi kajian kita nih, yang kita perjuangkan, kita capek. Hadirin kepanasan gak sih? Gak ya? Luar biasa, misalnya ada yang kepanasan, ada yang berjuang, ada yang keringetan. Itu kalau Allah enggak terima, udah cuma dapat keringetan aja. Cuma dapat capek saja sudah. Tidak dapat apa-apa. Tidak ada nilainya sama sekali. Tidak ada. Betapa banyak orang yang kiamulail. Yang dia dapat hanyalah ngantuk. Karena begadang semalaman. Tidak dapat apa-apa. Jadi amal dan ibadah kita baru punya nilai, baru dianggap prestasi, punya nilai, itu kalau Allah terima. Nah, disini poinnya. Siapa yang tahu dan bisa memastikan Allah terima kajian kita sore hari ini? Siapa yang bisa memastikan Allah terima sholat maghrib kita tadi? Siapa yang bisa memastikan infak kita yang, berapa infak antum kemarin? 20 miliar, yang 20 miliar kemarin itu diterima sama Allah, siapa bisa memastikan? Jadi apa? Tolong kasih argumentasi kuat, kita layak ujub gitu loh. Jadi ujub itu kan seseorang terpukau dengan dirinya karena bisa melakukan ini, itu, sholat, zikir. Ya kalau tidak diterima tidak ada gunanya hadirin. Tidak ada. Ada orang misalnya ujub hafalannya 15 juz. Kita punya hafal 15 juz, Allah tidak terima, tidak ada gunanya. Kita punya hafalan 30 juz, tapi kalau Allah enggak terima dan Allah enggak ridho, enggak ada artinya. Bahkan, Quran itu, opsinya kan kata para ulama, kata Syed Bun Uthaymin, hanya dua. Hujjatun. lak, wa alaik opsinya cuma dua jadi syafaat atau bumerang jadi kalau kalau istilah gak ada artinya itu bukan netral bukan seri, bukan remis bukan nol-nol akan jadi bumerang 30 jus itu baru bernilai jika Allah terima 15 juz itu baru bernilai jika Allah terima. Kalau tidak di Allah terima, tidak ada artinya. Kita punya kecerdasan kita, selesai dengan kitab ulama, kitab A, kitab B, kitab C, kitab D. Itu baru bernilai kalau Allah terima. Kita ngaji sudah 5 tahun, ada yang 10 tahun, ada yang 15 tahun, ada yang 20 tahun. Itu 20 tahun ikut kajian, baru bernilai jika Allah terima. Kita kagum, kita ujub karena haji kita kemarin atau umrah Ramadan kita. Itu haji tahun kemarin atau umrah Ramadan tahun lalu. Baru bernilai jika Allah terima. Semua demikian. Nah pertanyaan siapa yang bisa memastikan? Kalau kita gak bisa memastikan, lalu apa dasar seseorang itu terpukau dengan dirinya sendiri? Terpukau dengan prestasinya? Itu tidak jadi prestasi apapun kalau Allah gak terima. Itu hanya jadi prestasi jika Allah terima. Itu poin. Makanya itu dijelaskan para ulama. Amalan, ibadah, baru bernilai kalau Allah ridhoi dan Allah terima. Kalau Allah tidak ridhoi dan Allah tidak terima, tidak ada gunanya. Tidak ada gunanya. Oleh karena itu, hadirin sekalian. Orang-orang beriman justru lebih fokus ke rasa takut Allah enggak terima. Dan berharap Allah terima. dibanding mengagumi dirinya sendiri Dan begitu semuanya Misalnya kita berperasasi Selamat ya atas keberhasilan Anda Hafal 10 Juz Itu kan pujian manusia Gak ada yang pantas diselamati Kalau Allah gak terima Maka orang-orang beriman tidak terkecoh dengan itu Orang-orang beriman tidak terpukau dengan dirinya sendiri walaupun ada trigger atau ada faktor dari luar dipuji kanan, dipuji kiri, disanjung. Bagi orang beriman tidak ada artinya sampai Allah terima. Sampai Allah terima. Makanya hadirin sekalian. Ciri orang beriman jelas Allah firmankan di dalam Al-Quran, dalam surat Al-Mu'minun ayat 60. وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا قُلُوبُهُمْ وَجِلَهُ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَجِعُونَ Dan orang-orang yang setelah mereka mengerjakan sesuatu, hati mereka khawatir. Karena mereka akan kembali kepada Allah SWT. Itu terjemahannya. Jadi orang-orang yang setelah melakukan sesuatu, setelah memberikan sesuatu, mereka takut, mereka khawatir. Karena mereka yakin mereka akan dikembalikan kepada Allah SWT. Tapi di ayat ini Allah enggak jelaskan apa sih yang mereka kerjakan, cuman sebuah statement ada orang yang takut, orang yang mengerjakan sesuatu, sebuah kegiatan, sebuah perbuatan, setelah melakukan perbuatan, setelah melakukan aktivitas tersebut, hati mereka takut karena mereka akan kembali kepada Allah dan mempertanggungjawabkan hal itu semua. Aisyah radiyallahu ta'ala jenius hadirin, ibunda kita ini jenius. Maka beliau dengan kejeniusannya bertanya kepada Rasulullah SAW, tentang ayat ini, ayat Allah berfirman orang-orang yang melakukan sesuatu, disebutkan sesuatunya? Enggak, cuman cluenya gitu loh, kisih-kisihnya setelah melakukan itu mereka takut, mereka takut. Maka Aisyah bertanya kepada Nabi kita alaihi salatu wassalam, ya Rasulullah, Orang-orang yang Allah sebutkan dalam Al-Mu'minun R60, apakah mereka adalah orang-orang yang yasriq? Mereka mencuri? wa yazni, mereka berzina, wa yashrubul khamar, lalu dia minum khamar, lalu setelah mereka lakukan itu, mereka takut akan diadab oleh Allah SWT, karena mereka sadar mereka akan kembali kepada Allah SWT. Mereka ketakutan. Karena mereka harus mempertanggungjawabkan hal tersebut di hadapan Allah. Apakah mereka lah yang dimaksud oleh Allah SWT? Karena Allah enggak sebutkan. Coba buka ayatnya, kan ada kan ayatnya di layar. Allah enggak sebutkan. Secara spesifik apa yang dilakukan? Allah menggunakan bahasa yang masih global, tapi Allah kasih clue, Allah kasih kisi-kisi setelah melakukan itu, takut orang-orang ini, orang-orang cerdas akan berpikir, kegiatan apakah yang setelah mengerjakannya orang itu ketakutan? Jawabannya apa? Ini cerdas gak nih? Maksiat, oh Masya Allah cerdas-cerdas disini. Jadi orang-orang yang menggunakan logika akan langsung berpikir, oh ini maksiat. Dan itulah cara berpikir Aisyah radiyallahu ta'ala anha, oh ini maksiat. Kesalahan, ya kan. Karena secara tabiat, secara logika sederhana, setelah seseorang melakukan kesalahan, maka akan timbul rasa takut. Itu common sense, itu standar berpikir di hampir di semua lini atau semua masyarakat. Lalu apa kata Nabi SAW? Lah, bukan mereka. Bukan mereka. Kok bukan mereka? Padahal kita berpikir demikian. Pernah bawa mobil orang tua gak bilang-bilang dulu waktu SMA? Terus nabrak, lalu harus pas pulang takut, pernah gak? Kalau bawa sih gak pernah, jual mobil orang tua pernah dulu. Lebih parah, lebih parah lagi nih. Kan pas mau pulang ketakutan gitu, sudah diumelin nih, sudah nabrak pula. Itu common sense, itu cara berpikir yang dimana-mana demikian. Tapi Nabi Sosa mengatakan bukan mereka, lalu mereka ini siapa dong? Nabi Sosom bersabda, menjelaskan, kata, la ya binata siddiq, bukan mereka, wahai anaknya Abu Bakar al-Siddiq. Tapi mereka adalah, wa lakinnakum alladhina yusallun, mereka adalah orang-orang yang sholat, wa yasumun, dan mereka berpuasa, wa yatasaddaqun, dan mereka bersedekah, wa yakhawfun a'ad. Lalu setelah mereka beribadah, mereka sholat, mereka puasa, mereka bersedekah, mereka berinfak, mereka ngaji, mereka datang kekajian, mereka menghafal Quran, mereka belajar agama, mereka membantu tetangga, mereka berbakti kepada orang tua, lalu mereka takut. Amal-amal mereka tidak diterima oleh Allah SWT. Itulah hakikat dari orang-orang beriman. Bukan ujub. Tapi takut. Karena mereka mengerti. Duduk persoalan. Mereka mengerti peta. Sehebat-hebat saya berbakti sama orang tua. Tidak ada nilainya kalau Allah tidak terima. Jadi apa alasan saya ujub? Tidak ada alasan. Makanya itu tadi, itu kembali lagi, definisi ujub yang kita bahas. Ujub adalah apa? Kedunguan yang overstock. Siapa yang dungu overstock? Aduh pintar sekarang. Nah itu jangan angkat tangan. Jadi hadirin kalau mulai, kedunguan ini gak ngawur ini loh. Apa alasan anda? Anda ujub, Anda tidak tahu itu diterima atau tidak? Tidak logis. Jadi orang yang ujub itu tidak logis. Tidak berpikir sehat. Karena ibadah itu baru bernilai kalau lo terima. Yang logis adalah Anda khawatir. Ah, cocok. Karena belum tentu diterima. Aduh, aku deg-degan diterima tidak ya? Gitu. Diterima, khawatir dan berharap. Makanya Allah berfirman tentang Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam surat Al-Baqarah berapa? 1, 2, 7 وَإِذْ يَرْفَوْا إِبْرَاهِيمُ الْقَوَائِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ سَمِعُ الْعَلِيمُ Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail meninggikan dasar-dasar Ka'bah Lalu setelah selesai mereka berdoa, Rabbana taqobbal minna. Ya Allah terimalah amal ibadah kami. Itu baru logis. Karena kita enggak tahu diterima atau enggak. Bukan ujub. Dan doa tidak akan diucapkan kalau, kecuali kita punya rasa harap dan kita punya rasa khawatir, itu doa. Doa itu menunjukkan ada harapan dan ada khawatiran. Karena kita tidak akan berdoa kalau kita tidak khawatir. Kita gak akan berdoa kalau kita gak punya rasa harap. Banyak kan rogo ban warohaba. Itu yang dikatakan oleh Allah tentang doa. Doa itu harap-harap cemas kata Allah SWT. Karena kalau hadirin tidak punya harapan, hadirin gak akan berdoa. Misalnya hadirin sudah difonis wali kelas, kelas 3. Kamu tidak akan lulus nak. Masih doa lagi gak? Udah gak lulus, santai. Atau sudah ada pengumuman dari PTN tempat kita daftar, kemarin diterima gitu, diterima. Diterima di universitas yang kita inginkan, diterima. Apakah malam ini kita bisa, ya Allah terimalah saya di universitas tersebut. Kan ibu kita bingung. bingung, anak-anak kemarin udah diterima anak? kan bingung nanti kita dirukyah sama ibu kita nih kenapa anak kita? Anda udah diterima kemarin, Anda udah diterima, kenapa masih doa? Sekali lagi kalau sudah tidak takut orang nggak berdoa, orang berdoa itu menunjukkan ada rasa takut dan ada rasa harap, was-was, takut was-was sama, takut dan harap. Itulah sikap yang sangat logis, sikap yang tepat ketika kita telah mengerjakan ibadah apapun, sebesar apapun, sebanyak apapun, sementereng apapun, semengkilau apapun, dan semenarik perhatian apapun. bagi hal yang ramai. Yang harus kita lakukan adalah berharap dan khawatir. Bukan ujub. Ujub sebuah sikap yang tidak logis. Tidak logis. Kok ada ujub? Itu tidak logis sama sekali. Makanya kata para, sampai-sampai para ulama kan mengatakan, Abu Darda diriwayatkan mengatakan, Abu Darda R.A. mengatakan, kalau aku bisa memastikan Allah menerima satu sholatku saja, itu lebih baik daripada dunia dan seisinya. Bukan itu yang dia berharap. Al-Imam Abu Bakar pernah mengatakan, Al-Warraq, Ma faraqtu qab min sholatin illa stahyaitu minha hina faraqtu minha ashadda hayaan min imra'atin faraqat minazina. Allahu Akbar. Tidaklah aku selesai mengerjakan sholat, kecuali aku punya rasa malu dan khawatir. Diterima gak ya sama Allah? Itu lebih tinggi rasa maluku dan khawatirku dibanding wanita yang baru habis berzina. Itu seperti Aisyah. Aisyah berpikir ayat ini tentang orang berzina. Padahal ayat itu tentang orang sholat, puasa, bersedekah. Surat Al-Muminah 60. Aisyah berpikir, oh ini untuk orang berzina nih. Tapi bukan, bukan tentang orang berzina. Tapi untuk orang-orang, ini ayat tentang orang-orang yang sholat. Itu orang beriman. Makanya Ibn Rajab kan juga demikian. Orang-orang beriman itu setelah mengerjakan ibadah, mereka khawatir, mereka istighfar dengan istighfar yang lebih khusyuk daripada ahli maksiat setelah selesai mengerjakan maksiat. Itu kata Ibn Rajab. Itu orang-orang yang mengerti hakikat. Hakikat tentang kehidupan dan hakikat tentang amal soleh. Bukan ujub. Apa yang mau diujubi? Enggak ada yang tahu kita diterima atau tidak. Lihat bagaimana. Bagaimana hidupnya berkah? Mereka khawatir. Bukan ujub. Diruatkan al-Ibam al-Mawardi. Itu menulis kitab, menulis kitab, menulis kitab. Tapi buku-bukunya tidak ada yang dicetak. Sampai beliau memberikan wasiat. Nanti kalau saya mau wafat. Perhatikan saya ya, nanti saya akan kasih clue insya Allah. Kalau saya kasih clue, cetak-cetak. Kalau enggak, punahkan. Punahkan hadir. Kenapa? Khawatir tidak ikhlas dan khawatir tidak diterima oleh Allah SWT. Dan khawatir bukunya terkenal best seller dan akhirnya ujuk dan ria dan seterusnya. Itu kegeeran aja kali Pak Ustadz. Enggak benar. Dan pada saat mau wafat dilihat dan beliau kasih clue. Cetak buku saya dan beliau wafat dan akhirnya dicetak setelah beliau wafat. Dan buku-bukunya best seller. Nama besar. Al-Imam Nawawi R.A. Diriwayatkan itu sampai ingin memunahkan salah satu kitab beliau. Khawatir apa? Khawatir tidak diterima oleh Allah. Khawatir ujub, khawatir ria. Dalam riwayat apa buku yang ingin beliau musnahkan? Rodotutali bin. Allahu Akbar, Rodotutali bin. Dan buku itu menjadi nama buku besar pada hari yang dalam ilmu fikir. Itu para ulama mereka ngerti. Mereka gak terpukau. Bahkan mereka menutup pintu-pintu. Makanya gelarnya Imam Nawawi apa hadirin? Imam Nawawi rahimahullah ta'ala. Gelarnya apa? Elsie. Ya bukan Elsie lah hadirin sekalian. Oh Elsie itu loh. Muhyiddin. Muhyiddin. Apa arti Muhyiddin? Penghidup agama. Jadi sekarang kan beliau dengan karya-karya menghidupkan lagi, menggeliatkan kembali agama Allah SWT. Itu gelar yang fantastik. Hadirin saya ingin tanya, kalau hadirin mendapat gelar Muhyiddin gimana perasaannya? Coba ada yang punya gelar Muhyiddin di sini? Atau namanya Muhyiddin? Jadi bukan gelar emang bapak saya yang kasih nama saya Muhyiddin. Muhammad Muhyiddin saya Pak Ustadz. Terlepas hukumnya kita gak bahas itu ya. Muhyiddin itu di atas PhD hadirin. Di atas profesor Muhyiddin. Tapi apa respon beliau? Respon beliau. Saya gak halalkan. Saya akan tuntut orang yang memberikan segelar Muhyiddin. Allahu Akbar. Lihat, mereka menjauh dari sikap wujud. Mereka tahu apa artinya karya-karya saya. Kalau Allah enggak terima, enggak ada artinya. Baru berarti kalau Allah terima. Siapa yang bisa memastikan? Justru gelar-gelar sepertinya bikin repot saya untuk menata hati. Semakin gelar hadirin tinggi, semakin berat menata hati. Kan begitu? Ya tidak? Semakin tinggi ranking hadirin di kelas, semakin muda atau semakin berat mata hati? Mana yang lebih berat mata hati? Ranking 1 di atas atau ranking 1 dari bawah? Siapa di antara? Ada gak pernah ngeliat orang yang ranking 1 paling bawah nilai fisika 2,5, nilai kimia 2,4, lalu biologi 1,5, lalu matematika. 2,0 lalu ujub dia terpukau dengan diri apa terpukau nya itu gak punya perasaan itu orang angka segitu masih ujub gak benar orang yang ujub itu yang nilainya 9 yang 10,5 10,5 bayangin sangking bingung gurunya udah kasih 10,5 nih itu baru potensi ujub besar semakin tinggi gelar kita semakin berat kita menata hati itu poin Berarti dulu keputusan saya putus sekolah benar Pak Ustadz? Ya enggak juga. Tergantung, terlalu prematur mengatakan benar atau tidak, tergantung apa alasannya dan pertimbangan Masyarakat Mutarotnya, itu aja poin. Tapi bukan ditentukan dari sisi ini semata. Jadi hadirin Allah muliakan, lihat bagaimana menjauh dari sikap ujuk. Tidak mau. Diriwayatkan Imam Syafi'i, itu dikatakan sebagian pakar. Kalau beliau menulis kitabnya dengan menggunakan kualitas bahasa Arabnya, mayoritas gak bisa baca buku-buku beliau. Saking tingginya bahasa beliau. Tapi beliau gak gunakan bahasa Arab level beliau, beliau kasih level standar. Gitu loh. Gak ditonjolkan gitu loh. Diriwayatkan. Sebagian ulama mengatakan, kalau Imam Syafi menulis kitab-kitab beliau, dengan bahasa Arab, di level beliau, mayoritas gak ngerti apa yang ditulis oleh Imam Syafi. Itu poin. Lihat bagaimana para orang ngejaga hatinya. Karena mereka gak tau apa artinya, pakai bahasa yang tinggi-tinggi, kalau Allah gak terima. Kalau Allah gak terima. Sebagian pihak kan sengaja pakai bahasa tinggi-tinggi biar, oh keren nih. Intellect dan sebagainya. Gak masalah. Asal audiensnya tepat. Liku lima koma kol. Setiap apa, setiap kata. Konteks atau setiap kondisi, setiap audiens punya bahasa masing-masing. Tapi yang jadi masalah adalah kita sengaja show off, sengaja tampil, sengaja memperlihatkan kemampuan bahasa kita hanya agar dikagumi orang dan akhirnya kita mengagumi diri kita sendiri dan ujub. Itu yang jadi masalah. Sekarang Imam Syafiq pakai bahasa yang standar, baku tapi bukan pakai bahasa beliau di level beliau. Itu para ulama kita. Dan dengan dengan keikhlasan, ketulusan dan sikap-sikap mereka-mereka itulah Islam itu tersebar. Orang tuh lihat ini nilai-nilai tinggi, values yang sangat tinggi. Bahkan sekarang seringkali langka di tengah-tengah kita. Dan ini real gitu loh. Bukan menawarkan kehebatan secara fiktif. Bukan, ini real. Orang-orang yang hatinya bersih. Hatinya dijaga oleh Allah SWT. Tidak ingin tampil. Tidak ingin dicagumi orang. Makanya Abu Nu'aym mengatakan bahwa sebagian ulama mengatakan man kari hasyur ashtar, barang sepa yang tidak suka dengan popularitas, justru dia akan terkenal nanti. Jadi kata para ulama, ulama itu terkenal, terpaksa diri, pengen terpaksa. Karena memang mereka harus lakukan apa yang harus mereka lakukan. Dan mereka sangat menata hati mereka. Ya makanya Uesal Qarni ketika diri beliau dikenal sebagai wali Allah. Kalau doa diijabah sama Allah sampai Umar minta doa dari beliau. Ketika beliau dikenal di Kufa, hilang. Hilang, pergi. Itu khairut tabiin, itu sebaik-baik tabiin. Nah ini PR kita, ini tantangan kita, bisa gak kita menjaga kultur ilmu itu? Yaitu jaga diri dari ujung. Jangan terpukau dengan diri sendiri. Apa yang mau dipukaukan? Belum tentu diterima sama Allah. yang harusnya kita lakukan adalah berharap kepada Allah dan takut kalau gara-gara blunder kita, gara-gara ini kita, kita ditolak. Makanya setelah sholat kita baca apa hadirin? Kalau aku mah langsung keluar, panas. Ya udah kalau mau keluar sambil baca istighfar, astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah. Baca astagfirullah, kapan? Beristighfar kepada Allah SWT. Padahal kita habis mengerjakan rukun Islam yang kedua. Istighfar. Kita habis baca al-fateha, habis itu istighfar. Kita habis ruku, setelah itu disunahkan istighfar oleh Nabi S.A.W. Kita habis iktidal, lalu setelah itu disunahkan istighfar oleh Nabi S.A.W. Kita baru habis sujud, akromayakunul abdi min rabi wahwa sajud faaktir dua. Al-Qamakal Nabi S.A.W. Posisi terdekat seorang hamba dengan robnya adalah ketika suami, sujud, maka perbanyak doa. Kita baru mengerjakan ibadah yang merupakan posisi terdekat seorang hama dengan Allah. Paling dekat dengan Allah. Orang ketika dekat dengan idolanya, idolnya, atau orang terkenal, di bidang-bidang dunia, orang itu akan bangga, akan ini segala macam. Justru di kita, setelah kita mengerjakan, Ibadah atau amalan. Dimana posisi kita sangat dekat dengan Allah. Justru Nabi kita menyuruh kita untuk istighfar. Bukan ujub. Padahal itu momen ujub yang paling real atau paling realitas. Tapi bukan disuruh ujub. Disuruh istighfar. Istighfar. Itulah konsep kita hadirin sekalian. Kita disuruh istighfar. Ini menunjukkan bahwa kenapa? Karena kita tidak tahu apakah diterima dan kita berharap Allah berkenan mengampuni keselala khilaf dan dosa-dosa kita. Dan sekali lagi, kita berharap bahwa Allah subhanahu wa ta'ala berkenan mengampuni kekurangan kita pada saat kita sholat tersebut. Jadi itu setelah wukuf di Arafah. Setelah wukuf-wukuf di Arafah. Setelah 6-7 jam doa kepada Allah. Di momen sebaik-baik doa. Doa pada hari Arafah. Doa pada saat wukuf di Arafah. Setelah itu Allah perintahkan kita untuk apa? Istighfar. Allahu Akbar. Istighfar. Nabi SAW bilang, al-hajju arafah, inti dari haji arafah. Dan sebaik-baik doa, doa di padang arafah, di hari arafah. Setelah itu disuruh istighfar kita. Suruh nunduk, bukan suruh ujuk, bukan suruh membanggakan diri. Saya sudah wukuf, saya sudah sah. Bukan, bukan disuruh. Suruh nunduk, suruh nunduk, nunduk. Itu yang diajarkan Nabi kita alaih salatu wassalam Mungkin semakin ngaji harus semakin nunduk kita hadirin Semakin merendah, semakin tawadu, semakin sadar, semakin takut kepada Allah Semakin berharap kepada Allah, bukan semakin membanggakan presiden manifestasi kita yang ilusi tersebut dan itulah wajar ketika Allah mengatakan bahwa ujub adalah mohon maaf kedunguan yang berlebihan dungu aja sedikit enak inover dosis dungu hadirin nasolah sholaf ya kita akan lanjutkan sholoh dipertemuan akan datang kita buka sisanya wassalamualaikum warahmatullah nabi Muhammad wa ala adzi wasallamu'alaikum warahmatullah hai hai Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh doakan para ulama-ulama kita hadirin sekalian, semoga Allah merahmati para ulama-ulama kita yang masih hidup maupun yang sudah wafat amin wa'alaikumsalam maaf hendak mengganggu waktunya Kami hendak bertanya apakah boleh kamu minta waktu konsul dengan Ustaz khusus untuk Ibu saya. Kudarallah, wa masyafal, Ibu saya didiagnosa hepatoma kanker hati stadium 3B atau 4. Khusus kanker hati sampai 5 stadiumnya. Namun sampai sekarang Ibu tidak tahu stadiumnya, namun tahu terkait kanker hatinya. Saya pikir Ibu saya butuh nasihat dari orang yang berilmu terkait menerima takdir dan rindu. Ridho bahkan bersyukur menerima takdir tersebut. Sepertinya Ibu perlu diberi semangat jiwanya. Sepertinya kami sebagai anak kurang maksimal dan jelas kurang ilmunya. Kadang Ibu suka kesakitan dan butuh... tiduran saja, jadi mungkin hanya sebentar sejak waktu ngobrol dengan usatnya dan insyaallah kalau ibu mau nanti ibu ngobrol berdua dengan usat saja tanpa dengan saya maaf kalau kami lancar jasoloh khairan wa iyaakum Yang pertama, dan yang kedua semoga ibu beliau diberikan kesabaran dan diberikan pahala sebesar-besarnya oleh Allah. dan digugurkan segala kilafnya melalui kesabaran dalam menghadapi penyakit ini lalu yang berikutnya semoga keluarga diberikan taufik untuk sabar dalam mendampingi beliau di masa sakitnya lalu yang berikutnya jazakallah khair kepada penanya atas baik sangkanya atau husnudonnya eee Menyatakan bahwa saya orang yang berilmu, walaupun sekali lagi saya tidak pantas disampaikan demikian, tapi kita hanyalah tuai libul ilm, penuntut ilmu junior yang berusaha untuk menunaikan kewajibannya yang Allah perintahkan untuk saling tanasu, saling berbagi dan diantara kita. Syahal Bani Rahimahullah Ta'ala ketika oleh moderator dikata, mengatakan alihadid itu beliau menangis dan beliau mengatakan saya bukan alihadid saya nyatwe dibul ilm-bil itu penuntut ilmu junior ya kalau Syalvan nih penuntut ilmu junior ya kita Kita play group hadirin, kita bukan siapa-siapa gitu. Kalau beliau penonton ilmu junior ya apalagi kita lah. Jadi ya kita gak pantas dikatakan ahli ilmu atau orang yang berilmu dan ini bukan tawal doan, tapi ini hakikotan. Ini bukan tawadu, tapi ini fakta. Dan bukan berarti, karena ulama punya standar khusus-khususnya dalam ilmu usul fikih. Dan rahimahullahumra'an arafaqad wa nafsi. Semoga Allah merahmati orang yang tahu kapasitas dirinya, kata para ulama. kita termasuk yang dirahmati oleh Allah karena kita berusaha tahu kapasitas diri kita dan kita bukan siapa-siapa tapi kita sesama orang yang belanja, mungkin saya lebih dulu belanja daripada kalian sekalian dan kita saling tanah suku agama itu adalah nasihat dan salah satu makna nasihat adalah saling memberikan nasihat sebagaimana kita kenal adapun untuk ibu kita yang pertama fokus terhadap kesehatan iman ibu kita sebelum kesehatan fisik ibu kita karena hakikat dari kesembuhan dari penyakit fisik itu itu sebenarnya hanya berpindah dari satu sebab kematian ke sebab kematian yang lain. Itu saja sebenarnya. Kita berjuang untuk mengobati sebuah penyakit, itu sebenarnya kita berjuang untuk berpindah dari satu penyebab kematian ke penyebab kematian yang lain. Tidak bisa lebih dari itu. Maka sekali lagi yang harus diprioritaskan apabila kita punya kondisi seperti ini adalah tetap berpindah. perjuangkan pengobatan ibu kita namun di sisi lain kita harus lebih memperjuangkan kesehatan iman dan ketakwaan ibu kita tersebut itu yang pertama, yang kedua Dan kalau misalnya butuh sesi yang lebih privat semoga Allah mudahkan hal tersebut. Tapi setidaknya di forum yang semoga Allah terima ini. Yang perlu kita tanamkan terus adalah bagaimana di fase-fase seperti ini kita harus lebih mengenal Allah SWT. Karena kata para ulama, Terpuruknya kita ketika kena musibah, itu bukan karena beratnya musibah tersebut. Namun karena pada saat musibah itu datang, kita dalam kondisi kurang kenal dengan Allah. Kurang mengerti tentang Allah SWT. Lemah dalam ma'rifatullah dan beriman kepada Allah SWT. Bukan karena beratnya musibah. Tapi seringkali kita menyalahkan musibah tersebut. Jadi seringkali kita terpuruk itu, saya enggak mengatakan yang bertanya ya, insya Allah yang bertanya dijaga oleh Allah. Tapi ini buat kita semua termasuk yang bicara. Seringkali kesalahan kita dalam, yang membuat kita sakit, apa sudi, sakit hati, terpuruk, itu karena salah diagnosa. Kita menyalahkan musibah. Itu bukan itu yang membuat kita terserang jiwa kita. Tapi karena... Kita kurang dekat dengan Allah dan kurang ngerti tentang Allah. Karena memang ini harus dipelajari. Nabi SAW bersabda, Allah itu kalau mencintai sebuah kaum atau seseorang maka Allah akan uji. Allah akan uji. Sedangkan selama ini kita berpikir kalau sayang itu dimanja. Tapi Allah enggak. Allah itu kalau sayang, Allah akan uji. Dan Nabi SAW juga mengatakan, وَيُبْتَلَ الْمَرْوَ عَلَى حَسَّبِ الدِّينِ Seseorang itu diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Semoga ini menunjuk, ini indikasi bahwa kualitas iman ibu kita baik, karena ujianya juga sangat gak mudah. Itu poin. Jadi perbanyak mengenal Allah, dan perbanyak berinteraksi dengan nama-nama, dan sifat-sifat Allah SWT, dan perbanyak dekat dengan Allah SWT. dengan kalamullah dengan Al-Quranul Karim itu syifa oleh mengatakan itu syifa itu penyembuh Hai jadi sekali lagi perbanyak bersama Alquran baca Alquran resapi maknanya lalu diulang-ulang gitu itu kan memberikan pengaruh yang sangat luar biasa dan juga jaga zikir pagi petang resapi dikit pakai pedang tersebut lalu terus ingat bahwa Allah SWT itu bersama orang-orang yang sabar dan Allah SWT mengganjar orang-orang yang sabar itu tanpa batas inna mayu wafas sabiruna ajrohum bi ghiri hisab kata Allah dan sesungguhnya pahala bagi orang sabar itu Itu unlimited, gak ada batasnya. Itu yang perlu diingatkan, perlu diingatkan, perlu diingatkan, dan terus diingatkan. Jadi sekali lagi, tanamkan terus bahwa setiap rasa sakit yang dialami oleh beliau, beliau itu tidak ada yang gratisan semuanya mengandung pahala mengandung ampunan dosa dan mengandung peningkatan derajat di sisi Allah subhanahu wa ta'ala lalu jangan sibukkan buat aktivitas yang masih bisa dilakukan jadi jangan hanya ini terlalu dibaca Quran dengar kajian khususnya tentang keimanan tentang Allah subhanahu wa ta'ala tentang takdir, rukun iman khususnya iman kepada takdir, rukun tentang hari kiamat, bahwa memang hakikat dunia memang semua hadirin. Indahka ma'itun wa indahum ma'itun, Anda akan wafat dan mereka akan wafat semuanya. Allahumma la'aisha illa'aisha al-akhirah. Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam mengatakan, ya Allah tidak ada kehidupan yang sejati kecuali kehidupan akhirat. Dan sekali lagi, rasa sakit yang diderita itu adalah sebuah investasi akhirat jika kita sabar. Bahkan sebagian para ulama klasik, kalau gak salah ini juga diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz. Ketika sakratul maut, dan kita tahu sakratul maut adalah sakit yang sangat luar biasa makanya dinamakan sakarab atau kita bisa sekarab artinya rasa sakit yang bisa menghilangkan kesadaran saking sakitnya dan Nabi Sosa mengalami itu Dan Aisyah sampai, Aisyah ketika tahu sakitnya gimana, beliau berharap beliau tidak mengalami itu. Tapi begitu melihat suaminya, nabinya sallallahu alaihi wasallam mengalami itu, kata beliau saya putus asa. Atau kalau nabi saja mengalami, ya bagaimana dengan saya. Itu rasa sakit yang sangat mengerikan hadirin. Tapi sebagian ulama, sebagian diruatkan umarul ablaziz, itu menyatakan saya berharap. dipanjangkan sakaratnya, kenapa? karena itu kafarat dosa terakhir sebelum wafat dan masuk ke alam kubur Allahuakbar sampai mikirnya demikian saya berharap dipanjangkan karena itu kafarat dosa terakhir tau kafarat dosa maksudnya? penggugur dosa terakhir di dunia karena setelah kafarat, wafat, selesai Daripada saya kena di dalam kubur, mendingan di sini. Itu jauh lebih rendah. Jadi sampai berpikir demikian para ulama. Saya berharap dipanjangkan. Karena ini kesempatan terakhir untuk digugurkan dosa. Karena mereka yakin. Sakin-yakinya. Bahwa tidaklah seorang mu'min tertimpa rasa sakit. Kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya. Makanya kata Nabi SAW kepada umul Allah. Absyiri ya umul Allah. Bergembira wala umul Allah. Fa'inna maradal mu'min. bergembira umul ala umul ala lagi kesakitan hadirin tiba-tiba Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam datang lalu membangun Mutfir gembira, gembira umur Allah Karena sakitnya seorang mu'min Itu mengugurkan dosa Sebagaimana api menghilangkan karat Dari besi Gak mudah dan bicara gampang Atau bicara jauh lebih mudah Apalagi penyakit seperti ini, penyakit seperti ini nasa Allah salafi ya, semoga Allah jaga kita semua. Tapi ketika ibu kita atau saudara kita mengalami ini, atau siapapun diantara kita yang sedang mengalami penyakit seperti ini, yakinlah bahwa... Walaupun tidak mudah, tapi ketika Allah takdirkan itu kepada kita, Allah berfirman, Allah mentakdirkan itu karena Allah tahu dengan ilmunya yang mah sempurna, bahwa kita mampu melewati itu. Mampu melakukan itu. Yang belum tentu, yang kasih nasihat kita mampu mengalami itu. Jadi mungkin, ya kalau ngomong gampang, coba ngalamin. Iya, bisa jadi memang kita gak diuji itu karena Allah tahu kita gak mampu. Tapi saudara-saudara kita ngalamin itu karena Allah tahu mereka mampu, mereka kuat. Layu kalifullahu nafsan. Ya Allah, usaha Allah gak membuangkan seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Dan yakinlah itu. Dan Allah pasti tolong. Dan pertolongan Allah sesuai dengan ujian yang Allah berikan kepada kita. Dan semoga Allah memberikan kualitas hidup sebagaimana kuantitas hidup kepada kita dan maksimalkan mendulang pahala di kondisi seperti ini dan tekankan kesabaran lalu yakinlah bahwa yang terbaik adalah apa yang Allah pilihkan. Ulama mengatakan, Al-khairu khiratullah yang terbaik adalah apa yang Allah pilihkan. apa yang Allah pilihkan untuk kita. Kita, tugas kita hanya berusaha semaksimal mungkin, lalu serahkan semua kepada Allah SWT, dan hakikat dunia adalah dunia darul bala, dunia memang tempatnya diuji sama Allah. Dunia darul imtihan, dunia memang tempatnya imtihan. Dan dunia fana, tidak akan selama-lamanya. Ini yang bisa disampaikan, semoga Allah memberikan tofi kepada kita. Allah menjaga keluarga yang bertanya dan keluarga kita semua. Terima kasih banyak dan semoga Allah terima amal ibadah kita. Dan kembali ke poin kita awal, kita di sini bukan hanya untuk belajar, tapi kita niatkan untuk mengamalkan apa yang kita pelajari agar ilmu ini bermanfaat dan kita berubah menjadi lebih baik lagi dan terjaga dari sifat ujuk. Subhanakumullahu sholatil ila ila anta astagfiru kutubi ilaih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Belajar Tahsin Al-Fatihah tapi masih mikir-mikir. Program Tahsin Al-Fatihah itu apa ya? Kegiatannya itu kayak apa? Memang penting banget ya. Apa saya boleh ikutan? Biar enggak penasaran, yuk kita dengerin langsung obrolan bersama beberapa guru. program Tahsin Al-Fatihah bersama Muhajir Project Tilawah. Jadi hal-hal seperti ini kita tujukan untuk masyarakat-masyarakat yang ingin memperbaiki bacaannya, khususnya di surat Al-Fatihah, karena surat Al-Fatihah ini memiliki keterkaitan yang erat dengan sholat ya, karena dia merupakan syarat dari sahnya sholat seseorang, sehingga sangat penting bagi siapapun kaum muslimin untuk bisa membaca Al-Fatihah dengan benar. Dan sholat itu bukan kewajiban satu dua orang, tapi kewajiban seluruh umat muslimin, sehingga Perhatian kami adalah bagaimana dengan usaha ini bisa mengurangi masyarakat yang tidak atau belum bisa membaca surat al-fatihah dengan benar. Alhamdulillah program yang kita jalankan adalah langsung hadir di halakoh-halakoh yang tersedia. Jadi dengan sistem talaqi yang insya Allah sistem yang paling optimal untuk belajar Al-Quran. Sang murid datang lalu sang guru membacakan lalu sang murid mendengarkan. Jika ada yang salah sang guru langsung membenarkan. Di antara kesalahan yang banyak Anda temukan. Yang paling dasar mungkin membedakan huruf-huruf yang mirip Seperti membedakan Hamzah dengan Ain Di lafad A'udhu Lalu Zal dengan Zah Sebagian tidak mengeluarkan lidahnya Jadi A'udhu Atau Sirotolazina Seharusnya lidahnya dikeluarkan Lalu membedakan Ha dengan Ha Bismillahirrahmanirrahim Lalu Sat dengan Sit Dan seterusnya Ya antusias mereka sangat Dan bisa kita lihat hingga malam seperti ini jam 9 lebih rumah dari tidak dari Jakarta saja. Bahkan sempat anatemui dari Jawa Barat yang jaraknya tidak 30-40 menit tapi bisa sampai 3 jam untuk bisa sampai di rumah. Dan mereka masih ikut di halakoh malam sampai jam 9.15. Ini menandakan mereka punya kesadaran gitu untuk memperbaiki bacaan Al-Quran mereka. Antusias mereka dalam mengikuti tahsin yang diadakan ini sangat-sangat besar gitu. Mereka dengan semangat. dengan senang hati menerima setiap masukan dan koreksi yang mereka dapati di dalam hal-hal tersebut. Ini menandakan yang mereka mau gitu belajar dan semangat. Ayo, belajar memperbaiki bacaan Al-Quran bersama Muhajir Project Tilawah melalui program beasiswa penuh Tahsin Al-Fatihah. Dukung pula perjuangan para penuntut ilmu melalui ragam program lainnya seperti pembinaan pengajar Al-Quran, pembinaan daya Islam, program pengambilan sanat Al-Quran, dan lainnya. Salurkan infak terbaik kita melalui CIMB Niaga Syariah 8600 1382 7500 atau melalui Bank Syariah Indonesia 1111 766 234 atas nama Muhajir Peduli Indonesia.