Coconote
AI notes
AI voice & video notes
Try for free
📰
Tirto Adisuryo: Pelopor Pers Nasional
Sep 18, 2024
Catatan Kuliah tentang Tirto Adisuryo
Pendahuluan
Tirto Adisuryo: perintis kewartawanan dan penerbitan surat kabar di kalangan bumi putra.
Penggunaan surat kabar sebagai alat advokasi rakyat dan pembentuk pendapat umum.
Latar Belakang Tirto Adisuryo
Lahir di Blora, Jawa Tengah, 1880 dari keluarga bangsawan.
Nama kecil: Joko Mono, putra Raden Mas Ngabehi Tirto Dipuro.
Memperoleh pendidikan Eropa.
Pendidikan di Stovia
Sekolah kedokteran Jawa di Batavia.
Terpapar ide modernisme dan pergerakan sosial.
Menanggalkan status sosial bangsawan dan menjadi lebih egaliter.
Karir Jurnalistik
Mulai mengirim tulisan ke surat kabar selama kuliah.
Menjadi pembantu di surat kabar Hindia Olanda, Pemberita Betawi, dan Pewarta Priangan.
Menjadi redaktur Pemberita Betawi (1901-1903).
Pendirian Surat Kabar
1903: Mendirikan "Sunda Berita" dengan bantuan Bupati Cianjur.
1905: Mengembara ke Maluku dan menikah dengan Prinses Fatima.
1907: Mendiri "Medan Priyai" sebagai corong pergerakan.
Medan Priyai dan Jurnalistik
Menerapkan model bisnis dengan meminta pelanggan membayar lebih dahulu.
Menyediakan bantuan hukum untuk korban penindasan.
Menciptakan gaya jurnalistik yang tajam dan radikal.
Konfrontasi dengan Pemerintah Kolonial
Tulisannya yang berani berujung pada masalah hukum.
1907: Dihukum buang ke Lampung.
Kembali berurusan dengan hukum akibat kritik terhadap pemerintah.
Organisasi dan Gerakan Kebangsaan
Mendirikan Sarekat Priyai (1906) untuk memajukan kaum pribumi.
Terlibat dalam Budi Utomo (1908) dan kemudian mendeklarasikan Sarekat Dagang Islamia (1909).
Aktivitas Setelah Pembuangan
Kembali ke Jawa dalam kondisi yang berubah.
Medan Priyai mengalami penurunan dan akhirnya bangkrut (1912).
Berurusan dengan masalah hukum akibat kebangkrutan.
Meninggalnya Tirto Adisuryo
Meninggal pada 7 Desember 1918.
Dimakamkan dengan sedikit penghormatan.
Makam dipindahkan ke Taman Serial Bogor.
Legasi dan Pengakuan
Dikenang sebagai pelopor pers nasional.
Menerima gelar sebagai Bapak Pers Nasional (1973) dan Pahlawan Nasional (2006).
Menginspirasi banyak generasi dalam bidang jurnalisme dan pergerakan nasional.
Kesimpulan
Tirto Adisuryo sebagai jurnalis dan aktivis politik penting dalam sejarah pergerakan kebangsaan.
Menjadi contoh bagi jurnalis modern untuk mengabdi pada publik dan memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
📄
Full transcript