Transcript for:
Evolusi Manusia dan Kesadaran Sosial

Salah satu yang saya garis bawahi kita kan hanya soal antri nunggu mati gitu ya. Tadi di ruang transit kan kita sama dokter Rio ngobrol banyak. Salah satunya adalah dulu manusia pada awalnya ya gak punya bahasa. Kemudian kenal... pada saat sekian tahun kemudian kenal api, yang kemudian yang awalnya sebelum mengenal api mengunyah untuk melanjutkan hidup itu butuh waktu 10 jam untuk mengunyah dalam satu hari butuh waktu 10 jam untuk mengunyah makanan-makanan sehingga bisa meneruskan hidup begitu kenal api yang dari 10 jam jadi berapa dok? 2 sampai 3 jam Makanan yang ada bisa dikunyah, bisa dimasak segala macam Jadi yang tadinya kita butuh 10 jam untuk makan, minum Hanya butuh 2-3 jam Yang 7 jam buat apa? Yuk gue cangkru Karena sudah kenal kata, sudah kenal kalim sudah kenal narasi gitu ya. Artinya evolusi itu berjalan terus gitu ya. Sama halnya sekarang kan kita. Ya kita sibuk setiap hari segala macam, pada akhirnya akan ketemu jeda, buat apa? Waktu luangnya. Untuk antri tadi. Tunggu mati tadi. Mengisi waktu menunggu mati apa? Salah satunya dengan gini. Ketika kita gak datang ke KC. Ketemu dengan teman di warung kopi. Sebelum berangkat ke kantor. Pulang kantor. Pulang ke rumah masih ketemu istri, anak. Yang sudah mungkin butuh biaya sekolah. Harus bayar cicilan segala macam. Sebelum pulang mampir dulu ke warung kopi. Macem-macem. Tapi kita pasti punya keresahan. Tadi. Kita punya dua Gus ya malam hari ini. Yang pertama Gus Sabrangg, yang kedua Gus T Bintang. Eh, di atasnya gak ada yang gak Gus ya? Oh iya. Gus Mulyadi. Ah, Gus Mulyadi. Gus semua disini. Gus semua ya. Jadi, tadi kesini gak disuruh tes urin dulu kan ya? Jadi memang ini kan tadi yang Mas Sabrangg sampaikan, ini salah satu talent anak muda yang punya keresahan yang cukup menurut saya memang mewakili anak-anak muda hari ini yang mungkin tidak memiliki corong, tidak memiliki media yang luas untuk mencapai keresahannya. Kalau teman-teman mungkin menyimak beberapa konten-konten bintang yang viral itu kan bagaimana mengkritisi pemerintah dengan komedinya. Semoga saja tadi yang disampaikan oleh Mas Sabrang, jangan sampai dilamar partai terus mau. Karena pada hari ini kita menemukan keresahan yang sama. Salah satunya bagaimana hari ini temannya Mas Bintang yang akan dicatat, Dicalonkan di Tangsel itu. Apakah. Ya kayaknya ya. Kayaknya gitu kan. Kayaknya lebih pantas bintang lah. Untuk yang di sana kan. Itu dari kacamata awam saja. Sudah terlihat. Tetapi kan. Tadi yang disampaikan Masa Berangbawa. Ya pada satu zaman. Tantangannya akan bertambah. Ternyata ketika penguasanya berubah. Berganti penguasa. Ya akan berbeda juga tantangannya. Tadi kan. Dokter Dokter Yu di belakang ngomong, orang-orang yang di sekiling Jokowi memiliki keresahan. Ternyata gitu orangnya. Dokter Yu ketika disambati langsung ngomong, bukan dia yang berubah, kamu yang gak paham. Kamu-kamu sendiri. Jadi orang-orang yang dulu membesarkan berhala baru ini kemudian sekarang meresahkan. Kamu itu yang dulu membesarkan berhala ini, kenapa kamu sekarang resah dia berubah. Ya tapi itu salah satu. bentuk bagaimana, ya bukti nyata lah bahwa ternyata ya kita setiap 5 tahun akan kecelik terus dan parah levelnya kan keceliknya kan bukan level kita ketipu 1 langkah 2 langkah, lu udah 5 tahun kecelik, 5 tahun kecelik lagi dan ini kita akan meneruskan kecelik selanjutnya lah jadi mas Bintang silahkan ya feel free mau ngomong neuroscience boleh Mau ngomong ayat ya boleh karena kan goose ya kan Jadi feel free, silahkan Mas Binta Assalamualaikum Wr. Wb Mohon maaf kalau dari tadi kelihatan di belakang saya tuh banyak ngobrol dengan Dr. Yu Karena emang membahas neuroscience Ya Sebelum kesini, betul kita ngobrol dulu di hotel depan Banyak ngobrol dengan profesor-profesor semua disini Dan kesimpulan neuroscience dari saya Kita-kita yang gak banyak belajar tuh beruntung Beneran, ignorance is blessed, itu bener Bayangin tadi orang-orang pinter ini ngumpul Tau yang dibahas apa? Satu tambah satu, dua, itu kenapa? Ya, begitu memang Dibahas. Profesor-profesor ini apa? Apakah SD? Lihat-lihat kayak... Ayah ngebahas kenapa kita bisa ngeliat warna ungu. Ya karena bisa liat. Kenapa lagi? Itulah, alhamdulillah kita yang gak terlalu banyak ilmu. Tapi kita hadir disini untuk mendapatkan, menikmati cipratan-cipratan kebijaksanannya itu udah cukup untuk jadi pegangan. Alhamdulillah. Berkait kenduri cinta jujur, sebenarnya kayaknya ya, bukan kayaknya ya, ini adalah jadi titik pertama dan saya yakin titik awal dari perkenalan saya dengan Mas, Hanca, Anun, Kenduri Bintang, dan lainnya. Karena saya rasa ini medium yang sangat luar biasa ini. Bisa ngobrol segini banyak. Hadir dan mendengarkan. Saya cukup kaget melihat kumpulan masyarakat. Yang mendengar dokter dalam waktu cukup lama. Kayak wah luar biasa banget nih. Kalau di rumah sakit-rumah sakit kita banyak lihat dokter ngasih saran. Ah mending herbal. Ini ngomong tadi saya hitungin dokter itu 30 menit, 40 menit semua memperhatikan walaupun kelihatan banyak yang tatapan kosong tapi ada willnya, ada spiritnya gitu berusaha memahami Ini medium yang sangat luar biasa, bisa ngobrol bahkan nanti ada juga tanya jawab artinya diskusi dua arah Medium-medium seperti ini yang saya yakin sangat dibutuhkan untuk Indonesia dilebih luaskan lagi. Apalagi kalau dikaitkan dengan kejadian kemarin kita habis pilpres. Harusnya medium-medium begini. Ini tuh untuk menguji siapa orang-orang yang akan memimpin kita ke depannya gitu loh. Untuk melihat gimana nih cara pikirnya, gimana nih kemampuan menyelesaikan masalahnya. Tapi secara takdir, yang terpilih memang yang cukup jarang hadir di beginian. Ya udah itu takdir yang harus kita jalani, sudah tertulis di Law Hilmafud. Ayatnya dong ayatnya Ah jangan sampai situ mas Saya cuma googling tadi loh Iya karena saya Saya hidup juga belum cukup lama tentunya Cuma saya memiliki beberapa keresahan yang mungkin berada dalam satu payung yang sama dengan kawan-kawan semuanya Tentang bagaimana melihat demokrasi yang terjadi Demokrasi kan dibangun bahwa kekuatan tertinggi, kekuasaan tertinggi adalah Di tangan rakyat Jurinya itu rakyat Yang menentukan siapa yang akan memilih Eh siapa yang akan jadi untuk Memimpin kita di kedepannya Tapi kita sebagai juri Ya umumnya Hanya bisa menilai peserta yang akan kita pilih Lewat baliho Yang itu juga Dieditnya sama orang lain Yang dia pun mungkin gak sadar Isinya apa aja itu gak tau gitu Itu yang kita alami Saat ini Menurut saya Mudah-mudahan gerakan yang kemarin digagas oleh Panis Baswedan tentang bagaimana diskusi di luar. Ini bukan maksud untuk mengarahkan ini dan situ ya. Walaupun. Maksudnya itu harus diakui, lu milih siapapun kegiatan yang kemarin dibuka tentang diskusi terbuka itu tuh salah satu cara untuk menaikkan level demokrasi kita Kayak itu menghadirkan demand baru setidaknya untuk beberapa orang tentang bagaimana proses mengenal si calonnya siapa yang akan kita pilih gitu, selama ini kan bener-bener tidak ada Hadir ke bawah ikut senam Apa yang maksudnya saya memilih pemimpin? Dari kemampuan dia, gini-gini, kayak apa, kenapa itu? Ini yang saya rindukan. Mudah-mudahan ini juga semakin membesar lagi menjadi gerakan yang banyak dijalani oleh orang-orang. Saya sepakat dengan, dengan Kayak tadi Mas Sabrangg yang menyampaikan bahwa kita ini, saudara nih dari Sabang sampai Merauke itu dasarnya apa sih? Iya, saya pun bingung. Saya lahir baru-baru gak sampai 30 tahun yang lalu. Ketika saya buka mata, saya udah langsung mengakui atau dihadapkan dengan realita lu punya saudara orang Sumatera. Hah? Kenapa? Orang Papua juga saudara lu, kenapa aku bersaudara dengan dia? Ya pokoknya ini keluarga lu gitu. Wah kenapa? Sampai titik apa saya harus tetap menjadi bagian dari keluarga ini gitu. Kita-kita yang disini beruntung. Kita menjadi level atau bagian dari keluarga yang hitungannya enak. Di Jawa kita lihat lampu nyala dari batu bara di Kalimantan. Ya, kita dapat minyak ini itu, ini itu, lahannya dari Sumatera dan lain-lain, pulau-pulau lainnya. Kita berada di bagian keluarga yang kita beruntung. Coba saudara-saudara kita yang itu tuh, apa yang menyebabkan mereka tetap harus bertahan? Muncung senjata. Di beberapa tempat. Jadi alasan itunya yang menurut saya kayaknya harus diperkuat lagi ya. Dan salah satu cara untuk memperkuatnya meningkatkan kesadaran kita sebagai saudara di dalam Indonesia ini. Saya menariknya ke bagaimana saya lahir juga dalam keluarga. Saya ini sembilan bersaudara. Sembilan bersaudara. Mungkin ya orang tua saya terinspirasi dengan Wali Songo. Mungkin, mungkin, atau memang pengen bikin tim futsal yang lengkap mungkin itu bisa juga. Cuma saya hadir di, wah saudara saya yang banyak nih, saya juga tidak memilih siapa saudara saya. Saya tidak milih kakak saya, adik saya itu gimana dan siapa. Cuma yang saya rasakan di beberapa kesempatan atau setidaknya semua yang sudah saya alami sampai sekarang. Saya itu banyak melewati momen-momen yang saya lihat sebagai. Sebagai terbaik dalam hidup saya. Dan saya menyayangi kakak adik saya. Itu yang saya harapkan terjadi juga di Indonesia. Kita menyayangi semua ini. Dari Sabang sampai Merauke. Dalam format kita ini keluarga. Hal-hal yang kita lakukan. Yang sekiranya akan merugikan keluarga yang lain. Harusnya itu juga dihitung. Anjir gue ngelakuin ini. Gus misalnya melanggengkan urusan joki-jokian. Itu ya kena. akan merugikan saudara kita yang lain gitu loh. Jadi bener-bener harus dipahami bahwa kita ini keluarga. Cuma yang saya temui saat ini justru kayaknya yang lebih berkeluarga orang-orang yang di atas dia. Kayak akrab banget. Pilpres ributnya kayak gimana? Pilkada udah gandengan lagi aja. Saudara banget nih orang-orang ini. Mantep emang. Iya kan kayak... Saya rasa Indonesia kayaknya sudah melaksanakan beberapa hal yang sebenarnya niatnya untuk bahasa dalam keluarga. Ini keluarga gue nih, ini keluarga gue, ini cara gue berlaku dalam keluarga. Cuma mungkin bahasanya kurang tepat. Bahasa-bahasa yang sering kita... kita lakukan adalah yaudah kalau ada orang salah dimaafin, tapi tidak dengan level yang tepat jadi pemakluman, pesalahan seperti let's say misalnya pemerintahan ada kurang ini dan itu, lah yaudah lah itu kan kurang tepat juga gitu loh Jadi banyak bahasa-bahasa yang menurut saya harusnya dikoreksi kalau kita mau tetap bertahan sebagai sebuah keluarga gitu. Bahasa yang lain misalnya, kita tuh sangat-sangat gampang bersyukur sampai di titik jadinya kayak menghamba. Jadinya dapet hal yang kecil aja tuh kayak udah seneng banget. Bersyukurnya kelebihan. Kebanyakan. Harus disadari ada hak lo disitu gitu loh. Bersyukurnya sampai, wah harus balas budi. Pemerintahan set dapet ini. Ada yang ngeledekin pemerintahan, wah langsung pasang badan dia. Langsung ini dan itu. Ya maksudnya, jangan diaduk. Lu sama gue tuh temen, lu sama gue nih saudara gitu loh. Yang bermasalah minggir di atas, kenapa lu yang jagain gitu loh. Kayak kita tuh, kalau dikasih sesuatu, wah bersyukur, enggak? Ya memang seperti itu kali budaya kita. Kayak misalnya kita parkir ke minimarket, motor, biasa 2 ribu, kita kasih 10 ribu. Boys, selamat pulang bos. Nggak punya perusahaan kita Jadi bos Baru 10 ribu Coba dikasih tambang Gini, gini, gini Eeeh Saya sih percaya Maksudnya kejadian kayak kemarin ngasih tampeng tuh Enggak lah Enggak akan membuat orang-orang atau kelompok-kelompok yang dapet Lalu jadi Pagernya pemerintah, bodyguardnya pemerintah Enggak Cuma yang perlu dikatakan teman-teman Biasanya feeling saya salah Biasanya ya Soalnya yang saya pilih pemilu kemarin juga gak menang Kayaknya yang salah Feelingnya gitu Saya merasa ada yang salah Dari keluarga ini Dari keluarga Indonesia ini keluarga-keluarga kita tuh kayak ada sesuatu yang harusnya dikoreksi yang saya juga sedang dalam proses pencarian ini tuh apa yang harus dikoreksi caranya tuh bagaimana saya juga sedang mencari gitu cuma yang saya paling rasakan itu ya adalah kita dijajelin kita disuapin sebuah kesalahan dan kita gak bisa bilang itu sesuatu yang salah gitu, itu yang paling bikin saya muak sebenarnya karena saya secara sadar kayak kenapa gue harus nelan ini gitu sesimpel gini, kita tau lah realita dibalik bagaimana bikin sim motor Adang, tes waktunya Senin sampai Sabtu. Berapa banyak yang harus cuti dulu untuk bikin SIM? Dengan runtutan tesnya yang tujuannya sangat-sangat mantep. Valentino Rossi juga, saya sih meragukan ya. Bisa lewat situ. Lah orang-orang yang membuat peraturan itu, orang-orang yang menjaga peraturan itu, kalau kita bikin live nonton, kita lihat bisa gak lu lewat itu? Kita akan tahu faktanya, cuma kita gak bisa ngomong. Kita semua tahu kayak gini, ada yang berani lapor ke polisi, Cak ini ada kayak gini, ada yang berani. Ada lu yang berani ngomong di sosmed kayak gitu tanpa menerima konsekuensinya? Ada. Gak ada. Kejadian mungkin miripnya kayak kemarin ada yang ngebocorin, inisial T Ini, ini bukan sama persis sih, mungkin satu payung. Lalu pas dicecer, enggak deh, enggak ada. Bill press kemarin, pemilu kemarin, politik uang kita lihat semuanya. Yang langsung ya, bansos mah yaudahlah, enggak dihitung lah. Itu udah kitab pur tuh, yaudah kasih lah Politik uang, saya tuh sempet share di sosmed Emang ada ya politik uang? Semua, banyak banget yang ngasih foto Amplopnya ada, partainya ada, mukanya ada, dalam duitnya ada Proses chatnya ada, foto orang yang ngasihnya ada Pasalnya tuh dibikin, tempat aduannya tuh ada. Ada yang ngelaporin. Hah? Ada nggak? Lah kan? Jadi kita dipaksa, kita tau ini kesalahan tapi nggak bisa bilang bahwa ini tuh kesalahan gitu. Jadi kalau balik lagi ke tema apakah negara kita sudah ideal sebagai sebuah keluarga yang saya artikan seperti itu, ya tergantung posisi lu di mana. Kalau posisi lo enak ya mungkin ini ideal, tapi buat yang enggak kan tidak gitu. Dan sedikit curhat sebenarnya pertama kali saya benar-benar ngeliat Cak Nun ya, itu tuh pas... Beliau di jenguk oleh Cak Jokowi Wah disitu saya lihat komennya Weee Lihatlah orang yang kamu hina Dia menjengukmu dengan kasih Iya dan komentarnya itu panjang gitu, banyak gitu. Ngomongin, ah ini emang Cak Nun cuma bisa nyinyir doang. Cuma bisa kritis doang. Kritik, cuma bisa kritik doang ini dan itu. Gini, gini. Kritik itu menurut saya bukan hal yang mudah, setidaknya untuk sebagian orang. Coba tanya ke lingkar kekuasaan di atas, bisa gak kritik? Enggak dong. Sulit untuk mereka. Dan menurut saya forum-forum seperti ini yang mungkin ditokohi oleh Canun dan berbagai medium lain yang gerakannya sama untuk kritik, untuk memberikan suara. sesuatu yang dianggap salah kalau saya sih ya, mengibaratkan itu sebagai kita tuh Indonesia sebagai satu tubuh dan bagian-bagian yang protes itu yang kritik, yang memperhatikan kebijakan publik ini itunya itu kalau saya menempatkannya ke posisi bagian dalam otak yaitu amigdala neuroscience amigdala dari yang saya pelajari itu tuh bagian yang menghitung resiko bagian yang mengingatkan ke otak seluruhannya, ke badan juga jangan kesana, itu bahaya jangan ini, resikonya ini, jangan ini, jangan ini memang dia yang menjaga jangan minta amigdala amigdala sosial ini untuk berkata halal yang baik, memang posisinya itu amigdala tuh karena Posisi atau bagian otak lain yang memberikan ruang, yang memberikan untuk berbicara dan mungkin poles-poles sedikit, ada juga bagian lainnya. Namanya close the door. Udah? Yakin udah? Close beneran. Om Deddy, bercanda Om Deddy. Aduh ya. Yakin? Udah Tolong intel-intel. Polres Metro Jakarta Pusat. Mas Bintang Emon gak diundang tadi Datang sendiri Belum dipanggil naik panggung Dengar-dengar sih mau nyalon di Tangerang Selatan Enggak, aku gak ngomong Gak ngomong Jadi Bener kan? Neuroscience keluar Topik-topik kritik sosial muncul. Ini nih, yang diseningin nama Intel. Jadi memang harapan teman-teman kemarin ketika mendiskusikan bab tema di Reboan itu kenapa muncul tema impersonation ini. Jadi kurang lebih gambaran singkatnya adalah bahwa kalau dalam terminologi ma'iyah, Cak Nun sering menyebut berulang-ulang bahwa Emang iya ini negara? Itu pertanyaan beliau. Negara kok gitu? Macem-macem kan? Dan hari ini ternyata variable terkecil di bawah negara makin muncul. Misalkan tadi, ulama kok nambang, kan gitu. Ulama kok rebutan partai. Makanya saya curiga, ini jangan-jangan masih saudara sama siapa yang namanya istrinya bintang emo nama bintang imin mas aman. Oh enggak ya? Oh. Enggak, karena tadi menyinggung soal acara semacam ini yang kemarin terjadi di Pilpres. Kalau KC 24 tahun konsisten tanpa sponsor, tanpa apa namanya hologram BUMN di backdrop. Enggak tahu kalau yang itu mungkin 24 kali ya. Yang desak siapa itu kemarin? Itulah ya, 01, oke. Gak tau edisi berikutnya kok gak muncul ini. Jadi gitu teman-teman, jadi kita bersyukur hari ini bahwa Mas Bintang Emon ternyata mungkin beliau punya saluran informasi teman-teman, tadi melalui video-video yang beliau keluarkan. Tapi kayaknya memang lebih menggigit malam ini ya kalau kita lihat ya. Enggak tahu karena merasa di samping kanan kirinya ada pembicara lain atau memang kebetulan beliau sudah menggali banyak informasi dari para profesor-profesor tadi itu soal kalimat beliau yang... Sifatnya itu kan baik sebenarnya, kritik sosial, bahwa kesadaran itu memang perlu dijaga, perlu dirawat, kesadaran akal sehat yang memang perlu tumbuh. terus menerus. Jadi, sekali lagi kita bersyukur dengan hadirnya Mas Bintang Emon malam hari ini. Gak salah kita taruh di ujung, tapi ini sesi pertama, Mas Bintang. Ini sesi pertama. Nanti masih ada sesi yang lebih neraka. Kalau tadi itu kita masih ngintip lah, nengok. Kita masih ngeliat. Jadi yang tadi Sembilan bilang keluarga-keluarga itu, ya itu satu keluarga disitu besok. Lah kita ngintip. Lah pilihannya kita mau menonton kejadian. siksa itu, atau memang kita mau ngopi di pojokan untuk kita siapkan materi di sesi berikutnya. Kan gitu pilihannya. Jadi sekali lagi kita aplaus untuk Mas Bintang Emon. Mudah-mudahan setelah ini gak dicari PBNU. Gak dicari Kapolres Metro Jakarta Pusat. Rumahnya di Alam Sutera ya Mas ya? Oh enggak? Oh kirain di alam sutra Oh masih di Purwokerto kan ya? Kalau enggak salah ya rumahnya ya? Oh Purwokerto bener-bener Jadi terima kasih Mas Bintang Emon Tolong disiapkan materi-materi yang lebih menggigit lagi di sesi berikutnya. Jadi kita masih mau jeda nih mas. Kita hibur dulu hatinya, biar yang gembira. Jadi nanti kalau akal atau alam bahasa sudah terganggu, tinggal konsul ke sebelah. Begitu. Jadi mas Bintang nanti mungkin bisa bertanya kematian pasca kehidupan Lah itu gimana? Kematian tidak selalu sifatnya fisik mas Bisa batinnya ngenes karena diteror nomor pan-panama kira-kira gitu lah Jadi efek kaca itu selalu menggerahkan pascanya Jadi terima kasih mas Bintang Emon Kita masuk dulu sementara untuk jeda sesi berikutnya Terima kasih