Transcript for:
Cita-Cita Wanita dan Pilihan Pernikahan

Hai, ini, ini, ini. Gede banget. Iya. Nur, kapan kamu mau nyusul seperti Alimah? Hmm.

Nur, janganlah. Kamu lama saja belum nyusul. Dan lama-lama. Cari laki-laki yang mampu.

Kayaknya biasa nang hati Nur itu. Hai terima kasih Om Nis sampai jumpa besok yuk Nur kapan nyusul Jadi perawan tua. Ya. Hati-hati ya. Hati-hati ya.

Sampai besok. Hati-hati ya. Kamu masih sama-sama sul? Buruan. Nikah.

Hati-hati yuk sama besok. Bisa ya hati-hati di jalan. Hati-hati.

Ya. Hati-hati. Salam salam. Nur. Umur lah bertambah.

Capek lah cari jodoh. Iya, Teh. Hati-hati, Teh.

Iya. Kau masih nulis itu, Nur? Bercuma gak sih kau tulis cita-citamu di buku itu? Nanti kan kalau menikah berhenti sama seperti aku. Alima, lembaran buku cita-cita aku itu gak akan habis cuma karena nikah.

Mahkudib kamu berhenti di situ aja. Iya enggak sih. Tapi Nur, takdir wanita itu bukan jadi seorang istri, jadi ibu. Sekarang coba kau tanya.

Kau pilih cita-cita atau menikah? Ayo, yang mana? A5. Ini tuh bukan tentang nikahnya.

Tapi, menurut aku ya, cita-cita itu hanya bisa kandes waktu kita berhenti bernafas. Setuju. Tapi ya Nur, memang dari dulu pemikiranmu itu selalu paling berbeda dari keluarga kita.

Wanita seharusnya juga bebas memilih impian apapun yang mereka mau dan cerita apapun yang ingin mereka tulis. Setuju? Setuju. Kata mereka, wanita sesungguhnya, makhluk teristimewa, tercipta mulia, penuh kekuatan.

Di dalam kesucian mereka Tetapi nyatanya kau lihat saja Nasib wanita karena mereka Tak bisa wanita berbuat apa tanpa mereka menghalangi langkah Wanita seharusnya bisa lakukan semua yang kita ingini Tanpa ada campuran tangan mereka yang Tak pernah mengerti Karena begitulah seharusnya wanita Nur! Nur! Tete, ini apa?

Salendangnya itu sudah pakai di tempat ini. Tadi Nur pakai, cuma agak panas. Tete, itu apa Tete? Jatuh di bawah kursi.

Si Nur kok tidak nio pakai salendangnya. Tidak nio? Aneh, mandeh Tete.

Si Nur kok sampai anak-anak kepala. Kare-kare kapalonya, dipakai selendangnya, dilepe-lepe, ya. Tolonglah Ete, karena hari-hari yang besar untuk Alima.

Hari besar untuk Alima atau untuk Ete? Untuk Nur juga, Nur. Pokoknya hari ini, tolonglah bedanya nyerancang karena Eteh akan memperkenalkan kamu dengan seorang yang mapan dan tinggi martabatnya. Eteh, sudah berapa kali? Anak gadis mau menikah Nikah, nikah, nikah, nikah Tunggakan janji orang tua Anak darum memakailah suntian Para leka dan kita berpesta Sudah menjadi tradisi minang Ria ikut keluarga wanita Bila diikuti maka terjadalah budaya kita Nikah, nikah, nikah, nikah Anak muda mau menikah Hari terakhir dia memuja Yakin dia tak mau batalkan Istrinya sekarang berwenang Tak bisa lagi dia sembarangan Gila, kita kawin loh, pecah telur.

Amit-amit, Sam. Belum kawin udah pecah telur. Eh, kamu kapan nyusul caipul, Sam? Kasian Urbanya nungguin. Santai aja.

Ya kalian tau sendiri kalo cinta, itu rela menenangkan. Ah basi! Eh. Kalau Nurbaya keburu dijodohin gimana? Amin.

Pasti mending kayak gitu, Bap. Nah, kalau udah keburu, loyo. Loh, loyo. Hati-hati terobat Pada lezat hati kita berpesta Sesuai dengan keadaan yang enak Ria yang kira-kira terima Dan menikah Nikah, nikah, nikah, nikah Anak dan ismah berikah Selamanya, berbahagia ku selamanya, berbahagia ku selamanya Mika, Hai Hai Makasih Kita lihat Kelihatan bahagia banget ya.

Kenapa Emang? Kamu juga mau ya? Mau apa?

Itu. Nikah. Enggak lah.

Aku kan masih banyak cita-cita lain. Tapi bukannya... biasanya nih cita-cita wanita biasanya. Pengen cepet-cepet nikah.

Terus maksud kamu, cita-cita aku kayak cita-cita wanita biasa? Emang enggak ya? Kamu kali yang pengen cepet-cepet berdiri di situ.

Nur, sebenarnya ada sesuatu yang mau aku ceritakan. Aku... Asyik berdua aja nih.

Tadinya... Sekarang ada kita. Udah kenyang. Ndur.

KT. Perkenalkan, Iko Keponakan Ambo, Siti Nurbaya, anak dari Baginda Sulaiman yang punya surat kabar cakrawala. Onde mande, sabana rancak, sabana kamek.

Kecantikan seperti ini bisa membuat pria mana saja terbius. Eh, itu Bung Meringi. Siapa tuh?

Masa gak tau Bu Meringgi? Perantauan asal Padang yang namanya Meringgi, kau gak tau, Sam. Sekarang, dia pengusaha tergigit di Pulau Jawa.

Nurbaya ini juga pintar. Dia gemar sekali membaca. dipastikan dia akan menjadi gadis yang sangat cerdas tujuan Nur baca buku itu untuk jadi jurnalis bukan jadi istri orang dia itu orang padang paling terpandang segudang hartanya banyak wanitanya Setinggi apapun ilmu wanita, pada akhirnya akan mengikuti kodratnya. Membahagiakan suamu. Betul, Bu.

Kodrat wanita tidak serendah pikiranmu, Bu. Para hadirin dan hadirat, serta dunsana sekalian, mari kita sambut bintang tamu istimewa kita, Dara Jelita! Marilah kemari, hey hey hey hey Hey kawan Akulah disini, hey hey hey hey Bang, soal etek tadi Ya kamu tau sendiri kan dia selalu pengen jodohin aku Padahal kan dia udah tau aku sama kamu Mungkin karena aku bukan orang Minang ya Apa sih kamu?

Enggak. Etek tuh emang suka sok-sok ngatur hidup orang aja. Padahal kan, hidup aku, pilihan aku. Hidup. Kamu pernah kepikiran gak?

Kalau misalnya hidup tanpa memilih, akan lebih gampang. Tinggal ikut nasib aja. Kalau hidup tuh gak milih, ya namanya bukan hidup dong, Sam. Oke.

Kalau kayak gitu, kamu sanggup nanggung semua akibat dari pilihan kamu? Ya, sanggup dong. Bisa juga.

Hey, hey, come on Nur, coba tangan kamu Kalau misalnya bukan kita yang harus memilih Kita tinggal bilang aja, takut Itu gak masuk akal, Samsul Bahri Nur, kamu inget impianku gak? Yang mana? Aku inget impian kamu Apa? Kamu pengen jadi Pengacara yang adil Benar Benar?

Nur Sebenarnya impianku sudah terjawab Aku dapat beasiswa untuk studi lanjut Beasiswa? Serius? Di Belanda Terat untuk ku pergi, hatiku terbagi, ingin disini Semua bisa terjadi, saat meninggalkan engkau sendiri Bila kau harus pergi, mengejar mimpi, aku mengerti Jangan bersedih hati, kau akan kembali, kau tak sendiri Haruslah kamu pergi ke sana, demi mengejar cita-cita Kita kan baik-baik saja Akan ada waktu kita untuk bersama Karena kita berdua harus hadapi semua pilihan Harus hadapi semua pilihan kita. Kau pilih mimpimu, ku mimpiku, sementara waktu. Samsul dan Nurbaya telah memilih pilihan kita.

Assalamualaikum. Waalaikumsalam. Eh kok pulang duluan sih? Ayah akan mau kasih kesempatan biar Samsul tak perlu sungkan.

Apaan sih? Nih, ayah udah minum obat belum? Sudah.

Kok masih pucat gini? Loh... Ayahmu itu kuat Mau panco Bener gak kuat Bener ya udah minum obat ya Sudah Masih tentang prostitusi Bukannya sudah berkali-kali ayah ulas itu No Ini surat cinta.

Surat cinta ini akan terus ayah tulis sampai semua orang tahu jahatnya prostitusi. Ingat? Sa muik tapi jak indak mati, alu tatarung patah tigo. Dalam lemah lembutnya. Perempuan minang itu juga bisa kuat dan bisa menghancurkan kerasnya batu karam sekalipun.

perempuan Minang itu juga harus tahu kopi ayahnya sudah habis ahh kopi mulu Nur baya ambilkan air putih saja ya buat minum obat kopi Nur air putih ayah kopi tanpa air putih Nur Saya... Ada ya perempuan kayak gitu? Kalau gitu mah langsung sikat aja bos! Sikat apa? Mending lo yang sikat tuh Gigi!

Ih, si Isma gak tauan. Kalau mau dapet AWT, harus pake Aji-Aji, aku tuh! Gimana?

Saya kenal bos, dukun hebat dari Klaten. Apa sih? Kemampuannya saya sudah teruji klinis, tahu?

Saya pernah coba. Alah, lu juga dukun hebat. Kenapa kamu sampai sekarang tidak laku-laku, Biurais? Karena saya salah tulis nama. Harusnya saya tulisnya Dewi.

Salah tulis nama jadi Dewo. Walah, Dewo Taman Edan? Si Dewo.

Eh, emang enggak Dewo? Enggak, enggak. Tuh kan berdesis.

Nurbaya. Hidupku tak akan tenang... sebelum mendapatkannya. Bung Meringgi. Anton.

Kenapa mukanya kusut gitu? Bung. Kabar buruk, Bung. Apa?

Klub diprotes warga, Bung. Diprotes? Diprotes bagaimana?

Artikel ini yang selalu manasin rakyat, Bung. Untuk menolak klub kita, Bung. Ini si Sulaiman kan?

Betul, Bung. Sudah sering dia bikin kritik soal prostitusi dan kelab malam, Bung. Duduk. Sulaiman. Sulaiman dan Nurbaya Mungkin saja ku bisa Menyiapkan rencana Untuk mereka berdua Sulaiman dijatuhkan Nur tak ada harapan Namun datang pahlawan Meringgilah namanya Kumpulkan kerja keras kedua tangan Siapapun yang mengancam Seperti si Sulaiman Kan terima akibatnya Segalanya agar bisa bahagia Semua ada harganya Mata hati harus buta Kuhalakan segala cara Agar ku punya semua Harta tahta Bung, kami sudah punya strategi Hey, hey, hey kawan Akulah di sini Hey, hey, hey, hey Hey kasih Mari bergembira Bersama-sama hilangkan hati Dukara Boleh dua-duaan Asal tetap di lingkaran Tapi awas jangan pergi berduaan Marilah kemari, hei, hei, hei, hei, hei kawan Akulah disini, hei, hei, hei, hei, hei kasih Mari bergembira bersama-sama, hilangkan hati, duka larang.

Boleh dua-duaan, asal tetap di lingkaran. Tapi awas jangan pergi berduaan, nenek bilang itu berbahaya. Terima kasih.