Transcript for:
Kajian Ahlak Aplikatif dalam Islam

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Baik teman-teman sekalian, pada sesi pertama kajian Ahlak Aplikatif ini, kita akan mendiskusikan relasi atau hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan. Pertama-tama ketika kita ingin membahas tentang tingkat-tingkatan Islam, Iman, dan Ihsan kita harus memahami terlebih dahulu tentang konsep manusia paripurna atau insan kamil di dalam agama Jadi kalau kita Merujuk pada perkataan Ibn Taymiyah Ibn Taymiyah berkata bahwa Seseorang ketika sudah mencapai Titik Ihsan Maka otomatis dia telah melampaui Tingkat Islam dan tingkat Iman Tetapi Ketika seseorang itu baru pada tingkat Islam, maka dia tidak atau belum tentu dia sudah melampaui tingkat iman apalagi tingkat ihsan. Dari perkataan Ibn Taymiyah ini bisa dipahami bahwa sesungguhnya Sebenarnya antara Islam, iman, dan ihsan ini adalah sebuah hubungan yang berjenjang Yang mana ihsan itu berada pada level yang paling tinggi atau yang paling dalam Nah level ihsan inilah yang kemudian menjadi tingkat di mana seseorang mencapai titik kesempurnaan Jadi yang dimaksud dengan insan kamil atau manusia yang sempurna di dalam agama adalah ketika seseorang sudah mencapai makom atau level ihsan Nah, definisi dari Islam, Iman, dan Ihsan ini bisa kita ambil dari sebuah hadis yang sangat panjang Yang intinya adalah Rasulullah ditanya oleh Malaikat Jibril yang saat itu menjelma memperlihatkan diri sebagai seorang laki-laki yang berjubah kemudian Rasulullah mengatakan bahwa Islam itu adalah ketika kita bersyahadat kemudian sholat Kemudian melaksanakan puasa, zakat, dan haji Yang selama ini kita sebut dengan rukun Islam Nah kemudian iman adalah ketika kita meyakini atau mempercayai Kepada Allah, percaya kepada malekat, malekat-malekat Percaya kepada rosul-rosul Percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan Kemudian percaya kepada hari akhir Dan juga percaya pada kodok dan kodar Itu yang disebut sebagai Sebagai rukun iman Nah Ihsan Ihsan ini apa? Nah kalau di dalam hadis yang tadi kita terjemahkan Atau yang tadi kita Kutip dari terjemahannya Itu didefinisikan sebagai Sebuah tingkat dimana Kita ini beribadah kepada Allah Anta'budallaha Ka'an nakatarohu Pada kualitas yang seolah-olah kita melihat Allah langsung Tetapi kalau kita tidak mampu pada kualitas itu Maka kita bisa Berada pada kualitas di bawahnya Yaitu Kalau kamu tidak mampu Beribadah seolah-olah kamu melihatnya Melihat Tuhan Maka Cukup percaya saja bahwa Allah melihatmu Jadi Ehsan ini Diartikan sebagai kita beribadah Dengan totalitas Dengan kualitas yang sebaik-baiknya Dengan kualitas Seolah-olah ketika kita melaksanakan Ibadah itu kita dilihat langsung oleh Allah atau kita melihat Allah langsung sehingga kita tidak berani di dalam ibadah itu melakukan hal-hal yang tidak baik, nah itu disebut sebagai kualitas ihsan nah manusia paripurna atau insan kamil itu adalah ketika seseorang sudah mencapai makom atau tingkat ihsan nah jadi hubungan antara Islam, iman, ihsan bisa kita gambarkan dengan tabel berikut jadi Islam itu dimensinya adalah syariah, kajiannya adalah rukun islam yang biasa kita sebut sebagai rukun islam yang 5 kemudian iman itu dimensinya adalah akidah atau keyakinan kajiannya adalah rukun iman nah kemudian ehsan itu dimensinya adalah akhlak Kajiannya adalah perilaku sehari-hari kita. Jadi seseorang kalau sudah pada level Ehsan, perilakunya pasti baik. Tapi ketika seseorang baru sampai pada level Islam, belum tentu perilakunya baik. baik makanya di dalam sebuah ayat Alquran dikatakan bahwa inna sholata tanha anil fahsyai wal munkar sesungguhnya sholat itu itu akan mencegah seseorang dari perbuatan yang fahsyah yang buruk dan perbuatan yang munkar artinya ada apa namanya itu impact atau pengaruh dari Syariah yang dilakukan dengan akhlak Tapi ketika itu belum mempengaruhi Artinya sholat kita belum mempengaruhi akhlak Belum mempengaruhi perilaku Maka kita belum sampai pada level ihsan Nah teman-teman sekalian Hubungan dari Syariah dan akhlak ya itu atau akidah syariah, akidah dan akhlak ya itu bisa kita intisarikan dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh muslim yang berbunyi Atadakruna manilmuflis Jadi Rasulullah bertanya kepada para sahabat Atadakruna manilmuflis Apakah kalian mengetahui siapakah orang-orang yang rugi? Nah, kolu almuflisufina manladirhamalahua Para sahabat penjawab, orang yang merugi atau yang muflis adalah orang yang tidak memiliki dirham dan juga tidak memiliki harta benda. Itu jawaban sahabat. Nah kemudian Rasulullah menjelaskan. Fakola. Nah ini mengerikan sekali. Jadi sesungguhnya orang yang merugi itu atau muflis itu adalah orang yang datang pada hari kiamat menghadap kepada Allah dengan membawa pahala sholatnya, dengan membawa pahala puasanya, dengan membawa pahala zakatnya. akan tetapi selama hidup itu dia meskipun dia sholat, meskipun dia puasa dia mencaci atau mencelak orang Dan memfitnah orang Dan dia memakan Hartanya orang Tanpa haknya Dengan cara yang zalim Dengan cara yang batil Korupsi Dan menumpahkan Darahnya orang Artinya membunuh Dan memukul orang Artinya menyakiti perasaan orang Atau menyakiti fisik orang Fayuk tohada min hasanatihi Maka orang-orang yang tadi dizalimi Itu tadi akan di akhirat nanti Itu akan diberi Akan diberi apa? Kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan oleh orang tadi yang zalim tadi di dunia jadi pahala sholatnya, pahala zakatnya itu diberikan kepada orang yang dizalimi wahadha min hasanatihi dan orang-orang yang dizalimi itu diberikan kebaikannya apabila kebaikannya ini sudah habis kebaikan dari pahala solat, puasa, zakat itu sudah habis padahal orang-orang yang dizalim itu masih banyak dan apa namanya itu belum diganti dengan kebaikannya tadi maka diambil dari dosa-dosa orang-orang yang dizalim tadi kemudian dibebankan kepada orang yang zalim tadi Kemudian orang tadi sudah tidak punya pahala Ditambah dengan dosa Maka dia dimasukkan ke dalam neraka Nah ini serem sekali teman-teman sekalian Jadi meskipun kita melaksanakan rukun Islam Kalau kita itu ahlaknya Moralnya itu tidak baik Maka ancamannya adalah neraka Karena orang yang kita zalimi Ya itu nanti akan mendapatkan pahala kita Kalau pahala kita habis Maka dosa Dari orang yang kita zalim itu yang akan dibebankan kepada kita Oke teman-teman sekalian Setelah kita memahami hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan Maka pertanyaan berikutnya yang perlu kita diskusikan adalah Di mana letak relevansi atau keterkaitan Antara Ihsan dengan konsep akhlak di dalam Tasawuf Demikian pertemuan pada sesi pertama ini Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh