Transcript for:
Navigasi Usia 20-an dan Buku Inspiratif

20-an, di mana kalian mencari validasi eksternal, mengejar sosial status untuk terlihat superior, sangat memegang teguh, passion, dan idealis. Kira-kira ada buku gak ya untuk mitigasi umur 20-an? Hai warga kreatif, buat kalian yang belum kenal, nama gue Agus Leo Halim dimana di channel ini gue selalu ngomongin yang berhubungan dengan industri kreatif mau kreatif membaca buku, kreatif manajemen waktu, kreatif manajemen keuangan apapun yang sifatnya kreatif, selalu gue bahas di channel ini 2 hari sekali so, buat kalian yang berkenan, mohon gue di subscribe hari ini terinspirasikan dari live session gue di TikTok dimana banyak banget dari kalian yang nanya ke gue rekomendasi buku dong, buku yang ngubah hidup kakak dong tapi gue berasa, gue kan bukan siapa-siapa kalian mana peduli sama buku-buku yang gue berasa ngubah hidup gue Lalu kalau kalian ingat, gue ada konten 20an vs 30an dan 20an jangan lakuin ini. Dimana gue sudah melewati umur 20an gue.

Dan gue coba ngambil poin-poin yang gue rasa sering terjadi di anak umur 20an lainnya. Gue generalisasikan, lalu dapet lah poin-poin ini. Nah lalu untuk mitigasi poin-poin ini, gue coba visualisasi kira-kira apa ya buku yang harusnya gue udah baca di awal umur 20an gue untuk meminimalisir kesalahan yang sama pas gue umur 20an.

Jadi formatnya gue bakal stereotype dulu umur 20an itu seperti apa, lalu gue bakal share buku untuk melawan stereotype tersebut. Jadi, kita mulai aja. Umur 20an, sosial status segalanya.

Kalian punya self-image bergantung dengan lingkaran kalian. Kalian butuh cari validasi. Dan di budaya timur pun kita juga suka menghindari konflik. Kalau bisa, nggak ada konflik sama sekali.

Oleh karena itu, sering di-stereotipkan kita itu jadi people pleaser. Dan di 20an kita berasa, kok susah banget ya hidup ya kayak gue harus... Menyenangkan semua orang Well, untungnya ada buku The Courage to be Disliked Jadi buku ini berdasarkan Alfred Adler punya ajaran Dimana namanya Adlerian Psychology Untuk kalian bisa konten sama diri kalian Kalian harus bisa memberikan kontribusi ke masyarakat Namanya Well Planned Life, nama hidup yang well planned Itu impossible Jangan terlalu hard on yourself Dan konsep yang bikin gue mind blown adalah separation of tasks Namanya fancy, tapi itu sebenarnya simple banget. Tiap kali ada situasi, ada dua task.

Tasknya kita dan task pihak terkait. Dimana kita harus sebisa mungkin coba untuk mengutarakan secara objek. Tapi bukan tasknya kita untuk menyenangkan mereka.

Kita sudah berupaya, pokoknya ini hasilnya. Tapi yang orang-orang agak miss adalah, oh yaudah ya pokoknya kalau misalnya gue kayak gini, ya nggak gitu juga. Ada suatu minimum menyelaraskan semua pihak. Tapi kalau misalkan effort tersebut pun sudah gagal, itu bukan tugasnya kita lagi. Kalian susah banget buat fokus.

Dan gue bilang fokus itu overrated. Dan buku yang cocok untuk topik ini adalah The Magic of Thinking Big. Gue ingat banget pas gue mulai merintis karir gue, gue sering dibilang bahwa, eh Gus lo harus fokus.

Lo cuma boleh jalur ini, toh. Jangan mikir jalur-jalur lain. Di Magic of Thinking Big, kita tuh harus percaya dulu sama kita gitu.

Kalau misalkan emang kita percaya bahwa kita bisa, Jangan biarkan suara-suara orang lain mengecilkan suara hatinya kita. Tapi jelas nama idealis kita mungkin terlihat sangat besar tantangannya. Tapi kita harus pastikan dirinya kita untuk kita beraksi. Kenapa? Karena aksi kita akan menyembuhkan kita punya anxiety.

Aksi kita akan menyembuhkan kita punya ketakutan. Jangan takut untuk visualisasi apa idealismenya kalian. Pas gue umur 20-an sering banget gue pengen sesuatu yang instan.

Cepet! Gue nggak percaya namanya small progress. Gue pengennya progress-nya itu impactful yang signifikan. Buku untuk nolong 20-an yang punya mindset seperti itu adalah Atomic Habits. Di mana core mindset-nya sangat simple dan gue udah pernah bahas di video ini.

Konsepnya adalah kalian cukup 1% progress setiap hari. Karena 1% itu akan compound, akan memberikan exponential growth selama 365 hari ke depan. Jadi jangan terlalu mikir terlalu jauh. terhadap progresnya. Nggak usah mikir kayak, gue harus 20% lebih better, gue harus 30% lebih better.

Nggak, 1%-nya cukup. Dan kalau itu di-compound 365 hari, kalian bakal udah berkali-kali lipat. Dan begitu juga kalau misalkan kalian melakukan 1% less. Itu juga bakal compound. So, hati-hati.

Dan di buku ini yang bikin gue agak mind blown di bahwa goal itu overrated. Kalau kita ngomongin kompetisi, mau kita, lawan kita, siapapun itu, goal-nya kan untuk menang, kan? Nah lalu yang membedakan apa nih kalau orang punya goal yang sama gitu?

Ternyata sistem. Dimana kita harus bikin sistem. Sebuah habits, sebuah kebiasaan untuk menolong kita membuat progres 1% setiap harinya. Umur 20an juga sering banget mulai berpartner, terus kalau ngomongin bisnis juga ngomongin idealismenya. Gue perkenalkan, psychology of money.

Seperti gue bilang, gue pengen sesuatu yang signifikan. Dan itu pun di dalam konteks keuangan juga sama. Gue pengen kaya cepet.

Warren Buffet yang udah sering jadi orang terkaya di dunia dimana kalau di breakdown, mayoritas dari kekayaan dia itu datang pas dia udah umur 60 ke atas alhasil, kalian tuh gak butuh kaya secepat mungkin gitu loh kalian, yang penting dibandingin kalian get rich fast, kalian mending get rich slow dan psikologi orang terhadap uang beda-beda, perspektifnya beda-beda dan gak ada yang salah, ada yang lahir dari keluarga kaya, ada yang lahir dari keluarga broken home tapi gak ada yang salah, karena logiknya kita terhadap duit itu dibangun dari masa kita kenal duit Contoh paling simpel, kalau kalian notice sekarang ini banyak banget generasi-generasi Z yang ngomongin saham. Kenapa? Karena generasinya mereka pas mereka main saham, untung terus, cuan terus.

Ini pasti pada ngomongin saham. Sedangkan gue, gue mulai kenal saham itu di tahun 2007. Di mana pas gue mulai main saham, krisis. Dan Morgan Housel pun nge-breakdown secara detail di buku ini. Kita punya subjektif terhadap stock market berhubungan dengan tahun kelahirannya kita. Timingnya aja nggak pas.

Poinnya adalah tidak ada yang gila di dunia ini. Apa yang menurut kalian gila, bisa menurut gue wajar. Dan sebaliknya, apa yang menurut gue gila, menurut kalian bisa wajar.

Gak ada yang gila, bagaimana caranya kalian bisa secara rasional memanage uangnya kalian. Gue udah gak bahas buku ini lebih detail di video ini. Di umur 20-an, gue mengkedepankan banget yang namanya passion. Dan buku ini nampar gue.

Jadi setiap kali kita bikin bisnis, setiap kali kita mau coba improvisasi kita punya karir, terutama buat kita yang mau masuk ke dunia entrepreneur, selalu ada 3 karakter di otaknya kita. Karakter pertama yang suka mimpi. entrepreneur-nya kita.

Gue harus A. Lalu ada yang suka manage. Dimana, wah untuk ini gue harus punya proses A, B, C, D, E. Lalu ada yang teknis.

Gue pokoknya mau taunya ini aja deh. Gak pengen tau yang lain. Jadi, dari setelah gue baca buku ini, gue baru dapet bahwa untuk jadi entrepreneur, untuk mendirikan suatu bisnis, itu bukan ngejar passion lagi. Itu sudah membuka lapangan pekerjaan untuk orang-orang lain.

Dan tugas membuka lapangan pekerjaan tersebut, itu sangat susah. Kita nggak bisa jadi cuma pakai topi kita yang sebagai teknisi, di mana kita cuma taunya AA doang gitu loh. Kita nggak bisa cuma mimpi doang.

Kita nggak bisa cuma managing orang doang gitu loh. Tiga topi ini harus kalian kontekskan, harus cari dosis yang tepat untuk balance, untuk memastikan kalian punya bisnis berjalan. Karena kalau kalian mau mencoba melakukan itu semuanya sendiri, that's the worst job in the world.

Di 20-an sering banget kita dapat quarter life crisis. Krisis identitas. Ya bener nggak ya? Ngambil jalan ini, bener gak ya gue sama si ini? Kayaknya kita bingung gitu, kayak aduh, kayak yang gue lakukan bener atau salah sih gitu loh.

Dan buku ini yang nyelamatin gue, The Alchemist. Dimana ini satu-satunya buku fiction book yang gue bener-bener suka. Core message-nya sangat simple, dikemasnya sangat cakep juga. Cerita seorang penggembala yang mencari jati dirinya. Core message-nya adalah follow your heart.

Appreciate small things and live in the present. Dan live in the present ini yang gue berasa di umur 20-an sangat susah. Karena kita pengen tahu bahwa gue di umur 50 bener gak ya? Kayak gue ngapain salah nih gitu loh. Gue ngapain ada sangkos yang gue baru sadar di umur 50 gitu.

Gue pengen apa yang gue lakukan itu hal yang bener. Jadi apa nih yang bisa nge-guide gue? Apa nih yang bisa memastikan gue? Balik lagi ke intuisi.

Kalian punya hati. Dan ada satu quote yang gue berasa keren banget. I don't live in either my past or the future.

I'm only interested in the present. If you can't concentrate always on the present, you'll be a happy man. Jadi, fokus aja di present. Gue tau gue generalisasi umur 20-an, nggak semua umur 20-an punya situasi atau masalah kayak sama seperti gue. Tapi buat kalian yang bisa relate terhadap stereotype 20-an ini, gue rasa sangat mengebantu kalau kalian bisa baca buku-buku yang barusan gue share ke kalian, key ideas-nya.

Buat kalian yang nggak tahu, gue ada yang namanya Kultum, kuliah 7 menit. Mungkin kalian ada juga yang tertarik kayak, Kak, bahas yang ini lebih lanjut dong, lebih detail lagi. Boleh kok langsung komen di bawah. Dan buat kalian juga tertarik terhadap, Kak, ternyata gue juga suka nih kayak yang kayak gini-gini nih.

Kayak buku-buku yang wajib kita baca tapi dikontekskan ke sesuatu. Mungkin kalian bisa komen juga di bawah. Apakah 5 buku yang kalian harus wajib baca kalau misalnya kalian mau memulai usaha.

5 buku yang kalian mau baca kalau misalnya kalian mau berkarir di industri kreatif. Atau bahkan kalian beneran pengen tau Buku yang ngubah hidup gue Coba kalian komentar di bawah Kira-kira apa yang seru untuk dibahas Itu aja Jangan lupa like, comment, subscribe Nyalain notifnya Share ke temen kalian And baca buku ini Salam kreatif And I'll see you in the next video Bye-bye Hai buat kalian yang masih disini Gue mau sedikit sharing ke kalian Jadi kemarin ini ada yang DM gue terhadap situasi beliau dimana dia memberitahukan gue informasi bahwa dia mau bunuh diri dan dia bilang bahwa dia gak jadi bunuh diri gara-gara kontennya gue gue mau memberikan informasi juga ke kalian bahwa gue itu bukan siapa-siapa gue itu cuma konten buat kalian dan buat kalian yang mendapatkan sesuatu yang signifikan dari kontennya gue gue terima kasih, gue apresiasi Really, really appreciate it. Tapi gue pengen kalian tau, kalian sadar, tanpa konten gue pun, kalian juga bisa.

Jangan mengkaitkan kalian punya kekuatan ke kontennya gue. You can do it. Percaya deh. Karena gue sendiri pun juga, walaupun gue dapat ilmu dari buku-buku ini, buku ini kan cuma konten.

Tapi yang beraksi dan yang punya thought process-nya adalah gue. Kenapa gue sharing ini ke kalian adalah, gue harap kalian tau sumber kekuatannya ada. intrinsically, gak externally intrinsik di dirinya kalian gue tau pasti ada yang nyinyir sekarang bahwa bro lu siapa? lu tuh bukan siapa-siapa kenapa lu jadi kasih psikologi advice buat kalian yang bisa see through subjeknya, tapi langsung ke materi yang gue pengen coba sampaikan sekali lagi, you guys can do it percaya sama gue Bukan kontennya, internistikly cari apa yang bisa memotivasikan kalian.

Thank you udah nonton sampai sini. I'll see you in the next video. Bye-bye.