Transcript for:
Sejarah dan Keajaiban Candi Sawentar

Ada sebuah candi yang terkenal sebagai tempat tamasia raja-raja termasuk Raja Hayam Uruk di masa keemasan Majapahit yakni Candi Samantar di Kota Blitar Oke teman-teman, kita disini di negara Indonesia dan bangunan sejarah yang kita kunjungi dibangun kira-kira sejaman saat wabah hitam memusnahkan 2 per 3 penduduk Eropa Yuk kita cek kesana Grimis tipis muncul sejenak ketika kami sampai di sini. Untunglah grimis itu segera berlalu. Lokah ini bersih, terawat, dan sangat indah. Saya tidak menyangka akan menemukan candi semegah ini di daerah yang, ya boleh dibilang, jauh dari kota ya.

Bangunannya megah, teman-teman bisa perhatikan. Tinggi menjulang 10 meter lebih. Namun yang terlihat ini sebenarnya bangunan yang sudah tidak utuh. Coba perhatikan, bagian atapnya sudah runtuh ya.

Seandainya masih lengkap nih, pasti lebih tinggi lagi. Jadi menarik sekali bahwa kita hari ini ada di Candi Sawetar Bahwa ini seperti peralian antara Candi Gaya Jawa Tengah menuju Jawa Timur Sayangnya arcanya sudah tidak ada Sekilas langsung terlihat ya, Candi ini beraliran siwa Misalnya Kalau kita melihat ke bagian garba atau ruang utama candi, kalau kita intip di salah-salah tutupnya, karena pintu ini ditutup ya, akan terlihat adanya yoni atau simbol feminim. Dalam konsep aliran siwa, batu yoni adalah yoni yang terlihat di dalam pintu ini. ini seharusnya berpasangan dengan batu lingga yakni simbol maskulinitas dimana keduanya melambangkan kesuburan kesempurnaan dan semesta paripurna selain Joni yang kita lihat tadi tidak ada arca lain yang tersisa di Candi ini Candi-Candi Hindu di Jawa tidak hanya merupakan perwujudan dewa namun juga replika dari alam semesta yang disimpulkan dengan Gunung Mahameru setiap hari Gunung Mahameru dilintasi oleh matahari logis ya yang disimpulkan dengan dengan Dewa Surya atau Dewa Matahari.

Kalau di Yunani mungkin namanya Dewa Helios. Dewa Surya ini bertugas menerangi dunia. Nah, di dalam konteks candi sebagai perwujudan Gunung Mahameru, maka di atap, di sisi dalam candi, biasanya akan ditemukan relief Dewa Surya sebagai penerang kosmologi candi.

Misalnya ini nih, ini adalah Dewa Surya di Candi Jawa. teman-teman perhatikan mewah berkuda ya dengan latar matahari nah sementara yang ini adalah Dewa Surya di Candi Sawantar ini mari teman-teman perhatikan dia mengendarai seekor kuda yang telinganya kalau diperhatikan mirip Kirip keledai. Kadang-kadang sosok matahari ini dibuat tanpa Dewa Surya.

Seperti pada candi penataran ini. Nah, teman-teman bisa perhatikan ya. Matahari tanpa Dewa Surya ini kadang-kadang diterjemahkan oleh beberapa arkeolog sebagai Surya Majapahit.

Dan dijadikan alasan menduga sebuah candi dibangun di masa Majapahit. Bagi saya pribadi, jelas ini adalah Dewa Surya. Bukan simbol Majapahit. Seandainya lengkap, maka disini seharusnya ada arca Durga Mahisasura Mardini. Untuk mengetahui lebih jauh tentang Durga Maesha Suramardini, silakan klik tautan di atas ya, atau lihat link di caption.

Nah, dua bilik ini, yang di depan candi ini seharusnya terdapat arca nandiswara dan mahakala, pasangan penjaga pintu untuk candi-candi beraliran siwa. Yuk lanjut, selain arca nandiswara dan mahakala tadi, ada juga arca agastya siwa maha guru di sisi selatan ini, seharusnya seandainya arcanya ditemukan. Ini adalah aspek siwa sebagai pengajar spiritual.

Nah, di sisi selatan ini, ada juga arca agastya siwa maha guru. Di sini seharusnya ada arca Ganesha. Teman-teman sudah tahu ya, yakni dewa berkepala gajah.

Boleh dibilang arca ini sangat populer ya di mana-mana, baik di India hingga ke Bali. Secara keseluruhan candi ini terbuat dari batu andesit. Tidak ada relief yang ditemukan di candi ini selain relief Garudaya di Yoni yang kita lihat tadi ya.

Perhatikan, tangga menuju bangunan candi di api dua kepala naga. Saya akan mencari di sini. yangnya sudah rusak tapi ya tidak ada yang tahu pasti siapa dalam kerusakan ini kalau teman-teman perhatikan ya kerusakan ini telah menghilangkan bentuknya namun jangan menyerah ya kita masih bisa melihat bentuknya yang asli seandainya seandainya utuh, melalui perbandingan atau komparasi. Seandainya utuh, bentuknya pasti akan mirip kepala naga dari Candi Kidal di daerah Malang.

Jarak antara Candi Kidal dengan Candi Samentar adalah 2 jam berkendara. Kedua Candi ini yakni Candi Kidal dan Candi Sawentar memiliki konsep yang sangat-sangat mirip. Perhatikan juga Kalamakara yang di depan itu ya. Juga mengalami kerusakan ya.

Kalamakara adalah hal menonjol yang teman-teman perhatikan dari sebuah candi. Kalamakara adalah hiasan berbentuk wajah roh jahat. Anda akan sering melihat hiasan ini di candi-candi Indonesia yang berfungsi untuk menangkal energi jahat atau nasib buruk. Saya bertanya-tanya, mengapa kalamakara di Candi Sabentar ini hilang?

Sangat tidak mungkin jika arca itu lepas. Sebab, ya seperti teman-teman perhatikan ya, candi ini nggak runtuh. Kedua, kalamakara memiliki pengunci dan mustahil lepas begitu saja. Kita bisa melihat pengunci kalamakara misalnya di Candi Simping yang hanya akan lepas jika bangunan candi itu runtuh parah.

Untuk Candi Simping, silahkan klik tautan di atas ya, atau lihat link yang ada di caption. Jadi, saya secara pribadi meyakini, kerusakan kalamakara ini juga bukan secara alami. Nah, yuk perhatikan bagian halaman Candi. Di halaman candi terdapat sederet batu yang mungkin saja sisa aling-aling atau tembok pembatas yang dibangun di depan sebuah candi.

Aling-aling berfungsi sebagai penghias sekaligus penangkal energi jahat. Teman-teman masih bisa menemukan aling-aling di dalam kota ini. Aling-aling ini di beberapa pura di Bali ya.

Sampai sejauh ini tidak ada yang tahu pasti kapan dan oleh siapa candi ini dibangun. Ada yang berpendapat candi ini adalah tempat pendarmaan Raja Hayam Wurok. Berdasarkan ukiran sayap ayam ini yang berkonotasi dengan nama sang raja, yaitu Hayam.

Namun saya pribadi berpendapat ini tidak masuk akal. Karena Kakawi Negara Kertagama menyebutkan, Raja Hayamwuro sudah mengunjungi kompleks ini semasa hidupnya. Jadi nggak masuk akal ya, bagaimana bisa komplek ini sudah ada, sementara raja yang didarmakan di sini masih hidup.

Dan lagi, jika kita membuat perbandingan dengan Candi Kidal, jelas kita bisa mencoba. Jelas ukiran ini adalah sayap naga, bukan sayap ayam. Terlihat ya, sayap naga ini melindungi miniatur candi.

Ini miniatur sawantara. Atau boleh dibilang potret dari masa lalu seandainya candi sawantara masih utuh. Nah, konsep sawantara.

sayap naga atau naga bersayap ini juga kita temukan di Candi Penataran masih di kota yang sama yakni Blitar. Pendapat lain mengatakan Candi ini adalah pendarmaan Singawardana Priwakuhan berdasarkan pemberitaan Serat Pararaton bahwa sang penguasa dimakamkan di suatu tempat bernama Sabiantara nama ini diduga perubahan dari nama Sawiantara atau Sawentar namun bagi saya pribadi ya saya lebih meyakini bahwa kemungkinan besar Candi ini dibangun lebih tua lagi Yaitu di masa kerajaan Singasari Karena bagi saya terlihat sekali kesamaan konsep dan bentuk bangunan Candi Kidal dengan Candi Sawantar ini Candi Kidal sendiri dibangun pada masa kerajaan Singasari di abad ke-13 Di wilayah Malang Ketika ditemukan pertama kali, separuh badan Candi ini terkubur Kira-kira sebatas ini loh Ya, perhatikan ya teman-teman. Nah, setelah digali bagian bawahnya, ternyata bangunannya sangat megah.

Pertanyaannya, mengapa candi ini terkubur? Apakah sengaja dikubur? No, tidak. Terkuburnya candi ini disebabkan abu vulkanik Gunung Kelut. Ya, karena daerah Blitar ini memang masuk dalam jalur erupsi Gunung Gluk.

Nah, teman-teman perhatikan ya, tanah ini adalah permukaan asli zaman Majapahit. Saat dahulu ya, dikunjungi oleh Raja Hayamuru. Sementara yang ini... adalah permukaannya yang sekarang.

Jadi sebenarnya masyarakat di sekitar Candi Samentar hidup di atas tanah hasil timbunan abu vulkanik yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Melihat tingginya selisih dua permukaan ini, bisa dibayangkan permukaan abad ke-14 berada jauh di bawah tanah. Fakta ini menyeret saya pada asumsi yang menarik. Seandainya wilayah ini adalah sebuah kompleks kuno, berarti ada semacam...

The Lost Civilization Atau sebuah peradaban yang tersembunyi di bawah tanah Bener gak sih seperti itu? Jika Raja Sebesar Hayamuru Yang menguasai negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara Mau menyempatkan diri bertama sia ke tempat ini Bagi saya besar kemungkinan wilayah ini adalah sebuah kompleks percandian yang luas dan indah Dengan asumsi ini, mungkinkah kita menemukan percandian tersembunyi di bawah tanah tak jauh dari sini? Jawabnya mengejutkan.

Hanya berjarak 500 meter dari candi sawantari ini, ditemukan situs lain, yakni reruntuhan candi. yang terkubur di bawah permukaan tanah. Ya, penemuan ini masih dalam proses eskavasi. Ingat ya teman-teman, karena masih dalam proses eskavasi, jadi untuk memasukinya, kita harus punya surat izin dari yang berwenang. Karena masih belum diangkat, Untuk diidentifikasi, orang-orang menyebut candi ini dengan nama Candi Sawantar II.

Kita sekarang ada di Candi Sawantar II. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Sawantar I, hanya beberapa meter. Dan candi ini baru ditemukan, jadi tersembunyi di bawah tanah. Dan di sini juga sedikit sekali, ada dua tempat. Menarik sekali bahwa kota Blitar ini banyak sekali ditemukan barang-barang purwakala.

Ada penemuan-penemuan candi atau petilasan-petilasan. banyak sekali bahkan ini pun tersembunyi di bawah tanah saya merasa kok masih banyak lagi yang perlu digali ya dan masih banyak lagi tinggalan yang mungkin kedepan akan memperkaya kota Blitar sungguh sangat menyenangkan saya bisa mengunjungi wilayah Sawantara ini dan melihat bangunan kuno yang ada di dalamnya keberadaan percandian ini membuktikan bahwa wilayah Candi Sawantara adalah dua kompleks kuno yang luas yang mungkin saja ya masih dugaan penuh penuh dengan peninggalan-peninggalan kuno. Namun semua itu sepertinya masih tersembunyi dari dunia nyata, masih terkubur di bawah tanah dan menunggu untuk kita temukan. Masih banyak sekali angle unik dari sejarah yang bisa saya hadirkan untuk Anda.

Karena itu jangan lupa untuk subscribe dan tekan tombol lonceng agar saya makin bersemangat untuk membuat video menarik lainnya. Yang jelas, teruslah belajar sejarah agar tidak lupa jadi diri kita.