VTuber ini berhasil mengelabui YouTube. Bahkan akunnya sampai ke Banet gak bisa live streaming lagi. Kok bisa? Kalau dipikir-pikir sebenarnya ini kasus yang sedih tapi juga lucu. Namanya Fanta Arisa. Panggilannya Inces, salah satu teman YouTuberku mengalami kejadian yang walawe hingga membuatnya diblokir dari live streaming. Awal mulanya ia live streaming seperti biasa. Kontennya karaoke saat itu. Tapi ketika live streaming sedang berlangsung, tiba-tiba YouTube langsung shutdown live streaming-nya. Ya, dapatlah email bahwa ada pelanggaran dalam kontennya. Mungkin ada yang bilang, "Woh, iya jelas dong kontennya karaoke pasti gara-gara kena copyright nih." I toh, ternyata enggak. Lucunya adalah bagaimana bisa copyright padahal karaoke aja belum mulai. Bahkan nih ya, musiknya aja belum diputar loh. Lagi nyaman-nyaman nonton nih, tiba-tiba loh kok gelap. Dan ketika mencoba live streaming lagi, dia gak bisa karena ada tulisan macam ini. Nah, kebetulan besoknya kami ada rencana mau mabaro tuh tapi dia masih bergelut dengan YouTube. Aku pun chat dia, "Ada waktu buat kecap di DVI enggak?" Dia bilang, "Ada." Kemudian kami join voice di sana. Tapi bagi yang belum tahu DVI itu apa, DVI itu adalah komunitas Discord yang isinya untuk menampung para-vituber se-Indonesia sebagai wadah guna keperluan perfituberan. baik itu mabar biasa, collab, diskusi, tips-tips mengenai, list-list viewer berbahaya dan lain-lain. Bagi yang mau join boleh, tapi ini khusus VTuber dan manajernya aja. By the way, masuk dulu ke DVI Transit untuk verifikasi. Setelah itu nanti link akan aku kirim secara pribadi. Make sure nyalakan DM-nya, yo. Oke, kembali ke topik. Dia kemudian mengirim bukti banding bahwa copyright yang didapatkannya adalah kesalahan dari YouTube. Namun, dia tetap enggak bisa live streaming tuh. Aku suruh dia share screen untuk melihat email atau notifikasi YouTube lainnya. Dan ternyata aku menemukan persoalannya. Aku membaca sebuah email yang merupakan clue di sana. Ternyata selama ini Fanta Arisa telah melakukan hal yang tidak disangka-sangka. Aku pun bilang ke dia, "In yes, I have a good news and bad news." Apa tuh? The good news is kamu berhasil membangun personality dan branding feermu dengan totalitas, yaitu personality sebagai penghuni kerajaan, sebagai putri yang masih bocil. But the bad news is karena saking berhasilnya dalam branding sebagai putri bocil, YouTube sampai mengira bahwa kamu adalah bocil beneran. Loh, emangnya kenapa? Karena YouTube melarang anak di bawah umur untuk melakukan live streaming tanpa ditemani orang tua. YouTube mengira kamu adalah bocil, maka kamu diban dari aktivitas live streaming. Yes. Persoalannya ternyata di sana. YouTube mengira bahwa Inces adalah bocil di bawah umur. Wah, enggak habis fikri aku, cuy. yang padahal sebenarnya Inces ini adalah nenek-nenek. Rambutnya ubanan semua soalnya. Itulah kenapa ketika dia nge-post di Twitter dan ngetag tim YouTube kok gak ada respon. Akhirnya aku suruh dia buat nge-tweet lagi tapi pakai caraku. Macam ini bentuknya. Alhasil beberapa jam kemudian langsung dapat balasan dari YouTube untuk mengisi form data diri guna verifikasi bahwa Inces adalah bukan bocil. Tapi memang sepertinya verifikasi membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang diperkirakan. Bahkan balasan dari tim YouTube di Twitter aja sebenarnya lebih cepat loh. Sampai video ini dibuat, Inces masih menunggu keputusan dari YouTube. Semoga aja pemblokiran live streamingmu segera dicabut ya, biar kita bisa mabar lagi. Tapi kenapa? Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena ternyata cukup banyak yang mendapatkan masalah karena kekeliruan pihak YouTube dalam menilai konten. Bahkan aku pun demikian. Channel YouTubeku memang isinya random. Kadang game, kadang sejarah, kadang militer, kadang tips-tips soal Vitberer. Namun karena aku sering memadukan antara sejarah dan militer, tentu pasti kadang ada foto Om Kumis Kota dong. Itu kemarin juga sempat kenal loh, bukan di videonya, tapi di postingan komunitas. Usut punya usut, ternyata selain menggunakan pedoman komunitas dengan peninjauan manusia, YouTube juga melakukan peninjauan menggunakan AI yang kemudian menerapkannya kepada semua orang. Kalau aku lihat ada dua persoalan di sini. Pertama, karena AI itu belum terlalu canggih. Menilai anime itu manusia atau bukan. Kadang dideteksi sebagai bocil, termasuk juga suara. Kita tahu bahwa ada beberapa pengisi suara yang memiliki suara bocil. Itu AI masih belum bisa membedakan apakah ini bocil beneran atau bukan. Karena AI itu sepertinya masih menilai berdasarkan suara saja, bukan dari mayoritas kontennya. Fat Risa kontennya lebih kepada konten remaja hingga dewasa. sangat sedikit konten-konten untuk bocil karena marketnya memang bukan di sana. Jika sebagai manusia maka aku yakin bisa mengetahui dan menilai konten ini tuh seperti apa. Isinya seperti ini. Apakah sebenarnya di balik layar itu bocil beneran atau bukan? Karena memang kedua orang ini sebenarnya punya suara yang kayak bocil, tapi tidak dengan kontennya. Nah, di sinilah sepertinya AI belum well untuk menilai. Persoalan kedua adalah karena lamanya penanganan. Dengan semakin masifnya pengguna dan contonent kreator YouTube, semakin dibutuhkan pula manusia untuk menyelesaikan masalah para contonent kreator. Contohnya untuk keperluan verifikasi dan banding. Namun sayang, YouTube dan Google melakukan PHK masal beberapa waktu lalu. Dengan lamanya penanganan ini, content kreator menjadi kesulitan dalam mendapatkan penghasilan. Seminggu aja loh enggak bikin konten, maka bisa jadi AdSense enggak cair jika enggak mencapai target minimum bulanan. Tentu ini berdampak pada kepuasan pengguna dan konten kreator juga. Harapannya AI bisa semakin canggih supaya tidak salah sasaran macam tilang online yang akhir-akhir ini sedang terjadi. Dan penanganan masalah YouTube bisa dipercepat dengan bantuan manusia. Contohnya ngakhir aku. [Musik]