Transcript for:
Taqwa dan Kehidupan Setelah Mati

Apa itu taqwa? Taqwa adalah khawfu minal jalil Di dunia takut kepada Allah Al-amal bintan zil Mengamalkan apa yang difirmankan oleh Allah Waril-ridha bil-qalil Ridha dengan rizki dari Allah walaupun sedikit Waril-istadat liyaw mirrahil Dan setiap saat bersedia untuk berjumpa dengan Allah Di hari kami menghimpunkan orang-orang yang bertakwa menuju kepada yang maha mengasihi, wafda, sebagai tetamu. Dan kami akan menggiring dengan paksa, orang-orang yang berbuat jahat menuju ke neraka jahannam, dalam keadaan haus. Mereka tidak memiliki apa-apa syafaat, Melainkan yang sudah memiliki anugerah daripada yang maha pengasih. Ayat ini berbicara tentang ending daripada segala kehidupan yang dilalui oleh manusia di atas muka bumi. Mau hidup di zaman siapa? Mau berjantina apa? Mahu berkuturunan siapa? Mahu daripada negara mana? Mahu hidup dalam kondisi suka atau duka? Semua yang hidup di atas muka bumi ini hanya akan berada dalam dua keadaan nanti di hari kiamat. Ima tergolong daripada orang-orang yang bertakwa. Atau daripada orang-orang yang tidak. Dengan demikian ayat ini berbicara tentang hakikat kehidupan di akhirat. Ya semua hidup di atas muka bumi ini menuju ke destinasi yang sama. Di dunia kehidupan berakhir dengan kematian. Tapi kematian bukan penghujung daripada segala kehidupan, tetapi ia permulaan kepada hakikat kehidupan. Karena hidup ini di dunia adalah sebagai latihan, hidup di dunia sebagai ujian. Hidup di dunia bukan untuk enjoy, hidup di dunia bukan bersenang-senang. Bagaimana akan seseorang memahami hidup di dunia untuk senang dan enjoy sementara dunia ini dicipta oleh Allah SWT dengan perintah dan juga larangan bagi mereka yang meninggalkan perintah akan dihukum dan yang melakukan yang dilarang juga diazab Apa enjoy di dunia ini kalau Ada batasan-batasan dan larangan-larangan serta perintah-perintah yang wajib untuk kita lakukan dan wajib kita tinggalkan pada larangan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quranul Karim tentang kehidupan di dunia. Katanya, وَلَنَبْلُونَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْسِ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِسْ صَابِرِينَ أَلَّذِينَ إِذَا صَحْبَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ Kami Allah pasti akan menduga kamu, pasti. Siapa kamu disini? Malikhluk yang ada di dunia, manusia dan juga jin. Apa dugaannya? Sedikit daripada perasaan takut. بِشَيْئٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوءِ LAPAR. KURANG HARTA DAN JUGA NYAWA. Ada orang yang hidup dunia, tak berhadapan dengan semua itu, mungkin dia tak ada rasa ketakut, tapi dia akan punya rasa kehilangan. Ima kawannya, wa ima saudaranya, wa ima orang tuanya, wa ima orang disayang akan pergi dulu, bukankah itu satu dugaan? Dimana nikmatnya kalau seseorang itu akan berhadapan dengan kesedihan seperti itu. Apa yang akan difahami hidup di dunia ini? Dengan menikmati, sementara tidak ada kenikmatan yang kekal di dunia ini. Apa saja, mau nikmat perkahwinan, mau nikmat makan, mau nikmat harta, mana yang kekal? Tidak ada. Hujung-hujungnya akhirnya pun berubah semuanya. Musa menuju kepada usia tua dan sudah tidak lagi menikmati apapun yang biasa dinikmati ketika berada di masa muda. Kalaupun dia sudah tua, segala-galanya lemah, diberikan makanan macam-macam sedapnya, gigi tak boleh mengunyah. Kalaupun gigi boleh mengunyah, perut tak boleh menghadam. Terpaksa akhirnya makan bubur. Dan kehidupan manusia ini tak ada yang nikmatnya kekal abadi. Jadi filosofi memahami kehidupan di dunia untuk enjoy adalah keliru dan salah besar. Tapi... Bila memahami kehidupan di dunia, menikmati dengan taat kepada Allah, barulah itu betul. Warilaupun diduga, walaupun musibah, walaupun banyak dengan masalah. Karena memahami kehidupan di dunia ini, menikmati walaupun diuji oleh Allah SWT. Tetapi kalau menikmati dengan ingin memenuhi kehendak daripada hawa nafsu, adalah salah besar seseorang memahami kehidupan di dunia. Tapi di akhirat, ya. Ima nikmat kekal abadi, atau azab dan penderitaan yang kekal abadi waliyadzubillah. Musa bila berakhir di dunia dengan kematian, dikuburkan, maka akan hancur semua tubuh badannya. Kecuali yang namanya ajbudzanab. Ajbud, kalau kita tengok tulang belakang kita di bahagian bawah. Ekor tulang belakang. Ada tulang kecil namanya Ajbud Zanab. Baginda Rasulullah bersabda, manusia bila binasa di alam barzakhnya dimakan oleh tanah, akan habis semua termasuk tulang, kecuali Ajbud Zanab. Ajbud Zanab ini, entah berapa lamapun manusia itu berada di tanah, dia tidak akan hancur. Daripada benda kecil Ajbud Zanab ini, manusia akan dibangkitkan semula. oleh Allah SWT akan terbentuk sekali lagi tulangnya akan tumbuh dagingnya akan tumbuh dan juga kulitnya pun akan tumbuh dan akan berdiri tetapi berbeza usia yang di dunia meninggal umur 80, 90 atau lebih atau kurang ketika dibangkitkan dalam keadaan usianya masih muda antara 30 tahun yakni segar, fresh dan purata umur manusia tak kira anak Tak kira cucu, tak kira atuk, semuanya memiliki umur yang sama. Karena kekuatan itu ada kepada usia muda. Pada waktu itu dibangkitkan manusia dalam dua keadaan. Ada yang ketika dibangkitkan oleh Allah SWT, disambut dengan satu transport tunggangan yang indah, yang wangi, yang sempurna ketika dia bangkit daripada kuburnya. Di mengatakan, siapa kamu ini yang begitu indah dan juga wangi? Katanya, aku adalah amal kamu. Amal di dunia yang berdikir, yang berselawat, yang etikaf, yang jaga perintahnya Allah, yang jaga larangan-larangannya Allah, dihindari semua yang dilarang oleh Allah SWT. Amal baik di dunia ini semua nanti akan berubah menjadi tunggangan. Bukankah di dalam ayat ini Allah SWT berfirman, kami akan kumpulkan orang-orang yang bertakwa menuju kepada yang maha pengasih, wafda. Warifda ini dalam bahasa Arab artinya wufud. Wufud itu delegasi yang datang daripada luar untuk berjumpa dengan seseorang. Tentunya orang yang datang, kalau orang datang daripada luar negara. Itu akan disambut oleh Tuhan rumah. Karena dia adalah tetamu. Oleh sebab itu kenapa di dalam hadis ini. Dikatakan orang yang datang ke rumahnya Allah. Untuk haji atau umrah. Itu sebagai tetamunya Allah. Malika disambut oleh Allah SWT yang namanya tetamu. Bila nanti di hari kiamat. Orang-orang yang beriman dan bertakwa. Datang kepada Allah. Ic-Nya adalah umpama tetamu. Datang dengan menunggangi. Binatang tunggangannya adalah amalnya. Ketika berada di dunia. Di beramal. Di akan berubah wujud. Sebagai binatang tunggangan. Apa sebabnya? Penghormatan. Ini tamunya Allah SWT. Dan masing-masing itu. Bila menyambut tetamu. Mengikut kapasiti tuan rumahnya. Kalau kita dijemput oleh adun, berbeza bila dijemput oleh menteri besar. Berbeza bila dijemput oleh menteri. Berbeza bila dijemput oleh perdana menteri. Berbeza kalau dijemput oleh agung. Bergantung siapa yang menjemput. Ini orang yang bertakwa, bila nanti dibangkitkan, dia akan datang kepada yang menjemput kepadanya, yaitu yang maha pengasih Allah SWT. Jangan ditanya bagaimana sambutan yang akan diberikan oleh Allah kepada dia, syaratnya dia di dunia adalah orang yang bertakwa. Apa itu takwa? Takwa al-khawfu minal jalil, di dunia takut kepada Allah. Al-amal bit-tanzil, mengamalkan apa yang difirmankan oleh Allah. dan setiap saat bersedia untuk berjumpa dengan Allah artinya any time ajal datang dirinya dalam keadaan tidak melakukan apa yang dilarang oleh Allah kalaupun ajal tiba dirinya sedang melakukan taat kepada Allah jadi Keadaannya membuktikan persiapannya untuk berjumpa dengan Allah SWT Itu orang bertakwa Ada pun orang yang dia masih terjerumus dalam dosa, maksiat dan macam-macam Melarangan yang dilarang oleh Allah masih dilakukan Di belum bersedia untuk berjumpa dengan Allah Karena khawatir perbuatan maksiatnya ketika dilakukan Time itu ajal tiba Oleh sebab itu dikatakan Untuk kamu dapat mati husnul khatimah, apa saja perbuatan yang kamu takut mati pada keadaan itu, hindarilah dia. Dan apa saja keadaan yang kamu ingin mati dalam keadaan tersebut, lazimkanlah dia. Ingin mati dalam keadaan sujud, perbanyak sujud. Ingin mati dalam keadaan membaca Al-Quran, perbanyak baca Al-Quran. Ingin mati dalam keadaan menghadiri majelis ilmu, kerap hadiri majelis ilmu. Malika ianya menjadi wosilah. Untuk dia dapat apa yang diinginkan oleh Allah SWT. Dari Allah SWT. Seorang sahabat Nabi datang kepada Rasulullah membawa harta rampasan perang yang diberikan kepada dia. Katanya, Ya Rasulullah ini apa? Kata Nabi, ini harta rampasan perang yang diperuntukkan untuk kamu. Katanya, Ya Rasulullah saya ikut perang dengan engkau bukan untuk ini. Kata Nabi, untuk apa kamu ikut perang bersama dengan aku? Aku ikut perang bersama dengan engkau agar supaya ada anak panah yang kena kepada leher aku dan aku mati syahid. Nabi bersabda, إِن تَسْدُقِ اللَّهَ يَسْدُقَّ Kalau kamu berkata jujur pada Allah, Allah akan memberikan kepada kamu sesuai dengan kejujuran kamu. Hadis ini mempunyai makna yang penting untuk kita meletakkan racuh. Antara kita dengan Allah ini, kita punya sikap bagaimana? Untuk kita tahu posisi kita di sisi Allah, keadaan kita di sisi Allah, kedudukan kita di sisi Allah, tengok kedudukan Allah di kita bagaimana? Untuk kita tahu kita ini baik di mata Allah, kita kena tengok Allah ini baik di mata kita atau tidak? إِن تَسْدُقِ اللَّهَ يَسْدُقَّ Kalau kamu berkata jujur kepada Allah, Allah akan membuat sesuai dengan kejujuran kamu. Ya ini pemberian daripada Allah itu bergantung kepada sikap kita. Kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, dikatakan siapa yang ingin tahu kedudukannya di sisi Allah, tengoklah dimana ia letakkan Allah pada sisinya. Demikian, kata sahabat tadi mengatakan kepada baginda Rasulullah. Lalu dijawab oleh Baginda Rasulullah Hadir peperangan yang akan datang Di gugur syahid Tepat kena panah Pada tempat yang dia sentuh Ketika bercakap dengan Baginda Rasulullah Sallallahu alaihi wa'ala alihi wa sallam Syahid Tapi syahidnya bukan sembarang syahid Bukan dengan pedang, bukan dengan tombak Dengan panah Panah itu bukan kena perutnya, bukan kena dadanya Kena pada leher yang dia pegang ketika dia cakap dengan Nabi SAW. Kejujurannya ketika berbicara kepada baginda Rasulullah diberikan oleh Allah SWT tepat pada apa yang ia cakap kepada baginda Rasulullah SAW. Hadirin hadirat, kita perlu ada satu evaluasi, muhasabah. Coba kita dialog dengan Allah SWT. Kita ini, apa nama? Di sisi Allah, di mata Allah Saya ini orang baik atau tidak Untuk mengetahuinya Tengoklah dimana saya tempatkan Allah pada saya Pada perintahnya, pada larangannya Pada anjurannya Pada petunjuknya Disitu saya akan tahu dimana posisi saya Di sisi Allah SWT Hada berkenaan dengan bagaimana kita ingin mengetahui kondisi dan posisi kita di sisi Allah SWT. Yaw manah syurul muttaqina ilal rahmani wafda. Di hari kami kumpulkan. Himpunkan orang-orang bertakwa menuju kepada Allah. Warifda. Dalam keadaan dihormati, dilayan, disambut, menunggangi. Daripada amal perbuatan, amal baiknya ketika berada. di dunia. Sebaliknya, orang-orang yang mujrim, orang-orang yang jahat, orang-orang yang di dunia tidak tahu halatuju hidup di dunia. Tidak tahu hak Tuhannya untuk ditunaikan. Maliksudnya lancar. Malika kami himpunkan mereka, kami giring mereka, kami giring disini dipaksa. Tadi, yang tetamu, dikawal, disambut, ini dipaksa, dia tak nak, nak kemana lagi. وَنَسُقُلْ مُجْرِمِينَ إِلَىٰ جَهَنَّمَا وِرْدًا Dalam keadaan haus. Dan tidak dapat digambarkan bagaimana maksud haus pada saat itu yang tiada apa-apa minuman yang boleh diminum melainkan, maaf cakap, daripada api yang panas yang semakin diminum akan membakar kepada tenggorokannya dan kepada tubuh badannya. Namun pada ketika itu, tidak ada lagi kematian. Semoga Allah lindungi kita daripada azab. Ya Rabbal Alamin. Laimil kunas syafa'ah. tidak memiliki syafaat, melainkan mereka yang ada janji dengan Allah. Orang-orang yang diberikan oleh Allah, peluang memberikan syafaat. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, memberitahukan beberapa golongan yang dapat memberikan syafaat. Ya pertama, para ambia, dan juga para rasul, kemudian para ulama, kemudian para syuhada. Para syuhada dapat memberikan syafaat kepada 70 orang daripada keluarganya. Dalam hadith Uwais al-Qarni itu dapat memberikan syafaat kepada ramainya manusia sejumlah bilangan kambing yang dimiliki oleh dua kabilah besar daripada kabilah Arab. Ya ini syafaat yang begitu besar. Dan semua yang diberi peluang oleh Allah untuk memberikan syafaat, Tidak dapat dibandingkan dengan syafaat yang terbesar diberikan oleh Allah SWT kepada baginda Rasulullah SAW. Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, di hari kiamat nanti orang akan datang kepada Nabi Adam meminta syafaat. Katanya, Adam engkau adalah bapak kami semua. Mintalah kepada Allah. Supaya Allah menolong kami. Adam mengatakan hari ini Allah tengah murka. Ya tidak pernah Allah murka seperti hari ini. Aku tak berani bercakap dengan Allah SWT untuk meminta yang sedemikian. Tapi pergilah kamu kepada Nuh. Dan minta kepada dia. Mereka datang kepada Nabi Nuh. Warihai Nuh kamu bapak kami juga. Mintalah kepada Allah supaya Allah menolong kami. Nabi Nuh mengatakan yang sama seperti Nabi Adam. Kata, mintalah kamu pergi ke Ibrahim. Mereka datang pergi ke Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim berkata yang sama. Kata, datanglah kamu kepada Nabi Musa. Mereka datang kepada Nabi Musa. Nabi Musa berkata yang sama. Katanya, pergilah kamu kepada Isa. Mereka pergi kepada semua para ambia, nafsi-nafsi. Ya ini, apa namanya, saya hanya fokus kepada diri sendiri. Warih, hakikat yang ada pada ketika itu, Kulunafs yang bimaka sahabat rahina. Masing-masing akan tanggung hanya dirinya sendiri. Sampailah mereka kepada Nabi Isa dan Nabi Isa mengatakan, datanglah kamu kepada Muhammad SAW. Mereka datang kepada baginda Rasulullah, kata baginda Rasulullah SAW, Ya, saya yang akan doa kepada Allah SWT. Kata baginda Rasulullah dalam hadith yang sahih, mengatakan, nanti di hari kiamat, Saya akan minta kepada Allah dan memuji kepada Allah yang akan diilhamkan oleh Allah apa yang saya akan minta. Yani Nabi ini akan minta kepada Allah untuk memberi syafaat, yang akan memberi ilham kepada Nabi cara memintanya itu adalah Allah SWT. Momen yang begitu agung ditunjukkan oleh Allah tentang kedudukan Nabi Muhammad. Di hari semua orang tak boleh bercakap. لا يتكلمون إلا من أذن له الرحمن وقال صوابا Semua tak boleh bercakap. هذا يوم لا ينطقون ولا يؤذن لهم فيتذرون Hari ini hari tak ada yang boleh bercakap. Tak ada siapa berani bercakap, kecuali orang yang diberi izin, yaitu Nabi Muhammad SAW. Katanya, fa'asjud, saya akan sujud nanti, dan diilhamkan oleh Allah kepujian-kepujian yang saya minta kepada Allah. Lalu akan diperintahkan kepada saya, Ya Muhammad, Irfa'ra'asak wasal tu'ta'a washfa'tu syafa'Hai Muhammad, angkat kepalamu. Minta apa yang kamu ingin minta, kamu akan diberi. Beri syafa'at kepada siapa yang kamu ingin beri syafa'at, kamu akan diizinkan memberikan syafa'at. Oleh sebab itu, kenapa kita dalam doa ini minta syafa'at kepada Rasulullah SAW? Beliau yang bagitahu, Beliau yang mengatakan, saya yang akan memberikan syafaat, tak cukupkah kita bergantung dengan amal? Tak cukupkah kita dengan ibadah kita sembahyang lima waktu? Coba kita bandingkan. Amal kita dengan amalnya Anas bin Malik, sahabat Nabi SAW. Mana ada orang yang amalnya lebih baik daripada amalnya sahabat? Tidak ada. Warilau begitu, Anas bin Malik mengatakan kepada Rasulullah, Ya Rasulullah nanti di hari kiamat, dimana saya boleh jumpa engkau? Ya ini untuk minta syafaat. Aina ajiduk, dimana saya boleh jumpa dengan engkau? Ya Anas, engkau sahabat Nabi, engkau salah seorang mendapat khabar gembira masuk syurga. Nabi kan doakan kepada Anas, Ya Allah panjangkan umurnya, Berikan banyak harta, Dan ampunkan dosanya, Masukkan dia dalam syurga. Kan sudah didoakan oleh Nabi musuh syurga. Masih tanya kepada Nabi, Nanti di hari kiamat, Aku nak cari engkau dimana? Bukankah kita akan dibangkitkan, Nanti di hari kiamat, Akan diletakkan di satu padang. Tidak ada nanti di hari kiamat, Orang Malaysia dekat sini. Orang Singapura di sini, orang Indonesia di sini. Tidak ada blok-blok. Masa itu sudah tidak ada lagi negeri, wala negara, wala identitas, wala IC. Hanya ada dua IC. Ya pertama IC-nya orang bertakwa. Ya kedua IC-nya orang tidak bertakwa. Itu saja IC-nya. Warillahi tidak ada IC yang lain. Siapapun kita. Keturunan siapapun kita. Sebanyak mana pun harga kita punya. Masih tak ada. Warillahi tak ada. Ya ada kita bawa hanya amal saja. Itu kita punya identitas. Sama-sama. Kalau kata Pak Anas bin Malik. Aina ajiduk ya Rasulullah. Dimana saya boleh jumpa engkau. Ini kan soalannya Anas kepada Nabi untuk dicari Nabi oleh Anas bin Malik. Warilaupun sudah didoakan Anas bin Malik masuk syurga. Masih yang dicari Nabi SAW untuk mendapatkan syafaat. Kata baginda Rasulullah, Di jembatan. Kalau aku tak dapat engkau di surat, di mana aku boleh jumpa engkau? di tempat timbangan yang ketiga kalau aku tak jumpa engkau di timbangan katanya di telaga aku tak akan lepas daripada tiga tempat itu ya subhanallah ketika dikatakan oleh nabi saya tak lepas daripada tiga ini dan anas bin malik bertanya kepada nabi dan nabi sebutkan tiga Pertanyaan Anas bin Malik menunjukkan betapa pentingnya untuk mendapatkan syafaat Nabi SAW. Hatta sahabah. Hatta Anas bin Malik. Apalagi kita. Apalagi kita. Oleh sebab itu kita minta syafaat. Ya pertama in the sirat. Di jembatan. Siti Aisyah. bertanya kepada Rasulullah SAW katanya ya Rasulullah di hari kiamat ini ada tak orang boleh ingat kepada orang lain? katanya di tiga tempat tak ada orang ingat satu dengan yang lain ketika di hari kiamat. Di mana? Ya pertama, di jembatan, untuk melintasi jembatan di hari kiamat nanti, Allah berfirman dalam Al-Quran, kita akan sampai kepada ayatnya sana, masing-masing daripada kamu pasti akan lalu. Neraka Jahannam. Wariri duha. Lalu neraka Jahannam. Ya ini, orang itu kalau tidak masuk neraka, tetapi dia nampak neraka. Itu confirm. Wari iming kumillah. Wariri duha. Masing-masing daripada kamu akan lalu neraka Jahannam. Warilaupun tidak tergelincir. Karena jembatan itu di atas darah kejahat. Semua yang kita takwa dan kita berbalim di hadisnya. Masa lalu orang yang bertakwa kami selamatkan. Ya balim ya kami campakkan ke dalam neraka. Ya ini orang itu sebelum masuk ke neraka, masing-masing akan dimasukkan neraka jahannam dulu. Karena sirat di atas neraka jahannam. Semoga Allah lindungi kita pada saat melalui jembatan tersebut dan melalui seperti mana disambilkan oleh Nabi secepat kilat. Sehingga tidak melihat atau tidak terasa ataupun tidak terseksa dengan dahsyatnya neraka jahannam. Alamin ya Rabbal Alamin. fayaqulu ha'umu qra'u kitabiyah inni zanantu annimulakin hisabiyah fahuwa fi'insyatirraziya fi jannatin alia qutufuha daniakulu washrabuhani ambimak salaf tunfil ayyamil ini orang yang terima kitab dengan tangan kanan eh, tengok aku punya kitab nih seronok dia melihat isi kandungan kitab tuh masing-masing buka lembaran Oh hari ini hadir majlis dekat tamantar, oh hari ini dia dikaf, oh hari ini dia bersedekah, oh hari ini dia berdikir, oh hari ini dia salat berjamaah, maktub masing-masing. Bukan hanya yang dicatat apa yang kita lakukan dengan tubuh badan yang kita kata. Mata. fidu min qawlin illa ladaihi raqibun adi. Kami akan catit apa yang mereka kata. Semua. Every word. Setiap kata akan dicatit. Mana ada orang mau catit kata-kata itu. Hebatnya ciptaan Allah Malik itu mencatit semua. Bukan hanya yang dikata. Bukan hanya yang dibuat. Mata. Punya bahasa pun juga akan dicatat. orang-orang kafir itu ingin membinasakan Rasulullah hatta dengan matanya mata ini boleh membinasakan kepada orang, mata tak bercakap mata hanya melihat siapa orang boleh melihat mata ini adalah ketika melihat sesuatu ibadah atau tidak tak ada siapa Tapi perbuatan mata pada ibadah atau sebaliknya akan dicatit oleh Allah SWT. Memandang orang dengan pandangan hina akan dicatit oleh Allah SWT. Tidak cukup mata, telinga dan juga apa yang ada di dalam hati. Kami yang mencipta manusia dan kami tahu isi hatinya dicatit. Su'udhon dengan orang, maki orang dalam hati, mengumpat orang dalam hati, sombong di dalam hati, riak di dalam hati, orang tak nampak, orang tak tahu, orang tak boleh menilai. Pikir selamat karena orang tak tahu. Ya maha mengetahui catit, yang maha mengetahui tahu, tak ada yang miss. Hasta sebesar biji zarrah pun akan dicatit oleh Allah SWT. Hatta sebesar biji sawi ataina biha wakafa bina hasibin. Kami akan datangkan, hatta amal kamu sebesar biji sawi. Tak ada yang miss daripada perhitungannya Allah SWT. Ketika melihat bagaimana catitan amal perbuatan manusia itu akan diterima nanti. Semua manusia akan takut. Semua manusia akan gerogi. Semua manusia akan risau. Di tidak tahu yang akan terhulur tangan kanan atau tangan kiri. Hari ini kita boleh terima dengan tangan kanan. Kita boleh memberi dengan tangan kanan. Kita boleh menerima dengan tangan kanan. Kita boleh bersihkan dengan tangan kiri. Tapi nanti di hari kiamat itu kitab akan diberi. Ya bergerak mengikut isi kandungannya. Kalau kitab itu amal perbuatan baik semua. Tangan kanan akan tergerak sendirinya untuk menerima. Tapi kalau sebaliknya. Perbuatannya maksiat. Tangan kanan krem. Tak boleh nak bergerak pun. Tangan kiri akan bergerak. Nak ditahan tangan kiri tak bergerak. Tak boleh. Macam ada magnet yang dia akan ambil. Bergantung kepada isi. Daripada sekarang ini, umur yang Allah kasih kita di dunia ini, isi itu kitab dengan yang baik supaya ini tangan kanan mudah dengan sendiri untuk menerima. Ini tak boleh disuruh nanti di hari kiamat. Di akan bergerak dengan sendirinya, bergantung konten kitab. Kata baginda Rasulullah, di tiga tempat ini tak ada orang ingat kepada orang lain. Ketika disirap, ketika ditimbangan, dan ketika menerima kitab. Di tiga tempat itu baginda Rasulullah akan memberikan syafaat. Di hari tak ada orang ingat kepada orang lain, Rasulullah ingat kepada umatnya. Janganlah beliau di sana ingat kepada umatnya, yang kita termasuk kepada umatnya. Kita di dunia tak ingat kepada beliau. Jangan beliau cari kita di sana, kita tak cari beliau di sini dengan tunjuk ajarnya, sunnahnya, ajarannya, sirahnya, untuk kita tahu lebih kenal dan lebih dekat dengan beliau. Tak elok, sikap yang cukup baik ditunjukkan oleh beliau, mestilah kita juga balas dengan kebaikan, mengikut kapasitas yang kita mampu, memang tidak boleh dibandingkan. Ehsan beliau kepada kita dengan kita kepada beliau apapun apa ehsannya kita kepada baginda Rasulullah s.a.w. Fahim dong, jangan menjauhkan diri daripada beliau disini karena beliau akan mencari umatnya disana. Fahim dong, Itu kedudukan. Bagi Rasulullah dalam memberikan syafaat. Beliau bersabda, syafaati li ahlil kabair min ummati. Syafaat aku ini boleh diberi oleh Allah, yaitu luasnya syafaat Nabi, hatta kepada orang yang berdosa besar. Pada masa yang sama, janganlah kita, tak apalah, kita buat banyak dosa di sini, nanti kita cari syafaat di akhirat kepada Nabi SAW. Kira-kira kalau kita, Disikapi demikian oleh orang yang paling dekat dengan kita. Sakit hati atau tidak. Ehsan yang kita berikan kepada dia, justru dijadikan peluang untuk dia melakukan hal-hal yang kita tidak suka. Malik bapak kan sayang kepada anak. Kata anak, tak apalah kita buat benda-benda yang tak elok. Warilaupun mak bapak tak suka. Kan dia sayang kepada kita. Kira-kira ini anak yang soleh atau anak derhaka? Anas derhaka. Mengabaikan peluang kasih sayang orang tua dengan dia melakukan hal-hal yang bikin orang tua tak suka. Kalau dia suka, hormat kepada orang tuanya, menghargai kasih sayang orang tuanya, dia akan buat benda-benda yang mengembirakan orang tuanya. Demikian juga kasih sayangnya Nabi terhadap umatnya. Terima kasih.