Transcript for:
Pandangan Dunia dalam Konteks Islam

La ilaha illallah Muhammadun Rasulullah Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah Laka alhamdul antaqiyamu samawati wal ardi Walakalhamdu anta nurus samawati wal ard Walakalhamdu anta malikus samawati wa ad Walakalhamdu anta haqqun Wa wa'aduka haqqun Wa qawlu ka haqqun Wa liqau ka haqqun wal jannatu hakun wa naru hakun wa muhammad sallallahu alaihi wasallam hakun wa sa'atu hakun asyadu an la ila illallah wa asyadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh amma ba'du bapak ibu jamaah solat terawih pada malam hari ini Bismillahirrahmanirrahim. Saya mendapatkan tugas dari Panitia untuk menyampaikan tema yang agak berbau kuliah, bukan tausiah. Oleh sebab itu, bagi yang merasa berat, boleh meninggalkan tempat. Ini materi adalah materi kuliah di UNIDA dua semester.

Jadi kalau disampaikan dalam waktu 30 menit kelihatannya masih kurang. Maka saya hanya menyuplik sedikit saja mengenai isu mengenai worldview ini. Akan tetapi isu worldview adalah isu yang saya rasa sangat relevan untuk kita bicarakan pada saat ini. Pada waktu saya kecil itu sering membaca kata-kata Wel Tan Song.

Soekarno selalu mengatakan Pancasila adalah Weltansiong Bangsa Indonesia Saya tidak mengerti waktu itu Setelah S3 Baru mengerti Jadi sebenarnya worldview itu adalah kata-kata yang bisa dipakai oleh peradaban mana saja, tapi istilahnya tidak bisa kita pakai secara sembarangan. Karena asli dari kata worldview itu adalah bahasa Jerman, kemudian diinggriskan menjadi worldview. Begitu kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dia menjadi pandangan dunia.

Begitu kita masukkan ke dalam Islam, dia tidak bisa masuk karena Islam itu pandangannya dunia dan akhirat. Tidak ada kata-kata dalam bahasa Inggris yang bisa mengakomodir konsep pandangan. hidup Islam tidak ada misalnya kita ganti menjadi the world and here after view tidak ada jadi ini kita pinjam istilahnya menjadi worldview Islam tetapi konsep di dalamnya kita rubah inti daripada worldview itu sebenarnya adalah mirip-mirip saja Immanuel Kant yang pertama kali menemukan konsep ini, itu mendefinisikan worldview sebagai set of belief that underlie and shape human thought and...

Jadi pandangan hidup itu adalah keyakinan yang mendasar, yang itu akan menjadi basis bagi pemikiran dan perilaku seseorang. Ini tidak ada masalah bagi kita, karena saya yakin dan kita semuanya yakin bahwa keyakinan itulah yang sebenarnya menuntun seluruh kehidupan kita. Apa yang kita yakini adalah yang kita jalani.

Kita mulai dari apa yang mereka katakan dulu. Seorang filosof namanya Martin Heidegger itu juga mengatakan hal yang sama bahwa worldview adalah set of belief about fundamental aspect of reality keyakinan terhadap realita Tapi masalahnya di barat itu yang namanya basic belief atau keyakinan asasi tidak selalu merujuk kepada agama. Jadi set of belief about fundamental aspect of reality bisa jadi reality itu adalah empirical reality.

yang nampak di dalam kehidupan dan itu yang mempengaruhi pemikiran kita cara kita memahami sesuatu dan cara kita berperilaku Diltai itu juga Sama saja, worldview itu adalah pikiran yang lahir dari pengalaman hidup yang menentukan pemahaman, perasaan, dan perbuatan kita. Nah, di sini kita fahami bahwa secara pandang... Orang-orang di sana, di barat itu, dilandasi oleh apa yang mereka ketahui dari realitas sosial mereka, dan itu akan menjadi budaya, dan budaya itu akan menjadi keyakinan.

Kalau masyarakat meyakini sesuatu ideologi tertentu itulah yang akan menjadi pandangan hidup mereka Jadi tidak ada kaitannya dengan agama karena agama di barat sudah dipisahkan dari pemikiran Nisya misalnya lebih jelas lagi worldview itu adalah entitas kultural Jadi kultur mana yang mempengaruhi hidup seseorang itulah yang menjadi pandangan hidup Kalau masyarakat mempunyai pandangan bahwa agama tidak ada tempatnya di dalam kehidupan sosial, berarti pandangan hidup orang-orang itu adalah tidak religius. Meskipun di dalam pandangan hidup yang seperti itu, sain dan teknologi berkembang begitu pesat. FUKO, ini saya kira anak-anak fisafat sangat akrab dengan kata-kata ini Dia adalah potongan sejarah Bagi semua cabang ilmu yang masing-masing menentukan norma, postulat, dan argumentasi serta pemikiran.

Jadi sejarah, fragment-fragment pemikiran manusia itulah yang dijadikan rujukan bagaimana saya hidup dan memahami kehidupan. Yang sangat dekat dengan agama-agama adalah definisinya Ninian Semat di dalam buku Worldview Cross-Cultural Exploration of Human Belief. Dia mengatakan bahwa worldview itu adalah kepercayaan, perasaan dan apa yang ada dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai motor perubahan Tiga hal ini sebenarnya Pertama adalah pikiran, kedua keyakinan, yang ketiga adalah perbuatan Ini tidak bertentangan dengan kita Kalau kita merujuk kepada ulama-ulama kita, meskipun mereka tidak menggunakan istilah worldview, tetapi mereka menganggap bahwa keimanan adalah asas bagi semua perilaku. Makanya Al-Maududi mengatakan bahwa pandangan hidup Islam itu bermula dari syahadah.

Syahadah adalah pernyataan, lisan tentang sebuah keyakinan. Dan itu akan mempengaruhi seluruh kehidupan. Maka dengan bersahadat, orang itu mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang sangat banyak sekali, termasuk harus menjalankan syariah, mengimani akidah, dan menjalankannya di dalam kehidupan. Said Kutub mengatakan bahwa Istilah yang digunakan adalah Atasawur al-Islami Itu sama dengan worldview atau visi Islam Itu dia mendefinisikan sebagai akumulasi dari sekian keyakinan-keyakinan dasar Yang kemudian dari situ setiap muslim akan mendapatkan gambaran tentang realitas Keyakinan dasar yang dimaksud oleh Syed Qutub ini tentu adalah Keyakinan dasar yang diajarkan oleh Islam Yang basisnya, dasarnya adalah Wahyu Keyakinan dasar ini ternyata Kalau kita lihat banyak sekali Keyakinan bahwa Menghormati orang tua Adalah sebuah kebaikan Satu keyakinan Menghormati orang yang lebih tua Adalah sebuah kebaikan Bersedekah adalah sebuah kebaikan Berlaku jujur Adalah kebaikan Amanah adalah kebaikan Sekian banyak keyakinan-keyakinan itu tertanam di dalam proses pendidikan kita sehingga menjadi cara pandang terhadap segala sesuatu. Jadi disini bedanya tadi saya sebutkan bahwa world view-nya orang-orang barat itu basisnya adalah realitas sosial, pengalaman kultural, kehidupan yang mengelilingi dia, bahkan sejarahnya pun menjadi bagian dari cara pandang terhadap segala sesuatu.

Maka dari itu di barat itu tidak ada nilai-nilai yang permanen yang dari situ orang menganggap. menganggap atau melihat segala sesuatu berdasarkan nilai-nilai tersebut maka jangan heran kalau di barat itu kata-kata change perubahan adalah sesuatu yang sangat-sangat sangat dihargai bahkan begitu masuk di dalam pikiran anak-anak muda di Indonesia berbunyi menjadi yang permanen adalah perubahan hai hai Berarti tidak ada yang permanen kecuali perubahan. Saya jawabnya singkat saja, yang berubah tidak permanen.

Yang berubah tidak permanen. Saya ingin membela bahwa di dalam Islam, sebagai seorang muslim, saya ingin membela bahwa di dalam Islam itu ada hal-hal yang permanen yang tidak bisa ditawar dan tidak bisa dirubah. Bukan seluruhnya bisa dirubah. Ada aspek-aspek yang berubah.

Dan Al-Quran membuka perubahan itu. Tetapi ada aspek-aspek yang permanen yang tidak bisa ditawar. Baik dari sisi hukum ataupun dari sisi konsep.

Maka dari itu, akumulasi keyakinan yang dimaksud oleh Said Qutub tadi adalah keyakinan-keyakinan yang permanen. Tidak ada ceritanya menghormati orang tua dengan perkembangan zaman kemudian berubah menjadi boleh menganiaya orang tua. Pandangan yang paling menarik adalah pandangan Prof. Zed Mohamad Naqib Alatas Beliau adalah guru saya yang secara epistemologis beliau kemudian mendefinisikan worldview Islam sebagai visi tentang realitas dan kebenaran ini agak kuliah sedikit ini apa sebenarnya yang disebut dengan realitas realitas di dalam Islam adalah realitas yang nampak empiris dan yang tidak nampak sebab kalau kita katakan bahwa realitas itu hanya yang nampak berarti Tuhan tidak real padahal Allah itu adalah yang mahar real sedangkan realitas yang nampak di sekeliling kita ini adalah realitas yang nisbi dia ada dan kemudian menjadi tidak ada berarti the true reality adalah Tuhan ini dalam Islam Karena Tuhan itu tidak nampak secara empiris, maka banyak sekali di dalam Islam itu hal-hal yang kita harus yakini dan itu tidak nampak secara empiris. Ruh misalnya, akal misalnya, jiwa misalnya, hari akhir dan lain sebagainya. Maka ketika ada orang-orang yang mungkin seorang ateis.

Indonesia ini menantang kita. Orang-orang Islam ini mengucapkan syahadatnya secara membabi buta dan tidak disertai dengan pemahaman. Orang Islam ini di... Ditipu oleh ustad-ustadnya katanya Karena saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah Dan Muhammad adalah Rasulullah Kapan dia menyaksikan Tuhan? Pertanyaannya seperti begitu Kapan dia bertemu Muhammad yang sudah meninggal 1400 tahun yang lalu?

Ini pertanyaan orang positifis Orang seperti ini tidak bisa diajak berbicara mengenai hal-hal yang tidak real secara empiris kita tidak akan bisa bertemu dengan orang yang seperti ini yang tidak bisa dialog kita percaya kepada sebuah realitas yang tidak nampak secara empiris kita melihatnya bukan dengan mata kepala tetapi melihat dengan mata hati dan hanya kita yang mempunyai mata hati orang-orang positifis tidak mempunyai mata hati Ini perlu kita tegaskan, sebab kalau kita ditantang untuk membuktikan keberadaan Tuhan secara empiris, kita pasti akan berada pada pihak yang kalah, karena memang ranah kita tidak di situ. Tapi begitu kita jawab kepada mereka bahwa akal pun tidak empiris. Kalau Anda tidak percaya kepada akal, kepada sesuatu yang tidak empiris berarti Anda tidak punya akal.

Jawabannya saya kira tidak terlalu sulit. Maka inilah ranah worldview di dalam Islam. Bahwa kita meyakini sesuatu yang sebenarnya real tetapi dianggap tidak real.

realitas dalam pengertian ini adalah realitas yang nampak dan realitas yang tidak nampak bahkan the true reality atau absolute reality atau realitas yang mutlak itu adalah asas dari keyakinan kita dalam memandang segala sesuatu. Oleh sebab itu, kebenaran yang kita peroleh dari kedua realitas ini harus berbasiskan kepada ajaran yang memang mengajarkan kita ilmu tentang dua realitas ini. Dan itu adalah ilmu wahyu.

Oleh sebab itu, di dalam Islam tidak ada perbedaan ataupun dihutomi antara kebenaran realitas atau kebenaran objek. Dengan kebenaran subjektif Kalau orang mengatakan bahwa Apa yang kita yakini adalah kebenaran yang subjektif Itu adalah bahasa yang tidak perlu kita gunakan Karena di dalam Islam Subjektifitas dan objektifitas tidak bisa dipisahkan Sebab objek yang kita lihat itu Adalah objek yang kita lihat dengan cara pandang kita Seperti ini Sepandai apapun kita ingin melihat realitas empiris, kita tidak akan bisa lepas dari subjek yang melihat. Orang-orang positifis itu seakan-akan merasa bahwa apa yang dia lihat secara objektif adalah sebuah kebenaran yang mutlak. Tetapi sebenarnya ketika dia melihat realitas itu, dia melihat dengan cara pandang dia, dengan keyakinan dia, dengan ideologi dia, atau kepercayaan dia. Disinilah sebenarnya letak subjektivitas mereka.

Jadi sebenarnya mereka tidak objektif Mereka subjektif dengan pikiran-pikiran yang didasari oleh ideologi Maka dari itu ilmu pengetahuan sekalipun, sains sekalipun Tidak bisa dikatakan netral Dianggap bahwa sesuai dengan objek berarti netral. Dia tidak akan pernah netral dari ideologi, tidak akan pernah netral dari worldview atau pandangan hidup saintis itu. Maka dari itu... Worldview adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita kemudian yang menjelaskan mengenai hakikat segala sesuatu.

Hakikat segala sesuatu berarti Cara kita menemandang segala sesuatu harus berbasis tentang ajaran apa itu realitas dan ajaran apa itu kebenaran Ternyata apa yang kita anggap benar belum tentu dianggap benar benar oleh worldview yang lain apa yang dianggap benar oleh worldview Barat sekuler atau pandangan hidup bangsa-bangsa lain ternyata belum tentu kita anggap benar dalam worldview Islam hai hai Bahkan Prof. Alpar Salan Acigen dari Turki juga ini menambahi lagi bahwa visi kita tentang realitas dan kebenaran itu akan menjadi asas yang tidak ada. teramati di dalam perilaku kita nah dari sini kita kemudian memahami bahwa apa yang kita pikirkan dan apa yang kita yakini itulah yang kita kerjakan di dalam kehidupan kita maka dari itu seberapa perbuatan yang kita lakukan, sebaik apa perbuatan yang kita lakukan bisa dilacak dari keyakinan yang kita miliki Orang yang meyakini bahwa sedekah adalah sebuah perbuatan baik dan menyehatkan, dia akan bersedekah. Tapi bagi orang yang berpikir materialistis, sedekah bagi dia adalah penghamburkan uang.

Dan tidak ada istilahnya di dalam bisnis itu barokah Tidak ada, orang tidak meyakini barokah Dia tidak akan melakukan sesuatu yang bernilai barokah itu Ini salah satu contoh bahwa perilaku berkaitan dengan keyakinan Di dalam konteks Islam Saya kemudian menemukan Hubungan antara worldview yang memiliki tiga hal tadi, pikiran, keyakinan, dan perbuatan paralel dengan ilmu, iman, dan amal. Pikiran itu sama dengan ilmu, keyakinan itu sama dengan iman, perbuatan itu sama dengan akhlak. Trilogi ini sebenarnya adalah inti daripada berislam, yaitu syariah, akidah, akhlak, atau ilmu, iman.

iman dan amal atau kalau dalam ilmu menjadi fikih ilmu kalam dan tasawuf tiga hal ini selalu menyertai peradaban Islam dan inilah sebenarnya kunci dari keberhasilan peradaban Islam dalam sejarahnya yang gemilang Hai problemnya adalah ya Hai Tidak seluruh umat Islam itu mempunyai pikiran yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Islam. Apa itu pikiran? Pikiran itu sebenarnya adalah ilmu.

Yang dimaksud syariah itu sebenarnya ilmu. Ilmu bagaimana berislam sesuai dengan yang diajarkan Al-Quran adalah dengan menjalankan syariah. Memahami, menjalankan, kemudian meningkatkan diri kita dari syariah menuju akidah.

Jadi pikiran itu dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari keyakinan. Kalau di barat tadi bisa jadi orang memisahkan antara belief dengan thought atau dengan action. Di dalam Islam kita tidak bisa memisahkan tiga hal ini.

Pikiran kita dengan keyakinan kita dan perbuatan kita tidak bisa dipisahkan. Dalam konteks ulul albab, ini pesanan panitianya. Kata ulu itu. itu adalah pemilih albab itu adalah akal dari kata-kata luk, nah akal ini bukan sembarangan akal, karena di dalam Al-Quran juga ada kata aklun ada kata nafsun ada kata-kata fuad tetapi ketika Al-Quran menyebutkan inna fi khulki samawati wal ardi waqtila fi layli wal nahar la'ayatin li'ulil albab kenapa pensiptaan langit dan bumi kemudian pergantian siang dan malam itu tanda isyarat bagi orang yang punya akal berarti yang tidak punya akal tidak akan paham oleh sebab itu ulul albab ini adalah kelebihan keistimewaan orang-orang yang akalnya khusus bisa memahami itu orang yang tidak meyakini ini semua dia tidak termasuk menjadi ulul albab ayat selanjutnya menarik sekali adalah alladzina yadkurunallahakya man waku'udaw wa'ala junubihim orang-orang yang berzikir kepada Allah baik dia dalam keadaan duduk berdiri atau tidur berdiri atau tidur Berdikir dalam pengertian ini bukan berdikir tasbih dan lain sebagainya, tetapi adalah mengingat Allah.

Dan mengingat Allah itu adalah salah satu tanda orang beriman. Dari itu tafsirnya adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dalam segala keadaan. Lanjutannya, وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ سَمَوَاتِ وَالْأَرْضِ Dan dia berfikir tentang Allah. Penciptaan langit dan bumi Dia akan sampai Kepada sebuah Kesimpulan Oh Tuhan Engkau tidak sia-sia menciptakan hal ini Berarti bahwa orang yang beriman Dan berpikir Itu adalah orang-orang yang Ulul albab Makanya orang yang bisa berpikir sekaligus dia beriman itu adalah istimewa. Di barat ternyata keimanan tidak ada tempatnya dalam pemikiran.

Bahkan mungkin... beberapa dosen filsafat itu akan mengatakan kalau anda berpikir jangan berfilsafat kalau anda beriman anda jangan berfilsafat filsafat itu pikiran sedangkan iman itu di dalam hati pertanyaannya pikiran itu ada dimana padahal di dalam islam yang namanya hati itu adalah tempatnya berpikir oleh sebab itu tidak bisa pikiran dipisahkan dari keimanan disinilah tempatnya ulul albab itu nah sekarang mari kita kaitkan bagaimana ulul albab orang yang berpikir dan pikirannya itu merupakan bagian daripada keimanan, itu bisa berkembang di dalam worldview islam Caranya adalah mudah, keberislaman kita harus dimulai betul-betul dari pikiran. Kita memahami, menjalankan Islam harus dengan kesadaran.

Itu inti daripada kata-kata Ad-dinu aklun la-dina liman la-akla lah. Agama itu adalah akal. Tidak beragama orang yang tidak berakal.

Orang yang gila, orang yang tidak normal, itu tidak wajib beragama. Ada lagi, solat misalnya. Solat itu tidak boleh dilakukan oleh orang yang dalam keadaan tidak berakal. Seperti apa misalnya?

Seperti ketika dia mabuk. Janganlah engkau solat, kamu dalam keadaan mabuk. Oh disini baru kita tahu bahwa solat itu harus disadari.

Saidina Umar kemudian membuat catatan tentang sholat sholat yang benar itu seperti apa sebenarnya? illa iza akkolahu sholat yang benar adalah sholat yang dia sadari, dia pikirkan semua kebacaannya dia fahami dan itu merupakan bagian daripada pendekatan dia, ibadah dia kepada Allah SWT. Sama juga sholat, puasa, zakat, haji sebagai rukun Islam. Rukun Islam yang lima ini adalah bagian daripada cara kita membersihkan pikiran kita, cara membersihkan harta kita, cara membersihkan jiwa kita. Maka seluruh rukun Islam itu adalah bagian dari taskiyatun nafas, pensucian jiwa kita.

Untuk apa disucikan? Untuk supaya kita bisa beramal. Nah ketika kita mensucikan jiwa kita itu, kita akan meningkat keimanan kita. Maka dari itu di dalam berpuasa, itu ada catatannya, puasa yang diterima sebagai pengampunan.

apun dosa itu yang seperti apa? puasa yang imanan wahtisaban artinya bahwa puasa yang tidak disertai keimanan dia tidak akan berdampak kepada ampunan dosa berarti syariah harus disertai dengan akidah Ini beberapa waktu lalu omongan saya jadi viral Kemudian menjadi fitnah Saya bilang syariah saja tidak cukup Kemudian diserang dimana-mana saya Saya bilang syariah itu hanya Alat untuk bisa beramal dan meningkatkan akidah Tidak menggunakan akidah, syariah tidak ada gunanya tidak ada akidah syariah tidak akan mempunyai dampak apa-apa makanya inna sholatatan ha'anil fahsyak wal munkar itu apabila sholatnya disertai dengan keyakinan dan keimanan setelah itu adalah keyakinan meningkatkan syariah menjadi keyakinan keyakinan yang kita tingkatkan itu ada di dalam hati kita Keyakinan itu jumlahnya, rukunnya hanya enam, tetapi cabang-cabangnya dalam bentuk amal itu ada 77. Di antara cabangnya itu adalah berpikir yang benar, melakukan perbuatan yang benar, amanah, jujur, berbicara yang jujur, dan lain sebagainya. Orang tidak akan jujur kalau dia tidak bisa berpikir benar.

Orang akan korupsi kalau dia berpikir salah. Maka disini pentingnya orang mempunyai akidah yang benar, kemudian didasari oleh syariah yang benar, dan direalisasikan dalam bentuk amal-amal yang benar. Amal itu ada yang sifatnya individual, ada yang sifatnya sosial, ada yang sifatnya intelektual. Orang itu bisa berpikir salah kalau akidahnya salah.

Sebagai contoh misalnya. Ketika seseorang... Seorang itu rajin berdoa, rajin sholat, dia berharap dengan sholatnya itu dia bisa kaya. Sudah bertahun-tahun sholat dia tidak kaya-kaya. Dia tidak paham dengan apa yang dimaksud dengan syariah itu.

Tuhan tidak akan memberikan sesuatu permintaan misalnya. Kecuali Tuhan itu akan tahu akibatnya. Akan tahu lebih bijaksana daripada yang meminta. Tuhan masih menguji. Dan Tuhan tidak akan membiarkan orang mengatakan saya beriman.

Kecuali diuji oleh Tuhan dulu. Di sini. Dari muslim menjadi mu'min ini.

Ujianya berat. Jangan dikira Anda kemudian mengaku Muslim, mu'min. Di dalam surah Al-Hujurat jelas sekali, وَقَوْلَ تِلْنَعْرَبُ آمَنَّا كُلَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ كُلُّ أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانِ فِي كُلُّ بِكُمْ Orang-orang baik, baduy itu datang kepada Rasulullah dan mengatakan saya beriman ya Rasulullah turun ayat ini bilang kepada orang-orang baduy itu anda belum beriman bilang kepada mereka anda baru berislam baru menjalankan rukun islam walamma yatqul iman fikul lubikir iman belum masuk ke dalam hati hati itu apa?

hati itu adalah tempat kita berpikir tempat kita meyakini sesuatu, tempat kita berbuat sesuatu kalau hati kita ini belum dimasuki keimanan, pasti di dalam hati itu ada sesuatu yang bertentangan dengan keimanan ada satu hadis yang bisa menunjukkan hal itu yaitu kata-kata yasnizani wa mu'minun wa la yasriku sariqa wa huwa mu'minun wa la yakthul qatil wa huwa mu'minun tidak ada orang yang berzina pada saat yang sama di dalam hatinya ada keimanan itu berarti Perbuatan Dengan keyakinan Tempatnya sama Anda melakukan sesuatu itu Karena dorongan hati Hati itu tempatnya iman Sekarang yang mendorong Anda melakukan sesuatu itu Iman atau syetan Pertanyaan ini bisa Untuk kita semuanya Itu perbuatan Pikiran juga begitu Jangan dikira tidak ada syetan Yang mengganggu pikiran kita Yuwas visu visu durinas itu adalah mengganggu pikiran. Yuwas visu visu durinas yang mengganggu sholat-sholat kita ini menjadi tidak khusyuk. Berarti tempat keimanan dan perbuatan itu di situ.

Maka dari itu iman yang betul adalah iman yang dilaksanakan di dalam perbuatan. Dan perbuatan itu tidak hanya sesuatu yang sifatnya jasmani. Dia ada aspek rohaninya, ada aspek pikirannya.

Kalau kita ingin meningkatkan amal soleh kita, itu mudah. Kita perbanyak amal-amal soleh tetapi komitmen kita kepada keimanan itu menjadi nomor satu. Terima kasih.

Orang bisa saja melakukan perbuatan sekian banyak kegiatan sosial, menolong orang, tapi dia kadang-kadang lupa bahwa itu adalah bagian dari keimanan. Ini penting sekali dan saya rasa problem terbesar umat Islam adalah ini. Maka ketika kita ditanya, itu yang korupsi kok banyak orang Islamnya ya?

Berarti agama Islam ini bermasalah. Ini kesimpulan yang... Near worldview Kesimpulan yang tanpa worldview Tidak ada konsep Jadi setiap ada kejahatan Dikaitkan dengan apa yang Diakininya Orang korupsi itu bukan karena Dia seorang muslim yang baik Dia salah dalam berislam Orang mencuri, orang membunuh Dia agamanya islam, tetapi ingatlah dia Dia baru pada tingkat muslim, belum mu'min Tidak ada ceritanya seorang mu'min itu membunuh, korupsi, berzina dan sebagainya Itu tingkatannya baru muslim Muslim pun kadang-kadang muslim yang sholatnya bermasalah, puasanya bermasalah dan seterusnya Ini, di atas iman masih ada lagi, yaitu ihsan. Ihsan adalah sebuah peringkat berislam yang paling tinggi, yang itu merupakan sebuah kesadaran berfikir, berbuat, merasa, melihat, dan lain sebagainya.

Ini Islamnya orang yang dibawah CCTV Tuhan Dalam bahasa hadisnya adalah Anta'budallah ka'an naqatarahu Kamu menyembah Tuhan Kalau di bahasa modernnya Seakan-akan Tuhan punya CCTV di setiap tempat Tuhan mempunyai CCTV di kantor, di rumah, di jalan, dan lain sebagainya Ba'il lam takuntarohu fa'innahu yaroka Kalau kamu tidak merasa dilihat, kamu harus yakin Tuhan melihat kamu Sejauh mana kesadaran kita? Disinilah menjadi pertanyaan muhasabah kita di bulan puasa ini Kalau semua orang Islam Cara berfikirnya seperti tingkat ihsan Saya kira negeri ini aman-aman Kalau masalah minyak goreng kecil Masalah apa namanya Jaminan hari tua Itu kecil Orang semuanya tahu akal Saya masih ingat di daerah Rokan Hulu Di Sumatera Itu bupatinya sangat religius Dia dirikan seribu suluk Jadi semua orang di kabupaten itu Dikasih tempat-tempat dia tak korup kepada Allah Berzikir kepada Allah Pencurian menjadi 0%. Kemudian, korupsi di kabupaten sampai camat, sampai desa 0%.

Ada satu dua yang masih mencuri begitu. Tapi anda tahu, orang yang sapinya dicuri oleh pencuri itu, dia tawakal kepada Allah. Itu sapi bukan hak saya diambil oleh pencuri. Pasti Allah akan mengganti. Dan diganti oleh Allah.

Bayangkan, jadi kalau kita ada koruptor jangan ikhlas juga ya. Nggak apa-apa, kita dikorupsi, mudah-mudahan kita mendapatkan ganti dari Allah. Tapi masalahnya kita ini bukan orang mu'min yang betul-betul oleh Allah dilihat bahwa orang ini diuji lulus atau tidak. Kadang-kadang kita marah-marah dengan apa yang terjadi di negeri ini. Kemarahan kita ini bukan kemarahan yang berbasis kepada giroh dini ya.

Kemarahan kita karena kita lapar. Ini kesalahan bukan di tangan kita, kesalahannya ada di tangan pemimpin. Jadi pemimpin itu, Bapak Ibu sekalian, kalau dia menyengsarakan rakyatnya, dusanya itu adalah sejumlah rakyatnya.

Jadi kalau rakyatnya 270 juta, dusanya 270 juta. Apalagi kalau rakyat itu semuanya merasa bahwa dia tidak makmur, tidak bisa hidup dengan tentram, dengan hidup dengan normal karena kebijakan seorang pemimpin di sini. Ini hadis ini Jadi Cara berpikir pemimpin perlu Dibenarkan worldview nya Cara berpikir rakyat nya juga Perlu dibetulkan Jadi saya singgung tadi Kalau seandainya Tingkatan kita Ini adalah tingkatan mu'minin Saja, belum mu'minin Itu kita Akan menang Ternyata ada ayat ya, jaminan Allah itu berbunyi Walanyat'alallah lil kafirina alal mu'minina sabila Allah tidak akan pernah sekali-kali memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan orang Islam Tapi realitasnya kita kalah, ekonomi kalah, politik kalah, budaya kalah Berarti apa masalahnya ini?

Kita belum tingkatan mu'minin. Kan ingat, وَلَنْ يَجْعَلَمْ لَا لِلْكَفِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ Bukan muslimin. Sabila.

Tidak akan ada jalan masuk bagi orang-orang non-muslim mengalahkan orang-orang mu'min. Kenapa tidak bisa masuk? Karena semua orang mu'min itu adalah orang-orang yang amalnya sangat powerful.

Tidak ada sebenarnya yang bisa mengalahkan kejujuran. Tidak ada yang bisa mengalahkan amanah. Tidak ada yang bisa mengalahkan sebuah kebenaran yang dilaksanakan dalam kehidupan yang sangat luas, yang sangat masif. Itu realitasnya. Lebih-lebih sekarang...

Ada tuduhan bahwa orang yang akidahnya kuat itu lebih dekat kepada teroris. Review-nya salah, ini error. Kalau komputer harus disetting ulang itu. Cara pandang yang...

Orang-orang yang terbaik, manusia terbaik, itu adalah orang-orang yang imannya paling tinggi. Hadisnya jelas, أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ أَحْسَنُهُمْ كُلُقًا Sesempurna-sempurnanya orang adalah yang akhlaknya baik. Orang yang beriman itu akhlaknya baik. Kalau di dalam Islam, membunuh satu orang sama dengan dosa membunuh seluruh umat manusia, Anda bisa bayangkan, di mana letak terorisnya itu.

Ini ajaran Islam, tidak boleh membunuh orang itu. Berarti yang melakukan terorisme ataupun melakukan pembunuhan atas nama atau yang dituduh teroris itu, itu sebenarnya di luar pandangan hidup Islam dan tidak ada ajaran. dan tidak ada alasan untuk menyalahkan orang Islam Alhamdulillah sekarang PBB sudah mengeluarkan fatwanya 15 Maret adalah the day of anti-islam phobia Hari 15 Maret adalah hari anti-Islamophobia di seluruh dunia. Ini deklarasi PBB.

Jadi siapa-siapa sebenarnya yang menuduh Islam sebagai agama teroris, dia adalah Islamophobia melanggar deklarasi PBB. Ini melanggar HAM. Jadi Islamophobia melanggar HAM.

Ini harus kita suarakan. Kembali kepada keimanan, jadi cara kita memandang kehidupan itu harus berbasis kepada ilmu pengetahuan Ilmu itu adalah syariah, anda berdagang, berbisnis, anda hidup di masyarakat harus menggunakan syariah Anda berpolitik harus pakai syariah, anda membuat sekolah harus berbasis kepada syariah Syariah itu luas, jadi kalau syariah dalam pengertian rukun Islam hanya lima. Tetapi syariah dalam pengertian yang luas adalah seluruh aspek kehidupan kita.

Tidak ada satu aspek pun di dalam Islam yang tidak diatur. Masuk kamar mandi saja ada aturannya. Ini adalah syariah, itulah ilmu. Makanya, seorang yang namanya dalam bukunya Knowledge the Triumphant Itu dia mengatakan bahwa Islam adalah ilmu.

Maksudnya Islam dalam pengertian ini adalah syariah. Jadi kita tidak akan bisa menjalankan Islam secara utuh kecuali kita memahami ilmu-ilmu bagaimana Islam mengajarkan kita. Itu satu. Keyakinan kita adalah keyakinan terhadap sesuatu yang mahamutlan Dan itu akan mempunyai dampak terhadap keyakinan kita terhadap apa yang disebut dengan real dan tidak real Dan itu akan berdampak kepada apa yang harus kita lakukan terhadap realitas itu maka iman di dalam Islam itu ada tiga aspek pernyataan dengan lisan keyakinan di dalam hati dan realisasi dalam perbuatan ini iman jadi orang yang beriman mestinya itu beramal soleh kalau dia tidak beramal soleh berarti masalah dengan keimanannya atau kurang makanya dalam hadis disebutkan iman itu ada 77 cabang dia akan bertambah dengan banyaknya cabang yang dia lakukan dia akan berkurang dengan berkurangnya cabang yang dia lakukan disini kaitannya dengan ulul albab adalah ketika seorang beriman dan dia harus berpikir maka pikirannya harus berbasiskan kepada keimanannya keimanan itulah yang akan mendorong kita beramal dan berpikir oleh sebab itu kata ulul albab Atau kata albab itu adalah akal atau pikiran yang diberi cahaya oleh Allah Makanya dalam pengertian lain udul albab adalah intelektual mu'min bukan muslim Intelektual yang beriman Basisnya adalah ayat yang saya baca tadi Yathkurun wa yatafakarun pada saat yang sama Itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini, mudah-mudahan kita diberkahi pada bulan Ramadan ini. Mudah-mudahan puasa kita ini juga puasa yang berakhir dengan ketakwaan.

Alhamdulillah. mudah-mudahan yang kita laksanakan ini basisnya adalah keimanan kita kaitkan terus apa yang kita laksanakan ini dengan keimanan kita dan kita kaitkan segala sesuatu itu lillahi ta'ala aku lukaui wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh