Transcript for:
Kisah Horor Penyerupaan Identitas

Nah, di situ ibu ngomong, "Nak, nih yang harus kamu tahu yang ada di luar situ kami semua di desa ini menyebutnya bayangan pulang." Hai, asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih sudah klik video ini. Seperti biasa di malam Jumat ini aku datang kembali menemani kalian dengan menceritakan satu lagi kisah horor. Wa wa wa. Kalau di KHW sebelumnya kita ini sering sekali mendengar kisah Wawa yang diteror oleh sosok hantu. Di kisah malam ini terornya itu agak lain, Wak. Betulan, agak lain kali. Kisah ini itu menceritakan sosok hantu yang menyerupai wajah orang bertahun-tahun. Saking miripnya, Wak, sampai-sampai orang tuh orang-orang yang lainnya ya. Orang-orang tuh enggak bisa ngebedain mana orang yang asli dan mana yang jadi-jadian. Terornya betulan agak lain, Wa. Serius. Ini aku jamin kali nih, Wak. Ya, kalian pasti enggak pernah dengar kisah ini di KHW-KhW yang lain ataupun kisah-kisah horor lainnya yang pernah kalian dengar gitu loh. Kayak gimana kisah selengkapnya. Jadi tanpa berlama-lama kita langsung masuk aja ke ceritanya. Check it out. Tapi tunggu sebentar waak sebelum aku masuk ke kisahnya aku mau sampaikan satu informasi penting nih buat Wawa-Wwa kesayangan aku semua. Karena di sini aku pengen makin dekat dan sharing lebih banyak dengan kalian. Aku mau mengundang kalian untuk bergabung di YouTube membership Nadya Omara. Dengan menjadi YouTube memberku setiap bulannya, Wak, kalian akan mendapatkan pertama tambahan satu konten eksklusif dengan experience baru yang tidak biasa. Terus ada kalanya juga nih konten eksklusif ini bisa menjadi tempat aku dan tim bisa lebih bebas berekspresi lagi tanda kutip dan juga menyampaikan informasi detail yang tidak bisa kami sampaikan di konten-konten biasanya. Dan selain itu kalian juga akan mendapatkan bages khusus di samping nama akun YouTube kalian dan juga nantinya kalian bisa saling komen dengan berbagai emoji khusus khas Nadya Omara Channel. Tapi ini enggak ada paksaan, wa kalian yang mau-mau aja. Cara bergabungnya juga gampang sekali waak. Kalian tinggal langsung masuk ke halaman channel YouTube Nadya Omara lalu klik tombol join atau gabung. Dan kalau sudah, kalian tinggal langsung melakukan pembayaran melalui dompet digital yang kalian punya. Udah selesai. Selamat bergabung dan selamat menikmati konten eksklusif dari kami di YouTube membership Nadio Omara. Kita tunggu kalian di room members only ya. Oke W. Jadi kisah ini dikirim sama WA kita yang bernama Dinda dari Kalimantan. Halo Dinda. Nah, jadi kisah ini tuh datang dari suaminya Dinda yang bernama Dennyi. Waktu si Deni ini lagi penyuluhan di sebuah desa kecil di pedalaman Kalimantan. Waak. Jadi ceritanya di tahun 2019, Deni sama tim kantornya ditugaskan dari kantor untuk mengadakan penyuluhan tentang pengelolaan hutan di sebuah desa kecil yang kita sebut aja namanya Desa Awa. Nah, mayoritas warga di Desa A ini adalah suku asli e Kalimantan yang masih kental sekali dengan adat istiadatnya. Nah, di situ ada satu pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun yaitu dilarang masuk ke wilayah Desa A pada hari tertentu setelah magrib. Dinda di sini memilih untuk tidak menyebutkan langsung nama harinya tuh hari apa, Waa. Tapi biar gampang, biar memudahkan cerita, kita anggap aja itu tuh hari Rabu, Wak. Ya, jadi setiap hari Rabu, Rabu malam orang tuh enggak boleh masuk ke desa itu. Nah, waktu itu Denny sama timnya nyampai di desa itu hari Selasa malam, Mua. Bukan Rabu malam nih, Selasa malam. Nah, akhirnya kedatangan mereka pun langsunglah disambut baik oleh Bapak Kepala Desa Selayaknya menyambut ee tamu wa Pak Kades ini juga menyuguhkan banyak sekali minuman, makanan sambil juga mengajak mereka ngobrol-ngobrol. Nah, lalu di tengah obrolan soal kerjaan ini, Wa, di tengah-tengah obrolan itu udah agak santai nih, si Pak Kades itu bilang, "Mas, untung aja perjalanan kalian lancar dan bisa sampai di desa ini tepat waktu. Karena kalau misal kalian sampainya besok nih di hari Rabu malam, pasti enggak ada nih warga-warga di sini yang mau nerima kalian. Kata si Pak Kadis kayak gitu. Dengar itu nanyalah si Deni, "Loh, Pak, emang ada apa, Pak, sama hari Rabu malam?" Itu tuh memang udah jadi pantangan di desa kami, Pak. Bahaya kalau ada yang melanggar. Dulu pernah ada kejadian orang yang ngelanggar pantangan itu dan sampai sekarang dia masih harus nanggung akibatnya, Pak. Kata Kades, "Oh, iya, Pak. Emangnya kejadiannya gimana, Pak? Siapa yang sudah langgar pantangan itu?" Kata Mas Deni lagi kan Pak Kadis bilang dia anak saya sendiri namanya Rico Mas katanya. Nah karena penasaran Deni sama timnya pun nanya lagi ke Pak Kades soal kejadian Rico ini. Pak Kades pun bercerita, Wa inilah dia ceritanya. Inilah yang agak lain tuh ya. Nah, jadi wa peristiwa horor yang dialami sama Rico ini terjadi di tahun 2010. Jadi pada saat itu Rico ini bekerja sebagai karyawan swasta di Pulau Jawa. Waak. Dia udah ngerantau di Jawa udah lumayan lama 9 tahun. Tapi jarang pulang ke rumah, jarang pulang ke Kalimantan karena sedang menghemat biaya. Nah, pada suatu hari ibunya Rico ini nelepon, "Nak, gimana kerjaan kamu di kantor? Kalau ada waktu lowong atau waktu luang, tolong sempetin pulang, ya. Ini bapak kamu sakit pengin ketemu sama kamu. Tapi ingat ya, Nak, jangan hari Rabu, ya, kata ibunya kayak gitu. Nah, sebenarnya di sini Rico udah tahu wa soal pantangan itu. Pantangan enggak boleh balik hari Rabu. Karena sejak kecil dia tinggal kan di lingkungan masyarakat yang memang masih kental kali sama ritual adat di sana kan. Apalagi di Desa A ini. Tapi Rico sendiri orangnya tuh agak skeptis, waa. Jadi dia enggak begitu percaya tuh sama tahayul-tahayul kayak gitu. Selama ini Rico tuh ikut menjalankan tradisi di desanya cuman untuk menghormati para warga di sana aja. Akhirnya setelah omongin kayak gitu sama mamaknya, Rico bilang, "Oh, iya, Bu. Baiklah, Rico usahakan pulang secepatnya ya. Nanti Rico coba cari jadwal yang aman biar bisa sampai di hari eh di desa sebelum hari Rabu malam." Kata si Rico kayak gitu. Dah, Rico pun ajin bloklift nih, ngajuin cuti ke kantornya. Dia pun mulailah nyari tiket penerbangan ke Kalimantan. Dan ternyata penerbangan yang tersedia di dalam waktu dekat itu cuman ada di hari Selasa malam. Jadi ragulah si Rico. Kalau aku berangkat hari Selasa waktunya terlalu mepet. Dari bandara ke desa aku atau ke desa A ini masih harus lewat jalur darat lagi. Wak itu juga belasan jam. Total perjalanan bisa sehari semalam. Kalau dihitung-hitung aku baru akan sampai di desaku Rabu sore. Aman enggak ya? Kata si Rico kayak gitu. Nah, di tengah keraguan itu Rico mikir lagi, "Yang jadi pantangan kan kalau misalnya masuk ke desa tuh Rabu malam kan. Berarti kalau misalnya aku datang pas hari Rabu sore harusnya masih aman nih. Ya udahlah aku berangkat aja lah. Semoga enggak ada apa-apa gitu." Ditambah lagi kan Ro juga agak skeptis kan waak. Dan dibelilah tiket hari itu. Jadi intinya dia tuh kemungkinan akan nyampai di desa sore. Ada lah tuh kan. Akhirnya setelah melewati perjalanan udara yang melelahkan, Rico pun sampailah di Kalimantan di Rabu dini hari. Tanpa membuang waktu lagi, Rico pun langsung melanjutkan perjalanan darat dengan naik mobil travel wa menuju ke desanya dia desaan. Dan waktu itu Rico adalah satu-satunya penumpang di travel itu wa. Dan di sepanjang perjalanan juga sopir travelnya ini yang ngantarin Rico ini waak banyak diam. Dia diam aja gitu. Di situ Rico tuh tahu betul kenapa enggak ada penumpang lain selain dia. Dan Rico juga tahu kenapa sopirnya dari tadi diam aja waak. Ini udah pasti alasannya karena pantangan yang sudah aku sebutkan tadi wa. Karena semua orang di sana tuh tahu betul kalau mereka tidak boleh masuk ke desa A pada hari Rabu malam. Pak Sopirnya juga tahu. Cuman dia nekad nganterin si Rico karena Rico mau ngasih bayaran lebih gitu kan. Kirnya udah tuh paknya dia sendiri doang yang ada di sana. orang enggak ada yang berani ke sana apalagi Rabu malam gitu kan. Dah. Nah, karena Pak Sopirnya tuh ya udah cuma diam aja Rico juga ikutan diam. Jadi sepanjang perjalanan yang belas jam itu mereka enggak saling ngobrol waak. Sampai akhirnya waktu mereka memasuki area hutan, Wa. Dari kejauhan Rico tuh ngelihat ada laki-laki macam bapak-bapak gitu pakai topi caping bajunya lusuh kali lagi jalan sendirian. Macam orang baru balik beladang, Pak. Dan pas mobil mereka ngelewatin dia, Rico enggak sengaja noleh ke belakang. Dia mau ngelihat nih laki-laki itu siapa gitu kan. Waktu dia tengok ke belakang enggak ada laki-laki itu. Waak waktu lewat masih kelihatan waktu dia tengok ke belakang udah enggak ada hilang. Nah di saat yang sama Pak Sopir ini tiba-tiba panik dia langsung negur si Rico ngebentak. Jangan nengok ke belakang Mas. Jangan lihat ke belakang. Udah fokus aja ke depan katanya. Oh iya Pak. Iya Pak. Maaf gitu. Bapak tadi ngelihat enggak orang itu kok tadi waktu saya tengok ke belakang enggak ada ya Pak. Udah Mas sudah enggak usah dilihat. Itu saya yakin bukan manusia. Udahlah jangan bahas lagi. Takutnya dia numpang kata bapaknya langsung panik waa. Nah setelah ditegur sama Pak Supir dah Rico diam aja tuh. Dia enggak mau lagi noleh ke belakang, ya kan? Sementara Pak Sopir kembali diam lagi sambil mengendarai mobilnya dengan agak ngebut nih. Gara-gara perjalanan ke desa masih jauh, Wak. Ini belum apa-apa udah tengok kayak gitu baru juga masuk hutan ya kan? Udlah ngebut lagi. Nah, di tengah jalan apesnya wa ban mobil mereka pecah. Tiba-tiba Pak Sopir panik langsunglah itu kan keluar mobil buru-buru lah ganti bannya pakai ban cadangan. Memang kan dibawa sama si Bapak. Nah, di situ Pak Sopirnya bilang, "Duh, Mas, ini bannya malah pecah. Kayak kita bakal telat ini sampai ke desa kalau langit udah gelap saya enggak berani, Mas, masuk ke sana, Mas. Ya, maaf kali ini, Mas, ya. Saya kembalikan juga duit, Mas. Enggak apa-apa gitu. Ada kau bilang, "Oh, ya udah, Pak, enggak apa-apa. Udah, Bapak enggak usah takut. Nanti Bapak antar saya sampai ke gerbang desa saya tuh. Udah, Bapak enggak usah masuk, biar saya sendiri jalan masuk ke sana." Katanya kayak gitu. Dah, Pak Sopir pun setuju. Maaf ya, Mas ya. Enggak apa-apa. Ya udah, Pak. Enggak apa-apa gitu dah. Setelah urusan ee beres, negosiasi tadi juga udah selesai. Rico sama Spopir ini pun lanjutlah itu perjalanan dan sesuai dugaan waak perjalanan mereka memang molor kali. Mereka baru sampai di gerbang Desa A pasali menjelang magrib waak udah mau gelap nih ya kan. Dah Pak Sopir pun langsung nurunkan Rico di sana barang-barang diturunin. Maaf ya Mas ya saya betulan enggak berani. Udah Pak enggak apa-apa gitu. Udah enggak apa-apa saya jalan aja kata Roiko. Masih harus jalan lagi nih wak sampai untuk bisa nyampai ke rumahnya sekitar 15 menitan lagi. Jalanlah Ro pergilah Bapak ni kan. Suasana desa tuh sepi kali, waak. Enggak ada yang lalu-lalang ataupun sekedar duduk-duduk di teras tuh enggak ada. Padahal baru menjelang magrib nih udah enggak ada, udah sepi kali. Nah, pas Rico lewat ke desanya itu dia notice ada beberapa warga yang ngintip dia dari jendela rumah ya kan. Terus enggak lama kemudian waktu dia lewat ini, beberapa warga juga langsung matiin lampu luar rumah mereka, Pak. Langsung ngebatin si Riko. Ini ngapa mereka kok kayak takut kali ngelihat aku gitu kan. Ah, Riko jalan terus jalan jalan jalan. Udah agak gelap nih. Gelap, gelap, gelap. Dia masih menahan rasa herannya. Tapi dia jalan aja. Lalu beberapa menit kemudian sampailah dia di depan rumah. Wak dia ketok langsung disambut sama mamnya. Nengok kedatangan Rico tegang langsung mamnya, "Nak, aduh, kenapa tetap datang Rabu malam kayak gini?" Udah tapi syukurlah akhirnya kamu juga sampai. Ibu dari tadi khawatir nungguin kamu. Ibu pikir kamu bermalam dulu lah di mana gitu. Jangan sampai Rabu malam. Ini kamu datang sendirian kan? Kata panjang ceritanya Bu. Udah yang penting kan Rico sampai di sini. Iya Bu. Rico juga sendirian. Emang mau sama siapa lagi, Rico? Oh, ya udah syukurlah enggak kok. Udah bukan siapa-siapa. Ya udah cepat masuk, cepat masuk ke rumah. Kata mamaknya kan. Nah, setelah mereka masuk ke rumah ibu langsung ibu tuh kelihatan panik ngunci pintu loh. Ngunci pintu ditutup semua jendela. Ibu bilang, "Riko, dengar kata ibu ya, kalau nanti malam ada yang datang dan ngetok pintu, jangan dibukain." Kata mam kayak gitu. Nah, di situ Rico enggak e cuman enggak terlalu fokus sama ucapan mamnya. Dia cuman ngangguk-ngangguk aja. Rico kan balik fokusnya buat apa? Buat bapaknya lagi sakit, ya kan? Mak Rico langsung datang nih nyamperin bapaknya, bapaknya di kamar. Dan ternyata nyampai di kamar juga Bapak menyampaikan hal yang kurang lebih sama kayak ibu tadi. Waak, Bapak bilang, "Riko baru sampai kok, Nak. Hati-hati, Nak. Ya, nanti malam kalau kau dengar, kalau kau lihat sesuatu jangan pernah keluar dan jangan pernah kau bukain pintu." Kata Bapak, Bapak lagi sakit masih juga ngingetin kayak gitu, Waa. Dengar itu, Rico yang cenderung skeptis jawabnya masih santai tuh. Oh, iya, Pak. Iya. Toh Rico juga udah capek kali perjalanan jauh, Pak. Rico enggak akan keluar ke mana-mana. Rico juga udah lihat Bapak nemenin Bapak bentar. Rico udah mau tidur juga kata gitu. Udahlah temeninnya lah Bapak bentar ngobrol ngob bentar. Nah malam itu setelah semua selesai dia bersih-bersih. Rico langsung lawa masuk ke dalam kamar dan bersiap mau tidur. Lalu pas Rico baru saja memenjamkan mata waak tiba-tiba dia dengar ada suara orang bedehem dari teras depan rumahnya. Rico ngerasa waktu dengar suara itu macam familiar kali wak suaranya. Rico keluarlah. Dia berjalan perlahan mendekati jendela untuk ngintip keluar kamar maksudnya. Nah, pas Hordan itu terbuka, W Rico ngelihat ada seorang pemuda lagi berdiri ngebelakangin dia. Dia pakai jaket warna biru tua terus pakai ransel coklat. Walaupun Rico enggak bisa ngelihat wajahnya, Wak, ya. Tapi waktu nengok itu Rico langsung familiar kali sama ini dia nih siapa ya? Kok macam kenal ya aku? Nah, kan karena memang orang di luar itu kan jadi Rico enggak begitu takut. dia mau ngebukain pintu, dia pikir itu tamu. Waktu dia mau buka, ibu dari belakang sudah teriak, "Rico, jangan buka." Udah ibu bilang kan kalau malam ini ada yang datang, "Udah abaikan aja. Jangan buka katanya." "Eh, iya Bu, maaf kaget." Eh, iya Bu, maaf maaf. Itu tapi di depan ada tamu Bu, ini Rabu malam. Nah, enggak ada orang bertamu di hari Rabu malam di sini sejak kapan kat gitu. Tapi kebetulan ada orang di teras, Bu. Kata gitu. Tanpa mengatakan apa-apa ibu langsung berjalan waak ke arah jendela kan dibuka. Eh, hordennya lebar-lebar. Di situlah waak ibu juga melihat ada laki-laki yang masih berdiri di teras depan. Masih nih ngebelakangin mereka. Lalu waktu itu ibu langsung baca doa. Wa baca doa yang dulu pernah diajarkan sama ketua desa di sana gitu. Jadi macam semua di semua orang di semua rumah tuh ada doa itu. Ibu bacalah doa itu. Kan waktu dengar ibu lagi baca doa wak tubuh laki-laki yang di luar itu langsung ya kan tegak ya langsung menegang gitu. Lalu dengan gerakan perlahan dia mulai balik badan menoleh ke arah mereka. Pas mereka beradu tatap Riko kaget bukan main karena ternyata wajah laki-laki itu tidak lain tidak bukan adalah wajah dia sendiri itu Rico. Tapi memang wajahnya pucat tatapannya kosong dan kedua matanya hitam semua. Ricoy nah di situ Rico itu baru ternyata jaket biru sama ransel coklat yang dipakai sama laki-laki tuh itu pakaian yang sama waktu dia pakai selama perjalanan balik. Wak itu eh iya deng itu baju aku gitu. Saking kagetnya sama penampakan itu, Wak Rico tuh cuman bisa heh heh nge-freeze dia. Lalu sesaat kemudian laki-laki tuh mundur mundur mundur menjauh dari rumahnya hilang gitu aja. Astagfirullah merinding aku. Itu mamnya tengok mamnya juga lihat. Mam langsung nenangin Ro. Udah nak tenang nak tenang istigfar. Dia udah pergi sekarang kamu tidur. Ingat pesan ibu kamu sudah lihat sendiri kan itu bukan manusia. Kalau kamu nanti dengar lagi sesuatu, kamu lihat lagi sesuatu jangan pernah keluar rumah dan buka pintu nak ya. Tolong. Iya, Bu. Iya, Bu. Dia masih agak syok kayak gitu. Diantarlah sama mamaknya ke kamar lagi. Nah, keesokan paginya waktu Rico bangun tidur, Wa, dia lihat ibu lagi membakar sesuatu di halaman depan rumah. Nah, waktu didekati barulah kelihatan kalau ibu tuh macam lagi bakar e seikat daun, daun kering, serta beberapa barang pribadinya ee Rico wa. Ada potongan kuku, ada helai-helai rambutnya si Rico yang rontok di sisir. Terus ada juga beberapa potongan baju Rico. Nanyalah Rico kan, "Eh, Bu ngapa dibakar, Bu?" Udah, Nak. Diam aja kau. Ini harus dibakar. Biar dia enggak tahu lagi gimana caranya kembali. Dia siapa nih, Bu? Kembali ke mana? Udah, udah, udah enggak usah ditanya. Kamu pergi aja masuk ke dalam sarapan. Udah ibu siapin kayak gitu. Udah baliklah si Rico nih. Tapi ibu lagi bakar-bakar kayak gitu. Selagi ibunya masih sibuk bakar-bakaran di halaman depan, Rico sarapan gitu. Nah, hari itu Rico enggak ada agenda apa-apa waak. Dia cuman stay di rumah aja sama bapak dan ibunya. Dan harusnya hari itu terasa menyenangkan bagi mereka karena Rico kan akhirnya bisa pulang. Wah, kan dia jarang juga kan balik dari Jawa itu kan. Tapi sayangnya sepanjang hari itu Rico ini malah diliputi perasaan cemas waak karena dia ngerasa ada macam yang salah sama tubuhnya. Jadi wa pada saat itu Rico ni beberapa kali ngerasa sekujur tubuhnya tuh mendadak panas dingin. Padahal dia lagi enggak demam waak. Dan setiap kali Rico ini bercermin wa dia ngerasa ekspresi di cerminnya itu kok macam berbeda dengan ekspresi wajah aslinya. Jadi macam dia enggak sengaja lagi senyum. Bayangan di cermin itu macam datar. Nanti misalnya dia lagi tidak berekspresi apa-apa, bayangan di cermin itu kelihatan macam orang yang lagi marah. Kok bisa kayak gini nih? Nah, melihat keanehan itu Rico masih positive thinking. Mungkin aku cuman salah lihat kali ya, Gara kemarin aku lagi jetl lah. Ini kan lagi kecapekan kan perjalanan aku jauh kali kemarin. Nah, Rico pun abaah abaikanlah kejanggalan itu. Dia melanjutkan lagi aktivitas seolah-olah tidak terjadi apa-apa sampai akhirnya pas malam tiba kejadian horor balik lagi terjadi, Wak. Jadi ceritanya malam itu pas Rico ini lagi siap-siap tidur, Wa. Dia dengar lagi ada suara orang ngetuk pintu rumahnya lagi. Karena dia masih kapok sama kejadian kemarin, akhirnya Rico udah dia dengar kata mamnya diabaikanlah suara itu. Dia lanjut lagi mau tidur nih. Tapi sesaat kemudian Rico dengar orang yang lagi ngetok pintu itu bilang, "Bu, aku belum masuk, Bu. Tolong bukakan pintunya. Aku masih di luar Bu." Suara itu suara Rico, Wak. Suara familiar kali di telinga Rico. Memang suaranya dia. Rico jadi kayak dia satu sisi dia agak syok sama kejadian kemarin, tapi sisi lain juga penasaran pengen ngintip. Akhirnya ia bangun dia dari kasur ya. Dia berjalanlah ke jendela luar. Waktu Rico siba ordennya lagi-lagi mama udah standby di belakang langsung dia omel. Riku jangan dibuka. Iya Bu. Mamu tapi penasaran Rico dia masih di luar. Udah biarin aja jangan dibuka. Itu bukan tamu Bu. Tuh jangan-jangan sosok yang kemarin lagi ya Bu. Sosok yang mirip Rico tuh datang lagi dia, Bu. Ya, ibu nganggu. Iya, kalian memang mirip kali, Nak. Sampai ibu enggak bisa ngebedain ini ya di antara kalian berdua. Kamu yang asli kan, Nak? Kata sampai kayak gitu mama nanya, "Yuar yang palsu kan, Nak?" "Iya Bu, betulan, Bu. Ini Rico yang asli yang di luar bukan. Ini masa Rico ada dua, Bu. Di luar tuh siapa?" Nah, di situ Ibu ngomong, "Nak, nih yang harus kamu tahu yang ada di luar situ semua di desa ini menyebutnya bayangan pulang. Dia makhluk yang mencari tubuh lain untuk dihuni. Dia akan muncul kalau ada orang yang datang ke sini pada waktu terlarang." Itulah dia hari Rabu malam. Itulah kenapa Ibu minta kamu untuk jangan pulang hari Rabu malam karena dia memang lagi mencari itu. Ialah, Bu. Macam mana dia muncul? Dari mana, Bu? Kemarin kan aku datang ke sini sama super travel-nya pun super travelnya berhenti depan gerbang ee desa. Tapi kenapa malah aku yang kena, Bu? Udah sekarang Ibu tanya. Coba kamu ingat-ingat lagi. Sepanjang perjalanan kamu menuju ke desa, kamu sempat papasan enggak sama orang lain? Sempat enggak? Nah, biasanya si sosok itu ngikutin orang yang sempat tatapan sama dia, Nak. Nah, di situ Rico langsunglah keingat kalau Oh, iya ding. Di perjalanan kemarin aku sempat ketemu yang tadi itu loh, laki-laki baju lusuh pakai caping tuh ada di pinggir jalan tuh loh. Yang waktu dia tengok udah enggak ada. Rico cerita loh itu ke mamnya kan. itu Bu Rico papasan sama dia kayaknya laki-laki itulah yang udah nyamar jadi aku ya Bu ya. Tapi aku tuh enggak sempat tatapan mata sama dia karena waktu aku tengok dia langsung hilang. Tapi aku lihat dia memang ter kayak gimana nih, Bu? Masa dia bakal terus datang tiap malam Bu. Mungkin walaupun kamu enggak sempat papasan mata sama dia, tapi dia tahu kamu ngelihat dia, Nak. Yang Ibu tahu dia bakal nyamar jadi kamu, Wa. Eh, Wa pula, Nak. Terus nanti pelan-pelan dia bakal gantiin kamu beneran. Kalau kamu buka pintu waktu dia datang, dia akan masuk. Kalau kamu ngejawab waktu dia manggil, dia bakal niruin suara kamu. Tapi kalau kamu biarkan dia tetap di luar, Nak, lama-lama dia bakal pergi sendiri. Jadi sekarang kita biarin aja dia tetap di luar, Nak. Udah jangan kau bukain pintu. Dia bukan tamu, dia bukan orang. Biarkan nanti dia pergi sendiri gitu kata mamnya. Udahlah kan. Meskipun tiap malam sosok itu masih terus datang, waak di hari-hari berikutnya Rico udah enggak mau lagi ngintip lagi. Tetap tetap kedengaran ngetok pintu dan lain sebagainya. Rico berusaha untuk melanjutkan aktivitasnya senormal mungkin dan mengabaikan si sosok yang masih terus datang tiap malam ini. Tapi sayangnya sejak saat itu hidupnya Rico udah enggak pernah sama lagi, Wa. Nah, jadi wa setelah mengalami teror dari sosok si laki-laki itu, Rico ini dilarang keluar pada malam hari. Rico cuman boleh keluar waktu siang aja sama mama bapak ya kan. Akhirnya Rico pun memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Nah, pas siang tiba Rico akan keluar rumah dan menyapa para tetangga yang lagi papasan sama dia. Sebagai orang yang udah lama merantau wa ya Rico ini sebenarnya senang kali wa bisa ketemu lagi sama tetangga-tetangganya ini kan tetangga masa kecilnya kan. Tapi sayangnya setiap kali Rico ini ketemu sama mereka waak tetangga-tetangga ini langsung ketakutan dan pergi menjauhi Rico. Nah ternyata kabar soal Rico yang melanggar pantangan desa dengan pulang di hari Rabu malam ini kan udah tersebar ke mana-mana rupanya. Warga ini tahu betul kalau ada orang yang melanggar peraturan itu, itu pasti akan diikuti oleh sosok yang menyamar. Jadi dia. Alhasil setiap kali papasan sama Rico, wa warga ini jadi bingung ini betulan Rico apa bukan nih? Nih sosok jadi-jadian itu janganjangannya kayak gitu. Nah, karena mereka enggak bisa ngebedain mana Rico yang asli dan mana Rico yang jadi-jadian makanya mereka pun memilih untuk pergi. Kalau Rico ada, mereka ngejauh gitu loh, Wak. I kalau misalnya Rico betulan, kalau misalnya Rico jadi-jadian macam mana? Mereka juga takut. Nah, sikap tetangga-tetangganya nih, Wak, bikin Rico down. Rico sampai enggak enggak mood makan dia. Dia agak susah tidur. Dan beberapa hari kemudian Rico langsung sakit. Nah, sejak Rico sakit, Wak, suasana di rumah tuh jadi kerasa macam berat kali, macam dingin kali gitu, Wak. Tapi untungnya kondisi Bapaknya berangsur-rangsur baik, Pak Kadesnya membaik sehingga gantian Bapak yang jadi malah ngerawat Rico. Nah, setelah seminggu sakit, kondisi Rico belum juga membaik. Wak sama Ibu sampai ikut itu nemenin Rico tidur di kamarnya juga. Nah, sampailah pada suatu malam pas Rico ini kebangun, dia ngelihat mamnya lagi tidur satu kasur sama dia. Sedangkan Bapak tidur di kasur yang berbeda sambil memeluk senjata tradisional Kalimantan. Bapak udah macam standby gitu loh, Wak. Nah, di situ Rico ngebangunin e mamaknya karena dia mau minta tolong diantar ke kamar mandi. Dia mau buang air kecil, Wak. Nah, karena tubuhnya Rico ini masih lemas, mamaknya itu sudah bangun dipapahnyaalah Rico ini pelan-pelan ke kamar mandikan. Di saat yang sama, Bapak yang tadi masih tidur ikutan kebangun nih, Waa. Lalu dari bangun yang mereka bertiga mau nganterin Bapak kebangun bentar. Tiba-tiba mereka bertiga dengar ada suara ketukan di depan pintu. Pintu pintu utama. Bapak nanya, "Eal datang lagi dia nih. Udahlah biar aja Bapak ajak dia ngomong gitu kan." Kata si Bapak. Bapak berjalanlah ke arah jendela depan sambil menggenggam senjata yang dia bawa tadi, Wak. Lalu pada saat Horden dibuka memang betul laki-laki yang menyerupai Rico itu ada di depan mereka. Dan sosok itu lagi-lagi berdiri di teras sambil memandang mereka dengan tatapan kosong tanpa ekspresi dan wajahnya pucat macam mayat yang macam mayat gitu kan. Tapi bukan-buka Rico. Nah, lihat sosok itu Rico kan ada di situ juga. Rico nge-freeze lagi udah kata ibu tunduk tundukin kepalamu. Jangan balas tatapan dia lagi. Udah dia bukan kamu. Tunduk langsung Rico nunduk. Sementara Bapak dengan berani langsung menatap si sosok duplikan anaknya ini sambil ngbentak. Apa lagi maumu? Hah? Ngapain kau ke sini? Pergi kau dengan suara liri si sosok itu bilang, "Bukain pintunya, Pak. Saya lupa bawa kunci." Kata dia kayak gitu. Sedetik kemudian si sosok ini beralih menatap ke Ibu. Dia bilang lagi, "Ibu, bukain pintunya. Saya belum makan. Di dapur ada daun ubi tumbuk kan, Bu? Ibu udah masak untuk saya kan." Taj lagi kayak gitu. Dengar itu. Ibu diam. Ibu enggak jawab apa ibu tetap tuh pegangin tangan Rico karena Rico ini gemetar nih Rico nunduk gitu kan. Lalu seolah lagi ngejek Rico yang lagi ketakutan. W si sosok ini tiba-tiba ketawa tapi ketawa suara binatang macam suara binatang tu loh kata dia gitu. Pasti sosok ini ketawa bapak emosikan langsung diangkat senjata ke udara. Kau bukan anakku? Kami semua di sini tidak menerima kedatangan. Cepat kau pulang pulang kau ke asal kau kata si bapak gitu kan. Dan sosok itu bilang lagi, "Aku cuma mau pulang, Pak. Bukain pintunya. Aku mau pulang." Kata gitu tanpa mengatakan apa-apa, Ibu langsung ditutup horden sama ibu. Ya kan? Ibu langsung ngajak Bapak sama si Rika. Udah, Pak, udah, udah, Pak. Balik aja ke kamar. Biarin aja dia kayak gitu. Enggak jadi ke kamar mandi, masuklah lagi. Sepanjang malam itu, Wak, mereka cuman berdiam di kamar bertiga sambil terus berdoa. Tapi di sisi lain, teror dari sosok menyeramkan tuh enggak hilang. Gitu aja wak. Waktu mereka masuk. Bukannya dia diam. Semalaman itu mereka dengar ada suara langkah kaki yang ngelilingin pekarangan rumah mereka. Enggak cuma di luar waak, suara tuh udah masuk ke dalam rumah. Karena kedengeran dia lagi jalan mondar-mandir dari jendela ke pintu. Nanti dari pintu ke dapur. Terus sesekali jalan berhenti tepat di depan kamarnya Rico. Sosok itu yang kedengaran langkahnya aja. Dia enggak ngomong apa-apa. Tapi mereka bisa dengar suara helaan nafasnya si sosok tua dari dalam. Mereka baca doa kayak gitu. Ya Allah. Dah, hari pun berlalu. Sosok duplikatnya Rico ini masih terus datang ngeganggu juga. Wa, di sisi lain kondisinya Rico makin nge-edrop lagi. Bahkan Rico ini sampai sering bertanya-tanya ke diri J sendiri. Aku nih Rico yang asli kan? Aku ini manusia kan? Kalau waktu itu aku enggak pulang ke rumah apa jangan-jangan sosok itu yang pulang gantiin aku? sampai kayak gitu pikiran si Rico wa. Nah, melihat Rico yang makin memprihatinkan ini, tetua kampung, ada tetua kampung di desa mereka akhirnya datang ke rumah Rico untuk membantu ngobatin Rico. Ketua itu bilang, "Siapapun yang pulang di hari Rabu malam enggak pernah pulang sendirian, Rico. Sosok itu memang udah ikut pulang ke sini sama kamu. Biar dia berhenti ngikutin kamu, kita harus melakukan ritual pengusiran." Nih ketua enggak dijelaskan secara detail gimana proses ritual pengusuran itu waa. Tapi yang jelas setelah ritualnya itu selesai, ketua kampung bilang lagilah sama Rico, "Sekarang Rico, kamu boleh keluar rumah. Tapi kalau di jalan kamu papasan sama warga desa dan mereka nanya kapan kamu datang? Jawablah dengan menyebut hari selain hari Rabu. Ya, jawaban itulah yang akan membedakan antara kamu dan sosok menyeramkan itu. Karena kalau misalnya ada warga yang nanya kamu kapan kamu pulang, dia jawab Rabu, itu berarti dia si sosok itu. Tapi jawab yang lain, itulah kodenya gitu. Jadi kalau misalnya Rico ini nyebutin hari lain, warga bakal tahu, "Oh, ini Rico yang asli nih, gitu." Ya, itu pesan Bapak kata ketua kampung. "Oh, iya Pak." "Iya, Pak." kata si Rico gitu kan. Ah, akhirnya setelah ee diobati sama tetua desa, kondisi Rico alhamdulillah mulai membaik, Wak. Dan karena waktu cutinya sudah habis malah ditambah gegara dia sakit itu Rico harus kembalilah ke rantau ke Jawa. Nyampailah di kota rantau Rico menjalankan aktivitas seperti biasa nih. Semua juga tampak normal-normalnya tidak balik. Ah, balik ke Jawa ya kan. Sampai akhirnya beberapa hari kemudian Rico noti kok ada yang janggal ya. Jadi wa waktu si Rico ini masuk kerja dia tuh sering disamperin temannya terus temannya nanya kok tadi ngapain berdiri sendirian di ujung lorong? Hah? Udah kusapa diam aja kau. Digitukan sama temannya. Hah? Gak ada. Aku tadi ke toilet memang. Tapi aku ngapain aku berhenti ujung lorong langsung masuk ke sini kok aku loh. Terus tadi siapa yang berdiri dekat lorong tuh? Betulan kau kok bajunya sama persis kayak kau? Iya tapi itu bukan aku. Kata si Rico kayak gitu waak. Selain laporan dari kawan-kawan ya wakbunya Rico yang ada di Desa A itu juga sering nelepon. Nanyanya apa? Rico. Kamu betulan ada di Jawa kan, Nak? Iya, Bu. Ada. Kamu enggak lagi bohong sama Ibu kan, Nak? Iya, Bu. Aku di sini ngapain aku bohong? Kenapa, Bu? Udah, udah enggak ada apa-apa. Ya udah kalau gitu hati-hati ya di sana kata Mama kayak gitu. Walaupun Ibu enggak cerita banyak, Wak Rico menduga kalau sepertinya sosok yang menyerupai Rico itu pasti juga sering muncul dekat desa. Makanya Bapak suka masing kok nih Jawa kan gitu. Jadi ibu tuh mau mastiin ini siapa nih yang muncul kayak gitu loh. Waa. Nah, semua laporan itu balik lagi bikin Rico ni ngerasa was-was. Eh, sosok tuh belum betul-betul pergi nih rupanya gitu. Nah, karena takut terjadi sesuatu, Rico pun mulai mempertimbangkan untuk kembali pulang ke Kalimantan biar bisa diobatin lagi sama tetua desa. Karena dia juga enggak nyaman kan, Waa. Tapi karena urusan pekerjaan itu lagi padat kali, Rico mencoba untuk bertahan dulu nih di kota rantau. Sampai akhirnya pada suatu malam teror dari sosok itu makin memuncak lagi, Waak. Jadi, Wak, ya suatu malam Rico ini mimpi lagi berdiri di depan rumahnya yang ada di desa. Tapi keadaan rumah waktu itu macam kosong, sepi kali tua. Cuman ada satu orang aja yang Rico lihat. Dia adalah sosok yang selama ini menyerupai Rico. Itu aja dia bisa tengok. Sama seperti kemarin, sosok itu masih pakai jaket biru dan ransel coklat. Dia lagi berdiri di teras menghadap ke rumah. Sedangkan Rico lagi berdiri di belakangnya. Nah, Rico bilang, "Koku nih siapa sih? Apa maumu di sini?" digituin sama Rico. Dan sesok itu pun langsung menoleh menatap Rico. Dia tersenyum. Dia bilang, "Rumah ini sekarang punyaku. Giliran kamu yang menunggu di luar." Kata dia gitu asuran. Belum sempat Rico ngomong apa-apa. Dia udah keburu bangun nih dari mimpinya. Tapi bisa kalian tebak Rico kebangunnya di mana? Hm. Bukan di dalam kamar kosannya, Wak. melainkan di depan pintu kosnya dalam keadaan pakai jaket biru sama bawa ransel coklat. Pakaian yang dia pakai di mimpinya dan yang waktu dia pakai waktu pulang dan pakaian yang dipakai sama sosok yang nyerupain dia selama ini pakai baju itu. Sebelumnya dia pakai baju-baju mau tidur. Ngapain dia pakai baju kayak gitu mau tidur kan? Nah di situlah Rico yang skeptis ini langsung nganggap ini nih ada kejadian enggak masuk akal nih. Enggak bisa nih. Enggak tenang aku kayak gini. Selama kerja pun Rico lebih banyak diam. Semua teman-temannya bilang kalau sikapnya Rico itu ngapa kok ada apa ada masalah kok. Teman-teman tahu kalau sikapnya Rico ini berubah. Bahkan katanya Rico ini enggak seperti macam orang biasa gitu loh. Macam beda orang, Wak. Nah, untuk mengatasi hal itu Rico pergi ke psikolog. Nah, hasil observasi waak menunjukkan kalau Rico ini mengalami disosiative identitas ringan. Jadi suatu kondisi di mana seseorang ini ngerasa terlepas dari dirinya sendiri wa dari perasaannya, dari pikirannya, lingkungannya dan lain-lain. Nah, karena kondisi ini udah ada diagnosa itu juga, akhirnya Rico memutuskan untuk resign. Dia baliklah ke Kalimantan. Waktu itu si Ricoy mikir, "Oh, ini mungkin karena aku ke bawa ini makanya aku divonisnya itu," gitu kan. Tapi dia dibanding aku juga udah enggak nyaman di sini, kawan-kawan aku juga nyaman, dia mau resign dia ke Kalimantan, dia merasa lebih aman lah gitu kalau misalnya tinggal sama orang tuanya. Lah, baliklah, Wak, balik kampung. Nah, selama di Kalimantan, Rico juga masih berusaha untuk menyembuhkan kondisinya itu dengan masih konseling juga ke psikolog. Rico berharap semua gangguan yang dialami ya berasal dari kondisi mentalnya yang memang enggak stabil ya. Jadi bukan dari teror si sosok menyeramkan itu. Kan harusnya kayak gitu kan, Wak. Ini kadang aku kepikiran aja nih kan ada diagnosanya ini gara-gara ya masalah kemarin ketakutan berlebihan aja. Tapi kalian tahu apa yang terjadi setelah itu? Aduh, inilah ini. Bahkan setelah Rico balik ke Kalimantan, kawan-kawannya yang ada di Jawa masih sering bilang, "Rico, kok lagi di Jawa ya? Kemarin kami nengok kok di kantor ngapain? Besok kalau ke sini kabarin lah awak biar kita nongkrong-nongkrong bentar juga." Itu kawan-kawannya. Masa kawannya pula yang dilusi Jawa bilang mereka nengok siapa? Nengok Rico Rico pada udah di Kalimantan. Bingung enggak kalian? Ini yang bilang kawan-kawannya Rico loh, Wak. Padahal jelas-jelas Rico tuh udah ada di Kalimantan kan. Belum pernah balik lagi setelah itu. Tapi ini kawan-kawannya nengok kok bisa teman-temannya ngelihat Rico ada di Jawa dan itu kejadian enggak cuma sekali dua kali waak ya sering kok. Aku lagi di sini kok enggak aku di sini kan aku udah pindah waak selalu kayak gitu. Dan karena kondisinya belum juga membaik Rico pun enggak berani wa untuk ngerantau lagi ke luar kota sekarang ini keseharian Rico ni udah cuman bantu-bantu mama di ladang aja. Dan juga berdasarkan informasi terakhir yang Wa dengar juga Wa ya, katanya sosok yang menyerupai Rico itu masih sering juga muncul sampai sekarang. Masih sosok itu tuh enggak neror Rico sama keluarganya lagi memang, tapi dia masih suka tiba-tiba muncul di suatu tempat dengan menyerupai wajah terakhir, wajah si Rico. Dan Rico juga katanya Wawa nih ya sampai sekarang itu masih sering ng-drop tiba-tiba terus juga sering linglung tiba-tiba. Ayo, Wak, kita doakan sama-sama semoga kondisi Rico lekas membaik ya. Kasihan deh. Oke, W. Jadi, itu tadi kisah yang dialami sama Rico lain kan. Kalian bisa kebayang enggak, Wak? Jadi Rico kayak gimana? Di satu sisi dia ketakutan nih karena dia ngelihat sosok hantu saya menyeramkan itu. Menyeramkan tuh enggak harus dia mukanya hancur, lebur, berantakan gitu kan. Tapi dia lihat muka dia sendiri kan seram kayak gitu. Wa. Tapi sisi yang lain dia juga masih tahu kalau si sosok itu juga masih neror pakai wajah dia sendiri. Jadi seram itu macam double-dble gitu loh. W jadi Rico ini macam kena krisis identitas gitu loh. Dia sendiri sering tanya juga sama ini aku manusia asli apa bukan ya. Jangan-jangan aku hantu ya kayak gitu. Kebayang enggak kalian gimana perasaan orang tua sama tetangga sekitarnya dia? Kita aja prihatin lihat kondisinya Rico kan apalagi mereka. Cuman sisi yang lain juga mereka enggak bisa bedain ini Rico asli apa bukan nih Rico asli apa mereka enggak bisa ngebedain karena seperis itu wa. Tapi kan matanya hitam. Nah dia kalau misalnya di luar kadang matanya juga enggak hitam wa cuman sekali Rico lihat matanya hitam itu lut pertama kali pertemuan mereka tuh. Siapa sangka wa ternyata efek dari melanggar pantangan di Desa A itu bisa sampai sekacau ini gitu loh. Sebenarnya juga pasti enggak apa-apa wa kalau kita enggak percaya sama hal-hal kayak gitu kan. Tapi saran aku ni selagi kita berada di lingkungan yang masyarakatnya meyakini hal tertentu, enggak ada salahnya juga kan kita turut aja menghargai tradisi dan juga adat istiadat mereka. Selalu hati-hati di mana pun kalian berada ya. Dan juga jangan lupa berdoa semoga kondisinya Rico lekas membaik. Amin ya rabbal alamin. Oke wa. Jadi sekian dulu videonya. Terima kasih banyak yang sudah menonton. Kalau kalian suka video ini, klik like-nya. Jangan lupa komen di bawah tidak ada dan saran-saran untuk video selanjutnya. Jangan lupa nyalain notifikasinya supaya kalian tahu kalau aku upload video baru. And as jangan lupa untuk klik tombol subscribe supaya kalian sama-sama tahu informasi menarik menegangkan dari channel aku. See next video. by