Transcript for:
Peradaban dan Takdir dalam Islam

Assalamualaikum Wr Wb Teman-teman sekalian Pernah gak sih kebayang ketika dulu masih ada Imperium Romawi dan Imperium Persia Waktu itu Imperium Romawi Terbentang kurang lebih 5 juta Kilometer persegi di sebelah barat Dan Imperium Persia Asia terbentang kurang lebih 7,4 juta kilometer persegi di sebelah timur nah pada saat itu ada suatu peradaban baru yang muncul di tengah-tengah raksasa-raksasa itu namanya peradaban Islam ternyata kurang dari 100 tahun Islam bisa mengalahkan peradaban Persi yang sudah dibangun selama ribuan tahun dan peradaban Romawi yang sudah dibangun lima ratusan tahun. Pertanyaannya, apa yang menginspirasi mereka? Apa yang menjadi dorongan-dorongan mereka? Dan sekarang kita lihat justru Islam terpuruk dan tidak seperti pada dahulu kalau kita lihat dalam sejarah. Inilah yang saya coba jawab dan teman-teman bisa baca di dalam buku saya, Beyond the Inspiration. Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT. Begitupun juga salat dan salam, semoga tercurah dan terlimpahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah teman-teman sekalian masih dalam kondisi beridul fitri Alhamdulillah Maaf kemarin harusnya maunya live tapi kayaknya situasi gak memungkinkan Itu namanya apa namanya badan kurang fit bakda Lebaran Entah kenapa kayaknya badan perlu menyesuaikan lagi Setelah sehat di bulan Ramadan Lantas kemudian Badan harus menyesuaikan diri Untuk menerima lagi kondisi yang bukan Ramadan Dan masih tetap sama Kita di bedah buku Beyond the Inspiration Teman-teman sekalian ini adalah buku yang kita Jadikan untuk apa namanya, dasar untuk kita bedah pada kesempatan kali ini dan kita sudah sampai pada bab yang kedua tentang get the guidance easier dan saya ulangi lagi kenapa kita bahas tentang masalah takdir tentang masalah ketentuan Allah karena ini adalah sesuatu yang menurut saya banyak sekali memusingkan orang-orang karena mereka mencoba untuk mengetahui seperti apa sih sebenarnya pembahasan takdir ini sebenarnya dan apa hubungannya dengan pilihan-pilihan Yang Allah berikan kepada kita Singkat cerita, kemarin dari bahasan episode pertama sampai dengan episode ke-6 Kita sudah bahas bahwa yang namanya takdir Itu adalah sesuatu yang kita tidak mampu untuk kendalikan Kita tidak mampu untuk influence sama sekali di sana Dan yang namanya pilihan adalah segala sesuatu yang mampu kita untuk influence atau memilih di dalamnya dan sebenarnya pembahasannya bukan tentang pahala, sorry bukan tentang sesuatu itu apakah memaksa atau tidak memaksa bukan, tapi sebenarnya bahasanya adalah tentang kalau kita mau tujukan apakah yang akan dihisap dari perbuatan kita, sebenarnya begitu karena pembahasannya adalah dari sudut hamba Karena kalau pembahasannya dari kita campurkan, pembahasannya adalah aktivitas Allah dan aktivitas manusia, maka ini akan memusingkan. Coba saya sederhanakan. Selama ini orang itu membahas, mencampur adukkan antara aktivitasnya Allah dengan aktivitasnya manusia. Di situ problemnya bermula. Kenapa? Karena dia mencoba untuk mencampur adukkan sesuatu yang goib dengan sesuatu yang bersifat kelihatan. Kalau sesuatu yang bersifat goib itu tidak terlihat, maka kita pasti akan tidak bisa membahasnya. Tapi kalau sesuatu itu bersifat nyata, teknis, yang bisa kita indera, maka insya Allah itu akan bisa kita bahas. Contoh pertanyaan yang mencampurkan adalah, kalau seandainya Allah itu mahatau, kira-kira Allah sudah tahu belum siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka. Kalau Allah mahatau dan Allah sudah menentukan, Siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka, terus ngapain kita beribadah? Berarti kita nggak ada freedom of choice, berarti kita nggak ada kebebasan untuk memilih. Nah itu mencampur aduk kan. Kenapa? Karena dia mencampurkan antara aktivitas Allah yang harusnya dia yakini, yang harusnya dia imani, menjadi kemudian aktivitas manusia, yang itu serba sesuatu yang bersifat teknis. Nah jadi saya akan mulai, saya akan ulangi, kalau kita mau untuk sederhana dalam membahas takdir, sederhana begini aja. Bahwa kehidupan manusia itu senantiasa cuma ada di dalam dua daerah. Daerah pertama atau wilayah pertama adalah wilayah yang dia mampu untuk kuasai. Dia mampu untuk memilih di dalamnya. Dia mampu untuk influence di dalamnya. Dan yang kedua adalah wilayah yang dia tidak kuasai. Atau wilayah di mana dia dipaksa ada dalam hal tersebut. Contoh misalnya, Saya lahir Chinese, itu wilayah yang tidak bisa saya kendalikan. Saya lahir laki-laki, itu tidak bisa saya kendalikan. Saya lahir sebagai orang Indonesia, itu pun tidak bisa saya kendalikan. Maka semua itu memaksa saya untuk mengimani. Karena dalam perkara-perkara yang kita tidak bisa tahu, kita tidak bisa memilih, maka kita diminta oleh Allah untuk beriman. Maka disitulah, di dalam Al-Quran, Allah sampaikan, salah satu ciri orang-orang yang beriman, apa namanya, di dalam kitab ini tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, beriman dan bertakwa. Siapa? Yaitu adalah mereka yang bisa untuk beriman pada perkara-perkara yang goib, meyakini pada perkara-perkara yang tidak terlihat oleh mata. karena kalau dalam hal-hal yang bisa terlihat oleh mata kita bisa mengusahakan tapi kalau ada hal-hal yang nggak bisa kelihatan sama mata kita maka kita harus beriman pada yang goib kemarin saya sudah bahas juga kalau seandainya kita nih membahas tentang takdir maka pembahasan ini harus kepada arah yang produktif karena menanyakan perkara-perkara yang goib itu membuat hidup kita tidak produktif contoh apakah memang saya ditakdirin jadi orang yang baik ataukah saya ditakdirin jadi orang yang buruk apakah berlaku maksiat itu sudah takdir saya menanyakan kayak gitu, ya sudah kita sama aja menanyakan sesuatu yang gak produktif, kenapa? malah bikin pusing contoh kayak gini misalnya, Ustadz kalau semuanya tuh sudah ditentukan oleh Allah maka saya bodoh itu berarti ditentukan oleh Allah maka saya bisa beriman kan ditentukan oleh Allah nah, kalau kita bahas tentang masalah aktivitas manusia, kita campurin dengan perkara yang harusnya kita imani maka ya sudah, gak akan produktif nah maka kita batesin pembahasannya pada sesuatu yang produktif, yaitu sesuatu yang kita bisa untuk beraktif produktivitas, atau kita bisa untuk memilih di dalamnya, itu baru produktif. Tapi dalam perkara-perkara imani, dalam perkara-perkara yang bersifat goib, maka ya sudah, nggak ada cara lain selain kita beriman aja kepada Allah dengan apapun yang sudah dia tentukan. Nah, di sini letak pembahasan takdir. Walaupun agak jelimet, tapi sebenarnya ini bisa menjadi sangat mudah sekali kalau kita stick to the plan. Apa stick to the plan-nya? Apa intinya? Intinya adalah, Kalau Anda bisa memilih, berarti Anda harus mikirin itu. Kalau Anda bisa nguasain, maka Allah akan minta pertanggung jawaban. Tapi kalau itu tidak bisa Anda pilih, tidak dalam kuasa Anda, sudah jangan dipikirin beriman aja kepada Allah SWT. Maka hidup Anda akan selesai, hidup Anda jadi lebih mudah, hidup Anda akan jadi lebih produktif. Karena yang membuat hidup manusia tidak produktif adalah dia mikirin hal-hal yang harusnya nggak dipikirin, dan dia... Nggak mikirin hal-hal yang harusnya dia pikirin. Seperti yang saya kasih contoh kemarin. Ini salah satu contoh kasusnya. Ada orang lahir hitam. Lantas kemudian merasa dengan hitamnya dia nggak pede. Karena orang-orang di luar sana, dunia kapitalis seolah-olah memberikan sebuah standar. Bahwa cewek itu harus putih. Bahwa cewek itu harus halus. Maka dia mati-matian, gitu kan ya, setengah mati, untuk bisa jadi halus dan jadi putih. Padahal Allah nggak pernah untuk menghisap kondisi kulitnya Kenapa? Karena Allah yang ngasih itu Itu taken for granted dari Allah Takdir namanya Maka terhadap perkara-perkara takdir Harusnya dia beriman kepada Allah Contoh lagi misalnya Dia lahir dengan kondisi etnis Chinese kayak saya Maka dia nggak usah pikirin Karena itu adalah sesuatu yang datang dari sononya Dan dari sononya Allah tidak akan pernah minta untuk kita bertanggung jawab di dalamnya Contoh lagi misalnya Ada gempa bumi Gempa bumi kejadian Lantas kemudian kayak sekarang Wabah covid ini kejadian pada kita Nah maka bagi kita ini adalah sebuah ketentuan yang harus kita imani Memang datangnya Ya sudah ini kita tidak bisa memilih Bagi kita ini adalah sebuah takdir yang harus kita imani ada yang bilang, tapi kalau konspirasi gimana Ustadz? kalau misalnya Covid ini dibuat orang gimana? maka yang buat yang akan diminta pertanggung jawaban maka yang buat yang aneh-aneh termasuk kalau Covid ini dibuat oleh manusia mereka yang diminta pertanggung jawaban tapi kondisi ini menimpa pada kita dimana kita tidak pernah memilih di dalamnya maka ini menjadi takdir bagi kita yang harus kita imani tapi dalam perkara-perkara yang lain yang dia bisa memilih maka dia tidak boleh menyalahkan takdir Contoh misalnya, ada orang datang ke kantor. Baru datang ke kantor, baru bahas tentang beriman pada kodok dan kodar ketika dibahas. Tapi nggak sempurna pembahasannya. Datanglah dia ke kantor, kantor itu harusnya mulai jam 9, misalnya 9 pagi masuk kantor. Dia datangnya jam 11. Ketika dia datangnya jam 11, lalu kemudian bosnya nanya sama dia, kenapa kamu datang jam 11? Kamu telat 2 jam ini, Pak. Lalu kemudian dia bilang, Bapak percaya sama takdir? Maka hari ini sesudah ditakdirkan oleh Allah datang jam 11 Maka kemudian bosnya Karena dia sudah ngerti pembahasan tentang takdir Dan dia sudah tahu sebenarnya orang ini bisa milih Untuk datang jam berapa saja Tapi dia alasan pada takdir Maka dia bilang sama karyawannya Bagus, kalau begitu takdirmu pula Hari ini kamu dipecat dari kantor Jadi dalam perkara-perkara yang bersifat teknis yang bisa kita pilih, jangankan di akhirat. Di dunia aja orang akan minta pertanggung jawaban kita Harusnya kita dikasih amanah segini Harusnya kita mampu melaksanakan Tapi kita melalekan amanah Orang wajar ketika minta pertanggung jawaban kita Kenapa? Karena kita memilih dalam hal itu Tapi kalau dalam perkara-perkara yang kita nggak bisa memilih Jangankan di akhirat Di dunia aja manusia tidak akan diminta pertanggung jawaban Contoh Ada orang yang tadi datang jam 9 ketika ke kantor Harusnya dia datang jam 9 Kemudian datang jam 11 Kemudian dia ditanya Kenapa kamu datangnya telat jam 11? Dia bilang Ibu saya baru meninggal hari ini pak Maka bosnya bilang Lebih baik kamu pulang aja sekarang Kamu urus jenazah ibumu Kamu urus keluargamu Karena kami memaklumi Karena gak ada orang yang bisa minta Untuk kapan hidup dan kapan mati Kalau yang bunuh diri gimana Ustadz? Kalau yang bunuh diri Berarti bunuh dirinya adalah pilihan dia Dan ajalnya adalah takdir Maka sudah beriman aja Beriman pada ajalnya Ajalnya adalah takdir Tapi orangnya akan diminta pertanggung jawaban Karena orangnya memutuskan untuk bunuh diri, dan bunuh diri adalah sebuah pilihan. Faham ya? Maka orang yang beriman atau tidak beriman, itu pun juga pilihan. Allah katakan di dalam surat al-Kahfi, Kalau Anda mau beriman, beriman. Kalau Anda mau kufur, kufur. Kenapa? Karena beriman dan kufur inilah sebuah pilihan. Maka beriman akan dimintai pertanggung jawaban, kufur pun akan dimintai pertanggung jawaban. Jelas, hidup kita jadi produktif banget. Jadi kita bisa untuk move on dalam perkara-perkara yang kita nggak bisa pilih, kita bisa benar-benar detail dalam perkara-perkara yang kita pilih. Misal, seseorang melaksanakan perintah Allah. Dia berdakwah di jalan Allah. Mengenai kemenangan dakwah dia, ini sudah dijamin oleh Allah SWT. Maka dia tinggal beriman. Nggak usah dipertanyakan. Bagaimana cara Allah menolong hambanya, itu nggak usah dipertanyakan. Ketika dia berperang di jalan Allah, ketika dia berdakwah di jalan Allah, Allah menjanjikan kemenangan. Itu perkara sudah takdir. Allah sampaikan di dalam surat Al-Fat misalnya tentang perkara kemenangan yang akan dia janjikan kepada kaum muslimin, kepada Rasulullah, kepada para sahabat, dan kepada orang-orang muslim sampai dengan hari ini. Allah katakan, Allah sudah menentukan segala sesuatunya. Allah sudah mentakdirkan kemenangan Anda. Misal dalam surat Al-Fat ayat 21. Dan wilayah-wilayah yang lain yang belum kalian dapat bebaskan Dan Allah sudah menentukan itu semua untuk dibebaskan dan dimenangkan untuk kalian Dan adalah Allah yang sudah menentukan atas segala sesuatu Artinya kemenangan Allah itu sudah ditentukan Maka orang yang berdakwah, orang-orang yang berperang di jalan Allah Kemenangan bagi mereka ini adalah sesuatu yang sudah pasti Dan ini adalah perkara imani Dan dia nggak perlu tanya bagaimana cara Allah untuk menolong mereka Yang mereka perlu pertanyakan adalah perkara-perkara yang mereka bisa untuk lakukan Yang mereka bisa pilih Yang mereka pertanyakan adalah apa yang mereka lakukan untuk menyambut pertolongan Allah Sedangkan pertolongan Allah Allahnya tidak perlu diragukan dan tidak perlu dipertanyakan bagaimana caranya. Mengenai Nabi Musa, ketika memimpin Bani Israel, dan Bani Israel ketika dipimpin Nabi Musa, mereka menjalankan perintah Allah, maka ketika mereka meyakini bahwa Allah pasti akan menolong mereka, itu adalah perkara yang wajib. Maka ketika Bani Israel dibimbing oleh Nabi Musa, Nabi Musa tidak sedikit pun merasa khawatir. Tapi umatnya merasa khawatir, itu pilihan mereka. Pilihan mereka adalah percaya. Saya atau tidak, beriman atau tidak dengan apapun yang sudah Allah janjikan, yaitu adalah kemenangan, yaitu adalah pertolongan. Ketika mereka memilih tidak percaya, mereka meragukan Musa, Musa berkata, tidak, bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan saya. Enggak, enggak mungkin Allah ninggalin saya, Allah pastikan nolong saya. Nah ini perkara imani, kenapa? Karena menolong kaum muslimin adalah tidak. Sebuah kewajiban bagi Allah, Allah sampaikan di dalam Al-Quran. Maka ketika Allah mentakdirkan pertolongan itu datang, kapan datangnya, itu adalah perkara yang harus diakini. Bagaimana cara kita menyambut pertolongan Allah, itu yang perlu kita pikirkan. Menyambut pertolongan Allah, itu perkara pilihan. Pertolongan Allah sendiri, itu perkara takdir. Enak kan hidup manusia kan ya? Enak kan hidup seorang muslim kan ya? Makanya Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita, ajaib urusan kaum muslimin. Kenapa ajaib? Ketika dia ditimpa oleh sesuatu yang bersifat buruk bagi dia, dia merasa ini buruk, maka dia bersabar. Ketika dia ditimpa oleh sesuatu perkara yang bersifat baik bagi dia, maka dia bersyukur. Maka ini tidak mungkin terjadi kecuali pada orang-orang yang beriman, kata Rasulullah. Kenapa? Dia senantiasa bisa memaknai semua datang daripada Allah. Maka ketika dia diberikan apapun, dia bersyukur dan dia bersabar. Maka seorang Muslim akan memaknai satu peristiwa tepat sebagaimana yang diinginkan oleh Allah SWT. Bahwasannya, Allah pasti akan menjanjikan segala makna. Tapi dia akan mengusahakan usaha-usaha yang terbaik, caranya bagaimana untuk bisa menyambut pertolongan Allah SWT. Maka kita bisa untuk menata hidup kita lebih enak lagi. Kita ada dalam perkara mana nih? Kalau kita lagi merencanakan sesuatu, sesuatu maka kita kerahkan yang terbaik kita ambil kemudian orang-orang yang para ahli untuk sampai di sana kita kerahkan usaha-usaha yang terbaik bukannya kemudian mikir begini ah udahlah nggak apa-apalah pokoknya kalau Allah sudah janji akan menangkan Allah pasti menangkan gak usah direncanakan pun pun kita pasti menangkan. Anda salah. Kenapa? Bahasan takdir bukan begitu. Bahasan takdir itu ada dalam ranah keyakinan. Yaitu adalah, percaya bahwa Allah akan menolong. Percaya bahwa Allah akan membantu. Allah akan memberikan sebuah bantuan dari arah yang tidak diduga-duga. Ini adalah perkara yang wajib. Tapi, bukan berarti Anda berpangku tangan. Bukan berarti Anda menjadi fatalis. Lalu mengatakan, udah nggak usah banyak perencanaan. Udah ngapain? Bikin-bikin perencanaan. Kalau Allah mau tolong, ya Allah tolong. tolong juga. Tapi kalau Allah nggak mau tolong, ya Allah nggak akan tolong. Ini namanya fatalis. Kenapa? Karena kalau dia yakin dengan pertolongan Allah, justru dia akan menjemput dengan lebih baik. Contoh, salah satu yang sudah ditakdirkan adalah Rizki. Dan orang nanya seringkali, Ustadz kalau Rizki sudah ditakdirkan, berarti kita nggak ngapa-ngapain aja? Berarti kan kita nggak apa-apa Betul Risiko itu sudah ditakdirkan Dan nggak akan kemana-mana Maka kalau Anda nggak ngapa-ngapain ya Dia nggak akan kemana-mana disitu aja Dan Anda nggak akan dapat Karena Anda nggak kemana-mana Jadi gini Coba lihat ya Ini gunanya mempelajari takdir Mempelajari tentang takdir dan pilihan Dan bagaimana cara menempatkan Allah memerintahkan kita untuk menempatkan takdir Sesuai dengan porsinya Dan menempatkan usaha atau pilihan sesuai dengan porsinya Contoh ketika kita bahas masalah tentang Rizki Secara imani kita yakin Rizki itu Allah sudah berikan Secara imani kita yakin bahwa tidak akan pernah mati seorang hamba Sebelum Rizkinya disesuaikan dan disampaikan kepada dia Sudah diberesin kepada dia Rasulullah menyampaikan gini Bahwasannya ada dua makhluk dalam satu riwayat Ada dua makhluk yang senantiasa ngejar manusia dan kalau sudah ngejar, nggak bisa lepas yang pertama namanya ajal, yang kedua namanya rizki jadi ajal dan rizki itu, dia ngejar manusia dan nggak pernah lepas cuman, kata Rasulullah, Allah ngasih tau kepada rizki, kamu duluan kalau kamu sudah selesai, baru ajal boleh masuk jadi mudahnya gini ya, rizki itu selalu membersamai kita dia tuh ibarat nyalurin, nyalurin apa yang sudah Allah perintahkan bagi dia nyalurin terus, nyalurin terus, nyalurin terus nanti kalau salurnya sudah habis, baru dia bilang Ajal kamu boleh masuk? Ajal kamu boleh masuk? Tapi kemudian ketika belum selesai, Ajal nanya terus misalnya Risky, udah selesai belum Ki? Belum, sebentar nanti kalau sudah selesai saya kasih tau kira-kira gitu lah Maka kemudian ketika kita masih hidup itu berarti masih ada Risky Risky-nya masih ngalir kepada kita Tapi begitu Risky itu sudah selesai, maka Risky akan mundur gentian Ajal yang masuk Dan gak akan bisa untuk Kita lari dari sana. Kita nggak akan bisa lari daripada ajal, sebagaimana kita nggak akan bisa lari daripada riski. Kalau riski itu memang sudah punya kita, maka itu punya kita. Ini perkara imani. bahwasanya kita yakin Allah maha mengatur rizki, tidak akan Allah biarkan satu punciptaan, kecuali Allah tentukan rizkinya, kata Allah, dan tidak ada satu perut, kecuali Allah tentukan isinya. Jangankan manusia, binatang melata saja punya rizkinya. Maka rizki, ini sudah ditentukan oleh Allah, akan dicukupkan pada seorang hamba, sampai selesai, baru ajalnya datang. Ini merupakan sebuah keyakinan daripada seorang Muslim. Ini adalah sebuah yu'minu nabi l-Ghaib, kita meyakini. Kita beriman kepada takdir Allah termasuk Rizki. Itu salah satu contohnya. Tapi ketika kita mengatakan Rizki itu sudah ditentukan. Sudah ada dari dulu. Sudah ditentukan semenjak sebelum kita lahir. Kita meyakini itu semua. Tapi kalau kita nggak berbuat yang terbaik, ini salah. Ingat, itu wilayah keyakinan ya. Meyakini, pokoknya tidak meragukan. Nggak usah mempertanyakan caranya Allah menurunkan Rizki itu kayak apa. Yang penting pasti dapat. Pasti sudah dijanjikan. Tapi perkara perbuatan ini pilihan kita. Nah, maka kalau ada orang yang yakin terhadap Rizki, beriman kepada Rizki Allah, bahwa Allah sudah menurunkan Rizki itu, beriman pada Allah bahwa Allah sudah menurunkan Rizki, dia harusnya lebih semangat daripada orang nggak yakin. Kok bisa begitu? Coba lihat. Saya bilang sama teman-teman sekalian, coba bandingkan, di antara dua janji saya ini, sorry, di antara dua perkataan saya ini, yang mana yang membuat teman-teman lebih semangat. Pertama, saya bilang sama teman-teman sekalian, eh, datang ke rumah saya dong. Oh gitu ya, Satya? Datang ke rumahnya, Sat? Iya, datang ke rumah saya. Ngapain, Sat? Nanti saya akan siap-siapkan jamuan hidangan spesial bagi Antum. Oh gitu ya, Sat? Iya, datang aja ke rumah saya. Kapan, Sat? Ya, bisa jadi pekan depan. Bisa jadi... Jadi bulan depan, bisa jadi tahun depan, nanti saya kabari. Tapi bisa juga jadi 2 tahun lagi, atau saya nggak tahu, nanti saya kabari ya. Oke, itu pertama. Jadi, saya ngajak Andung ke rumah saya. Saya janjiin untuk makan satu hidangan yang enak, khusus dibuat untuk Anda. Tapi ketika Anda nanya, kapan? Maka saya bilang, ya bisa jadi 2 pekan lagi, 1 pekan lagi, bisa jadi beberapa hari lagi, atau beberapa... Beberapa bulan lagi, beberapa tahun lagi, nggak tahu. Pokoknya nanti saya kabari. Itu yang pertama. Dengan yang kedua, Mas, Mbak, datang ke rumah saya. Datang ke rumah, Ustaz? Iya. Nanti ngapain, Ustaz? Saya akan siapin hidangan yang spesial khusus bagi Antum. Oh gitu ya, Ustaz? Iya, Alhamdulillah. Kapan, Ustaz? Dua hari lagi. Dua hari lagi dari sekarang, jam 4 sore. Datang ke rumah saya, ini alamatnya. Ingat ya, dua hari lagi jam 4 sore. Saya janji. Yang mana yang Anda lebih semangat? Yang pertama atau yang kedua? Yang nggak jelas atau yang jelas? Yang jelas dong. Maka ketika Anda sudah jelas banget, Anda akan semakin semangat. Dan Anda akan berbuat segala sesuatu yang Anda bisa untuk bisa memenuhi janji itu Contoh, Anda akan beli baju terbaik misalnya Anda akan menyiapkan kemudian Anda pakai alarm, notification Kenapa? Karena Anda nggak mau terlewat Anda akan mempersiapkan dengan sungguh-sungguh Coba yang kedua Yang kedua nanti, ya Anda mungkin akan merasa Ya sudah lah, karena nggak pasti Karena sesuatu yang ya nggak pasti lah Nanti lah kapan-kapan, nanti kalau sudah di telpon paling baru saya akan siap-siap Karena Anda merasa bahwa orang yang janji nggak serius Sama kayak Allah Kalau Allah itu berjanji pada hambanya dan Anda memang menganggap janji itu benar, Anda kan benar-benaran untuk mempersiapkan. Saya yakin Allah sudah mempersiapkan bagi saya Rizki. Maka dia bukan berpangku tangan. Dia akan berencana yang terbaik untuk mencari Rizki Allah. Untuk mengunduh Rizki Allah. Dia bagaimana caranya? Dia berbuat yang terbaik. Membuat bisnis plan yang terbaik. Membuat proyeksi yang terbaik. Menjaga detail rencana-rencananya agar tidak salah. Membuat marketing plan yang paling bagus. Menghubungi orang yang paling ahli. Minta saran mereka. Jualan dengan lebih semangat. Karena dia tahu Allah pasti akan menurunkan Rizki. Ini caranya seorang muslim Maka antum bayangkan Kalau orang muslim pemahamannya benar tentang riski Masya Allah dia akan sangat produktif sekali Karena dia senantiasa menghadirkan yang terbaik Dalam perkara-perkara yang mampu dia pilih Tapi dalam perkara-perkara yang tidak mampu dia pilih Dia bertawakal kepada Allah Dia beriman kepada Allah Allah pasti akan ngasih saya riski Maka tinggal cara terbaik saya melakukan Maka dia nggak akan pernah males-malesan Kenapa? karena dia tahu males-malesan bukan cara yang terbaik untuk bisa menghadirkan Rizki maka dia akan berusaha dengan baik, dia akan rajin kalau dia jadi karyawan dia akan kreatif kalau dia jadi bisnismen yang jelas dia nggak akan mungkin jadi pengangguran kemudian ketika ditanya sama orang kenapa kamu nganggur? dia latas berkata, Rizki minallah Rizki itu pasti, maka kita tinggal diem-diem aja juga nggak apa-apa karena Rizki itu sudah pasti di sini kemudian Relay dengan kisahnya Umar bin Khattab Yang menemukan seseorang yang ada di dalam masjid Lalu kemudian berdoa kepada Allah Lalu kemudian minta-minta terus Lalu kemudian Umar nanyain, kamu ngapain? Oh saya nunggu riski dari Allah Karena Allah menjanjikan riski bagi hambanya Lantas kemudian disuruh keluar oleh Umar Dikasih kemudian aktivitas untuk menyambut riskinya Jadi mengenai Allah ngasih riski itu gak usah dipertanyakan lagi Itu sudah perkara imani Itu sudah perkara yang sudah pasti Yang perlu kita pertanyakan adalah apa? apa yang sudah kita lakukan untuk bisa mendapatkan rezeki. Maka di dalam Al-Quran, Allah menceritakan ketika Daud yang raja itu, Daud, Daud itu punya kerajaan luas banget, luar biasa. Daud itu kerajaannya luas banget, dan dia jadi raja di kerajaan yang luas itu, dan otomatis dia pastinya nggak perlu lagi untuk kerja. Tapi apa yang kata Allah di dalam Al-Quran? I'ma lu ala Dauda syukron. Maka bekerjalah, wahai keluarga Daud, syukron. Sebagai tanda syukur Anda kepada Allah. Wa qalilu min... Terima kasih. Wakoli lumini... Eh, sorry. Wakoli lumini ibadia syakur. Dan sedikit sekali diantara hamba-hambaku yang mampu untuk bersyukur kepadaku. Maka kerja itu bukan sebab riski. Tapi cara untuk mengunduh riski. Yaitu menghadirkan sesuatu yang terbaik, sehingga Allah kemudian menghadirkan pada kita riski yang sudah dia janjikan. Walaupun orang nggak bekerja, dia tetap akan dapat riski kalau memang Allah memang sudah menentukan. Kita sudah kasih tau. Tapi itu bukan cara seorang hamba menyambut riskinya. Karena tadi sudah kita sampaikan. Riski sudah ditakdirkan. Tapi kalau misalnya dia nggak kemana-mana. Ya riskinya disitu-situ aja. Nggak bisa dia unduh. Nah artinya. Kita membahas takdir itu untuk itu. Bukan untuk membuat mumet. Bukan untuk membuat ruwet hidup kita. Tapi justru membuat kita lebih pasti dalam menghadapi kehidupan. Kita lihat dulu nih. Ini perkara mana nih? Ini perkara yang bisa kita usahakan. Atau perkara yang nggak bisa kita usahakan. Kalau ini ada. Jika perkara yang bisa kita usahakan, maka kita usahakan yang terbaik. Tapi kalau ini perkara yang nggak bisa kita usahakan, kita berusaha untuk mengatur, menata hati kita, supaya kita bisa menerima ketentuan Allah SWT. Suatu saat nanti sudah saya katakan, orang tua Anda meninggal. Ketika orang tua Anda meninggal, atau orang tua saya meninggal, ya sudah, jangan berlebihan. Nangis boleh, sedih boleh, tapi anda harus tahu ini sudah ditentukan oleh Allah. Anda sudah tahu jauh sebelumnya bahwa setiap manusia pasti mati. Nah maka orang muslim dia akan memanfaatkan dari ketika dia masih melihat orang tuanya hidup. Maka dia akan memanfaatkan seperti apa yang terbaik untuk bisa berbakti pada orang tuanya Karena dia tahu bahwa orang tuanya pasti akan berlalu Pasti akan selesai hidup dia Maka nggak usah terlalu kemudian, nggak usah terlalu stres, depresi Kenapa? Dia sudah tahu Maka ketika orang tuanya mencoba meninggal, dia akan akses, dia akan analisis, ini perkara yang sudah Allah tentukan atau ini perkara yang saya bisa untuk campur di dalamnya. Ketika dia tahu oh ya ini sudah ketentuan Allah, nggak ada sesuatu yang bisa saya perbuat, maka segera meluncur dari lidah dia, inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Maka segera meluncur daripada lidah dia, segala sesuatu itu datangnya kepada Allah, maka sudah wajar ketika segala sesuatu dikembalikan kepada Allah. Manusia cuma bisa beriman dalam perkara seperti ini. Tapi sebaliknya, dalam perkara-perkara yang Dia bisa kontrol, dia bisa sangat detail Dia bisa sangat push pada dirinya sendiri Dia bisa sangat semangat dalam melakukan itu Contoh, ketika saya mendapatkan penolakan di dalam dakwah Ketika saya ngisi materi tapi orang nggak paham tentang apa yang saya sampaikan Maka saya nggak bisa mengatakan, sudah takdirnya begitu Sudah memang Allah sudah menentukan begitu Ini sudah suratan takdir, ini sudah garisnya begitu Lohul Mahfud sudah ditentukan begitu? Enggak, karena saya nggak ngerti. Nanti besok saya akan tukikan lagi Maksudnya adalah Apa yang kita nggak bisa ngerti jangan dipikirin Tapi gini Kalau saya gagal dalam dakwah Atau dakwah saya belum terlalu bagus Orang-orang nggak ngerti tentang apa yang saya sampaikan Maka saya nggak bisa menyalahkan takdir Karena ini pilihan saya Saya masih bisa milih Ketika ada orang nolak Saya nggak bisa kemudian menyalahkan mereka Kenapa? Karena saya bisa milih Urusan mereka itu bukan sesuatu yang bisa saya kontrol Maka saya fokus pada sesuatu yang saya kontrol Sesuatu yang bisa saya kendalikan Apa fokus saya? Mungkin matinya kurang Mungkin materinya terlalu rumit Mungkin apa yang saya sampaikan terlalu tidak bisa mereka pahami Mungkin bahasa saya Atau mungkin cara saya ngomong terlalu cepat Atau mungkin materinya terlalu berat Tapi selalu saya tanyakan pada diri saya What's gone wrong? Apa yang salah yang saya harus bisa ubah? Apa yang harus ditambahkan? Yang harus saya mikirin senantiasa adalah 1 tambah 2, 1 tambah 2 sama dengan 3. Kalau saya pengen hasilnya 10, berarti harus ada yang berubah dalam ekuasi ini. Berarti harus ada sesuatu yang... saya tambahkan, harus ada satu yang saya kurangi harus ada sesuatu yang saya ubah supaya bisa menghasilkan hasil yang terbaik maka saya fokusnya di sana, bukan fokusnya pada kenapa orang-orang gak mau dengerin saya kenapa orang-orang jahat banget sama saya kenapa saya ditolak sama orang-orang kalau anda fokus pada pembahasan itu, anda stress, paham ya? kalau anda fokus pada pembahasan yang gak bisa anda kontrol anda akan stress, tapi kalau anda fokus pada sesuatu yang anda bisa kontrol maka insya Allah, Allah akan memberikan kebaikan bagi kita Allah akan memberikan jalan keluar bagi kita Kenapa? Karena hidup adalah pilihan dalam perkara-perkara yang bisa dipilih Dan dalam perkara-perkara yang tidak bisa dipilih Disitulah Allah memberikan kita kesempatan untuk meyakini Bahwa rencananya adalah rencana yang terbaik Bahwa apapun yang ditentukan adalah ketentuan yang terbaik Kemarin ada yang nanya lagi Saat gimana kalau ada orang yang sudah kemudian khidbah ta'aruf Lalu kemudian putus khidbah dan ta'arufnya Apakah riski itu adalah Sorry, jodoh itu adalah sebuah riski Seperti sebuah takdir Iya, jodoh itu sudah ditakdirkan oleh Allah Tapi Anda nggak usah mikirin dalam perkara-perkara Yang itu tidak bisa Anda pilih Kan sudah saya bilang dari awal Ingat, kalau sesuatu itu sudah tidak bisa Anda pilih Jangan mikirin Fokus mikir pada perkara-perkara yang Anda bisa lakukan Perbaiki diri Anda Lalu kemudian perbaiki hubungan dengan orang tua Ngaji jomblo dulu 1-16 episode gitu kan ya. Lalu kemudian perbaiki mental emosional Anda. Sakofa Anda ditingkatkan. Lalu seterusnya yang segala macam yang Anda bisa kendalikan. Jadi Anda bisa, jangan kemudian bertanya, kenapa saya itu ditakdirkan nggak ada jodoh? Tahu dari mana Anda ditakdirkan nggak ada jodoh? Gitu kan ya. Anda jangan berpikir dengan perkara-perkara, jangan halu pada perkara-perkara yang Anda nggak ngerti. Fokus pada perkara-perkara yang kita kuasai. lah kalau misalnya ada orang nikah itu jodoh dia saat? iya, kalau cerai gimana? ya berarti jodohnya selesai disitu gitu kan ya, takdirnya selesai disitu gitu kan ya, takdir Allah adalah perkara-perkara yang nggak bisa kita kuasai tapi kalau misalnya contoh kalau seandainya dia bisa kuasai ya dia harus fokus disitu ini ya jelas ya nanti kalau kurang-kurang paham nanti akan kita ulangi lagi mudah-mudahan di akhir daripada episode ini tentang takdir teman-teman bisa lebih paham setidaknya dan nggak stres lagi memikirkan takdir yang paling enak adalah setelah pembahasan ini teman-teman semua nggak terlalu banyak berpikir tentang takdir karena memang takdir nggak usah dipikirin tapi diimani tapi semakin banyak berpikir dan serius dan fokus pada perkara-perkara yang Allah perintahkan kita untuk mikir untuk fokus untuk serius yaitu perkara-perkara ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala baik itu aja teman-teman sekalian mudah-mudahan bermanfaat karena sudah 30 menit mudah-mudahan kita nanti bisa melanjutkan kalau ada yang salah saya mohon maaf yang baik hanya berasal dari Allah subhanahu wa ta'ala jangan lupa share kepada yang lain mudah-mudahan bahasan ini juga bisa membantu teman-teman kita yang lain Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Ter