Transcript for:
Webinar tentang Advokasi dan Kebijakan Publik

Halo Calit Ada namanya sih? Nyi gak sih? Arya Halo Arya Memet, Hai Terima kasih Terima kasih. Cek, cek, halo, halo. Terima kasih. Halo, Assalamualaikum, Mas. Waalaikumsalam. Waalaikumsalam, Mbak Ola. Waalaikumsalam, Mas. Apa ya? Ujung dulu, Mas. Jadi, kita bakal di sini. Iya, Pak. Bentar, Pak. Kita tunggu Pak Akan. berarti kamu pasnya jaring sudah diganti semalam berapa kali? 70 juta, 800 ya? 4 atau 5? 1 di 5 kan 1 di 4 bayar 4 aja lagi kan Hai motor saya ke Turki ke Sibuk Terima kasih. Bapak Ibu, kita tunggu sebentar Kita masih nunggu Pak Haka Pak Haka baru Nanti lagi bergabung Baik, izin Bapak Ibu untuk dimulai webinar kita. Apakah suara Tirza bisa terdengar Pak, Bu? Baik. Baik, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Yang terhormat, Kepala Departemen Administrasi Publik, Bapak Dr. Hendrik Uswara, SIP MSK, yang sama-sama kita hormati, Sekretaris Departemen Administrasi Publik, Bapak Muhammad Isan Kabuloh SIPMPA, yang kami hormati, Kepala Labor Administrasi Publik Ibu Nila Wahyuni SAPMAP, dan tentunya narasumber yang telah hadir bersama kita pada kesempatan kali ini, Ibu Sekjen DPP IAPA, sekaligus dosen manajemen kebijakan publik Visip Universitas Gajah Mada, Ibu Befaola Kusumasari PhD. Selamat siang, Ibu. Yang nantinya Ibu Befaola Kusumasari PhD. PhD akan menyampaikan materi seputar advokasi dan kebijakan publik yang nantinya akan dimoderatori oleh moderator kita pada kali ini yaitu Bapak Muhammad Isan Kabullah SIPMPA. Selanjutnya yang sama-sama kita hormati Bapak Ibu dosen yang telah bergabung di dalam Zoom ini serta rekan-rekan mahasiswa yang seperjuangan dengan saya. Sekali lagi administrasi publik Universitas Andalasi yang ke-23 Tribute to Indonesian Association for Public Administration 2023 dengan topik Advokasi dan Kebijakan Publik bersama Ibu Befaula Kusuma Sarip, Sekjen DPP IAPA sekaligus Dosen Manajemen Kebijakan Publik, UGM. Baik, puji syukur, marilah kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kita dapat hadir dan berkumpul bersama di Room Zoom ini pada kali ini. Dan salam-salam, tak lupa kita sampaikan atas kehadirat Nabi Muhammad SAW sebagaimana beliau telah memperjuangkan umat muslim untuk mencapai keesan Allah. La ilaha illallah. Baik, untuk mengeloli acara kita pada siang hari ini, marilah kita dengarkan bersama lantunan ayat suci Al-Quran yang akan dilantunkan oleh Indri Mardian. Kepada Indri, disilahkan. Bismillahirrahmanirrahim Tadilul Rahmahim Kitabu Fusilat Ayatul Quran Al-Arabiyali Qawmi Ya'lamu Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Mudah kita lantunkan Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Sebelum kita memulai acara kita pada siang hari ini, langkah baiknya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing Hadirin yang berbahagia Untuk mengharapkan dido'a dari Tuhan Yang Maha Esa atas acara kita, marilah kita sejenak untuk berdoa pada siang hari ini A'udzubillahiminasyawabunnyafajim Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrabbilalamin Alhamdulillah ya Allah ya Rahman ya Rahim, dengan mengucap puji serta syukur kehadiratmu atas segala rahmat dan karuniamu yang telah engkau limpahkan kepada kami sehingga kami bisa mengikuti kegiatan ini pada hari ini. Untuk itu ya Allah ya Rahman ya Karim. Jadikanlah acara kami ini sebagai acara yang kau ridhoi, yang membawa barokah, rahmat, taufik, dan hidayah untuk kami semua ya Allah. Ya Allah ya Tuhan kami, izinkanlah kami memohon, jadikanlah kegiatan ini sebagai penyegar, pembangkit, dan pengugah semangat kami dalam meningkatkan kualitas ilmu kami ya Allah. Sehingga kami bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi kami semua ya Allah. Ya Allah yang maha pengetahui. ilmu-ilmu-ilmu begitu luas dan tak terbatas. Oleh karena itu, anugerahkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat sebagai bekal kami dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Serta berilah kami kekuatan untuk mampu dan mengamalkan dan menyeberluaskan ilmu yang telah kau anugerahkan kepada kami. Limpahkanlah kepada yang hadir pada acara kali ini kesehatan, kekuatan, kemudahan, dan keikhlasan serta kecerdasan dan kearifan dalam ini. mengikuti acara ini. Ya Allah yang maha pengasih, satukanlah hati kami, padukanlah langkah kami luaskanlah pengetahuan kami dan segarkan pemahaman kami agar kami dapat mengetik hikmah yang terkandung di dalamnya. Jadikanlah kegiatan ini sebagai amal ibadah dan dapat terlaksanakan dengan baik dan sukses. Ya Allah yang maha pengampun, ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami dan para pemimpin kami serta seluruh orang-orang yang telah mendahului kami. kabulkanlah doa kami Allah ya Allah ya Tuhan kami akhirnya kami hanya bisa berharap bahwa engkau satu-satunya yang akan mendengar setiap pelukasa kami dan hanya engkau lah yang akan mengabulkan setiap permohonan kami Rabbana atina fid dunya hasan wa fil akhirati hasana wa kina wadabannar subhanarabikir bil izzati amma yasifun wassalamun ala alfisalin walhamdulillahi rabbil alamin Sekretaris Departemen Administrasi Pabrik, Bapak Muhammad Isan Kabula, SIP MPA. Kepada Bapak, disilakan. Izin mungkin Tirza, kata sambutan sudah pembukaan oleh Pak Aka dulu. Oke, siap. Mohon maaf sebelumnya Bapak-Ibu semua. Sebelum kita masuk ke acara inti, marilah kita dengarkan bersama kata sambutan dari Ketua Departemen Administrasi Pabrik, Bapak Dr. Henry Kuswara, SIP MSTOG SC. Kepada Bapak, disilakan. Waduh, kiren ini. Langsung aja. Mbak izin ya Mbak punter. Selalu eksiden ya Mbak. Sambutan segala Bu Sekjen. Baik, Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang. Salam sejahtera untuk kita semua. Saya hormati dan saya muliakan ya Bu Sekjen Maulai yang kembali lagi-lagi direpotin sama kegiatan kami nih Mbak. Dalam rangka... mencapai target terima kasih banyak sudah hadir ya mbak ya mungkin tidak banyak dari saya terima kasih dari kami ucapkan juga sudah mau sharing session dengan mahasiswa kami sebetulnya kegiatan ini memang rutin ya diadakan oleh laboratorium organisasi publik cuma karena ada kegiatan bulan lalu sehingga diundur ya jadi bulan ini begini itu ya Lalu mungkin tidak banyak ya Jadi materi ini Tentang advokasi dan kebijakan publik Mudah-mudahan ini akan menambah ya Wawasan, pengetahuan Kemudian juga menambah Wacana ya tentang Bagaimana seharusnya Kebijakan itu diadvokasi Mungkin itu saja dulu ya Mbak, enggak banyak Terima kasih banyak sekali lagi Bapak Ibu yang lain juga yang udah Berkesempatan hadir, linknya juga saya lihat menyebar kemana-mana tadi ya mudah-mudahan juga masih bisa masuk ya karena ini sebetulnya ini Zoom ini ya Bu Nila ya Buk Kepala Labor ya Zoom kuliah ini harusnya jadi sedikit audiensnya ya tapi mudah-mudahan masih bisa masuk ya terima kasih sekali lagi kepada Mbak Ola saya tutup selamat berwebinar ya enjoy kelasnya Mbak Ola Assalamualaikum Wr. Wb Tirza saya kembalikan ya Terima kasih kata sambutannya Bapak Dr. Henry Putmara, SIPM Sok SJ. Silakan langsung saja diambil oleh moderator kita, Bapak Muhammad Ihsan Kabulo, SIPM PA. Kepada Bapak, disilakan. Terima kasih Tirza, Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat siang dari Sumatera Barat tentunya. Bapak Ibu, senang sekali kami untuk bertemu pada sesi ini. Terus terang, ini adalah tidak hanya lecture session. ke-23 daripada Departemen Administrasi Publik sejak tahun 2020. Tapi juga pengajak kami namakan Tribute to IATA Conference 2023 atau penghormatan kami kepada... IAPA Conference yang sudah Alhamdulillah teraktanah, mungkin mudah-mudahan dengan baik, lancar dan sebagainya pada tanggal 26-27 Oktober. Tak kenal maka tak sayang, ibaratnya karena Mbak Ola belum pernah ngomong di dalam acara Bike Workshop, termasuk juga acara konferensi kemarin. Jadi terus terang kami ingin mendengarkan sharing ide dari beliau dan kami minta, sekaligus tribut untuk IAPA. Jadi ini mohon izin Bapak Ibu. Sekaligus, tidak hanya reunian, tapi juga kita ingin mendengarkan paparan dari Ibu Ola atau Mbak Ola, kalau kita akrab, sebagai sekjen DPP Yata dan dosen MKP, Manajemen Kebijakan Publik Universitas Kejamada. Itu ide utamanya. Yang kedua juga, kami lihat yang hadir ini, Mbak Ola izin melapor, tidak hanya 98 atau 100, ini zoomnya mohon maaf kapasitas 100, dan ini terlalu banyak waiting list-nya. Jadi kami harus pilah-pilah, tidak hanya mahasiswa kami yang... Hadir, tapi juga banyak Bapak Ibu dari berbagai perguruan tinggi lain yang kami lihat juga hadir dari Palangkaraya, dari Universitas Sumatera Utara, dan sebagainya. Jadi salam dari kami semua. Semoga Bapak Ibu bisa bergabung di IAPA Conference tahun depan. Itu kira-kira. Lalu ketiga bahwasannya kami ingin mengangkat tema tentang advokasi kebijakan publik. Nah, apa itu dan mengapa pentingnya melakukan advokasi? Karena seringkali kita melihat... dari sisi kebijakan hanya implementasi dan evaluasi, tapi jarang kita untuk mengawal itu sebagai dalam bentuk advokasi, maka hadir Ibu Befayola Pusumatari atau Mbak Ola disini dan kita akan mendengarkan paparan beliau, waktunya terserah saja, fleksibel, karena kita sangat fleksibel dan nanti Bapak Ibu baru setelah itu kita lakukan tanya-jawab, itu kami persilakan kepada Mbak Ola untuk waktu presentasinya Baik, terima kasih Mas Isan, Pak Haka, dan adik-adik semua ini ada dari Mbak Novarianti, UMPR ini. Ada dari Undip juga tadi saya lihat. Gini, baik, satu bulan nih sudah dari Padang, tendangnya masih ada di kulkas, masih belum habis. Udah, kita ada ketemu lagi di sini. Sebenarnya saya bisa mengajarkan banyak, banyak hal. Kalau saya ngajar itu saya senangnya juga latihan sih sebenarnya ya. Namun karena ini momen yang harus mendengarkan dulu, oke. Kali ini kita mendengarkan dulu. Tapi nanti kapan-kapan bisa saya ajarkan soft skill. Misalnya buat advokasi itu bikin policy brief, bikin policy paper. Kemudian kalau dalam advokasi juga kalau mau pakai tulisan artikel jurnal juga boleh. Itu banyak hal yang bisa kita bekali untuk mahasiswa-mahasiswa kita sebenarnya dan dosennya. Nah kemudian saya juga bisa ngajarin sebenarnya topik-topik apa sih yang bisa diadvokasi di ranah administrasi publik tanpa harus ke lapangan. Saya sih memang menghindari ya diadil mahasiswa itu untuk wawancara ke lapangan. Aduh repot. Nanti alasannya terlalu banyak. Surat izin belum keluar, gak diketemu sama orang. Padahal kita bisa menciptakan atau mencari dari big data dan sebagainya mengolah menjadi advokasi ide apa sih yang bisa nggak hanya advokasi, bisa jadi inskripsi, tesis, desertasi, bisa semuanya. Nanti kapan-kapan. Kalau sekarang yang general dulu. Ini semester berapa Mbak Tirza? Ini adik-adik semester berapa nih? Semester lima. Semester lima. Selama semester lima udah dapet apa aja? Ayo siapa nih yang mau ngomong Selama semester 5 Udah dapet apa aja Apa mbak Mailani nih Saya cuma liat aja nih mbak Mbak Mailani Apa mbak Dapet apa mbak dirimu Selama kuliah semester 5 Sampai semester 5 2,5 tahun Yang keras mbak yang keras Mungkin kayak teori-teori jurusan administrasi publik. Terus saya juga diberikan arahan pergi turlangsung ke dinas-dinas untuk menempatkan bagaimana sih administrasi yang dijalankan. Oke, itu ya yang dipelajari ya. Terus saya mau tanya satu lagi deh, yang cowok mana nih? Oh ada Pak Martinus Mandagia, Pak. Apa kabar, Pak? Siapa nih yang cowok nih? Saya pengen tahu. Rian Maulana Pratama. Apa Rian yang kau dapatkan selama 5 semester? Mana nih Rian? Yang cowok-cowok nih. Rian, Taufik, ada Taufik, Febri, Adi. Coba apa yang didapatkan sih? Saya pengen tahu. Mana Mbak Tirza panggil Mbak temannya Mbak? atau ini Mbak Melani sama Mbak Tirza merasa salah masuk jurusan enggak? atau pertanyaan lain kira-kira kepengenanmu waktu dulu masuk sampai sekarang udah tercapek belum? apa Mbak? Boleh kok dijakut. Kalau Tirza sendiri sudah, Bu. Wah, Tirza sudah? Bagus. Mailani? Iya, Bu. Karena... Apa? Karena apa? Karena apa, Tir? Sebelumnya itu kan awalnya ya, Bu. Tirza itu pengen masuknya ke sastra, Bu. Terus juga mengetahui tentang politik ini kan masih kurang banget gitu ya, Bu. Awalnya, Bu. Terus nggak tertarik untuk masuk ke dunia pemerintahan lah gitu, Bu. Terus ternyata setelah... berkecimpung di administrasi pabrik sudah, oh ternyata seperti ini ya ternyata kita harus over juga sama isu-isu politik dan pemerintahan pada saat ini gitu jadi ya kalau menurut Riza, ilmu di administrasi pabrik itu menurut Riza sangat-sangat ini sekali ya Bu bermanfaat dan menambah wawasan baru. Oke, kini kalau adik-adik masih ada yang bingung, saya itu dapat apa selama kuliah sampai 5 semester atau bahkan sampai lulus aja bingung ini mau jadi apa saya jangan khawatir adik-adik gak sendiri sebenarnya, mahasiswa-mahasiswa kami pun juga banyak yang kehilangan arah, ini apa sih ini barangnya apa, gak apa-apa nah kami pernah ya di IAPA itu mencari tahu sebenarnya lingkup pekerjaan apa yang bisa diisi oleh adik-adik kalau lulus Yang paling kelihatan kan analis kebijakan. Sebenarnya analis kebijakan itu barang apa? Kan gitu dulu ya. Nanti sampai ke advokasi nih. Barang apa? Kemudian kita melakukan wawancara kepada para analis kebijakan yang nggak hanya di public sector, tapi justru di private sector. Waktu itu wawancaranya dengan teman yang masih ada ya, alumni gitu yang kerja di ini, di atas. Twitter Indonesia waktu itu, analis kebijakan. Bagus waktu itu saya tanya, sebenarnya mau tahu dulu gaji berapa sih? Itu gaji berapa sih mas kerja jadi analis kebijakan? Gajinya gede, di atas 50-60 juta. Seperti itu ya. Nah, yang saya kemudian tanyakan dengan Pak Agus Pram, ketua IAPA kita adalah, yang dibutuhkan oleh adik-adik kita, yang sekolah di administrasi publik, mau MKP itu, itu... apa supaya bisa jadi analis kebijakan yang bukan hanya pintar, tapi juga gajinya itu menjanjikan banget. Bekalnya katanya nggak banyak. Satu, Bu Ola, ajarin sama mahasiswanya semua hal tentang komparatif studies. Misalnya gini, Bu. Misalnya hoax. Hoax di Indonesia. Kayak apa kebijakan hoax? Mahasiswa harus tahu juga kebijakan hoax di misalnya... di Singapura, atau juga di Amerika, atau juga di Eropa. Jadi wawasannya itu luas, Bu. Mau kebijakan apa saja, boleh. Tidak serah apa yang dipengen dipahami, tapi sekarang levelnya dinaikkan, Bu, komparatif. Mau ASEAN dulu, Asia, terus kemudian Amerika, Eropa, itu semua harus tahu. Satu, katanya komparatif kayak tadi. Yang kedua, Itu justru, tahu nggak adik-adik, belajar apa? Belajar menulis surat. Bayangkan. Suka lupa ya, nulis surat. Karena banyak itu, Bu, orang, adik-adik mahasiswa itu yang nggak bisa menulis email dengan bagus. Bayangkan. Misalnya mau ketemu, Bu, ke kami. Ke kementerian mana itu. Aku mau wawancara tanggal sekian aku. Misalnya, gitu. Banyak hal. Yang kecil-kecil cara menulis surat itu justru dibanyakkan. Di kita itu kayaknya udah di eliminir, kayak gak diajarin. Padahal banyak pentingnya. Yang berikutnya, analis kebijakan itu gak boleh baperan. Baperannya maksudnya apa? Baperan di sini, kita tuh udah punya ide, pengen ngasih solusi, tapi gak dipakai. Itu baperan. Itu yang kebayangan, cuma tiga hal itu yang diperlukan. Jadi sekarang saya itu mencoba menerapkan. Kalau mata kuliah saya, misalnya mata kuliah apa aja, manajemen bencana misalnya. Saya ngisinya tugas mahasiswa itu gak boleh hanya manajemen bencana di Indonesia. Yang paling gampang Padang, misalnya gitu. Aceh, gak gitu. Sekarang manajemen bencana komparatif tadinya mana. Jadi semua mahasiswa presentasi itu kasusnya luar negeri. Nah, ini itu penting deh. bagi adik-adik kalau adik-adik pengen meningkatkan kualitasnya. Jadi paling nggak adik-adik lulus dari AP di UNAN ini, adik-adik menguasai satu kebijakan, tapi yang levelnya saya tahu Indonesia, saya tahu ASEAN, saya tahu Amerika, saya tahu Eropa. Itu yang dibutuhkan. Tinggal adik-adik konsernya ke mana? Kesehatan? Boleh. Pendidikan? Boleh. Pelayanan umum? Boleh. Itu kata... Analis kebijakan yang sudah kerja di private sector gajinya tinggi banget. Nah, kalau adik-adik ini Bu Ola mencoba mensummery kuliah lima semester itu, sebenarnya belajar apa sih? Sebenarnya ini nih yang dipelajarin. Kita tuh belajar yang namanya siklus. Pasti ya, siklus. Ini ingat semua ya harusnya ya. Mulai dari agenda setting. Agenda setting itu apa, De? Agenda setting itu tempat sampah Semua urusan, semua masalah Masuk di tahap satu Jadi sebenarnya Kita masuk AN Masuk administrasi publik Itu adalah orang-orang yang cari masalah Beneran Jadi kalau adik-adik hidupnya penuh masalah Adik-adik ada di jalan yang benar Benar Jalan yang benarnya itu apa? Jalan yang benarnya adalah Memang ilmunya adik-adik Itu adalah ilmu tentang Masalah, memecahkan masalah. Ketika masalah ini mulai dipilah-pilah kalau kayak sampah itu recycle, reuse. Ini barulah masuk di tahap formulasi. Sudah belajar pasti. Di formulasi ini ada berbagai macam perspektif. Top dan bottom up, hybrid dan sebagainya. Kemudian setelah diformulasikan baru diimplementasikan. Diimplementasikan, kita belajar Kok ada yang gagal ya kebijakannya Kok ada yang berhasil Kebijakan yang sama Kenapa gagal misalnya di jaman SBY Tapi berhasil di jaman Jokowi misalnya Jadi bagi kita, bagi orang AP Mau presidennya siapa aja Itu gak masalah karena urusan kita adalah Tadi itu memecah masalah Memformulasikan, mengimplementasikannya Jadi gak usah baperan, gak usah sampai pecah sama teman pilihan pilpresnya A, B, dan C itu gak perlu. Itu namanya baperan. Berantem lagi, ini kandidatmu dan sebagainya. Gak perlu itu. Karena kita ilmunya ilmu administrasi publik. Jadi ilmu administrasi publik itu adalah once politics ends, administration begins. Jadi politik itu ilmu politik. Mereka sudah selesai dengan perhelatannya, kita kerja. Kita kerjanya lebih lama. Jadi kita dilarang baperan. Kalau kita sudah sampai implementasi, baru kita mengevaluasi. Evaluasi ini bisa kapan sih? Bisa sebelum kebijakan itu dimulai, pada saat di tengah, di akhir. Atau sudah beberapa tahun kemudian. Tidak apa-apa, ada banyak model di sini. Di sini ada tools-nya. Ada alat-alatnya. Pelajarin di sini. Hasil dari evaluasi itu kebijakan di apaan sih, D? Dirubah atau diputus. Udah, cuma itu aja. Dirubah, oh dirubah mana yang perlu diperbaiki. Di terminate, di terminate itu diputus. Jadi udah nggak dipakai. Masalah muncul lagi. Udah, cuma uplek-uplek ini doang. Yang suka salah, kebijakan ada di mana? Kebijakan itu kalau di Indonesia nggak ada masa kada luarsanya. mie instan aja ada keadaan luarsanya ya bener gak? mie instan tuh ada keadaan luarsanya semua roti, roti sari roti itu ada keadaan luarsanya kebijakan gak ada keadaan luarsanya Jadi kalau kebijakan itu tidak bisa menyelesaikan masalah, salah satu penyebabnya adalah ya nggak ada luar sana. Kita nggak tahu ini udah racun atau belum nih. Udah jadi barang busuk atau nggak. Kan ada yang nggak relevan. Udah zamannya udah berganti. Misalnya kebijakan perparkiran di Jogja ya, parkirnya seribu. Ya gimana? Mau bisa punya lahan parkir yang bagus, kalau cuma seribu perak buat itu. Kan udah banyak yang nggak relevan. Ini ya, ini siklus yang kita pelajari selama adik lima semester. Terus kalau kembali lagi ke awal, adik-adik ingat, oh yang kami lakukan, jadi yang namanya administrasi publik itu sekarang bukan cuma belajar tentang organisasi publik, tapi adik-adik juga belajar tentang organisasi privat. Kenapa kok begitu? Karena ketika adik-adik kerja nanti, adik-adik bersentuhan. Mau kerja di publik, kerjanya bersentuhan dengan privat. Mau kerja di privat, bersentuhan dengan publik. Artinya adik-adik harus belajar keduanya. Ya publik, ya privat. Nah, mulai dari akar katanya. Apa sih publik? Publik itu adalah semua hal yang berkenaan dengan masyarakat. Kalau semuanya berkenaan dengan masyarakat, berarti sifat-sifatnya, misi-misinya itu. Itu kebaikan. Tuh. Kebaikan. Misinya kebaikan. Pertimbangannya moral. Jadi kalau nih. Kayak. Mas Isan nih. Mas Isan. Kita gak bisa dosen. Gak bisa kaya raya mas. Karena kita kerjanya di publik. Misinya kemanusiaan aja. Oh moga-moga masuk sorga. Insya Allah. Gitu aja. Insya Allah. Amin. Nah jadi. Kalau adik-adik. Berpikir. Saya pingin kaya. Adik-adik gak bekerja di ranah sini. adek-adek adanya di ranah sini karena di ranah privat ini ini pedoman yang adalah hukum pasar, motifnya mendapatkan laba keuntungan, uang banyak, ada di sini, jadi kalau ada orang kaya dia kaya banget, kawin kemarin berapa tuh anak yang di Surabaya itu 75 miliar untuk ini aja kan, apa namanya dekorasinya ya yang bunga-bunga itu, 75 miliar kan habisnya katanya seratusan sekian miliar itu total itu bener deh, mereka di jalan yang bener kenapa? karena mereka bukan pegawai negeri, bukan ASN jadi mau menghabiskan bunga-bunga itu satu malang katanya 75 miliar itu, itu sah karena mereka adanya di sini nih, adanya di sini nih di privat mereka kerjanya privat itu artinya set apart, terpisah memang terpisah deh, gitu jadi ini Semua hal bukan diperuntukkan untuk masyarakat umum. Kalau layanannya untuk masyarakat umum, tapi motifnya mendapatkan laba. Kalau ini beda. Untuk masyarakat, tapi motifnya kebaikan. Beda kan? Nah, tahap yang tadi agenda setting, itu kita menyebutnya mengkaji persoalan. Jadi adik-adik di sini sebenarnya belajar untuk memahami hak. kekat permasalahan. Kekat itu apa? Kekat itu adalah akar dari permasalahan itu. Biasanya Bu Ola ajarin, namanya pakai five ways analisis. Analisis pertanyaannya lima. Misalnya gini, kenapa kita sakit? Masalahnya adalah kita sakit. Why pertama? Kenapa kita sakit? Oh karena makan, banyak makan goreng-gorengan. Kenapa kita banyak makan goreng-gorengan? Oh karena lapar. Kenapa kita lapar? Kita nggak sempat makan siang tadi. Kenapa nggak sempat makan siang? Tugasnya banyak. Kenapa kok tugasnya banyak? Karena nggak dicicil sebelum-sebelumnya. Permasalahannya kita sakit itu ternyata karena kita nggak mencicil pekerjaan. Itu kita lakukan melalui five-wise analisis. Salah satu cara. Salah satu cara mencari hakikat permasalahan itu adalah pakai Five ways analysis untuk melihat akar masalah. Akar masalah ini kenapa penting? Kalau akarnya salah, solusinya salah. Gitu. Contoh, Mbak Melani ini ya karena yang nyala Mbak Melani sama Tirsa ya. Jadi disebut-sebut terus. Mbak Melani pusing. Mbak Tirsa pusing. Kalau saya tidak bertanya. Apa mbak penyebabmu pusing? Akar masalahnya pusing itu apa? Saya akan ngasih obat yang sama, mereknya Panadol. Ini mbak Mayelang Belani, minum Panadol. Mbak Tirisa Panadol, minum. Minumlah Panadol, tapi gak pada sembuh. Karena ternyata Mbak Tirsa masalahnya, skripsinya belum selesai-selesai. Mbak Melani masalahnya, ternyata ada masalah dengan pacarnya. Misalnya gitu, semuanya pusing. Dikasih obat Panadol, sembuh gak? Gak bakal sembuh. Karena kita gak tahu hakikatnya. Sama sekarang, permasalahan pemerintah itu apa sih? Kemiskinan. Ya kan, biasanya itu yang seringan kemiskinan. Orang miskin itu karena apa? Pertanyaannya. Cari dong hakikatnya. Oh orang miskin, jadi kalau nanti adik-adik terjun, udah kerja itu, misalnya harus mencari masalah, itu adik-adik harus pakai 5 kali pertanyaan why, why, why, why itu. Kenapa orang miskin? Oh dia nggak punya, Bu, akses ke pendidikan tinggi. Kenapa nggak punya akses ke pendidikan tinggi? Oh karena, apa namanya, susah, Bu. untuk mau menuju ke sekolah aja, itu jauh. Oh kenapa kok jauh? Oh nggak ada fasilitas umum, Bu. Transportasi umum. Kenapa nggak ada transportasi umum? Nggak ada penumpang dan sebagainya. Jadi cari tahu sampai lima kali ke belakang. Kalau udah ketemu kelima, disitulah akarnya, dan disitulah kemudian kita memberikan solusi. Waktu itu kita mengundang, waktu di Jogja acara MAP itu, ulang tuan MAP mengundang, Wali kota Padang, Pariaman, Pak Jenius ya. Dan satunya lagi dari Gunung Kidul. Akar masalah kemiskinan di kedua daerah itu berbeda. Gunung Kidul itu daerah kering, sehingga membuat orang tidak bisa menanam padi, padinya mati karena kekeringan. Kalau di Padang, Pariaman, itu orang miskin karena tingkat pendidikannya rendah. Ini kalau dikasih bansos, Sembuh nggak dari kemiskinan? Nggak kan? Nggak, makanya. Padahal banyak kebijakan pemerintah itu. Udah lah kalau miskin kasih bansos. Nah, itu kita di tahap tadi itu pemilahan masalah, kita gagal merumuskan akar masalahnya. Kita nggak tahu hakikat permasalahannya. Tau-tau pokoknya... Pokoknya kalau orang miskin, kasih bansos. Gitu. Enggak, enggak seperti itu. Nah, di tahap pemilahan ini menjadi penting. Nah, kalau kita mau lebih lanjut lagi, sebenarnya semua masalah publik itu, itu urusannya cuma tentang individu itu tidak bisa memenuhi barang dan jasa. Cuma itu saja kok. Enggak bisa dapat barang misalnya beras mahal. Tapi bukan itu, minyak naik, kegula susah, jasa pendidikan mahal, kesehatan mahal. Seputar itu aja yang akan jadi masalah publik. Nah, masalah itu dihadapkan dengan beberapa hal. Seperti kegagalan pasar. Pemerintah punya niat untuk membuat harga minyak goreng satu harga. Dampaknya malah minyak goreng hilang dari pasaran. Kemudian harganya 2 liter 60 sekian ribu. Coba. Jadi masalah kan? Kemudian free rider problem. Ini adalah masalah tumpangan yang kemudian menjadi sebuah tragedi. Maksudnya gimana? Adik-adik kalau ke Jogja, itu terkenalnya Jogja itu kota apa sih? Kota pelajar ya. Banyak mahasiswa yang ke Jogja. Benar, benar, benar. Ternyata Jogja bukan hanya kota pelajar sekarang. Tetapi kota tujuan pensiun. Tujuan pensiun. Akibatnya apa, D? Akibatnya harga tanah, harga rumah di Jogja itu termahal kedua setelah Bali. Karena banyak itu tuh orang-orang kaya, Kalimantan, Sumatera, Papua, yang pengennya pensiun di Jogja. Kenapa pilihannya Jogja? Ya nggak desa-desa banget, masih ada mal, masih apa. kesehatannya bagus, fase kesehatan bagus, gak jauh dari mana-mana, gitu akibatnya tragedinya apa? harga rumah mahal, kalau rumah harga 1 miliar, 2 miliar itu kayak kacang goreng deh, siapa cepat dia dapat, gitu akibatnya orang-orang muda di Jogja itu, itu tidak bisa membeli rumah di dalam kota Jogja kenapa kok begitu? harga 1 miliar ya, contoh, nih Ada-ada yang baru lulus kerja, punya duit untuk bayar DP-nya aja 40%, 400 juta. Dari mana tuh uang 400 juta kita? Itu baru DP. Oke deh kalau DP gitu, misalnya si istrinya yang ngutang ke bank. Boleh. Loh tapi nanti untuk bayar cicilan rumahnya, selanjutnya dari suaminya. Jadi suami istri gajinya habis buat bayar cicilan rumah. Kalau istrinya kerja, kalau suaminya kerja, kalau nggak kerja. Nah jadi sudah banyak kajian yang ngomong ini orang muda di Jogja bakal homeless. Kalaupun bisa beli rumah, itu jaraknya sekitar 20 km dari kota, di pinggiran. Nah, ini yang kemudian menjadi masalah. Di sini yang beberapa penyebab masalah itu ini. Kemudian ketidakmampuan individu untuk memperoleh akses ke pasar. Ke pasar di sini yang maksudnya tadi itu. Nggak bisa memperoleh akses ke pendidikan. Nggak bisa memperoleh akses ke kesehatan. Cuma itu aja. Nah, ini semua, D. akan menjadi masalah publik yang akan kita pecahkan. Di sini ada syaratnya, Bu, semua masalah banyak, Bu, hidup kita ini penuh masalah. Betul, masalah itu bisa diangkat menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi lima kriteria. Misalnya, telah mencapai tahap krisis, kayak COVID kemarin, wih, nggak bisa tuh. kemana-mana harus diselesaikan, kan udah krisis menjalibkan masalah khusus memperoleh perhatian luas misalnya masalah khusus per LGBT-an misalnya gitu ya, oh udah khusus tuh udah harus dipikirkan, jangan sampai banyak orang masuk kerana itu melibatkan emosi masyarakat gitu, ini bisa sekarang misalnya dengan kasus banyak apa namanya hubungan apa namanya luar negeri Indonesia, Palestina dan sebagainya itu kan sudah emosi masyarakat kan itu harusnya ditindaklanjuti kemudian mempunyai potensi menimbulkan dampak yang luas bagi masyarakat dulu kasus sambu-sambuan itu itu bisa tuh, itu potensinya dampaknya luas, menjadi tren pada masyarakat, tren apa generasi muda sebagai generasi strawberry dan sebagainya, coba kita cari masalah-masalahnya nah disini itu baru sebuah isu sebuah masalah bisa diangkat menjadi agenda. Agenda itu adalah yang akan dibahas oleh baik eksekutif maupun legislatif untuk jadi sebuah kebijakan. Di tahap apa namanya? Di tahap formulasi kebijakan. Nah, kalau formulasi kebijakan, adik-adik ini butuh yang namanya data. Mau cari dari mana data? Dari BPS, wajib. Dari data-data survei, mendukung. Adik-adik karena orang muda harus punya cara untuk mencari data yang kreatif. Dari mana misalnya? Contoh, dari Twitter. Komentar-komentar di YouTube. Komentar-komentar di Instagram. Nih, mahasiswa Bu Olah ada. Waktu itu. waktu itu lagi rame tau gak Vanessa Angel yang almarhumah waktu sebelum meninggal sebelum meninggal itu dia yang lagi ke Surabaya terus dia ngomong mencari nafkah dia memposting satu fotonya yang dianalisis ini skripsi loh komen yang ada di Instagram komennya ternyata komen itu mengandung data apa datanya disitu ditemukan bias gender ditemukan pelecehan, banyak hal. Masalah itu muncul dari komen. Bu Ola kemarin, ini Bu Ola kasih contoh ya, pengen tahu yang namanya, sebenarnya kalau orang itu bicara tentang dempa di Twitter, itu tuh apa yang dibicarakan, apa masalah yang muncul? Ini Bu Ola mau kasih tahu ini. Biar adik-adik, maksudnya ini mengundang bahwa mencari data itu bukan... Hanya, bukan hanya loh ya, tanya-jawab. Enggak, enggak hanya itu. Nih, ini nih Bu Ola mau kasih tahu ya. Bu Ola itu nguplek-nguplek Twitter. Pengen tahu kalau orang ngomong bencana di Twitter, itu apa aja sih. Nih, jadi mau lihat isinya Twitter ketika erupsi gunung api, gempa palu, gempa lombok, dan pandemi COVID. Ini kita lihat ya isinya Twitter nih Yang menarik nih Yang gempa palu, coba Gempa-palu kata-kata seperti ayo takwa peduli, terus kemudian ganti gaya hidup, ditakdirkan kiamat sudah dekat, hidayatullah, musibah itu hikmah, ini banyak nih kata-kata ini. Yang kita bisa klasifikasi, oh masih punya pandangan bahwa bencana dari Tuhan. Yang menarik coba ini, ada kata-kata obat aborsi, obat aborsi janin. Obat pelancar head, keguguran, obat penggugur, obat lat bulan. Ini apa-apaan ya? Kok bencana bisa keluar kata-kata obat aborsi? Kenapa? Ada yang bisa tahu. Jadi gini, ini boleh melakukan riset nih. Karena keluar dari kata-kata Twitter itu. Jadi kita ambil pakai tools gitu deh. Itu perlu belajar tuh. Pakai tools, ambil apa kata-kata yang sering muncul. Kok ada obat aborsi? Kenapa ini? Jadi ternyata rumah singgah, jadi kan mereka kena gempa tsunami, kemudian orang-orang itu pindah ke rumah singgah. Nah, setelah beberapa saat, mereka kan berarti balik lagi ke rumah singgahnya untuk tinggal menerin rumah dan sebagainya. Rumah singgah ini nganggur. Anak-anak mudanya belum banyak untuk punya aktivitas. Akhirnya mereka beraktivitas di rumah singgah itu. Ya aktivitasnya bersama lawan jenis. Sepi, gelap, dan sebagainya. Akhirnya melakukan hubungan di luar nikah. Hamil dong. Hamil. Kalau hamil, ngomongnya ke orang tua. Digebukin nggak kira-kira? Digebukin ya. Digebukin ya. Udah-udah digebukin setengah mati. Akhirnya tulisnya ke mana? Ke sosial media. Minta apa? Minta obat penggugur janin. Itu kenapa kata-kata tersebut muncul di Twitter. Itu deh, kita namanya mencari masalah, mencari, oh ini tuh data, kan kita ditaformulasi ya, oh kita tuh dapat tuh informasi ini. Jadi sekarang konteksnya kemana, Bu? Kalau konteks kebencanaan, kalau ngasih bantuan misalnya ya, ke Kementerian atau Departemen Kesehatan, Kementerian Kesehatan, jangan ngasih kalau kebencanaan itu. Jangan ngasih cuma obat-obatan yang sifatnya sesaat aja. Tapi banyak yang dibutuhkan obat-obatan itu. Berarti kan juga butuh pengawas-pengawas, terapi-terapi, macam-macam. Itu di luar nikah, D. Yang nikah, suami istri yang di luar nikah, banyak kejadian kalau ini di Lombok. Setelah tsunami di Lombok itu, ibu-ibu hamil. Angka kehamilan meningkat. Kenapa angka kehamilan meningkat? Karena ibu-ibu yang tadinya pakai kontrasepsi, baik pil, suntik, dan sebagainya ke puskesmas. Puskesmasnya kan robo. Kemana dia mau mendapatkan kontrasepsi? Puskesmasnya robo. Nggak bisa lagi, akhirnya hamil. Banyak kasusnya. Nah, sebagai orang muda, adik-adik ini dimanapun berada, harus kreatif dalam mencari data. Karena kuncinya di mana nih? Di formulasi kebijakan itu adalah basisnya dari data sebelum mengambil keputusan. Kalau adik-adik pakai sumber data-data yang udah biasa itu iya, pakai-pakai-pakai. Namun juga harus punya pikiran bahwa ini loh luas kita bisa mendapatkan data. Bahkan yang namanya kehidupan maya itu, itu banyak tersimpan jutaan informasi yang bisa kita angkat. Tadi itu per Kehamilan di luar nikah Coba ini misalnya disini Pegempa lombok ya Ada tentang misalnya Ini Isu recovery bantuan pemerintah Ini kata-kata yang sering muncul Itu bisa Banyak-banyak hal yang bisa kita peroleh Covid awal-awal Ternyata keluar, orang-orang itu mengakui bahwa aktor utama dari pandemi COVID-19 di awal-awal 3 bulan pertama itu, itu Polri dan tenaga kesehatan. Coba, berarti kan kita harus sebagai pengambil keputusan, kita harus apa? Pay attention pada dua hal ini. Waktu itu tenaga kesehatan, iya jelas, tapi Polri. Karena banyak nih, keluar kata-katanya. Itu ya, Dek ya. Itu di tahap formulasi. basisnya data. Terus kemudian di tahap implementasi. Di tahap implementasi, apa yang diimplementasikan? Kebijakan dong pastinya. Kebijakan itu untuk apa? Untuk mencapai tadi itu, tujuannya. Tujuannya adik-adik menyelesaikan masalah itu apa? Harus punya tujuan dan sasaran. Karena tujuan dan sasaran ini adalah sebagai dasar pijakannya. Sehingga adik-adik kalau misalnya melihat kebijakan itu gagal atau kebijakan berhasil, maka... Kacamata analis kebijakan itu sama. Kalau gagal, apa yang bikin dia gagal? Kita harus cari pelajarannya. Kalau dia berhasil, apa yang membuat dia berhasil? Supaya bisa direplikasi. Jadi ini penting di tahap implementasi. Ini penting di tahap implementasi. Jadi ingat tahap implementasi. perlu menetapkan tujuan dan sasaran. Tapi di tahap formulasi, ini tadi penting adalah data. Ini data penting, ini data pembelajaran. Tujuan, sasarannya apa. Kemudian, kalau itu sudah semua dilakukan, kalau itu semua sudah dilakukan, maka kita bisa mengevaluasi. Mengevaluasi itu adalah melihat semua rangkaian tadi itu. Di mana salahnya, di mana kurangnya. Tadi bisa sebelum, pada saat, sesudah, boleh evaluasinya. Nah evaluasi itu nanti menghasilkan berbagai macam alternatif. Alternatif itu gimana cara milih alternatif? Kita punya alternatif berapa sih sebenarnya kebijakan itu? Plan A, plan B, gitu ya. Seringnya kan kita ngomongnya kita punya plan A dan plan B. Benar nggak? Nggak, D. Plan A, B, C, D, E, F, G, sampai Z. 26 plan. Gitu. Jadi sebenarnya kita di sini perlu banget belajar macam-macam alternatif. Maka tadi itu relevan dengan omongan yang mas analis kebijakan itu, Bu. Perlu tahu bu, komparatif studies. Karena ketika misalnya ngatasin macet, coba dia belajar dari Singapura kayak apa macetnya. Ngatasin macet. Gimana sih dari Korea? Gimana sih dari Thailand? Jadi karena apa? Karena ada 26 abjad. Jadi kita harus punya banyak variasi. Variasi itu taunya ternyata dari komparasi. Kalau adik-adik nggak... punya koleksi tentang berbagai macam kebijakan, gimana dia menawarkan alternatif? Singapura, Singapura itu untuk mengurangi kemacetan, dia ngapain? Satu, yang dia lakukan adalah menetapkan jumlah mobil yang beredar di Singapura, misalnya harus ada 10 ribu doang mobil. Kalau nanti itu gimana, Bu? Kalau misalnya harus menghilangkan satu. satu misalnya kamu mau nambah ya harus menghilangkan satu sama dikasih stasiun kereta stasiun stasiun kereta itu nah stasiun kereta itu harus dipikirkan jaraknya hanya 10 menit dari rumah dari perumahan penduduk jadi dibangunlah stasiun stasiun itu sebanyak-banyaknya Kenapa biar orang naik kereta biar nggak naik bis nggak naik apa mobil pribadi sampai segitu jadi Ada banyak alternatif. Oh Bu, tapi Singapura kan Bu pulanya kan tidak. Oke, cari yang lainnya. Cari negara lain untuk mengatasi masalah. Coba itu macam-macam. Oh, termasuk adik-adik kita mungkin baru dengar ya, work from home era COVID ini. Enggak, itu sudah studi work from home itu sejak tahun 70-an. 80-an, 80-an. Makanya kenal kantor cabang. Kenapa ada kantor cabang? Karena itu dulu diciptakan untuk menghindari kemacetan. Supaya orang nggak bekerja di kantor pusat, di cabang aja, nggak jauh-jauh dari rumah. Tujuannya itu. Terus juga kemajuan teknologi, kerjanya juga bisa dari rumah. Dulu kerja dari rumah itu bukan pegawai tetap, pegawai kontrak. Kalau sekarang kan nyampur. Itu udah sejak tahun 80-an. Ide work from home untuk kemacetan. Kita perlu punya koleksi alternatif. Disini Punya koleksi alternatif itu disini penting Makanya tawarkan Ini penting banget di sini belajar. Nah, kalau nanti sudah punya berbagai alternatif, oh kita belajar dari negara A, dari kota B, dari institusi C, misalnya kayak gitu. Jadi studi banding itu boleh nggak Bu? Boleh, kalau punya duit studi banding aja kemana-mana silahkan. Boleh, karena kita sedang apa? Sedang mengumpulkan, sedang mengoleksi alternatif kebijakan sebenarnya. Nah kalau dari udah punya dari alternatif kebijakan A sampai Z, 26, harus dipilih dong. Dipilih berdasarkan apa? Yang paling gampang, teknikal, kemampuan teknisnya. Doable atau tidak? Bisa dilakukan atau tidak? Secara ekonomi dan keuangan itu menguntungkan atau merugikan? Gitu. Kalau misalnya keluar uang banyak nggak apa-apa, tapi untuk misalnya jangka waktu berapa lama investasinya. Bangun kereta api misalnya. KRL itu mahal bu. Oke tapi bisa menyelesaikan masalah banyak, panjang. Bisa. Jadi ada beberapa visibilitas yang kita bisa pakai dalam menentukan alternatif. Ini nanti ada hitung-hitungannya. Belajar tuh biasanya ada sesi khusus belajar. Nah di situ baru kita juga pikirkan intervensi mana nih. Yang bisa kita lakukan, jangka pendek, jangka panjang, jangka menengah. Itu mana yang bisa kita lakukan? Kita pilih. Ini baru kita nanti menghasilkan satu rekomendasi kebijakan. Nah ini loh, dari visibilitasnya, hal seperti ini, sudah mencapai tujuan sasaran dan sebagainya, biaya dan sebagainya, baru kita merekomendasikan. Nah ini kan sebuah satu siklus ya. Satu siklus ini namanya siklus kebijakan. Kalau ini sudah, baru kita mengadvokasi. Nah, mengadvokasi itu semua tahapan tadi itu bisa diadvokasi. Bisa, karena advokasi itu adalah upaya yang disengaja untuk mempengaruhi pembuat kebijakan. Jadi disengaja, memang kita kalau advokasi itu sengaja. Nah, advokasi butuh apa sekarang permasalahannya? Advokasi itu butuh banyak hal. Satu, kemampuan analitisnya adik-adik. Jadi sekarang adik-adik itu hidup di zaman yang enggak ditanya IP-nya di mana, sekolahnya di mana. Enggak, adik-adik kalau nanti keluar dari kolam UNAN ini, masuk ke kolam yang besar ya, apa ditanya, sekolahnya di mana? Oh di AP UNAN, IPK-nya berapa? Enggak ada. Skripsinya apa? Enggak ada. Yang ditanya adalah adik-adik. Bisa apa Kalau saya tanya begitu Bisa apa Mbak Darah bisa apa Kalau ditanya gitu Bisa apa selama kuliah Maka soft skill Soft skill itu penting Bu, saya bisa cari data dari big data. Saya bisa data mining. Saya bisa mengolahnya. Saya bisa mengkomunikasikannya. Jadi terampil berkomunikasi itu penting. Adik-adik harus belajar public speaking. Karena salah satu advokasi itu dilakukan melalui speaking, public speaking. Bu, saya pendiem, Bu. Ya berarti yang menulis yang harus bagus. Bu, saya nggak bisa ngomong, nggak bisa... gak bisa ini apa namanya gak bisa nulis juga, berarti memvisualisasikan data, gitu adik-adik mau tinggal, mau taruh dimana gitu, bukan berarti saya gak seneng semuanya bu, ya terusan gimana gitu bingung kalau gak seneng semua kalau gak bisa ngomong, nulis gak bisa nulis, belajar visual kan cuma gitu doang kan memvisualisasikan hasil udah cuma itu tadi itu semua, kenapa Kenapa? Karena kita mau mengadvokasi, melakukan kegiatan yang disengaja untuk membuat pengaruh. Itu namanya advokasi kebijakan. Kenapa kok penting advokasi ini? Karena advokasi itu penting karena kita mau misalnya memberikan dampak. Tadi kan kita bekerja di misinya kemanusiaan. Berarti memberikan dampak apa? Dampak yang luas. Misalnya, oh kita mau membuat kebijakan itu supaya pelayanan publik itu merata, inklusi bagi seluruh masyarakat. Gimana caranya? Tempel berbagai macam, misalnya hal satunya bentuk advokasi, poster-poster kebijakan, bikin policy brief, bikin gedung-gedung yang ramah dan sebagainya, itu advokasi. Jangan disangka cuma tulisan aja ya, De. Misalnya gedung yang ramah dengan defable, itu advokasi. Bentuk advokasi, karena itu kegiatan yang disengaja untuk memberikan image bahwa gedung kita itu ramah. Ada yang tahu Satpambang, Satpambang itu, apalagi Satpambang BCA nyebutnya, kalau di Twitter itu dibilang yang paling ramah, itu paling ramah. Kenapa? Dia melakukan advokasi, kegiatan yang disengaja untuk memberikan impresi bahwa perusahaannya ini ramah pada setiap orang, inklusi bagi setiap orang. Itu tujuannya memberikan dampak. Kemudian untuk kepentingan bersama. Supaya harmoni, kesejahteraan itu ada di semua pihak. Ada perubahan positif yang mau diharapkan dari tindakan ini sekalian adalah perubahan positif. Perubahan positif itu apa? Yang mendorong terciptanya kebijakan itu, yang mendukung nanti apa sasaran tujuan dari pemerintah atau perusahaan kita, organisasi kita. Ini advokasi. Nah, langkah-langkahnya apa? Nah, nomor satu kan udah belajar tadi. Langkahnya... identifikasi isu menentukan masalah apa yang ingin diubah, jadi adik-adik itu tentuin dulu, ini saya pengen orang itu sadar gak buang sampah sembarangan, oke tentuin itu penting, identifikasi itu, gitu, kemudian lalu lakukan tadi ini berbagai macam kajian cari data, mengumpulkan data untuk apa? untuk mendukung argumen Argumen supaya apa? Argumen supaya apa yang mau kita lakukan itu bisa diterima oleh banyak pihak. Kemudian baru mengkomunikasikannya. Mengkomunikasikannya apakah harus lisan? Enggak, harus tulisan juga bisa. Lisan dan tulisan, asal enggak kebatinan. Jadi ada tiga ya, identifikasi isu, melakukan penelitian analisis, kemudian baru dikomunikasikan. Teknik dan strateginya ini bisa macam-macam. Melobi. Melobi itu mendekati pembuat kebijakan dan mempengaruhi mereka melalui dialog terbuka dan saling menguntungkan. Lobby. Kata Yaka Bihwancarai, mas analis kebijakan gajinya 50 juta itu, omong gini, Bu, kalau kita sedang melobi, kasih tahu mahasiswanya, Ibu, untuk juga sadar berpenampilan. Yang disebut sadar berpalan-palan itu gini, jangan overdress, jangan underdress. Contoh Bu, saya mau wawancarai pejabat di kementerian. Saya harus tahu dulu Bu, dia pakai baju apa pada hari itu. Hah? Saya sampai gitu. Hah? Terus gimana Mas? Ya jangan sampai Bu, dia pakai baju informal, kitanya pakai jas. Atau kebalikannya, dia pakai baju formal, kitanya underdress Bu. Selengean, kecuali kalau kita kayak. Baju korsa ya, itu kan udah Resmi lah, gak apa-apa Tapi jangan perhatikan, dari mana mas Tahunya bapak ini atau ibu ini Pakai baju apa besok, dari supirnya Besok bapak atau ibu pakai seragam apa Sampai segitunya, untuk Level lobby loh, bayangkan Untuk lobby-lobby yang tinggi Kadang bahasa tubuh diperhatikan Wah, susahnya minta ampun Bahasa tubuh kayak apa duduk Kayak apa makan, kayak apa berbicara Lobby. Jadi ini strateginya adalah lobbying. Untuk apa sih? Mendekati. Kalau mendekati adalah pesan yang mau kita sampaikan, kita maksudkan akan didengar. Kampanye. Memobilisasi masyarakat. Boleh kampanye ini berbagai macam. Petisi, demonstrasi, kampanye lewat media sosial, itu bisa. Apa aja. Litigasi strategis, ini yang bisa jalur hukum untuk mempengaruhi proses kebijakan. Yang kemarin itu ya, kasus MK dan sebagainya. Ini bisa namanya advokasi kebijakan melalui litigasi. Tapi itu semuanya punya tantangan. Nggak ada orang hidup yang punya tantangan. Apa sih tantangannya? Biasanya yang paling menonjol adalah keterbatasan anggaran. Tidak mudah untuk melakukan advokasi kebijakan membutuhkan resources yang tidak murah. Makanya biasanya orang itu punya kebijakan gak pakai advokasi. Advokasi itu setara dengan narasi kebijakan, gak dinarasikan. Ini saya ambil contoh. Siapa di sini yang kalau masak mie instan itu gagal? Ada gak yang masak mie instan gagal? Kayaknya gak ada ya. Kegagalan masak mie instan itu karena apa sih? Kurang mateng sama kematangan ya? Cuma itu doangan ya? Tapi keduanya bisa dimakan nggak? Bisa kan? Ya, kematangan nih. Tetap aja makan. Makan mie instan. Itu tetap. Kenapa seperti itu? Kenapa tingkat keberhasilan orang masak mie instan itu 99,9% dah? Kalau yang 0,01% itu karena jatuh aja ya. Jadi nggak bisa dimakan. Kenapa? Karena paling tidak kita pernah mendapatkan narasi cara pembuatannya. Melalui siapa? Yang paling dulu mungkin ada dia udah lupa. Dulu ngeliat bapak, ibu, om, tantenya itu masak mie insan itu ternyata gampang ya. Naruh panci, kasih air, nyalain api, cemplungin, selesai. Itu narasi deh, namanya narasi kebijakan. Atau pernah iseng-iseng baca dari bungkusnya yang di belakang. Oh kayak gini tuh. Liat di Youtube, di konten dan sebagainya. Oh kayak gini. Jadi ada yang namanya. Cara masak aja kita sudah dapatkan dari berbagai model. Kebijakan kenapa kok ada gagalnya? Karena nggak ada narasi kebijakannya. Orang nggak pernah baca ini apa sih kebijakan persampahan di Padang itu kayak apa sih? Pernah baca perdanya. Pernah ada sosialisasi, pernah ada advokasi. Pernah ada narasi, nggak ada kan? Nah ini kenapa? Karena tadi itu pendanaan terbatas ketidakpedulian di sini faktornya. Tidak semua pembuat kebijakan sadar akan pentingnya tadi itu memberikan narasi ini pada masyarakat sekaligus mendengar apa sih yang susah. Tidak pulihkan. Berikutnya ada kekuatan politik. Masalah kepentingan politik itu jelas kita paham sekarang bisa mempengaruhi pengambilan kebijakan. Banyak-banyak contoh. Contoh-contoh yang sukses misalnya pemerintah peduli HIV AIDS. Memberikan dukungan, perhatian lebih pada HIV AIDS. Sekarang HIV AIDS bukan cuma kepada orang dengan HIV AIDS, tapi anak-anaknya loh ya. Anak-anak dari pasangan HIV AIDS. Itu juga udah jadi pedulian pemerintah. Pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Udah banyak nih kemudian di supermarket-supermarket yang mulai mengurangi sampah plastik. Tarangan merokok, misalnya. Itu termasuk yang berhasil ya. Di advokasi di berbagai tempat, disediakan tempat. khusus dan sebagainya. Ini contoh-contoh yang good practice. Kesimpulannya apa sih? Advokasi kebijakan itu adalah alat media yang kuat untuk menciptakan perubahan positif untuk memastikan kepentingan masyarakat terwakili, gitu, dan memberikan dampak. Nah, biasanya nih, saya tuh ngajarin gini, salah satu bentuk advokasi kebijakan itu adalah dengan menuliskan Belajar menulis policy brief. Ini contoh policy brief. Ini policy brief. Ini policy brief ya. Policy brief tentang misalnya urgensi pembangunan mall, planet publik, hibrit. Kemudian ini policy brief berikutnya. Ini policy brief nih. Nanti kapan-kapan kita latihan. Belajar menulis policy brief. Policy brief berbagai macam kementerian. Ini bentuk-bentuknya apa sih yang bisa dikasih ke masyarakat? Oh ini kasih tahu praktik baik kerjasama industri masyarakat dalam pengolahan gambut. Contoh-contoh. Itu contoh-contoh tertulis D untuk advokasi. Kampanye-kampanye banyak dan sebagainya. Dah itu cukup buat teaser kita. Nanti kapan-kapan kita latihan yang lebih konkret tentang bagaimana untuk membuat gambut. bentuk pulisan mengadvokasi. Gitu Mas Isan, sudah selesai. Terima kasih Mbak Ola, ini sangat insightful ya, luar biasa. Jadi Mbak Ola, sebenarnya teman-teman ini kan juga membuat policy brief. Nanti di minggu besok mereka akan presentasi, nah tadi sampai disinggung di TV akhirnya, bagaimana kebijakan tanpa narasi yang meaningless lah, artinya gak punya makna. Nah ini menarik Bapak Ibu ya, tidak hanya kawan-kawan mahasiswa di sini, saya lihat banyak sekali Bapak Ibu dosen juga hadir dari lintas perguruan tinggi. Itu mungkin akan banyak pertanyaan yang muncul, termasuk nanti kalau ada yang di Youtube yang ingin bertanya bisa masuk di link komen Youtube, kami pantau juga karena kapasitas roomnya penuh saya lihat, jadi masih ada juga yang gabung di Youtube administrasi publik unan. Jadi silakan aja nanti nanya di Youtube di kolom komentar akan saya sampaikan. Silakan mungkin Bapak Ibu ada yang ingin bertanya terlebih dahulu, silakan di raise hand. atau menyampaikan pada oh baik, ini mahasiswa kami ada Rahmadita Anggraini, kita dipercilahkan halo, sebelumnya apa suara saya terdengar ya Pak, Bu Ola silah, sembah rahmat, aman terima kasih atas materinya di advokasi kebijakan ini. Kebetulan kita juga sekarang sedang belajar di analisis kebijakan publik di semester 5, terus juga sekarang kelas komunikasi dan juga advokasi kebijakan. Dan terkait dari Twitter tadi, analisis sentimen, tadi sebenarnya saya sangat tertarik untuk mengangkat tema itu untuk proposal skripsi saya. Dan kebetulan saya ingin mengambil judul terkait keputusan MK yang batas usia Capres dan Cawapres. Namun yang menjadi konsen saya adalah bahwa kebijakan itu di tahun 2003 ini mungkin naik, tapi besok saya pada saat meliti mungkin di semester 6 atau semester 7, pasti ada kebijakan lain yang lebih up daripada kebijakan keputusan MK ini. Karena pun sekarang ketua MK kan sudah diturunkan juga kan. Pasti kendala penelitian di data yang akan saya dapatkan itu yang saya pikirkan adalah bahwa nanti penelitian saya dipikirkan nggak ada arjensinya karena... kebijakannya sudah lapuk lah udah lama gitu, dan masih banyak kebijakan yang ardien sekarang, namun dari contoh yang saya lihat, ada juga terkait analisis sentimen di jurnal yang saya baca itu ada tentang urban environment di Barcelona, tapi dia tidak mengambil kebijakan yang trending di Twitter, tapi di satu sisi, saya ingin ngambil kebijakan yang sedang trending di Twitter supaya saya mendapatkan data yang lebih mudah untuk encoding dan lain sebagainya untuk menurut saya Dari penelitian saya, menurut Bu Ola sendiri, kalau umpamanya saya tetap melanjutkan penelitian yang mengambil kebijakan yang sedang up sekarang atau trending di media sosial terentu, entah itu Instagram atau Twitter, namun mungkin pada saat analisis datanya kebijakannya sudah turun ya di trending itu, apakah masih available gitu Bu untuk saya teliti gitu secara arjensi kebijakannya sendiri? Ataupun saya bisa alih kebijakan yang emang sustainable gitu Bu? Ya gini, gini-gini. Apa namanya? Nggak ada yang usang sebenarnya ya. Jadi nggak usah khawatir Mbak Rahma. Saya mau kasih contoh nih hasil mahasiswa saya ya. Yang dari skripsi, lihat jadi publikasi. Ini sama, digital campaign pakai hashtag sawit baik. Ini sawit baik nih Mbak. Pakai hashtagnya sawitbaik di Twitter ini, sawitbaik ya. Campaign sawitbaik. Ah, udah lama, udah lewat kan ya. Ini saya nulis tentang semua bencana di Asia Pasifik. Coba, udah jadul kan? Udah jadul? Gak apa-apa kan? Ada Asia Pasifik nih, semua Asia Pasifik ya. Asia Pasifik nih, semua bencana yang ada kejadian di sini. Tahun aja tahun udah lama. Iya kan? Tahun udah lama. Gak apa-apa kan? Ada juga ini yang nulisnya komunikasi bencana yang di Twitter. Ini yang di Twitter. Ada 2014 pak jamannya pak Ahok sama jamannya pak Anies Basvedan. Coba bisa kan? Udah lama kan? Nah ini banyak nih berbagai macam contoh sebenarnya. Nah atau kalau mau lagi lebih yang agak fenomenal ini. Ini lucu nih. Ini mahasiswa saya. Salah satu mahasiswa yang... Eh satu nih yang... Hidup segan mati tak maulah ya Terus saya cuma tanya Dek, adek senangnya apa? Saya senangnya main game Oke, main game Yuk kita buat skripsi tentang game Wah, saya juga gak tau bentuknya apa Bisa gak jadi skripsi? Bisa, bisa Jadi Ini skripsinya Making public policy fun Bagaimana aspek politik dan kebijakan Ditemukan dalam video game Bisa, lihat kan Ternyata ada Ini game kita ambil Bahwa di sida video game itu Itu ada pesan-pesan politik. Ini di video game. Video game apa? Video game Animal Crossing. Gitu. Ini ada kan pesan-pesan politik pas Capres. Capres Amerika. Gitu. Kemudian ada juga yang ini game Animal Crossing ini Free Hong Kong. Jadi, bukan kekhawatirannya, bukan tentang, Bu, ini datanya sudah usang, Bu, di Twitter saya ingin up. Bukan, bukan itu. Tetapi Anda mau mengkerangkainya pakai konsep apa. Itu yang penting. Ini kayak ini ya, ada mahasiswa ini. Mengkerangkainya pakai konsep politikal marketing. Ini kan, ada digital campaign, ada politikal marketing. Ada di sini. mengkerangkainya pakai apa nih, politics in video games nih, macem-macem deh tinggal mau pakai apa, ade ini ini pakai komunikasi bencana, misalnya, saya punya banyak banget sebenarnya nih ada bukti-buktinya, nah ini yang justru penting deh mau mengkerangkai data itu itu kan cuma eksersis saja, ada saya social movement misalnya, dia tentang apa namanya, hashtag hashtag ini, apa namanya, permusikan, RUU permusikan. Udah lewat, tetapi dia mengangkat itu, terus dikasih pakai sosial movement konsepnya. Satunya lagi, saya sayang baik, digital, campaign, pakai Nah, penguasaan ade-ade akan konsep itu, itu yang justru lebih penting. Jadi justru sampai semester 5 ini, ade-ade butuh shopping berbagai konsep. dan teori butuh shopping, dari mana bu dapatnya shopping, ya baca-baca jadi jangan taunya itu konsep cuma collaborative governance desentralisasi, aduh diluasin konsepnya nah nanti dicarikan jadi mau dari data MK dan sebagainya, gak apa-apa tapi adik-adik mau nembaknya pakai nembakan mana nembakan konsep pakai konsep apa Nanti diriletkan dengan aturasi publik pastinya. Argumennya apa? Itu justru yang penting. Ya gitu ya, Dek. Baik, Pak. Terima kasih, Bola. Alhamdulillah dapat mungkin inspirasi buat coba research lagi terkait konsep yang mungkin bisa saya angkat dari tema yang ingin saya eksekusi tadi. Terima kasih, Bu. Sama-sama, Pak Rahmat. Jadi Dita ini Bu, panggilannya Dita nih Mbak Ola, jadi beliau ini aktivis sosial media juga. Oh, bagus. Dia gabung dalam voluntary gerakan-gerakan berbasis ini IT. Oh, good. Mungkin ketertarikan itu bisa di follow up. Oh, bisa banget. Nanti bisa dijual ke banyak hal. Kayak gitu-gitu Mbak, Mbak Rahma. Baik, Bapak Ibu, ada yang bertanya lagi? Saya fokuskan dulu yang nanya dulu, baru nanti saya bacakan pertanyaan di kolom komentar. Ada yang bertanya langsung? Jadi, persilakan. Bapak Ibu? Baik, kalau gitu saya bacakan pertanyaan dari Pak Taufik. Izin bertanya, Bu Ola, dalam advokasi kebijakan, sejauh mana pentingnya kita mengetahui atau memetakan... stakeholder untuk mendukung keberhasilan perubahan kebijakan yang kita perjuangkan. Silahkan. Itu bukan hanya penting, Mas. Kalau saya mengisilakan itu adalah kayak kita nulis surat kepada yang terhormat, itunya siapa? Nah, gitu. Suratnya, Mas, sudah isi ya. Suratnya sudah bikin isi. Cuman kalau tidak ada kepada yang terhormat Bapak siapa, nggak nyampe, Mas. Gitu. Maka di sini memetakan atas. aktor itu penting karena kita akan menulis kepada yang terhormat sini siapa kemudian nanti CC nya siapa gitu kalau kita ngomong Eh di sini ada masalah sampah di Pak di ini Taufik yang undi bukan di di Semarang misalnya ada rok ada rok banjir kecil itu banjir itu itu kalau cuman ini loh solusinya rok tapi tanpa ngasih tahu mau kepada siapa ini usulan kebijakan kita ini kita memberikan ya berarti enggak ada artinya Yaudah itu sekedar tulisan aja Kalau yang namanya advokasi Itu menjadi sangat penting Karena dia pokok Pokok tujuan kita Supaya dia menyelesaikan masalah itu Kepadanya itu Gitu ya Mas Taufik Nah cara untuk memetakan stakeholder Itu beragam Berbagai metode bisa dilakukan Pakai cara yang klasik Ini peranan apa gitu-gitu manual bisa Pakai cara social network analisis juga bisa, bisa semuanya. Jadi yang paling kita perlu kembangkan, gimana ya kita menemukan aktor yang tepat misalnya gitu. Itu Mas Tov, itu yang cari, jadi jangan diwawancara, siapa sih di sini yang menangani hal ini, ya itu kan klasik, coba pakai metode yang lebih rumit, SNA misalnya, biar tahu, oh ini ternyata ada banyak aktor yang tersembunyi, aktor yang berperan tapi nggak bersuara dan sebagainya, itu bisa. Nah itu gunanya tadi orang muda belajar berbagai macam metodologi, itu kayak gitu. Itu mas Terima kasih Belajar SMA juga Udah dosennya juga puyeng Yang pintar datanya mahasiswa Dosen kan cuma ngomong doang nanti Nanti praktek sendiri Iya yang pintar mahasiswa Ada konten analisis juga Penggunaan kata dan sebagainya Beraneka ragam Jadi lebih mantap Ada mungkin ada lagi Sobat Ibu, ada pertanyaan masuk juga Pak Saiful ini banyak tanyanya melalui media mungkin karena tadi ini advokasinya banyak menggunakan teknologi informasi jadi saya baca lagi pertanyaan di inbox kebijakan yang, dari Pak Saiful ya kebijakan yang diambil oleh pemerintah sering tidak sejalan antara pemerintah pusat dan daerah, contoh persoalan kemiskinan dan kesenjalan sosial dalam pemberian bantuan data antara pemerintah daerah tidak sama dengan data pemerintah pusat Apakah implementasinya tidak berjalan dengan baik? Nah, ditanggapan. Silahkan. Ini, nomor satu perlu disadari. Ini Mas Saiful sama saya aja jalanin bareng aja. Kita udah selera makannya beda. Satu, saya pengen MP-MP, Mas Saiful pengen bakso. Itu cuma dua sahabat aja udah beda selera. Kalau ini antara kebijakan pemerintah pusat sama daerah, itu berbeda. Pasti kok. Dan ini apa terjadi di Indonesia aja? Enggak. Di seluruh dunia. Saya belajar 100 pemerintah daerah seluruh dunia tentang menangani bencana, kebijakan antara pusat sama daerah beda. Jadi itu udah umum. Kalau beda, kita singgah, kita nggak usah kaget. Itu barang beda uang tadi saya sama Mas Haiful aja selera makan beda, apalagi kok pemerintahan yang lebih tinggi, lebih kompleks. Nah, apakah itu indikator keberhasilan atau kegagalan? Yang paling dekat pemerintah itu yang mana? Yang itu ya daerah ya. Nah justru daerah itu dia berhasil nggak mengatasi kemiskinan gitu. Kalau pemerintah pusat itu liatnya udah pakai helicopter view dari atas. Bahwa mungkin ada yang missing, nggak detail itu resiko dari helicopter view. Jadi kita tidak meng-crosskan antara pemerintah pusat sama daerahnya itu benar yang mana. Enggak, karena masing-masing punya fungsi dan peran yang berbeda. Jadi gak sama emang. Kalau datanya dipakainya gak sama, ya memang. Satu datanya levelnya lebih besar, satunya lebih minor. Sebenarnya semuanya itu saling melengkapi. Satu dari atas, satunya lagi dari bawah. Gitu mas. Itu yang harus dipahami. Jadi gak usah marah-marah, kok ini beda dan sebagainya. Gak usah marah-marah. Biasa aja. Dilarang baper tadi ya. Lurusan AP gak usah baper. Jadi oh itu ada beda. Oke, kalau gitu yang paling dekat masyarakat apa? Oh kita. Pemuda berarti harus apa Strateginya gitu Nanti pemerintah pusat Kita butuh mana Itu lebih strategis Itu yang mas Eful ya Baik terima kasih Mbak Ula Ada lagi Bapak Ibu Kawan-kawan mahasiswa Bisa juga bertanya Dirza, Mailan, Mailan tadi ya, dia bukan karena ini Mbak, putus sama pacar, tapi gagal move on, makanya layarnya hitam putih, black and white. Gak apa-apa, berarti benar sekolah di administrasi publik, benar Mailan, karena maka lu harus penuh masalah Mailan, tenang Mailan. Baik, ada liat, Bapak Ibu, ada? Gak ada? Oke, kalau gitu silakan mungkin kami minta costing statement dari Mbak Ola terkait diskusi webinar hari ini. Baik Mas Nisan, adik-adik kita nggak boleh berhenti belajar dari apa yang sudah diberikan dosen di kelas. Kalau adik-adik happy dengan apa yang diberikan di kelas, adik-adik namanya putus sekolah. Itu putus sekolah. Jadi adik-adik harus bisa mencari sumber pengetahuan yang lain di luar kelas untuk apa? Untuk mengasah skillnya. Karena kalau adik-adik nanti bekerja ditanya, yang ditanya bukan adik-adik waktu pelajaran paisan dapat apa? Enggak, adik-adik bisa punya apa. Nah seringkali itu dapatnya adalah di luar pelajaran sekolah, di luarnya. adik-adik ini orang muda, kreatif, banyak kurs gratis, usahakan semaksimal mungkin. Apalagi ini semester 5, yang bulan Maret besok mulai ada yang apa namanya, ISMA, Keluar Negeri, itu, molo MBKM dan sebagainya, manfaatkan deh. Manfaatkan dari UNAN kayaknya belum terlalu banyak, dari AP mungkin masih terbatas, manfaatkan. Itu dimanapun buat adik-adik bisa belajar. Di seluruh dunia, mumpung pemerintah lagi pro banget sama mahasiswa. Itu jarang-jarang nih ada. Zaman kita nggak ada ya, Mas Isan, ya. Zamannya adik-adik. Jadi pergunakan momen-momen ini, jangan sampai kehilangan momen. Udah, itu aja. Ya, kita gitu, Mas Isan. Terima kasih, Mbak Ola. Terima kasih, Bapak-Ibu semuanya. Untuk materi bagi Bapak-Ibu yang bergabung, bisa di-share sekali lagi oleh Panitia di kolom. komentar, termasuk juga di Youtubenya, nanti tolong ditampilin area termasuk untuk link absen, mungkin untuk sertifikat kami secara online saya selaku moderator banyak maaf, terima kasih kepada Mbak Ola, yang sudah luar biasa, sekali lagi kembali ke pandang, walaupun secara virtual mudah-mudahan tahun depan bisa bertemu di IAFA Kompres, entah di mana negonya antara luar dan dalam, dan jelas kami siap support dari Universitas Andalas termasuk dengan rendangnya walaupun selera makan beda tadi antara pempek dan sebagainya tapi semuanya senang dengan rendang gitu mbak silahkan Cirza saya kembalikan kepada MC baik terima kasih atas penyampaian materi yang begitu luar biasa dari Ibu Ola penyampaiannya sangat luar biasa Ibu karena interaktif sekali dan tidak hanya satu arah namun dua arah dan itu terasa sekali bagi kami Ibu berdialognya bersama kami. Sekali lagi terima kasih banyak Ibu atas penyampaian materinya dan semoga apa yang telah disampaikan Ibu Ola itu dapat bermanfaat bagi kita semua amin amin baik sebelum kita mengakhiri sesi webinar ini diharapkan kepada peserta yang telah bergabung di room zoom ini untuk dapat on-cam karena kita akan melakukan sesi foto bersama sekali lagi diberitahukan kepada seluruh peserta room zoom untuk dapat on-cam karena kita akan mengadakan sesi foto bersama terima kasih baik operator stand by Salid? Untuk yang di slide 1, mohon diaktifkan komputer terlebih dahulu. Oke, Salid, ready? Oke, baik. Diambil untuk slide 1. 1, 2, 3. Hai bekerja ke slide kedua terus slide 2 mode aktifkan kameranya oke 123 udah Terima kasih. Tirza dikembalikan kepada Tirza. Oke, baik. Terima kasih, Calit. Baik, acara selanjutnya adalah penyerahan sertifikat nih kepada bola dari Departemen Administrasi Publik. Mohon izin, Pak Isen, penyerahannya akan diserahkan oleh siapa ya, Bapak? Coba bukus dari ini. Masih hadir, Pak. Udah keluar ya Bu Rini ya? Udah keluar? Udah keluar Tirga? Bu Rini? Oh yaudah saya aja Izin maulah atas nama Departemen Administrasi Bulik Sisi Universitas Andalas Serta Panitia Lokal IAPA Conference 2023 Kami serahkan sertifikat ini Pada Mbak Olah Maturnun, Maturnun Alhamdulillah Terima kasih Ya, ya terima kasih Terima kasih banyak Ibu Ola Atas penyampaian materinya yang sangat luar biasa ini Baik acara demi acara telah kita lewati Saya Tirzah Hakyapurnama sebagai MC Mohon maaf atas kesalahan Dan terima kasih atas perhatian Semoga kita dapat berjumpa di lain waktu Dan semoga saat selalu Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam Selamat menikmati Bapak Ibu Selamat menikmati Terima