Transcript for:
Pemahaman Islam Melalui Buku Inspiratif

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Saya masuk Islam pada tahun 2002 karena pertanyaan kenapa? Kenapa sih Tuhan itu harus Allah? Kenapa sih Rasul itu harus Muhammad?

Kenapa sih agama itu harus Islam? Dan kenapa sih saya harus masuk Islam? Karena saya masuk Islam dengan pertanyaan kenapa?

Maka pertanyaan pertama yang saya tanyakan ketika saya masuk Islam juga kenapa? Kenapa sih Islam yang begitu hebat yang saya temukan ini, Islam yang begitu indah yang saya temukan ini, ternyata pada kejadiannya, pada faktanya, tidak seperti teorinya. Islam yang sangat hebat, sempurna, paripurna, tidak ada tandingan, tapi ternyata pada kenyataannya, kaum muslimin dimana-mana terpuru, kaum muslimin dimana-mana terjajah, sangat mudah sekali diprovokasi, mereka punya mental yang buruk, mereka punya skill individu yang tidak baik.

Mereka juga tidak bisa dipercaya. Inilah yang saya jawab dalam buku saya Beyond the Inspiration. Why? Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, puji dan syukur.

Senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT. Begitupun juga, salat dan salam. Semoga tercurah. Senantiasa kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Alhamdulillah, hari ke-22 Ramadan. Nanti malam, insyaAllah malam ke-23. Malam ganjil.

Dan mudah-mudahan kita sudah mempersiapkan malam ganjil mulai dari sekarang. Dan sesuai janji saya tadi, kita akan membahas pada hari ini tentang bedah buku Beyond the Inspiration. Nah ini bukunya, bedah buku Beyond the Inspiration. Nah dan dari kemarin memang, taruh sini aja. Dari kemarin memang apa yang kita bahas tentang ngaji plus 1, episode 1, episode 2, dan episode 3 sebenarnya adalah sebagai sebuah jembatan, bridging untuk menuju pada bedah buku Beyond the Inspiration ini.

Dan sebagai informasi teman-teman sekalian, buku ini adalah buku yang saya tulis ketika saya baru masuk Islam. Udah gak ding, udah lama ding. 2002 saya masuk Islam, saya nulis buku ini tahun 2009. 2009 selesai 2010. Saya ingat banget ketika itu, umu Anila lagi...

mengandung si koko Fatih, anak kedua saya, lalu kemudian saya nyelesain ketika dia lahir. Maka buku ini sebenarnya adalah buku insight saya terhadap Islam. Jadi bagaimana saya memandang Islam sebagai orang yang dari luar Islam, lalu kemudian masuk kepada Islam, belajar tentang Islam, kemudian saya menuliskan satu buku yang saya pikir akan bermanfaat buat orang-orang yang awam kayak saya.

Jadi pembelajaran-pembelajaran saya dengan usat-usat saya, dengan ulama-ulama yang kemudian saya temui, nah itu saya tuangkan dalam buku Beyond the Inspiration ini. Nah maka buku ini sebenarnya diperuntukkan untuk orang-orang yang masih awam, untuk orang-orang yang baru belajar dengan Islam yang mereka bingung dengan banyak hal. Dan sebelum kita membahas tentang buku ini, teman-teman sekalian, ada beberapa hal yang menjadi pangkal permasalahan ketika orang-orang Muslim itu belajar. Yang pertama, Yang kebanyakan orang-orang muslim pelajari dan yang mereka anggap atau ketika ada orang baru masuk ke dalam Islam, itu kebanyakan mereka mempelajari hal-hal yang bersifat detail.

Mereka bertanya tentang masalah fikih, mereka bertanya tentang ini hukumnya seperti apa. Padahal perkara-perkara detail, perkara-perkara hukum ini seharusnya bukan yang dipelajari pertama kali oleh orang-orang yang baru mau belajar tentang Islam. Karena ketika saya belajar tentang Islam, ketika saya...

Mengetahui tentang Islam, yang pertama kali saya ketahui bukan tentang hal-hal yang bersifat detail atau bukan hal-hal yang bersifat halal-haram, tapi hal-hal yang bersifat pemikiran, hal-hal yang bersifat dasar, yaitu adalah sesuatu yang besar yang bersifat pemikiran. Ini adalah problem yang pertama. Yang kemudian saya tuliskan di sini, karena itulah dalam buku ini tidak ada satupun pembahasan hampir tentang perkara fikih.

tentang perkara hukum, tentang perkara hal dan haram tapi yang saya masukin pertama kali adalah sudut pandangnya dulu cara pandang seorang muslim karena semua, segala sesuatu dimulai pasti dari persepsi itu yang pertama kesalahan yang kedua adalah pembelajaran kepada kaum muslim yang masih awam, yang dari awal juga termasuk orang-orang yang baru masuk Islam, kemudian belajar tentang Islam mereka mulai membahas dari what and how ini juga problem Karena what and how itu adalah permasalahan spesifik, seperti yang saya katakan. Contoh, what, apa, how, bagaimana. Apa yang dipelajari oleh orang-orang muslim yang ketika mereka belajar agama di SD misalnya. Dalam PAI mereka, pelajaran agama Islam mereka, mereka mempelajari tentang... Toharoh, mereka mempelajari tentang apa itu air yang suci, apa itu bersuci, apa itu yang dinamakan dengan air suci dan mensucikan, jenis-jenis najis, bagaimana cara menghilangkan najis, dan seterusnya.

Ini semua tentang what and how. Mereka belajar setelah itu tentang sholat, yaitu apa itu sholat, definisi sholat, rukun-rukun sholat, syarat-syarat sholat, semuanya dihafal. Lalu kemudian mereka belajar bacaan-bacaan apa ketika melakukan sholat. Lantas mereka belajar.

Bagaimana cara melakukan sholat? Begitupun juga dengan ibadah puasa, begitu pun juga dengan ibadah haji, begitu pun juga dengan ibadah zakat, begitu juga dengan ibadah munakahat, lalu kemudian balik lagi nanti ke masalah toharoh. Nah ini semua dipelajari dari segi what and how.

Padahal yang harus dipelajari oleh seorang yang baru belajar tentang sesuatu, itu bukan what and how. Tapi yang pertama-tama harus tentang why, harus tentang kenapa. Kenapa saya harus sholat? Kenapa saya harus puasa?

Kenapa saya harus Islam? Kenapa saya harus Allah Tuhannya? Kenapa harus Muhammad Nabinya?

Kenapa harus Al-Quran? Ini dasar-dasar yang menimbulkan satu motivasi, satu dorongan untuk melakukan sesuatu, satu keinginan untuk senantiasa mau memperdalam. Maka kalau ada orang yang dia mempelajari what and how, tapi gagal untuk mempelajari why, maka muncul orang-orang yang tahu tentang bagaimana tata cara beribadah. Tahu persis bagaimana ibadah itu seharusnya, tahu persis apa itu ibadah, tapi mereka tidak mau melaksanakan ibadah. Mereka tahu persis bagaimana cara nutup aurat.

Mereka bisa menyebutkan dalil-dalilnya. Mereka tahu cara untuk nutup aurat, tapi mereka nggak mau nutup aurat. Kenapa?

Karena mereka nggak punya jawaban dari pertanyaan, why? Kenapa aku harus tutup aurat? Banyak lulusan-lulusan pesantren.

Yang lulus dari pesantren, tahu tentang baca kitab, tahu tentang bahasa Arab. Tahu tentang Al-Quran, mungkin hafal dengan beberapa ayat-ayat Al-Quran Tapi ketika mereka diminta untuk melaksanakan perintah-perintah Allah di dalam Al-Quran, mereka nggak mau Kenapa? Karena ada sesuatu yang hilang Apa itu?

Why? Kenapa dia harus melakukan seperti itu? Tapi sebaliknya, ketika kita sudah mempelajari why lebih dulu daripada what and how Kemudian taruhlah kita belajar cuma why tapi nggak ada what and how Maka seterusnya kita akan mencari what and how dengan sendirinya Saya masuk Islam Saya masuk Islam tidak tahu tentang what and how. Saya nggak tahu bagaimana baca Quran. Saya nggak tahu bagaimana huruf hijaiyah.

Saya bahkan nggak tahu 25 nabi dan rasul. Saya nggak tahu nama-nama malaikat. Saya nggak tahu nama-nama bulan di dalam bulan hijriyah. Saya nggak tahu sejarah-sejarah rasulullah. Tapi yang saya punya apa?

Yang saya punya why? Kenapa saya masuk Islam? Ketika saya punya why, motivasi itu, maka yang saya lakukan adalah saya cari siapa yang bisa ngajarin saya. Saya cari bagaimana cara yang bisa membaca Al-Quran.

Saya cari tahu bagaimana cara bisa menghafalkan Al-Quran dan seterusnya. Maka kalau kita boleh memilih untuk mengawali pelajaran kita, seharusnya pelajaran itu dimulai dari why, dari pemikiran, seperti yang saya sampaikan. Jadi ada dua hal. Pertama adalah, ketika kita tidak mulai dari pemikiran yang bersifat menyeluruh, ini menjadi problem besar.

Kenapa? Ibarat mau nyusun puzzle, maka harus dimulai daripada gambaran besar dulu. Big picture-nya yang kita pengen buat apa nih sebenarnya? Kalau kita pengen buat gambar apa, nanti kita akan bisa mengirangi kira-kira pieces yang ini akan ditaruh di mana. Itu adalah mudahnya gambaran besar, dari pemikiran besar dulu.

Jadi pemikiran menyeluruh dulu. Yang kedua adalah tentang why, tentang kenapa, bukan tentang what, dan tentang how. Nah karena itulah saya nulis buku Beyond the Inspiration.

Karena saya mencoba untuk menjelaskan bagaimana saya ketika mempelajari Islam dari awalnya, dan bagaimana saya... saya menjadi seperti sekarang, itu awalnya adalah dari buku Beyond the Inspiration. Nah inilah buku pertama saya yang saya terbitin tahun 2010, sekitar 10 tahun yang lalu. Nah ini yang coba kita akan bahas. Dan materi yang pertama tentang life is choice, itu yang akan kita bahas pada hari ini.

Yang kedua tentang get the guidance easier, itu juga akan kita bahas. Dan sebelum kita membahas satu dan dua ini, saya jelasin dulu secara garis besar. Tadi sudah saya sampaikan harus ada big picture-nya.

Lalu yang ketiga nanti kita akan bahas tentang, apa namanya, tentang the way to believe. Dan the way to believe ini sudah saya buat videonya judulnya hashtag mengapa islam yang ada di YouTube. Jadi nanti kita akan loncatin bab ketiga ini, langsung masuk bab keempat, dan seterusnya.

Jadi itu yang nanti akan kita lakukan. Dan sebelum saya membahas tentang life is choice, Sebenarnya, bahasan pertama tentang life is choice dan bahasan kedua tentang get the guidance easier, itu adalah pembahasan tentang pilihan dan paksaan. Tentang pilihan-pilihan hidup manusia dan juga takdir manusia.

Secara singkat akan kita bahas, intinya supaya kita punya satu bekal untuk bisa mengubah diri kita, untuk bisa mengarahkan hidup kita dengan cara yang lebih baik seperti yang sudah kita lihat. Kita bahas dari yang kemarin-kemarin. Kemarin kita sudah bahas tentang masalah akal, tentang masalah referensi, tentang masalah pemahaman, tentang masalah hawa nafsu, dan bagaimana caranya manusia menempatkan dirinya supaya dia tidak menuruti hawa nafsu yang jelek, tapi menuruti wahyu yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.

Dan pada hari ini, kita akan coba untuk memungkasi itu semua dengan bahasan life is choice. Hidup adalah pilihan. Jadi gini teman-teman sekalian, Ini adalah satu kata yang mudah sekali diucapkan.

Hidup adalah pilihan. Dan ini sebenarnya, kata-kata hidup adalah pilihan, adalah inti daripada, salah satu inti daripada keseluruhan kehidupan manusia. Mau dia beriman atau tidak, mau dia adalah orang yang soleh atau nggak soleh, mau dia orang yang baik atau yang jahat, ada hukum-hukum tertentu yang senantiasa mengikat manusia, termasuk hukum yang mengikat manusia adalah life is choice.

Hidup adalah pilihan. Dan senantiasa setiap waktu, kita konstan ditentukan oleh pilihan-pilihan kita. Dan apapun hasilnya, itu tergantung pilihan-pilihan kita.

Maka seseorang dalam kehidupannya, itu hampir tidak ada yang identik. Bahkan kembaran pun, kembar siem, keluar sama-sama, genetikanya kemudian hampir identik, tapi kelakuannya. bisa jadi berbeda.

Kenapa? Karena tidak ada satupun pilihan yang identik. Yang kita lakukan hanya berusaha sama dengan pilihan orang.

Yang kita tidak bisa lakukan identik dengan dia. Berarti bisa jadi lebih bagus, bisa jadi lebih jelek. Tapi akan jadi sesuatu yang hampir mustahil untuk bisa jadi sama.

Walaupun kita boleh untuk menyamanya makan. Karena hidup adalah pilihan. Oke, contoh.

Ada orang mengemis. Dengan ada orang bekerja, itu pilihannya berbeda. Jangan dulu bahas tentang takdir ya. Jadi jangan bilang, loh Ustadz, itu kan takdir. Ada yang ditakdirin jadi pengemis, ada yang ditakdirin jadi orang kaya.

Sebentar, kita nggak bahas dulu di situ. Sudah saya sampaikan, itu nanti kita bahas di bab setelah ini. Tapi yang sekarang pengen saya sampaikan tentang masalah-masalah pilihan hidup.

Oke, kalau gitu coba lihat. Ada orang kalau mau milih untuk kemudian minta-minta, dengan ada orang untuk memilih dengan bekerja. Tentu saja ini pasti hasilnya akan berbeda.

Ada orang milih untuk metik gitar, sama-sama metik gitar, tapi satunya metik gitarnya di konser, dengan satunya metik gitarnya di jalanan, ngamen. Tentu saja pasti hasilnya juga berbeda. Maka apapun yang kita pilih, itu akan membuat kita menjadi berbeda. Makanya, kalau kita sampaikan, hidup kita yang sekarang ini adalah hasil pilihan-pilihan kita di masa lalu. Sedangkan apapun yang terjadi pada kita ke depan, itu pasti akumulasi dari kehidupan kita yang sekarang.

Hidup adalah pilihan dan tidak ada yang namanya ujuk-ujuk. There is no such things as ujuk-ujuk. Kenapa? Karena semua pasti akumulasi daripada pilihan. Contoh, kalau ada orang datang pada Anda badannya berotot, itu tandanya dia sudah pasti sudah pernah fitness.

Nggak mungkin dia lahir sudah berotot. Kalau ada orang datang kepada Anda, lalu kemudian dia sangat fasih dalam berbicara, maka dia pasti bukan pertama kali bicara pada Anda. Dengan kata lain, kalau ada orang yang datang kepada Anda tergagap-gagap ngomongnya, berarti dia belum cukup latihan berbicara dan dia belum cukup berbicara banyak di depan umum.

Hidup adalah pilihan. Kita yang sekarang harus kita akui adalah hasil pilihan-pilihan kita di masa yang lalu. Dan kita ke depan adalah hasil daripada pilihan yang sekarang.

Kalau seandainya kita nggak suka dengan keadaan kita yang sekarang, kalau kita nggak seneng dengan keadaan kita yang sekarang, yang pertama harus diakui adalah, itu adalah hasil sama dengan dari apapun yang telah kita tambahkan, kalikan, kurangkan, bagikan di belakang sama dengan itu. Maka kita yang sekarang adalah hasil daripada apapun yang telah kita pilih di masa-masa yang lalu. Mau Anda milihnya sadar, mau Anda yang nggak milihnya sadar, Anda hasil yang sekarang adalah hasil... Sorry, anda yang sekarang adalah hasil daripada di masa yang lalu Kalau anda mau merubah, mudahnya Kalau anda mau mengubah diri anda, mudahnya Anda harus melawan segala sesuatu yang sama sekali berbeda Contoh, ada orang dikasih pilihan bacaan Contoh misalnya ya, ada 10 orang dikasih pilihan bacaan Ada komik, ada koran, ada buku, ada Al-Quran, taruh lah Maka yang milihnya beda, itu pasti nanti hasilnya beda. Makanya kemarin saya cerita ya tentang Mikdam gitu kan ya, tentang Mikdam.

Mikdam itu anak temen saya, namanya Mr. H. Nah, Mikdam ini Masya Allah, dia senang banget baca komik. Baca komiknya Doraemon. Lalu kemudian suatu waktu ibunya tuh baca berita tentang satu tokoh publik yang terkenal sekali.

Lalu kemudian diceritakan di situ, Bapak, bacaannya apa Pak? Wah, saya tuh sukanya baca komik. Gitu ya? Oh gitu ya, sukanya baca komik. Apa bacanya?

Ya, Doraemon, Sinchan, dan segala macem. Itu ibunya dengar. Dan dikasih tau kepada si Mikdam Apa yang terjadi?

Langsung besoknya ibunya kaget Kenapa? Ngeliat Mikdam tuh ya tiba-tiba Bawa satu kotak kadus isinya komik Doraemon semua Lalu ibunya bilang Mikdam nih mau dikemanain Mikdam? Mikdamnya bilang Mau saya buang Dengan wajahnya yang sangat plain Karena kalau ketemu dengan Mikdam wajahnya plain banget Saya mau saya buang Lu kenapa dibuang? Terus dia diem aja.

Tapi ya ibunya ngerti kenapa dibuang. Karena mungkin di benak anak ini adalah hidup adalah pilihan gitu kan ya. Kalau misalnya dia melakukan hal yang sama, seperti tokoh yang tadi, mungkin dia akan jadi juga kayak gitu.

Dan dia nggak mau jadi kayak gitu. Nah makanya kemudian dia buang komik Doraemonnya. Ya silahkan Anda berpendapat, tapi yang jelas saya cuma mau menceritakan bahwa hidup adalah pilihan.

Kalau Anda berbuat sesuatu yang sama, Dengan seseorang, otomatis Anda akan jadi sama. Saya sering bilang bini sama orang-orang yang dulunya jadi OB. Atau dulunya jadi karyawan biasa. Atau apapun lah. Dan kebanyakan mahamdulillah sekarang sudah naik jabatannya.

Saya bilang begini, Mas, sama karyawan misalnya, Mas, gajinya berapa, Mas? Waktu itu dia bilang, 1,5 juta, Ustadz. Oh, gitu ya? 1,5 juta cukup nggak, Mas? Nggak cukup, Ustadz.

Oh, gitu ya? Oke. Kalau gitu menurut mas siapa, eh sorry, menurut mas berapa kira-kira gaji mas yang cukup untuk hidup di Jakarta secara layak? Eee ini pak, ini ustadz, kira-kira mungkin 5 juta ustadz. Oke kalau gitu, saya tanya sama dia, di kantor ini mas, siapa yang punya gaji 5 juta?

Oh GM saya, general manager saya, itu gajinya 5 juta. Lalu saya tanya sama dia, kerjaannya bedanya sama kamu apa? Oh ya, GM tuh kerjanya begini, begini, begini, begini. Pertama, dia harus bisa baca laporan keuangan. Dia harus bisa memprediksi penjualan.

Dia harus bisa ngurusin selling. Dia juga harus bisa ngurusin pekerjaan-pekerjaan umum. Kesekretariatan. Dia harus punya pemahaman-pemahaman begini.

Dia jelasin semua. Oh, berarti jobdesnya ini semua aja? Iya mas, iya ustad, ini jobdesnya. Lalu kemudian saya bilang, kamu udah bisa melawan ini belum? Ya belum ustad.

Yang kamu lakukan apa? Oh ini jobdesnya ya ustad. Lebih mudah dia atau lebih mudah kamu? Ya kayaknya sih lebih mudah saya, Ustaz. Maka saya bilang, kalau kamu mau belajar untuk menguasai apa yang dikuasai oleh GM-mu, jadi apapun yang dia bisa lakukan, kamu juga bisa lakukan, maka kamu akan gajinya sama kayak dia.

Maka kamu gajinya akan sama kayak dia, kalau kamu bisa melakukan apapun yang dia lakukan. Ustaz, kalau seandainya gajinya nggak sama juga, Ustaz, akan ada bos dari perusahaan yang lain yang bisa melihat apa yang Anda lakukan dan dia akan melihat bahwa Anda underpaid Anda dibayar dengan sangat murah sekali untuk kemampuan yang hebat seperti itu, dan dia akan ngambil Anda untuk jadi karyawan dia. Hidup adalah pilihan.

Dan apapun yang kita lakukan sekarang adalah hasil daripada perbuatan-perbuatan kita di masa yang lalu. Andaikan perbuatan-perbuatan kita di masa yang lalu, itu adalah menghasilkan kita yang sekarang, berarti kalau kita pengen diri kita besok nggak sama kayak sekarang, berarti kita harus mengubah pilihan-pilihan hidup kita. Karena kata Einstein, hanya orang gila yang pengen hasil beda, tapi caranya sama. Jadi dia maunya caranya gitu terus, tapi dia pengen hasil yang berbeda, yang gak bakal pernah dapet.

Dia tahu bahwa kehidupan yang sekarang itu membuat dia misalnya contoh tidak bisa menghafalkan Quran sedikitpun. Tapi dia gak ada yang mau berubah dalam hidup dia, yang gak bakal apa-apa. Dia tahu bahwa selama ini kehidupan dia, itu tidak membawa dia untuk punya pasangan.

Ada orang pengen nyari pasangan, misalnya, kok gak dapet-dapet jodohnya? Ya gak dapet-dapet karena anda gitu-gitu terus. Coba kalau Anda melakukan sesuatu yang berbeda, ikut ngaji jomblo 1-16 episode, minimal ada sesuatu tambahan, berarti nanti hasilnya juga ada tambahan.

Kalau Anda kemudian melakukan dakwah, Anda melakukan sesuatu, pasti hasilnya tambahan juga. Ini sesuatu yang berlaku secara umum, dan secara Islam pun sangat diakui. Maka secara Islami, orang yang pengen hasil yang istimewa pasti melakukan hal-hal yang istimewa.

Allah katakan di dalam Al-Quran, dalam surat yang sering kita baca, Iyakana'abudu wa iyakana'asta'in. Wahai manusia, Berdoa lah kepada Allah dengan cara, Kepada engkau kami beribadah, kepada engkau kami minta tolong. Konsekuensinya apa?

Kalau permintaan tolongnya lebih besar, ibadahnya juga harusnya lebih besar. Maka dalam Al-Quran kita lihat kisah-kisah orang-orang yang minta tolong kepada Allah, dengan permintaan yang sangat besar, itu dia juga akan mengkompensasinya dengan perbuatan-perbuatan dia yang lebih besar. Dia akan mengkompensasinya dengan doa dia yang lebih lama. Dia mengkompensasi dengan sedekah yang lebih besar. Dia mengkompensasi dengan sholatnya yang lebih panjang.

Dia mengkompensasi dengan da'wahnya yang lebih bersemangat. Kenapa? Karena dia punya permintaan kepada Allah SWT.

Nabi Ibrahim menginginkan anak. Lalu kemudian bagaimana cara beliau untuk memohon pada Allah? Beliau menjamu setiap tamu yang datang dengan jamuan yang istimewa.

Di dalam Al-Quran diceritakan, datanglah tamu di malam hari, lewat tengah malam, datang pada Nabi Ibrahim, masuk ke rumahnya. Nabi Ibrahim menyuruh istrinya untuk menyembelih kambing, lalu kemudian membuat... membuatkan makanan buat tamu-tamu itu.

Padahal dia nggak tahu itu siapa. Ternyata malekat memberikan kabar gembira. Ibrahim, kamu akan diberikan anak oleh Allah.

Begitu pun juga dengan Maryam. Begitu pun juga dengan Zakaria. Ketika minta kepada Allah seorang anak yang dia harap-harap nggak dapat-dapat. Akhirnya setelah dia lihat Maryam mendapatkan banyak sekali buah-buahan, banyak sekali makan-makanan yang nggak pernah ada di situ, dia bertanya, Annala ki haza, dari mana kamu dapat semua ini? Huwa min indillah, katanya Maryam.

Saya dapat itu semua dari Allah. Oh, dan lalu kemudian dia melihat, oh. Di situ kemudian mihrabnya Maryam Maka Zakaria langsung sholat di tempat istimewa itu Melakukan hal yang istimewa Lalu setelah itu turunlah kemudian malaikat berkata Allah telah memberikan kabar gembira kepadamu Dengan adanya Yahya Orang pengen istimewa hasilnya Maka dia melakukan dengan istimewa juga Itu sudah berlaku Sama, kalau ada orang menginginkan sesuatu Berarti dia harus ada yang berubah Kalau sekarang dia belum dapat nih Kalau seandainya Dia sekarang belum dapat apa yang dia inginkan Karena dia sudah mencoba dengan satu cara, berarti harus ada cara yang berubah.

Misal, dulu ketika saya baru masuk Islam, saya baca satu penelitian. Apa penelitiannya? Penelitiannya adalah, kalau saya nggak salah, orang Malaysia itu baca buku sekitar 10-20 judul buku per tahun. Itu orang Malaysia.

Orang Amerika itu baca rata-rata 20-30 buku per tahun. Itu orang Amerika. Orang Jepang itu baca rata-rata buku 40 buku per tahun. Itu yang saya baca.

Indonesia, Start. Oke, Indonesia. Indonesia rata-rata baca buku 0,001 buku per tahun. Itu minat baca orang Indonesia.

Selamat! Jadi kalau Anda nggak pernah baca buku, Anda Indonesia banget. Kenapa?

Minat baca orang Indonesia cuma 1 di antara 1000 orang. Atau... Kalau 0,001 tadi adalah satu orang itu baca 0,001 buku per tahun Atau mungkin dia cuma baca buku cuma judul sama kesimpulan Itu pun nggak habis, itu pun salah kesimpulannya Lah, berarti saya mikir Berarti kalau saya pengen lebih daripada kebanyakan Karena kebanyakan manusia di Indonesia Itu baca cuma 0,001 satu buku per tahun, sorry 0,0001 buku per tahun kalau saya nggak salah nanti cek aja minat baca orang Indonesia ya kira-kira ada koma-koma dan ada nolnya lalu kemudian saya bilang kalau saya mau untuk lebih daripada orang Indonesia karena Indonesia yang sekarang adalah hasil minat baca mereka yang kemarin maka saya harus baca buku lebih daripada orang Malaysia lebih daripada orang Amerika lebih daripada orang Jepang, maka saya target diri saya saya target diri saya, saya mau lebih daripada orang-orang kebanyakan Bagaimana cara saya harus lebih daripada orang-orang kebanyakan? Jangan pilih yang mereka pilih. Karena pilihan-pilihan mereka menghantarkan siapa mereka yang sekarang.

Maka saya harus lebih daripada mereka. Kenapa? Karena visi saya akhirat, maka sesuatu yang saya lakukan harus lebih daripada mereka. Karena kalau visi mereka hanya dunia, orang-orang Amerika visinya cuma dunia saja, baca 40 buku per tahun. Orang Jepang nggak punya visi akhirat itu baca 40 buku per tahun.

Bagaimana mungkin saya bervisi akhirat? Katanya saya pengen surga. katanya yang jelas yang lebih tinggi daripada mereka keinginan saya tapi saya cuma baca buku cuma 0,0001 buku per tahun ini nggak masuk akal maka saya men-target diri saya sendiri berapa yang saya target? saya target diri saya untuk membaca 80 buku per tahun tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga 80 buku per tahun tahun keempat, tahun kelima, nggak lagi gitu kan ya, tapi lumayan gitu kan ya, lumayan hasil daripada itu sudah lumayan, karena berdasarkan salah satu penelitian kalau ada orang baca 50 buku per tahun pun dia sudah setara dengan S1 karena S1 tuh baca 50 buku per tahun, sorry baca 50 buku dalam disiplin ilmu yang mau dia kuasai. Artinya Anda harus jadi sesuatu yang berbeda kalau Anda menginginkan hasil yang berbeda.

Tapi kalau Anda maunya gitu-gitu aja, dari pagi sampai malam Anda cuma gitu-gitu aja ya sudah, terimalah hidup Anda juga yang gitu-gitu aja. Ya kalau Anda konten, Anda puas, Anda happy dengan kehidupan Anda yang sekarang ya nggak ada masalah terusin aja. Maka Imam Taubari juga tahu yang perkara-perkara kayak begini.

Maka Imam Taubari itu Masya Allah, ya ini sulit untuk disaingi. Kenapa? Imam Taubari itu adalah seorang seorang sejarawan terkenal. Seorang penulis dan sejarawan terkenal. Sekaligus kemudian seorang mufasir juga.

Apa yang beliau lakukan? Beliau nulis setiap hari itu 40 halaman selama 40 tahun. Bisa bayangin ya. Jadi setiap hari nulis 40 halaman selama 40 tahun.

Maka wajar aja tarikh Rasulul Wal Muluk itu, yang kemudian yang beliau tulis itu, Masya Allah, sorry. Tarikh Tobari itu yang beliau tulis itu, Masya Allah. Itu panjangnya minta ampun.

Nah kenapa? Karena beliau itu nulisnya setiap hari 40 halaman. Dan setiap hari nulis selama 40 tahun.

konsisten dan beliau terus menerus seperti itu karena dia tahu apa yang dia ingin capai hidup adalah pilihan maka jangan harap hasil yang berbeda kalau anda mau pilihan-pilihan yang sama contoh lagi misalnya dulu pas SMP saya sudah bilang bahwa ini tidak ada kaitan dengan orang-orang yang beriman atau tidak beriman atau orang-orang yang jahat atau baik ini enggak ada kaitan SMP saya belum beriman pada Allah yang saya lakukan adalah tetap konsep hidup adalah pilihan waktu itu dulu pas SMP itu banyak sekali Cowok-cowok yang belaga maco, ya teman-teman tau lah ya, cowok gaul gitu kan ya. Seperti apa cowok gaul? Ya cowok gaul itu adalah yang pakai anting-anting sebelah kiri, nah gitu kan ya.

Kenapa? Anting-anting sebelah kiri itu adalah artinya gaul. Sebelah kanan?

Banci. Dua-duanya? Cewek.

Siapa yang bikin kayak gitu? Siapa yang bikin konsensus kayak gitu? Yang jelas sebelah kiri adalah gaul, jantan.

Maka kemudian apa lagi? Mereka biasanya pakai baju gambarnya serem-serem. Marihuana, gambar tengkora.

Gambar ular gitu kan ya, gambar bibir doer, lalu kemudian ada pistol dan segala macem, gambar ya segala macem lah. Lalu biasanya kalau pakai baju itu kalau pas jaman saya, itu bajunya dikeluarin. Jadi gobor-gobor bajunya dikeluarin. Celananya itu juga gobor-gobor di bawahnya, terus kemudian dipotong agak sedikit ke atas.

Itu jaman saya SMP. Dan mereka bilang inilah namanya anak gaul, dan mana-mana ngerokok. Gitu kan ya Mana-mana ngerokok Walaupun satu rokok joinan berlima atau bersepuluh gitu ya Tapi mana-mana ngerokok Kenapa?

Mereka bikin satu image bahwa inilah cowok gaul Saya bilang Sorry saya nggak ikut-ikutan Apalagi kalau mereka pakai ada tattoo gitu kan ya Tattoo sebelah kiri Tangan kiri Apa tangan sebelah kiri? Sebelah kirinya gambar tengkora Terus ada X di bawahnya Sebelah kanan Tattoo juga Apa tattoo-nya? Mawar Terus kemudian tangke Tangkenya berduri Terus kemudian ada ular kemudian apa namanya membilet di sana Lalu tulisan di bawahnya I love mama gitu kan ya Jadi ini adalah contoh Saya bilang saya gak mau ikut-ikutan Kenapa gak mau ikut-ikutan?

Life is choice Hidup adalah pilihan Kalau seandainya saya memilih sama seperti mereka Saya jadi sama kayak mereka Saya bilang sama mereka Bro, kita gak selama-lamanya jadi anak SMP Suatu saat nanti kita akan masuk SMA Setelah kita masuk SMA Kalau kita lulus kita akan kuliah Setelah kita kuliah, maka kita akan kerja, atau kita akan cari uang, atau kita akan bisnis. Setelah kita bisnis, kita akan nikah. Setelah kita nikah, kita akan punya anak. Dan ketika saya punya anak, saya pastikan saya nggak mau punya anak yang ngeliat bapaknya kayak begitu.

Kenapa? Saya mau anak saya bangga sama bapaknya. Maka nggak akan anaknya bangga sama bapaknya kalau ngeliat bapaknya kayak begitu.

Sorry bro. Hidup adalah pilihan, saya nggak mau ikut-ikutan Mereka bilang, ah banci lulik Nggak mau ikutan ngerokok, nggak mau ikutan pakai anting-anting Dan segala macam, saya bilang, hidup adalah pilihan Kamu bukan urusan saya, saya juga bukan urusan kamu Yang nggak ada masalah Semua orang punya pendapat masing-masing Kita hormati saja, lalu kemudian apa yang terjadi? Ketika SMP, saya sudah rapi Mereka masih berantakan SMA, saya sudah kemudian menguasai banyak hal Saya di SMA Punya banyak sekali pencapaian Dalam bidang pendidikan Mereka nggak dapat apa-apa Lulus kuliah, saya dapat di IPB, mereka mungkin masih bingung kemudian kuliah di mana. Ketika kuliah, mereka masih kayak anak muda, masih kayak anak gaul dan segala macam. Saya sudah belajar untuk kemudian berusaha.

Saya sudah belajar untuk memahami segala sesuatu. Pas pulang, balik lagi ke Palembang, teman-teman sekalian. Ketika sudah hampir 10 tahun saya sudah berpisah sama mereka.

Apa yang terjadi? Saya balik ke Palembang, saya ketemu dengan orang-orang yang kayak gitu. Dan saya kaget ketika saya pas lagi check-in hotel, tiba-tiba ada yang manggil saya dari belakang.

Felix ya? Saya kaget. Loh? Kamu kan ini?

Iya. Saya bilang kok berubah banget. Saya pangling banget.

Lah kenapa? Dia sudah nggak pakai anting-anting lagi. Dia sudah pakai baju yang rapi.

Pakai baju kerah. Lalu kemudian dimasukin ke dalam. Dipakai ikat pinggang.

Lalu kemudian dia bawa map. Ternyata dia seorang agen asuransi. Lalu kemudian saya bilang.

Apa kabarnya? Baik. Dia nanya-nanya segala macam. Bukan sombong.

Secara penghasilan saya lebih besar daripada dia. Dua atau tiga kali lipat. Secara keluarga saya sudah punya anak 2 waktu itu. Dia jangankan punya anak, nikah aja belum. Kenapa?

Hidup adalah pilihan. Ketika dia lagi foya-foya, saya belajar rapi. Ketika dia belajar kerja, saya sudah menghasilkan.

Ketika dia menghasilkan, saya sudah punya keluarga, dan seterusnya. Hidup adalah pilihan. Kita yang sekarang adalah hasil 5 masa yang lalu, kita yang ke depan adalah hasil yang sekarang.

Kalau nggak mau gini-gini aja, harus ada yang berubah dalam pilihan-pilihan hidup kita. Karena sudah 30 menit, kita insya Allah lanjutkan dalam pembahasan yang lain di pembahasan ke depan. Masih tentang hidup adalah pilihan mudah-mudahan bermanfaat. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.